• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Manibhadra Sutra (Taisho Tripitaka 1285)

imhereyahum

IndoForum Beginner C
No. Urut
44294
Sejak
23 Mei 2008
Pesan
827
Nilai reaksi
7
Poin
18
Sutra Dharani Manibhadra


Demikianlah yang telah saya dengar. Suatu ketika Buddha sedang berada di Shravasti, Hutan Jeta; yakni di Taman Bagi Anak Yatim Piatu dan Para Pertapa, dengan disertai sekumpulan besar bodhisattva. Pada kesempatan itu, hadirlah seorang pemimpin agung para yaksha yang bernama Manibhadra. Ia lalu menghadap serta menyembah ke kaki Buddha dan setelah itu berkata sambil merangkapkan kedua tangannya sebagai tanda hormat, "Yang Dijunjungi Dunia! Aku memiliki suatu dharani hati rahasia yang ingin kubabarkan dengan hati gembira. Aku memohon agar Yang Dijunjungi Dunia sudi berbelas kasih dan melimpahkan perlindungan padanya. Yang Dijunjungi Dunia! Bila terdapat bhikshu, bhikshuni, upasaka, dan upasika yang dalam sehari tiga kali melafalkan dharani ini dengan sepenuh hati, maka aku akan hadir dan melimpahkan segala sesuatu yang menguntungkan dan berharga bagi mereka. Baik berupa minuman, makanan, pakaian, tempat tidur, emas, perak, permata berharga, rejeki, geganduman, dan lain sebagainya. Itu semua akan selalu kuanugerahkan, sehingga dapat mengabulkan segenap dambaan mereka. Selain itu, [mereka yang melafalkan dharani ini akan dicintai dan dihormati oleh orang lain. Lebih jauh lagi, dharani ini dapat menyirnakan lobha, dosa, dan moha. Segala sesuatu akan terjadi sesuai dengan yang dikehendaki."

Yang Dijunjungi Dunia mengetahui ketulusan hati pemuka yaksha bernama Manibhadra itu, yang berniat menganugerahkan kedamaian pada seluruh makhluk yang dijerat oleh kemiskinan, kepahitan hidup, dan kekalutan pikiran. Buddha lalu berkata, "Bagus sekali, wahai Mahibhadra! Engkau berniat melimpahkan kebajikan pada semua makhluk. Oleh karena itu, aku juga dengan gembira berharap mendengarkannya. Silakan engkau babarkan dharani tersebut." Kemudian Manibhadra melafalkan dharaninya:

versi cina:
-er he
-er he
-er he
-er he wu
-er he liu
-er he qi
-er he ba
-er he jiu
-er he shi
-er he shi yi
-er he shi er
-er he shi san
-er he shi si
-er he shi wu
-er he shi liu
-er he shi qi
-er he shi ba
-er he shi jiu
-er he er shi
-er he
-er he
-yin er shi yi
-qie shen
-yin er shi er
-er he yin
-er he san shi
-er he san shi er
-er he yin san shi san
-er he

N: untuk versi tibet/sanskretanya blm saya temukan.
--

Setelah selesai melafalkan dharani-nya, Manibhadra berkata pada Buddha, "Jika ada orang yang senantiasa melafalkan dharani ini sebanyak tujuh kali, maka ia akan memperoleh pahala kebajikan dengan segera. Lebih jauh lagi, pada saat bulan purnama tanggal 15 penanggalan candrasengkala, ia hendaknya membersihkan dan menjaga kemurnian dirinya, lalu tiga kali dalam sehari membakar kayu cendana harum serta melafalkan dharani ini sebanyak 8.000 kali; maka apapun yang didambakannya akan terkabul. Emas, perak, dan benda-benda berharga akan diperoleh seturut kehendaknya." Sesudah mengucapkan hal itu, pemuka yaksha tersebut menghaturkan hormat pada Buddha dan kembali ke tempat kediamannya.

Begitu Buddha selesai membabarkan sutra ini, seluruh bodhisattva yang mendengarkan sabda Buddha tersebut merasa bergembira dan sepenuh hati menerima, meyakini, serta melaksanakannya.
 
lalu tiga kali dalam sehari membakar kayu cendana harum serta melafalkan dharani ini sebanyak 8.000 kali; maka apapun yang didambakannya akan terkabul. Emas, perak, dan benda-benda berharga akan diperoleh seturut kehendaknya." Sesudah mengucapkan hal itu, pemuka yaksha tersebut menghaturkan hormat pada Buddha dan kembali ke tempat kediamannya.
saya tidak yakin dengan ini.
semacam silabataparamasa kah?...terserah deh^^
 
silabataparamasa >> apaan tuh artinya?
 
