• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Mbah Maridjan, Sebuah Fenomena Kesyirikan

asoybanget

IndoForum Beginner A
No. Urut
52516
Sejak
12 Sep 2008
Pesan
1.375
Nilai reaksi
47
Poin
48
Belakangan ini media berusaha membangun opini masyarakat bahwa perilaku salah seorang yang telah menjadi korban tewas di saat meletusnya gunung Merapi merupakan tokoh yang patut diteladani. Dialah sang “juru kunci” gunung Merapi. Ia patut diteladani karena kegigihannya menjalankan tugas sebagai kuncen gunung Merapi hingga saat terakhir sehingga rela mengorbankan nyawanya demi menjalankan tugas tersebut. Sampai di sini sesungguhnya masalah telah timbul. Tetapi yang membuat urusan ini menjadi sangat serius ialah tatkala ditemukannya jasad yang bersangkutan dalam posisi “bersujud” kemudian media mulai mengembangkan opini bahwa tokoh ini mati sebagai seorang “muslim yang taat.” Apakah benar demikian? Cukupkah kita menilai seseorang muslim taat dengan ditemukannya fakta ini? Cukupkah ia dinilai sebagai orang soleh hanya berdasarkan fakta bahwa ia rajin sholat tepat waktu?

mayat-mbah-marijan.jpg


Mayat Mbah Maridjan yang ditemukan dalam posisi ‘bersujud’


Seorang yang mengaku muslim tidak boleh dikafirkan semata-mata karena perbuatan maksiat yang telah dilakukannya. Namun bila terbukti bahwa ia terlibat dalam ucapan, sikap atau perbuatan yang tidak bisa tidak diartikan sebagai hal yang menyebabkan dirinya dihukumi sebagai kafir apalagi musyrik, maka adalah suatu kebatilan bila kita tetap menyebutnya sebagai seorang muslim, apalagi muslim yang taat.

Mari kita coba amati kasus juru kunci gunung Merapi. Bagaimanakah keadaannya?

Secara pribadi, penulis tidak kenal dengan beliau. Namun berdasarkan berbagai bukti yang bisa kita saksikan dan baca di media kita memperoleh kesimpulan bahwa profesinya adalah sebagai seorang kuncen. Dan apakah sebenarnya makna tugas sebagai juru kunci gunung Merapi? Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas kita jumpai keterangan sebagai berikut:

Juru kunci Merapi
adalah seorang abdi dalem Keraton Yogyakarta yang ditunjuk langsung oleh Sultan Kasultanan Yogyakarta untuk menjaga dan mengelola makhluk halus di wilayah Gunung Merapi. Juru kunci Merapi terakhir adalah Mas Penewu Suraksohargo atau lebih dikenal dengan nama Mbah Maridjan, yang menjabat sejak tahun 1983 hingga kematiannya dalam erupsi gunung Merapi di tahun 2010.

Dari detikNews 31 Oktober 2011 kita kutip sebagai berikut:

Legenda Gunung Merapi telah ditinggalkan sang kuncen yang selama 30 tahun telah menemaninya. Lalu seberapa penting arti juru kunci di gunung teraktif di nusantara ini.

“Itu penting banget, kalau tidak ada juru kunci para pendaki tidak akan mendapat informasi tentang gunung yang didaki. Kuncen biasanya memberi tahu apa yang dilarang, jalur pendakian, penyelamatan dan lain-lain,” kata mantan mahasiswa pencinta alam, Sandi M, yang saat ini menjadi relawan PMI Kabupaten Sleman, saat berbincang dengan detikcom, di posko utama penanggulangan bencana Merapi di Pakem,

Jalan Kaliuran, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (30/10/2010).

Menurutnya, Mbah Maridjan bertugas menjaga gunung dengan cara menerawang dari pengalaman atau ‘ilmu titen’, dan menggabungkannya dengan firasatnya yang telah terlatih sebagai warga Merapi sejak kecil.


