Tidak semua makhluk hidup itu terlahir pada kondisi kehidupan yg ideal untuk melatih buddha dharma, mantra itu fungsinya sama seperti itu, mengurangi karma buruk kita yang menghalangi kemajuan dhamma.
Contohnya, apa orang yg perutnya lapar bisa memahami dharma dgn baik biarpun Buddha Gautama sendiri yg membabarkan dhamma? Yah gak toh, sang buddha aja nyuruh orang itu makan dulu baru mendengarkan dhamma, dan setelah selesai mendengarkan dhamma Buddha beliau mencapai sotapanna.
Sama seperti mantra itu, yang sakit2an semoga sakitnya berkurang dengan membaca mantra baru bisa lanjut mempelajari dhamma
Yang kekurangan materi, semoga setelah membaca mantra beban ekonominya berkurang atau banyak rejeki baru setelah gak tercekik lagi bisa belajar dhamma dgn sungguh2
kalau anda bicara seperti ini.....sudah lain lagi kategorinya,
saya sendiri pernah melihat hal-hal di luar logika manusia....
ada juga seperti membaca mantra / gatha, maka mempercepat
suatu proses kamma berbuah
tapi kalau memang kamma nya buruk saat itu berbuah dan simpanan jasa kamma baik itu sedikit....biar baca paritta pun sampai mati maka akan sia-sia..
sang buddha mengajarkan kita untuk aktif berbuat...bukan hanya mengharapkan dengan kata-kata tanpa perbuatan.
seperti angulimala paritta
Pada suatu hari, bhikku Angulimala telah melihat seorang wanita sangat menderita karena hendak melahirkan. peristiwa yang mengharukan itu dilaporkan kepada Sang Buddha. Sang Maha Welas Asih lalu mengajarkannya sebuah paritta agar dengan pembacaan paritta itu, Angulimala Thera dapat menghindarkan penderitaan yang dialami seorang ibu yang hendak melahirkan.
Demikianlah, untuk melaksanakan usaha itu, dengan dibatasi sebuah tirai sebagai penyekat sesuai tata sila yang berlaku, Sang Thera duduk menghadapi wanita yang akan melahirkan dan melakukan pembacaan paritta. Ternyata seketika itu juga, wanita tersebut melahirkan seorang putra dengan sangat mudah dan selamat.
Kemanjuran paritta ini hingga kini masih terbukti nyata.
Air itulah yang dipergunakan,
Untuk membasuh tempat dudukNya,
Beliau yang membaca paritta ini,
Yang telah menghentikan segenap derita,
Pada saat paritta dibacakan,
Seketika itu menghasilkan kelahiran yang selamat
Yatoham bhagini ariyaya
Jatiya jato
Nabhijanami sancicca
Panam jivita voropeta
Tena saccena sotthi te
Hotu sotthi gabbhassa
"Sejak kelahiran kami sebagai seorang Ariya ( di dalam Persaudaraan Sangha ),
Seingat kami tidak pernah membunuh dengan sadar
suatu makhluk hidup apa pun
berdasarkan kesunyataan ini,
selamatlah engkau !
Selamatlah anak yang engkau lahirkan !"
jika kita melihat isi paritta ini....maka setidak nya ada yang namanya
connect,dimana angulimala berdasarkan atas kenyataan/pernyataan benar maka mengharapkan kamma itu berbuah dalam bentuk ******
jika di liat dari proses batin angulimala...malah bersifat
simpati / welas asih
jika orang awam melakukan adhitana(tekad)
semoga dengan saya menanam kamma kebajikan ini,,berbuah dalam bentuk ******
tapi jika di tanya ajaran buddha seperti contoh umat awam bertekad setelah menanam kamma baik....ini malah mengharapkan sesuatu...
misalkan orang berdana ke vihara mengharapkan rejeki..
memang benar dan terbukti...orang yang sering berdana bisa saja memperoleh rejeki....tapi liat proses batin nya.....malah muncul
ketamakan
tapi jika di bahas...apakah hal ini salah?
tentu tidak salah...
tapi apakah membawa pada suatu jalan nibbana?
tentu tidak bakalan.
contoh lain
jika A seorang pedagang..lalu si B adalah pembeli yang biasa nya membayar secara kredit dalam jangka waktu 1 bulan.
tiba-tiba B....tidak membayar / kredit macet.