jujur saja gw ngomong(sory agak kasar mungkin)
mungkin juga hanya saya yang berpendapat seperti itu......tapi sekali lagi maaf hanya sekedar membagi pengalaman.

yg di sebut TS itu penipuan,mengapa saya katakan demikian?

saya ingat sekali waktu sy umur 8 tahun(sekitar kelas 3-4 SD) saya mendapat buku yang depannya gambar dewi kwang im.....sambil di belakang nya tertulis

"jika membaca mantra ini sebanyak 100x maka ****
"jika membaca mantra ini sebanyak 1000x maka *****

yah seperti di atas ......
anda semua di sini tahu anak kecil kek apa pemikirannya...
karena waktu itu saya mendambakan keinginan saya terkabul...dengan giat dari pulang sekolah sampai sore saya baca TERUS.....

hasilnya !@#!@#!@$!#!@# alias nothing...

setelah saya belajar buddha dhamma....saya sadar.. ini semua bohongan dan tidak benar....
karena mana ada orang membaca mantra saja sudah bisa mencapai kebuddhaan?
jika ini memang cara yang MANTAP...mengapa waktu sang buddha pertama kali membabarkan dhamma bukan MENYURUH 5 pertapa itu membaca mantra saja.

=============
Silabataparamasa itu seperti ke-percaya-an melakukan suatu ritual atau upacara maka memperoleh kesucian.

seperti contoh diatas.
bisa juga dengan membaca mantra orang bisa kaya,tampan,umur panjang,dsb-nya...semua itu dikelompokkan dengan hal-hal belenggu.


maaf kan saya jika kata-kata saya tidak enak....sorry...just sharing my exp
 
jujur saja gw ngomong(sory agak kasar mungkin)
mungkin juga hanya saya yang berpendapat seperti itu......tapi sekali lagi maaf hanya sekedar membagi pengalaman.

yg di sebut TS itu penipuan,mengapa saya katakan demikian?

saya ingat sekali waktu sy umur 8 tahun(sekitar kelas 3-4 SD) saya mendapat buku yang depannya gambar dewi kwang im.....sambil di belakang nya tertulis

"jika membaca mantra ini sebanyak 100x maka ****
"jika membaca mantra ini sebanyak 1000x maka *****

yah seperti di atas ......
anda semua di sini tahu anak kecil kek apa pemikirannya...
karena waktu itu saya mendambakan keinginan saya terkabul...dengan giat dari pulang sekolah sampai sore saya baca TERUS.....

hasilnya !@#!@#!@$!#!@# alias nothing...

setelah saya belajar buddha dhamma....saya sadar.. ini semua bohongan dan tidak benar....
karena mana ada orang membaca mantra saja sudah bisa mencapai kebuddhaan?
jika ini memang cara yang MANTAP...mengapa waktu sang buddha pertama kali membabarkan dhamma bukan MENYURUH 5 pertapa itu membaca mantra saja.

=============
Silabataparamasa itu seperti ke-percaya-an melakukan suatu ritual atau upacara maka memperoleh kesucian.

seperti contoh diatas.
bisa juga dengan membaca mantra orang bisa kaya,tampan,umur panjang,dsb-nya...semua itu dikelompokkan dengan hal-hal belenggu.


maaf kan saya jika kata-kata saya tidak enak....sorry...just sharing my exp

Penjelasan yang bagus dan to the point.^_^
Datang dan melihat,telaah dan menyelidiki(EHIPASSIKO) ...
 
Saya juga merasa begitu. Bukankah itu sama saja dengan pamrih? Apa gunanya sebuah perbuatan dilakukan bila ada pamrihnya?

Dalam hal mantra diatas, mungkin hal tersebut ditujukan agar para umat bisa lebih disiplin dalam melaksanakan pembacaan mantra. Kita tidak tahu apa maksud dari artikel di atas. Namun sebagai umat Buddha yang telah mempelajari agama Buddha, rasanya terlalu dimudah-mudahkan bila sebuah ritual dilakukan dengan jumlah tertentu maka hasilnya akan tertentu.

Namun secara global saya menganggap iming-iming ditulisakan agar umat yang bodoh bisa menjadi lebih disiplin karena ada niatan untuk mendapatkan iming-iming tersebut. Dalam proses memperoleh iming-iming tersebut, akhirnya timbul kesadaran bahwa tujuan dia membca mantra tsb. ternyata hanya iming-iming.
 
Sbg umat Budha tentu akan memperoleh karma yg sangat berat sekali bila saya sengaja mempost artikel yg dibuat2 sendiri oleh saya.

Sy menulis apa yg saya tahu, saya dengar dan saya punya.

tentunya sy tdk mengolok2 sutra manapun jg..
bagi yg percaya itu jodoh.
bagi yg tdk percaya itu jg jodoh.>:D<
 
Sbg umat Budha tentu akan memperoleh karma yg sangat berat sekali bila saya sengaja mempost artikel yg dibuat2 sendiri oleh saya.