Berdasarkan dua keterangan di atas berarti kita dapat simpulkan bahwa seorang “juru kunci” ialah seorang yang dianggap memiliki pengetahuan mengenai perkara yang ghaib dan alam ghaib. Dan seorang “juru kunci gunung” berarti seorang yang dianggap memiliki pengetahuan mengenai perkara ghaib dan alam ghaib yang terkait dengan gunung tersebut.

mbah-marijan-300x258.jpg


Mbah Maridjan dalam suatu upacara kemusyrikan di Gunung Merapi


Jika kesimpulan ini benar, berarti profesi seorang “juru kunci” identik alias sama dengan profesi seorang dukun. Yang di dalam persepektif ajaran Islam yang paling inti -yaitu Tauhid- merupakan profesi yang sarat dengan dosa syirik dan pelakunya disebut seorang musyrik. Ia telah mempersekutukan Allah dengan sesuatu selain Allah subhanahu wa ta’aala. Pantaslah bilamana kita sering melihat sang juru kunci gunung Merapi melakukan ritual-ritual berupa pemberian sesajen serta menyembah ke arah batu besar tertentu dan lain sebagainya yang mana semua itu merupakan bentuk-bentuk upacara peribadatan lazimnya seorang dukun, paranormal atau panganut aliran kepercayaan. Dan ini semua jelas tidak pernah dicontohkan oleh teladan kita Nabi Muhammad shollalahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan sebaliknya, ini semua merupakan praktek kaum musyrikin yang dengan tegas ditentang dan diperangi oleh beliau.

mbah-maridjan-joko-bodo.jpg

Mbah Maridjan bersama Joko Bodo dalam suatu upacara kemusyrikan

Ketika mendefinisikan salah satu makna thaghut, Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam bukunya Kitabut Tauhid menjelaskan sebagai berikut: “Salah satu makna thaghut ialah orang yang mengaku mengetahui perkara yang ghaib selain Allah.” Bila ada orang yang mengaku mengetahui perkara yang ghaib, maka dia adalah thaghut, seperti dukun, paranormal, tukang ramal atau tukang tenung. Allah berfirman:

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا

“Dialah (Allah), Dzat yang mengetahui perkara yang ghaib. Dia (Allah) tidak menampakan yang ghaib itu kepada seorangpun” (QS. Al-Jin [72] : 26)

Sedangkan konsekuensi ber-Tauhid ialah di satu sisi beriman dengan benar kepada Allah subhanahu wa ta’aala dan di sisi lain dengan tegas mengingkari thaghut, tidak membenarkannya apalagi mengimaninya. Dan barangsiapa yang ber-Tauhid dengan lengkap seperti ini berarti ia telah mengikatkan dirinya dengan tali penghubung yang paling kokoh kepada Allah, Rabb, Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa alam raya beserta segenap isinya.

فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ
فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ
الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا

“Barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus.” (QS. Al-Baqarah [2] : 256)

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bahwa orang yang mendatangi dukun atau tukang ramal dan dia mempercayainya, maka dia telah kafir. Lalu bagaimana lagi dengan si dukun itu sendiri?

مَنْ أَتَى كَاهِنًا أَوْ عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ
بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Dari Abu Hurairah dan Al Hasan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Barangsiapa mendatangi seorang dukun atau peramal kemudian membenarkan apa yang ia katakan, maka ia telah kafir terhadap wahyu yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.” (HR. Ahmad 9171)

Demikianlah, sejauh yang kita ketahui juru kunci gunung Merapi menjalankan profesinya hingga maut menjemputnya. Kita tidak pernah mendengar bantahan dari siapapun –apalagi dari dirinya sendiri- bahwa ia pernah ber-taubat atau baro (berlepas diri) dari posisinya sebagai juru kunci. Artinya, hingga saat-saat terakhir hidupnya ia meyakini bahwa dirinya adalah seorang yang memiliki kemampuan mengetahui perkara ghaib seputar gunung Merapi. Dan ini berarti ia tetap keukeuh sebagai dukun, paranormal alias thaghut…! Lantas bagaimana sosok seperti ini layak dijuluki sebagai “muslim yang taat.” Walau jasadnya ditemukan dalam keadaan bersujud sekalipun, ini tidak dapat begitu saja menghapuskan keterlibatannya di dalam dosa yang tidak terampuni, yaitu dosa syirik.

إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ
وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ
ضَلالا بَعِيدًا إِنْ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ
إِلا إِنَاثًا وَإِنْ يَدْعُونَ إِلا شَيْطَانًا مَرِيدًا

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah setan yang durhaka. (QS. An-Nisa [4] : 116-117)

Seorang muslim hanya dapat menilai berdasarkan apa yang tampak/lahir, sedangkan urusan yang tersembunyi/batin kita serahkan sepenuhnya kepada Allah ta’aala. Jangankan kita yang merupakan manusia biasa, sedangkan Nabi Muhammad shollalahu ‘alaihi wa sallam sekalipun tidak mampu berbuat apapun tatkala mendapati pamannya Abu Thalib di akhir hayatnya mati dalam keyakinan ajaran kaum musyrikin dan enggan menyambut ajakan Tauhid yang diserukan keponakannya. Padahal kita tahu begitu banyak kebaikan yang telah dilakukan Abu Thalib dalam hidupnya, termasuk membela keponakannya pada saat-saat tertentu.

لَمَّا حَضَرَتْ أَبَا طَالِبٍ الْوَفَاةُ
جَاءَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَوَجَدَ عِنْدَهُ أَبَا جَهْلِ بْنَ هِشَامٍ
وَعَبْدَ اللَّهِ بْنَ أَبِي أُمَيَّةَ بْنِ الْمُغِيرَةِ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لِأَبِي طَالِبٍ يَا عَمِّ قُلْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
كَلِمَةً أَشْهَدُ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ
حَتَّى قَالَ أَبُو طَالِبٍ آخِرَ مَا
كَلَّمَهُمْ هُوَ عَلَى مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ
وَأَبَى أَنْ يَقُولَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَمَا وَاللَّهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ مَا لَمْ
أُنْهَ عَنْكَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى فِيهِ (البخاري)

Ketika menjelang kematian Abu Thalib, datanglah Rasulullah shollalahu ‘alaihi wa sallam dan didapati di samping pamannya Abu Jahl bin Hisyam dan Abdullah bin Abi Umayyah bin Mughirah. Nabi shollalahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Abu Thalib: “Pamanku, ucapkanlah Laa ilaha illa Allah, suatu kalimat yang aku akan bersaksi di hadapan Allah untuk melindungimu.” Sehingga akhir ucapan Abu Thalib adalah ikut millah Abdul Muthallib dan ia enggan mengucapkan Laa ilaha illa Allah. Maka bersabda Rasulullah shollalahu ‘alaihi wa sallam: “Demi Allah, akan kumintakan ampunan Allah atasmu selagi Allah tidak melarangnya… lalu Allah turunkan At-Taubah ayat 113.” (HR. Bukhary)

مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا
أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ
كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ
مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ

”Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam.” (QS. At-Taubah [9] : 113)

Sungguh, kita sangat prihatin menyaksikan begitu banyaknya orang yang mengalami musibah akibat berbagai bencana yang terjadi. Mereka terpaksa mengalami musibah kehilangan berbagai harta duniawinya. Kehilangan nyawa dirinya, keluarganya, harta-bendanya, tempat tinggalnya dan berbagai kenormalan hidup lainnya. Tetapi Nabi shollalahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kita agar mewaspadai musibah yang lebih hebat, yaitu musibah kehilangan dien (agama) kita. Saudaraku, janganlah kita sedemikian sedih dan emosionalnya sehingga kehilangan kemampuan furqon (membedakan antara al-haq dan al-batil). Janganlah kesedihan kita membuat hilangnya kesanggupan membedakan mana Tauhid dan mana syirik. Sebab Tauhid pasti mendatangkan keberkahan, sedangkan syirik pasti mendatangkan murka dan siksaan Allah. Apalagi jika kita malah mencampur-adukkan antara iman dan kafir. Kita malah mengatakan pelaku kemusyrikan justeru sebagai muslim yang taat. Inilah musibah di atas musibah yang lebih mengerikan. Yang boleh jadi justeru semakin mengundang datangnya lebih banyak bencana lainnya. Wa na’udzubillahi min dzaalika.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا
وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqon dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. Al-Anfal [9] : 29)

Tulisan ini dikutip dari artikel Ustadz Ihsan Tandjung yang berjudul “Musibah di Atas Musibah” yang dimuat eramuslim.com (http://www.eramuslim.com/nasihat-ulama/musibah-di-atas-musibah.htm). Semoga bermanfaat!
 
apapun deh..
mau syirik apa kagak..
yang jelas, aku kagum dengan kinerja beliau.. :)
saluuttt

Mbah Marijaan.... ROSO!!!
 