A lalu memancarkan metta kepada si B dengan berharap bahwa B membayar utang-nya....
bagaimana melihat ini?
tentu B bisa saja membayar kembali kredit macet-nya....tapi mental si A bagaimana? ketamakan
kadang-kadang tdk tertutup pikiran kita untuk munculnya pikiran negatif dengan sendiri nya, mari kita bahas lebih dalam
ketika si A..mengetahui B sedang kredit macet...A melihat B dengan cara memancarkan metta dan bermental bahwa
"semoga B mampu bangkit dari keterpurukannya"
di sini...kadang-kadang pikiran kita sendiri muncul hal negatif....seperti keraguan dimana "apakah saya memancarkan metta untuk B demi terbayarkan utang?".... pikiran ini tentu harus di sadari muncul nya. lalu di perhatikan......nanti lama-lama juga hilang dengan sendiri nya....karena kebijaksanaan kita yang terlatih mampu melihat ini.
ada pula kejadian diawali dengan ketamakan tetapi bisa di ubah.
seperti A dengan tujuan awal nya "semoga B membayar utangnya"
lalu setelah ingin memancarkan metta "pikiran kita menyadari bahwa ini adalah ketamakan" segera kita perhatikan bahwa inilah bentuk pikiran buruk.
saya rasa kalimat di ucapkan oleh buddha bahwa
"pikiran adalah pelopor,pikiran adalah pembentuk,pikiran adalah yang utama"
itu benar apa adanya.
saya sendiri rasanya tidak setuju dengan menyingkirkan pikiran dengan cara langsung cut off seperti "ah pikiran ini pikiran buruk,sebaiknya saya buang jauh-jauh"...karena rasanya justru menimbulkan kebencian baru yang bersifat halus.
saya lebih enjoy dengan cara seperti satipatthana sutta....cukup disadari dan berlalu.
tapi tentu nya kata-kata tanpa praktek = 0 besar.
semoga saya bisa mempraktekkannya dengan benar.
Demikianlah yang telah saya dengar. Suatu ketika Buddha sedang berada di Shravasti, Hutan Jeta; yakni di Taman Bagi Anak Yatim Piatu dan Para Pertapa, dengan disertai sekumpulan besar bodhisattva. Pada kesempatan itu, hadirlah seorang pemimpin agung para yaksha yang bernama Manibhadra. Ia lalu menghadap serta menyembah ke kaki Buddha dan setelah itu berkata sambil merangkapkan kedua tangannya sebagai tanda hormat, "Yang Dijunjungi Dunia! Aku memiliki suatu dharani hati rahasia yang ingin kubabarkan dengan hati gembira. Aku memohon agar Yang Dijunjungi Dunia sudi berbelas kasih dan melimpahkan perlindungan padanya. Yang Dijunjungi Dunia! Bila terdapat bhikshu, bhikshuni, upasaka, dan upasika yang dalam sehari tiga kali melafalkan dharani ini dengan sepenuh hati, maka aku akan hadir dan melimpahkan segala sesuatu yang menguntungkan dan berharga bagi mereka. Baik berupa minuman, makanan, pakaian, tempat tidur, emas, perak, permata berharga, rejeki, geganduman, dan lain sebagainya. Itu semua akan selalu kuanugerahkan, sehingga dapat mengabulkan segenap dambaan mereka. Selain itu, [mereka yang melafalkan dharani ini akan dicintai dan dihormati oleh orang lain. Lebih jauh lagi, dharani ini dapat menyirnakan lobha, dosa, dan moha. Segala sesuatu akan terjadi sesuai dengan yang dikehendaki."