Sy menulis apa yg saya tahu, saya dengar dan saya punya.

tentunya sy tdk mengolok2 sutra manapun jg..
bagi yg percaya itu jodoh.
bagi yg tdk percaya itu jg jodoh.>:D<

maaf yah...

anda menulis apa yang anda tahu, anda mendengar apa yang anda punya.
pernahkah di proses terlebih dahulu ini benar / tidak?

ketika saya mendengar seorang pandita berbicara melenceng dari ajaran buddha, mengajarkan yang bukan di ajarkan oleh buddha.
apa harus sy memberitahukan orang lain bahwa seperti ini?

si A berbicara yang kepada B mengenai teori hukum matematika.
lalu si B tanpa mencerna,menyelidiki apa benar kata si A...malah langsung memberi tahu si C.
apakah itu di sebut bijak?...

tentu nya lebih bijaksana dimana kita tahu yang bermanfaat dan tidak bermanfaat...kita memberi tahu yang bermanfaat dan tidak menyarankan yang tidak bermanfaat.

jika si B ini di sebut bijak...tentu nya B menyelidiki terlebih dahulu kata si A..benar / tidak.
lalu kalau terbukti BENAR...baru boleh B menyarankan atau memberi tahu kepada si C.

kalau salah gimana?....B memberitahu teori salah kepada C...belum lagi C memberi tahu teori salah kepada D....
tambah parah bukan.

tentu kita sebagai pendengar,pembaca harus meneliti terlebih dahulu apa yang kita dapat......di saring/diproses memakai kebijaksanaan......

========
sy yakin mantra ini pun anda tidak mungkin memberi garansi 100% bahwa itu benar....

saya juga berharap di forum ini semua sudah bersifat dewasa.....bukan melakukan share yang aneh-aneh.

seperti dulu...yang dishare malah ada peri bunga,peri cinta,peri aneh-aneh....segala macam....bahkan ada yang bilang mirip film peterpan

sy yakin ketika kita membeli buku...kita akan melihat isi buku dan menilai isi buku tersebut....apakah bagus atau tidak.....
jika bagus kita beli,,jika tidak maka tidak mungkin kita membeli.

demikian juga forum ini....bagaimana mau bagus...kalau yang dishare sudah aneh-aneh...

===========

saya minta maaf sebesar-besar nya jika kata-kata saya tidak berkenaan.


1. Janganlah Menerima Apapun Berdasarkan Pada Berita Semata

Nasihat Sang Buddha seperti yang disebutkan dalam Kalama Sutta adalah untuk tidak menerima apapun berdasarkan pada berita, tradisi, kabar angin semata. Biasanya orang mengembangkan keyakinan mereka setelah mendengarkan perkataan orang lain. Tanpa berpikir mereka menerima apa yang orang lain katakan mengenai agama mereka atau apa yang telah tercatat dalam buku-buku keagamaan mereka. Kebanyakan orang jarang sekali mengambil resiko untuk menyelidiki, untuk menemukan apakah yang dikatakannya benar atau tidak. Sikap umum seperti ini sukar untuk dipahami, khususnya di dalam era modern saat ini ketika pendidikan sains mengajarkan orang untuk tidak menerima sama sekali apapun yang tidak bisa dijelaskan secara rasional. Bahkan sekarang ini banyak yang disebut sebagai pemuda berpendidikan hanya menggunakan emosi atau ketaatan mereka tanpa menggunakan pikiran naralnya.

Dalam Kalama Sutta, Sang Buddha memberikan nasihat yang sangat liberal (bebas) kepada sekelompok pemuda dalam menerima suatu agama secara rasional. Ketika orang-orang muda ini tidak dapat memutuskan bagaimana memilih agama yang sesuai, mereka menghadap kepada Sang Buddha untuk mendapatkan nasihatNya. Mereka mengatakan kepadaNya bahwa semenjak berbagai kelompok agama memperkenalkan agamanya dalam berbagai cara, mereka mengalami kebingungan dan tidak bisa memahami cara keagamaan mana yang benar. Para pemuda ini bisa diibaratkan dalam istilah modern sebagai para pemikir bebas (free thinkers), atau para pencari kebenaran (truth seekers). Inilah mengapa mereka memutuskan untuk mendiskusikan hal ini dengan Sang Buddha. Mereka memohon kepada Sang Buddha untuk memberikan beberapa garis pedoman untuk membantu mereka menemukan suatu agama yang sesuai dimana dengannya mereka dapat menemukan kebenaran.