@samantha

apapun deh..
mau syirik apa kagak..
yang jelas, aku kagum dengan kinerja beliau..
saluuttt

Mbah Marijaan.... ROSO!!!

hmmm.....
sama saja klo saya bilang....
whatever-lah sama yang namanya zina itu dosa besar.......
yang penting rasanya enak, dan bikin ketagihan terus...........

sayang thread judi yg pertama ttg mbah maridjan di closed, gk ada memancing perpecahan kok, cma diskusi untuk meluruskan yang belom lurus.........
 
‎(yaitu) orang2 yang sia2 perbuatanya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik~baiknya al kahf 104
 
ya deh.. kalo emang syirik...
tapi 1 hal yang patut dicontoh dari Mbah Marijan.. yaitu.. dia adalah pemegang amanat yang teguh.. dan memang seharusnya kita semua gitu.. kalo dikasih amanat jangan khianat.. :)
 
Maaf nich ya..

@TS anda gak bisa mengatakan bahwa praktek kejawen itu syirik..karena Nabi Muhammad belum pernah jalan2 ke tanah Jawa, Arab itu beda ama Jawa. Anda hanya boleh mengatakan kejawen itu syirik kalo Nabi Muhammad ud ngecek langsung ke tanah Jawa!!
 
Emang fakta kejawen itu bagaimana? bisa sebutkan?
entar klo ada praktek tersebut yg ga syirik ane bilang ga syrik deh
Nabi Muhammad itu hanya penyampai wahyu dari Allah melalui malaikat jibril ALLAH.
 
@jaka....

anda bukan muslim jadi nggak tahu.......

arab beda sama jawa...........betul banget....

ISLAM di arab, di jawa, di sumatra, di china, di kutub utara, kutub selatan etc....tetap ISLAM

ISLAM zaman Nabi Muhammad SAW, sama dengan ISLAM zaman sekarang, sama dengan ISLAM zaman orde baru....
 
lahh kok jadi pada ngeflame si??

dikatakan Syirik, apabila ia menyembah selain Allah.. mau itu kejawen, mau apapunlah ya..
kalo dah menyembah selain Allah, ya syirik..
kalo menyekutukan Allah dengan jin jin jg syirik...


sama Mbah Marijan, apapun kepercayaanmu. aku tetep salut dan bangga!!
 
> salut ama mbah MARIJAN yang udah syirik tetap dikagumi:D:D:D:D

> GBU>:D<
 
bukan nge-flame, saya pun tidak menanggapi dengan emosi....
klo memandangnya dalam bentuk flame, nggak lah....
silahkan mengeluarkan pendapat, kita bisa tarik kesimpulan masing-masing nantinya...

saya dan bro asoy, saya anggap satu pendapat dalam menyikapi "fenomena mbah maridjan"
ironi sekali rasanya melihat orang-orang disekitar membicarakan mbah maridjan seperti orang suci, padahal seluruh hidupnya di abdikan pada perilaku kemunkaran (baca artikel di atas, itu juga menjadi dasar yang saya bicarakan)

terlepas dari permasalahan ini, kita hanya mendoakan mbah maridjan sebagai sesama muslim.
 
> males ah ngedoa'in orang yang jelas2 seluruh hidupnya di abdikan pada perilaku kemunkaran.....:P

> anggap aja tuh sosok sebagai contoh kalo kitorang jangan berbuat kayak dia:D:D:D


> GBU>:D<
 
lahh kok jadi pada ngeflame si??

dikatakan Syirik, apabila ia menyembah selain Allah.. mau itu kejawen, mau apapunlah ya..
kalo dah menyembah selain Allah, ya syirik..
kalo menyekutukan Allah dengan jin jin jg syirik...


sama Mbah Marijan, apapun kepercayaanmu. aku tetep salut dan bangga!!

dia itu menyembah Allah dan Menyembah merapi :D

Jika kesimpulan ini benar, berarti profesi seorang “juru kunci” identik alias sama dengan profesi seorang dukun. Yang di dalam persepektif ajaran Islam yang paling inti -yaitu Tauhid- merupakan profesi yang sarat dengan dosa syirik dan pelakunya disebut seorang musyrik. Ia telah mempersekutukan Allah dengan sesuatu selain Allah subhanahu wa ta’aala. Pantaslah bilamana kita sering melihat sang juru kunci gunung Merapi melakukan ritual-ritual berupa pemberian sesajen serta menyembah ke arah batu besar tertentu dan lain sebagainya yang mana semua itu merupakan bentuk-bentuk upacara peribadatan lazimnya seorang dukun, paranormal atau panganut aliran kepercayaan. Dan ini semua jelas tidak pernah dicontohkan oleh teladan kita Nabi Muhammad shollalahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan sebaliknya, ini semua merupakan praktek kaum musyrikin yang dengan tegas ditentang dan diperangi oleh beliau.