Yang Dijunjungi Dunia mengetahui ketulusan hati pemuka yaksha bernama Manibhadra itu, yang berniat menganugerahkan kedamaian pada seluruh makhluk yang dijerat oleh kemiskinan, kepahitan hidup, dan kekalutan pikiran. Buddha lalu berkata, "Bagus sekali, wahai Mahibhadra! Engkau berniat melimpahkan kebajikan pada semua makhluk. Oleh karena itu, aku juga dengan gembira berharap mendengarkannya. Silakan engkau babarkan dharani tersebut." Kemudian Manibhadra melafalkan dharaninya:
versi cina:
-er he
-er he
-er he
-er he wu
-er he liu
-er he qi
-er he ba
-er he jiu
-er he shi
-er he shi yi
-er he shi er
-er he shi san
-er he shi si
-er he shi wu
-er he shi liu
-er he shi qi
-er he shi ba
-er he shi jiu
-er he er shi
-er he
-er he
-yin er shi yi
-qie shen
-yin er shi er
-er he yin
-er he san shi
-er he san shi er
-er he yin san shi san
-er he
N: untuk versi tibet/sanskretanya blm saya temukan.
--
Setelah selesai melafalkan dharani-nya, Manibhadra berkata pada Buddha, "Jika ada orang yang senantiasa melafalkan dharani ini sebanyak tujuh kali, maka ia akan memperoleh pahala kebajikan dengan segera. Lebih jauh lagi, pada saat bulan purnama tanggal 15 penanggalan candrasengkala, ia hendaknya membersihkan dan menjaga kemurnian dirinya, lalu tiga kali dalam sehari membakar kayu cendana harum serta melafalkan dharani ini sebanyak 8.000 kali; maka apapun yang didambakannya akan terkabul. Emas, perak, dan benda-benda berharga akan diperoleh seturut kehendaknya." Sesudah mengucapkan hal itu, pemuka yaksha tersebut menghaturkan hormat pada Buddha dan kembali ke tempat kediamannya.
Begitu Buddha selesai membabarkan sutra ini, seluruh bodhisattva yang mendengarkan sabda Buddha tersebut merasa bergembira dan sepenuh hati menerima, meyakini, serta melaksanakannya.
maaf yah,jika kata-kata saya salah..
teks indo nya saya rasa sudah sangat jelas....
saya tidaklah penganut be-aliran keras yang ngotot bahwa ajaran aliran saya anut paling benar...
(saya hanya menggunakan nalar pengetahuan apa yang saya belajar untuk melihat
sebagaimana adanya sebuah kata dan kalimat).
jika ada translate nya maka bagus sekali
@dragonhung
apa dengan melafalkan sebuah mantra seperti membaca sebanyak 8000x atau bahkan membaca terus menerus
si pembaca mampu menembus jhana?
Nah itu tadi, sudah kelihatan intinya..... kita mau seperti devadatta atau yang apa?
balik ke sini:
dan SE-ANDAI-NYA..jika kita telah mampu menciptakan emas dengan kekuatan batin kita....>>>>
apa ini inti ajaran buddha?
yang notabane nya bebas dari
ketamakan,kebencian,kebodohan.
Emas disini yang mungkin rancu.... kalau emas dalam bentuk harta dunia yah memang bagaimana yah... tentu saja ini benar menjadi ketamakan. Namun, ada kalanya emas juga apabila dipandang sebagai 'hanya' emas, orang suci tidak menganggapnya apa-apa.... hanya kesunyataan... biarlah emas tetap emas, perak tetap perak dan intan tetap intan.
Kalau saya menanggapinya, emas justru konotasi dari lambang kemuliaan. Kalau kita ganti kata emas menjadi mulia atau kemudian lebih jauh dan lebih ke Buddhis lagi, mengapa tidak menganggapnya suci? Emas yang diiming-imingkan, berarti bisa untuk mencapai kesucian.
Dalam soal jhana juga saya juga tidak tahu apa-apa.... beruntung orang yang sudah mengalaminya. Lebih beruntung lagi
orang yang masih buta ini bisa merasakan nikmatnya jhana karena ada teman yang sharing, walau saya tidak tahu bagaimana jhana itu sendiri.

Dan sama sekali tidak tahu bagaimana nikmatnya.... hanya turut berbahagia saja.
Orang yang buta saya bold. Buta bukan dalam artian bermata cacat tidak bisa melihat.... namun pengertiannya lebih kepada 'masih belum banyak tahu'... lebih ke arah rendah hati... bukan buta dalam arti yang sebenarnya.
saya juga sedang belajar mencoba capai jhana. setidak nya latihan saja terus menerus...pantang menyerah ^^
-----------------------
saya rasa teks indo kalimat
benda-benda berharga tidak ada yang lain selain bersifat materil.