Dalam menjawab pertanyaan mereka, Sang Buddha tidak mengklaim bahwa Dhamma (ajaranNya) merupakan satu-satunya ajaran yang bernilai dan siapapun yang mempercayai hal lain akan masuk ke neraka. Justru Beliau memberikan beberapa nasihat yang penting untuk mereka pertimbangkan. Sang Buddha tidak pernah menganjurkan orang untuk menerima suatu agama hanya melalui iman (faith) semata tetapi Beliau menganjurkan mereka untuk mempertimbangkan dan memahami segala sesuatunya tanpa bias (praduga/menyimpang). Beliau juga tidak menganjurkan orang untuk menggunakan emosi atau ketaatan semata yang berdasarkan pada kepercayaan yang membuta di dalam menerima suatu agama. Inilah mengapa agama yang berdasarkan pada ajaranNya sering digambarkan sebagai agama rasional. Agama ini juga dikenal sebagai agama merdeka dan beralasan (religion of freedom and reason). Kita seharusnya tidak menerima apapun melalui iman atau emosi untuk mempraktikkan suatu agama. Kita seharusnya tidak menerima suatu agama begitu saja dikarenakan agama itu menghilangkan ketakutan bodoh kita mengenai apa yang akan terjadi pada diri kita, kapan kita mati ataupun ketakutan kita ketika diancam oleh api neraka jika kita tidak menerima beberapa ajaran atau yang lainnya. Agama harus diterima melalui pilihan bebas. Setiap pribadi harus menerima suatu agama karena pemahaman dan bukan karena agama itu merupakan hukum yang diberikan oleh suatu penguasa atau kekuatan-kekuatan supernatural. Menerima suatu agama haruslah bersifat pribadi dan berdasarkan pada kepastian rasional akan agama yang akan diterima.

Orang dapat membuat berbagai macam klaiman mengenai agama mereka dengan membesar-besarkan berbagai macam peristiwa untuk mempengaruhi orang lain. Kemudian, mereka dapat memperkenalkannya sebagai pesan surgawi untuk menumbuhkan iman atau rasa percaya. Tetapi kita harus membaca apa yang tertulis secara analitis dengan menggunakan akal sehat dan kekuatan pikiran. Itulah mengapa Sang Buddha menasihatkan kita untuk tidak menerima secara tergesa-gesa apapun yang tercatat, tradisi, atau kabar angin semata. Orang mempraktikkan tradisi-tradisi tertentu yang berdasarkan pada kepercayaan, kebiasaan atau cara hidup komunitas dimana mereka berada. Namun, beberapa tradisi sangatlah penting dan berarti. Oleh karena itu, Sang Buddha tidak mengecam semua tradisi adalah salah tetapi menasihatkan kita untuk mempertimbangkannya dengan sangat berhati-hati praktik mana yang penuh arti dan mana yang tidak. Kita harus mengetahui bahwa beberapa tradisi tertentu tersebut menjadi ketinggalan jaman dan tidak berarti lagi setelah beberapa periode waktu. Hal ini mungkin disebabkan karena kebanyakan di antaranya diperkenalkan dan dipraktikkan oleh orang-orang primitif dan pemahaman mereka tentang kehidupan manusia dan alam sangatlah terbatas pada masa itu. Jadi, pada masa sekarang ini ketika kita menggunakan pendidikan sains modern kita dan pengetahuan akan alam semesta, kita dapat melihat sifat sesungguhnya dari kepercayaan mereka. Kepercayaan yang dimiliki orang-orang primitif mengenai matahari, bulan, dan bintang-bintang, bumi, angin, halilintar, guntur dan halilintar, hujan dan gempa bumi, berdasarkan pada usaha mereka untuk menjelaskan fenomena alam yang nampaknya sangat mengerikan. Mereka memperkenalkan fenomena alam tersebut sebagai tuhan-tuhan (dewa) atau perbuatan-perbuatan tuhan dan kekuatan-kekuatan supernatural.


2. Janganlah Menerima Apapun Berdasarkan Pada Tradisi Semata

Dengan pengetahun kita yang telah maju, kita dapat menjelaskan fenomena alam yang nampaknya mengerikan ini sebagaimana apa adaya. Itulah mengapa Sang Buddha mengatakan, “Janganlah menerima dengan segera apa yang kau dengar. Janganlah mencoba untuk membenarkan perilaku tidak rasionalmu dengan mengatakan ini adalah tradisi-tradisi kami dan kita harus menerimanya.” Kita seharusnya tidak percaya begitu saja kepada takhayul ataupun dogma agama karena orang yang dituakan melakukan hal yang sama. Ini bukan berarti kita tidak menghormati para sesepuh kita, tetapi kita harus melaju bersama waktu. Kita seharusnya memelihara kepercayaan-kepercayaan yang sesuai dengan pandangan dan nilai-nilai modern dan menolak apapun yang tidak diperlukan atau yang tidak sesuai karena waktu telah berubah. Dengan cara ini kita akan dapat hidup dengan lebih baik.