di rukun Iman pada Akidah (Pondasi suatu agama yg saling mengikat) Islam tdk ada yg menyatakan Iman kepada Gunung Merapi dsb. Jelas2 syirik. Anak SD jg tau rukun Iman :D

yap, yg jelas dia telah mengingkari Akidah Islam itu bisa dibilang Syirik dan Sesat walaupun dia tetap menyembah Allah
 
/hmm.......buat agan agan yang budiman,,,,,,,,,,,,,,,,menyekutukan Tuhan atau sama dengan menduakanNYA ,,,,,,,,,,,termasuk syirik betul sekali,,,kalo kita mau lurus jalan kita hanya padaNyalah kita berpasrah

jangan takut jangan gentar dengan alam gaib,,,,,,,,,,kita ciptaan paling sempurna dan telah diciptakannya akal dan budi untuk kita....untuk bisa membedakan yang baik dan buruk,hitam dan putih,licik dan baik

Takutlah hanya KepadaNYa...................(perlu diinget alam gaib jago memanipulasi)
 
aku tetep salut ama Mbah Marijan..
kapan ya aku gak pake acara manyun kalo dikasih amanat?? hahahahaha :)
hebat nih saluuttt!!!

makasih ya, Mbah.. selama ini dah jagain Merapi..
dan, pesan Mbah, "jaga lingkungan" insyaallah aku akan berusaha melakukannya..
 
@samantha

amanat....

lebih enak nyebutnya amanah kali ya...
amanah seperti apakah yang dijaga mbah maridjan?

saya merasa kata "bunuh diri" sangat pas dalam kejadian ini....

yang lebih parah lagi "bunuh diri" ini merenggut nyawa orang lain juga (pengikutnya serta orang yang mau ngejemput)
 
> udah musyrik, malah ngajak orang bunuh diri dalam kondisi kemunkaran pulak lageee...salut deh gw:D:D:D:.....ama mbah mrijan yang tersohor:D:D:D:D


> GBU>:D<
 
aku tetep salut ama Mbah Marijan..
kapan ya aku gak pake acara manyun kalo dikasih amanat?? hahahahaha :)
hebat nih saluuttt!!!

makasih ya, Mbah.. selama ini dah jagain Merapi..
dan, pesan Mbah, "jaga lingkungan" insyaallah aku akan berusaha melakukannya..

mencontohkan hal yang baik boleh tapi yg masuk akal dan tidak bertentangan dgn Islam :)

tapi perlu diketahui, sekedar info objektif. seperti halnya itu, Mbah Maridjan menjaga gunung Merapi bahkan sampai meletus. sebenarnya Allah sudah memperingatkan dia dan warga sekitar melalui para ahli cabang geografi yakni vulkanologis untuk segera mengungsi karena Merapi akan segera meletus.

Sangat tidak masuk akal org yg tidak mengerti ilmu cabang geografi tsb bilang aman2 saja padahal dia tidak memiliki ilmu tsb. dengan kata lain dia telah mengabaikan peringatan dari Allah yg disampaikan melalui para ahli. itu sama saja berdosa. Padahal Allah memperingatinya untuk kemashlahatannya diri sendiri kok gak mau. :(

cuma ngasi tau aja :D, hehehe.... semoga bermanfaat :)
 
hanya sedikit orang yang kalo dikasih Amanah (bener tuh den DontLoad) trus dipegang teguh..
Mbah Maridjan dikasih tugas oleh Sultan Hamengkubuwono 9 (cmiiw) untuk ngejaga Gunung Merapi. Menjadi kuncen sebuah gunung yang bolak balik meletus. tuh gak mudah.. setia sampe akhir hayat..

toh yang mau dicontoh dari Mbah Maridjan bukan cara dia menyembah jin atau apaan si itu... >,<. yang kita patut ambil contoh.. ambil hikmah adalah.. beliau teguh pegang amanah!! that;s all..
 
klo rumah gw kebakaran dan gw berhasil keluar.. gw gak mau kembali masuk ke rumah gw lagi. padahal kan gw di amanahin untuk jaga rumah gw sendiri.
tapi klo kebakaran?

mbah-maridjan-joko-bodo.jpg
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.