Satu generasi yang lalu, seorang pendeta Anglikan, Uskup dari Woolich menyatakan sebuah kalimat, “Tuhan dari celah“ (God of the gaps) untuk menjelaskan bahwa apapun yang tidak kita pahami merupakan atribut tuhan. Karena pengetahuan kita terhadap dunia telah berkembang, kekuatan tuhan pun berkurang secara bersamaan.


3. Janganlah Menerima Apapun Berdasarkan Pada Kabar Angin Semata

Semua orang suka mendengarkan cerita. Mungkin itulah mengapa orang mempercayai kabar angin. Anggaplah ada seratus orang yang telah melihat sebuah peristiwa tertentu dan ketika setiap orang menceritakannya kembali kepada yang lain, ia akan menghubungkannya dengan cara yang berbeda dengan menambahkan lebih banyak hal lainnya dan membesar-besarkan hal yang kecilnya. Ia akan menambahkan “garam dan bumbu” untuk membuat ceritanya lebih seru dan menarik dan untuk memperindahnya. Umumnya setiap orang akan menceritakan suatu kisah seolah-olah dialah satu-satunya yang dapat menceritakan kepada orang lain apa yang benar-benar terjadi. Inilah sifat sesungguhnya dari cerita yang dibuat dan disebarkan oleh orang. Ketika Anda membaca beberapa kisah dalam agama apapun, cobalah untuk ingat bahwa kebanyakan dari interpretasinya adalah hanya untuk menghias peristiwa kecil untuk menarik perhatian orang. Jika tidak demikian, maka tidak akan ada apapun bagi mereka untuk diceritakan kepada orang lain dan tak seorang pun akan menaruh perhatian pada kisah itu.

Di sisi lain cerita dapat sangat bermanfaat. Cerita merupakan cara yang menarik untuk menyampaikan pelajaran moral. Literatur Buddhis merupakan gudang yang besar dari beragam kisah cerita. Tetapi itu hanyalah cerita. Kita harus tidak mempercayainya seperti seolah-olah cerita itu adalah kebenaran mutlak. Kita seharusnya tidak seperti anak kecil yang percaya bahwa seekor serigala dapat menelan hidup-hidup seorang nenek dan berbicara kepada manusia! Orang dapat berbicara mengenai berbagai macam keajaiban, tuhan-tuhan/dewa, dewi, bidadari-bidadari dan kekuatan mereka berdasarkan pada kepercayaan mereka. Kebanyakan orang cenderung untuk menerima dengan segera hal-hal tersebut tanpa penyelidikan apapun, tetapi menurut Sang Buddha, kita seharusnya tidak mempercayai dengan segera apapun karena mereka yang menceritakannya kepada kita akan hal itu pun terpedaya olehnya. Kebanyakan orang di dunia ini masih berada dalam kegelapan dan kemampuan mereka untuk memahami kebenaran sangatlah miskin. Hanya beberapa orang yang memhami segala sesuatu secara sewajarnya. Bagaimana mungkin seorang buta menuntun seorang buta lainnya? Kemudian ada perkataan lain, ”Jack si mata satu dapat menjadi raja dikerajaan orang buta.” Beberapa orang mungkin hanya mengetahui sebagian dari kebenaran. Kita perlu berhati-hati dalam menjelaskan kebenaran mutlak ini kepada mereka.

4. Janganlah Menerima Apapun Berdasarkan Pada Otoritas Teks-Teks Keagamaan Semata

Selanjutnya Sang Buddha memperingati kita untuk tidak mempercayai apapun berdasarkan pada otoritas teks-teks keagamaan ataupun kitab-kitab suci. Beberapa orang selalu mengatakan bahwa semua pesan-pesan yang terdapat dalam kitab-kitab suci mereka disampaikan secara langsung oleh tuhan mereka. Sekarang ini, mereka mencoba untuk memperkenalkan buku-buku tersebut sebagai pesan dari surga. Hal ini sukar untuk dipercaya bahwa mereka menerima pesan ini dari surga dan mencatatnya dalam kitab suci mereka hanya pada beberapa ribu tahun yang lampau. Mengapa wahyu ini tidak diberikan lebih awal? (Menimbang bawa planet bumi ini berusia empat setengah miliar tahun). Mengapa wahyu tersebut dibuat hanya untuk menyenangkan beberapa orang tertentu saja? Tentunya akan jauh lebih efektif jika mengumpulkan semua orang dalam suatu tempat dan menyatakan kebenaran kepada banyak orang daripada bergantung pada satu orang untuk melakukan pekerjaan itu. Bukankah tetap lebih baik jika tuhan-tuhan mereka menampakkan diri pada hari-hari penting tertentu dalam setahun untuk membuktikan keberadaan dirinya secara berkala? Dengan cara demikian tentunya mereka tidak akan memiliki kesulitan sama sekali untuk mengubah seluruh dunia!

Umat Buddha tidak berusaha untuk memperkenalkan ajaran Sang Buddha sebagai pesan surgawi, dan mereka mengajarkan tanpa menggunakan kekuatan mistik apapun. Menurut Sang Buddha, kita tidak seharusnya menerima ajaranNya seperti yang tercatat dalam kitab suci Buddhis secara membuta dan tanpa pemahaman yang benar. Ini merupakan kebebasan yang luar biasa yang Sang Buddha berikan kepada kita. Meskipun Beliau tidak pernah mengklaim bahwa umat Buddha adalah orang-orang pilihan tuhan, Beliau memberikan penghargaan jauh lebih besar kepada kecerdasan manusia dibanding dengan yang pernah dilakukan oleh agama manapun.

Cara yang terbaik bagi seseorang yang berasional untuk mengikuti adalah mempertimbangkan secara hati-hati sebelum ia menerima atau menolak segala sesuatu. Mempelajari, berpikir, menyelidiki sampai Anda menyadari apa yang ada sebenarnya. Jika Anda menerimanya hanya berdasarkan pada perintah atau kitab-kitab suci, Anda tidak akan menyadari kebenaran bagi diri Anda sendiri.
 
5. Janganlah Bergantung Pada Logika dan Argumentasi Pribadi Saja

“Janganlah bergantung pada logika dan argumentasi pribadi saja” merupakan nasihat lain dari Sang Buddha. Janganlah berpikir bahwa penalaran Anda adalah hal yang mutlak. Kalau tidak demikian, Anda akan berbangga diri dan tidak mendengarkan orang lain yang lebih mengetahui dibandingkan dengan diri Anda. Biasanya kita menasihatkan orang lain untuk menggunakan penalaran. Benar, dengan menggunakan daya pikiran dan akal yang terbatas, manusia berbeda dengan hewan dalam hal menggunakan pikirannya. Bahkan seorang anak kecil dan orang yang tidak berpendidikan pun menggunakan penalaran sesuai dengan usia, kedewasaan, pendidikan, dan pemahaman. Tetapi penalaran ini berbeda berdasarkan pada kedewasaan, pengetahuan, dan pengalaman. Sekali lagi, penalaran ini merupakan subjek dari perubahan, dari waktu ke waktu. Identitas seseorang atau pengenalan akan konsep-konsep juga berubah dari waktu ke waktu. Dalam penalaran seperti itu tidak ada analisa terakhir atau kebenaran mutlak. Karena kita tidak memiliki pilihan lain, kita harus menggunakan penalaran terbatas kita secara keras sampai kita mendapatkan pemahaman yang sebenarnya. Tujuan kita seharusnya adalah mengembangkan pikiran kita secara berkesinambungan dengan bersiap diri untuk belajar dari orang lain tanpa menjadi masuk ke dalam kepercayaan membuta. Dengan membuka diri kita pada cara berpikir yang berbeda, dengan membiarkan kepercayaan kita tertantang/teruji, dengan selalu tetap membuka pikiran, kita mengembangkan pemahaman kita atas diri kita sendiri dan dunia di sekeliling kita. Sang Buddha mengunjungi setiap guru yang dapat Beliau temukan sebelum Beliau mencapai Pencerahan terakhir. Meskipun kemudian Beliau tidak menerima apapun yang mereka ajarkan. Justru, Beliau menggunakan penalaranNya untuk memahami Kebenaran. Dan ketika Beliau mencapai Penerangan Agung, Beliau tidak pernah marah atau mengancam siapapun yang tidak setuju dengan ajaranNya.

Sekarang marilah kita mempertimbangkan argumen dan logika. Kapanpun kita berpikir bahwa suatu hal tertentu dapat kita terima, kita mengatakan hal itu adalah logika. Sebenarnya, seni logika merupakan alat yang bermanfaat bagi sebuah argumen. Logika dapat diekploitasi oleh para orator (ahli pidato) berbakat yang menggunakan kepandaian dan kecerdikan. Seseorang yang mengetahui cara berbicara dapat menjatuhkan kebenaran dan keadilan serta mengalahkan orang lain. Seperti para pengacara berargumen di pengadilan. Kelompok-kelompok agama yang berbeda berargumen untuk membuktikan bahwa agama mereka lebih baik dari agama-agama yang lainnya. Argumen-argumen mereka berdasarkan pada bakat dan kemampuan mereka untuk menyampaikan pandangan-pandangan mereka tetapi sebenarnya mereka tidak tertarik kepada kebenaran. Inilah sifat dasar dari argumen. Untuk mencapai kebenaran, Sang Buddha menasihatkan kita untuk tidak terpengaruh oleh argumen atau logika tetapi menasihatkan kita untuk menggunakan penyelidikan yang tidak bias. Ketika orang-orang mulai berargumen, secara alami emosi mereka juga muncul dan hasilnya adalah argumen yang memanas. Kemudian, egoisme manusia menambah lebih banyak lagi api dalam perang kata-kata ini. Pada akhirnya, menciptakan permusuhan karena tak ada seorang pun yang mau menyerah. Oleh karena itu, seseorang seharusnya tidak memperkenalkan kebenaran agama melalui argumen. Ini merupakan nasihat penting lainnya dari Sang Buddha.


6. Janganlah Menerima Apapun Berdasarkan Pada Pengaruh Pribadi Seseorang Semata

Kemudian nasihat selanjutnya adalah janganlah menerima apapun sebagai kebenaran mutlak berdasarkan pada pengaruh pribadi seseorang. Hal ini mengacu pada kepercayaan yang dilihat sebagai kebenaran melalui imajinasi pribadi seseorang. Meskipun kita memiliki keraguan dalam pikiran kita, kita menerima hal-hal tertentu sebagai kebenaran setelah penyelidikan yang terbatas. Semenjak pikiran kita terpedaya oleh banyaknya keinginan dan perasaan-perasaan emosional, sikap batin ini menciptakan banyak ilusi. Dan kita juga sebenarnya memiliki kebodohan batin. Semua orang menderita yang diakibatkan dari kebodohan batin dan ilusi. Kekotoran batin menyelimuti pikiran yang kemudian menjadi bias dan tidak dapat membedakan antara kebenaran dan ilusi. Sebagai hasilnya, kita menjadi percaya bahwa hanya kepercayaan kitalah yang benar. Nasihat Sang Buddha adalah untuk tidak mengambil sebuah kesimpulan dengan segera dengan menggunakan perasaan emosional kita tetapi untuk mendapatkan lebih banyak lagi informasi dan penyelidikan sebelum kita mengambil kesimpulan terhadap sesuatu. Ini berarti kita harus bersedia mendengarkan terlebih dulu apa yang orang lain katakan. Mungkin mereka dapat menjernihkan keragu-raguan kita dan membantu kita untuk mengenali kesalahan atas apa yang kita percayai sebagai kebenaran. Sebagai contoh untuk hal ini adalah suatu masa ketika orang-orang pernah mengatakan bahwa matahari mengelilingi bumi dimana bumi berbentuk datar seperti layaknya uang logam. Hal ini berdasarkan pada keterbatasannya pengetahuan mereka, tetapi mereka bersiap untuk membakar hidup-hidup siapapun yang berani mengemukakan pandangan yang lain. Terima kasih kepada Guru Tercerahkan kita, Buddhisme dalam sejarahnya tidak memiliki catatan gelap dimana orang tidak diperkenankan untuk menentang apapun yang tidak masuk akal seperti itu. Inilah mengapa begitu banyak aliran Buddhisme saling bertautan secara damai tanpa mengecam satu sama yang lain. Berdasarkan pada petunjuk-petunjuk yang jelas dari Sang Buddha, umat Buddha menghormati hak-hak orang lain untuk memegang pandangan yang berbeda.

7. Janganlah Menerima Apapun Yang Kelihatannya Benar

Nasihat selanjutnya adalah janganlah menerima apapun yang kelihatannya benar. Ketika Anda melihat segala hal dan mendengarkan beberapa tafsiran yang diberikan oleh orang lain, Anda hanyalah menerima penampilan luar dari obyek-obyek tersebut tanpa menggunakan pengetahuan anda secara mendalam. Kadangkala konsep atau identitas yang Anda ciptakan mengenai suatu obyek adalah jauh dari kebenaran hakikinya.

Cobalah untuk melihat segala sesuatu dalam sudut pandang yang sebagaimana mestinya. Buddhisme dikenal sebagai Ajaran Analisis (Doktrin of Analysis). Hanya dengan melalui analisa kita dapat memahami apa yang sebenarnya terdapat pada sebuah obyek dan apakah jenis dari elemen-lemen dan energi-energi yang berkerja dan bagaimanakah hal-hal itu bisa ada, mengapa mengalami kelapukan dan menghilang. Jika Anda menelaah sifat alami dari hal-hal ini, Anda akan menyadari bahwa segala sesuatu yang ada adalah tidak kekal dan kemelekatan terhadap obyek-obyek tersebut dapat menimbulkan kekecewaan. Juga, Anda akan menyadari bahwa tidak ada hal penting dalam pertengkaran mengenai ide-ide ketika dalam analisa terakhir, ketika melihat hal-hal tersebut dalam sudut pandang yang sebebarnya, ternyata hal-hal tersebut hanyalah ilusi belaka. Umat Buddha tidaklah terjebak dalam hal-hal kontoversial mengenai kapan dunia akan berakhir karena mereka melihat bahwa secara pasti segala sesuatu yang terdiri dari perpaduan akan mengalami kehancuran. Dunia akan berakir. Tidak ada keraguan akan hal itu. Kita berakhir setiap waktu kita menarik napas masuk dan keluar. Akhir dunia (yang disampaikan oleh Sang Buddha) hanya semata-mata peristiwa dramatis dari sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan ilmu astronomi modern mengatakan pada kita bahwa dunia bergejolak setiap saat. “Mereka yang tidak mengkhawatikan masa lalu, mereka yang tidak mengkhawatirkan masa depan, maka mereka hidup dalam ketenangan” (Sang Buddha). Ketika kita mengetahui kebenaran ini, maka akhir dunia tidak lagi menjadi hal yang begitu menakutkan dan tidaklah pantas untuk dikhawatirkan.

8. Janganlah Bergantung Pada Pengalaman Spekulasi Pribadi Seseorang.

Sang Buddha kemudian memperingati para pengikutnya untuk tidak bergantung pada pengalaman spekulasi pribadi seseorang. Setelah mendengarkan atau membaca beberapa teori tertentu, orang dengan mudah tiba pada kesimpulan tertentu dan memelihara kepercayaan ini. Mereka menolak dengan sangat keras untuk mengubah pandangan mereka karena pikiran mereka telah terbentuk atau karena sewaktu beralih pada kepercayaan tertentu, mereka telah diperingatkan bahwa mereka akan dibakar di dalam neraka jika mereka mengubah pendiriannya. Dalam kebodohan dan rasa takut, orang-orang malang ini hidup dalam surga kebodohan, mereka berpikir bahwa kesalahan-kesalahan mereka secara ajaib akan diampuni. Nasihat Sang Buddha adalah untuk tidak membuat kesimpulan gegabah apapun untuk memutuskan apakah sesuatu itu benar atau sebaliknya. Manusia dapat menemukan berbagai macam hal di dunia ini tetapi hal yang paling sukar bagi mereka untuk dilihat adalah kebenaran atau realita dari segala sesuatu yang terbentuk dari perpaduan. Kita seharusnya tidak bergantung pada desas-desus spekulasi untuk memahami kebenaran. Kita boleh menerima beberapa hal tertentu sebagai dasar yang digunakan untuk memulai sebuah penyelidikan yang akhirnya akan memberikan kepuasan pada pikiran. Keputusan yang kita ambil dengan cara spekulasi dapat dibandingkan dengan keputusan yang dibuat oleh sekelompok orang buta yang menyentuh bagian berbeda dari tubuh seekor gajah. Setiap orang buta tersebut memiliki keputusan sendiri mengenai apa yang ia pikirkan tentang bentuk dari gajah tersebut. Bagi masing-masing orang buta tersebut, apa yang ia katakan adalah benar. Meskipun mereka yang dapat melihat hal-hal tersebut tahu bahwa semua orang buta tersebut salah, dalam pikiran orang-orang buta tersebut mereka berpikir bahwa merekalah yang benar. Juga janganlah seperti katak dalam tempurung kelapa yang berpikir bahwa tidak ada dunia lain di luar apa yang dapat ia lihat.

Kita terbutakan oleh kekotoran batin kita. Inilah mengapa kita tidak dapat memahami kebenaran. Inilah mengapa orang lain dapat menyesatkan dan mempengaruhi kita dengan sangat mudah. Kita selalu mudah mengganti kepercayaan yang telah kita terima sebagai kebenaran karena kita tidak memiliki pemahaman yang mendalam. Orang-orang mengubah lebel agama mereka dari waktu ke waktu karena mereka mudah terpengaruh oleh emosi manusia. Ketika kita sudah menyadari kebenaran tertinggi, kita tidak perlu lagi mengubahnya dalam keadaan apapun karena dalam kebenaran terakhir tidak ada hal yang diubah, ia adalah Mutlak.

9. Janganlah Dengan Mudah Mengubah Pandangan Kita Karena Kita Terkesan Oleh Kemampuan Mengesankan Seseorang

Kita seharusnya tidak mengubah pandangan-pandangan kita dengan mudah karena kita terkesan oleh kemampuan mengesankan seseorang merupakan nasihat selanjutnya Sang Buddha yang diberikan kepada orang-orang muda yang disebut dengan suku Kalama. Seberapa orang memiliki kemampuan yang mengesankan Anda dengan perilaku dan kemampuan nyata untuk melakukan hal-hal tertentu. Sebagai contoh, akankah Anda mempercayai secara membuta seorang gadis yang ada di iklan televisi yang mengatakan kepada Anda bahwa Anda juga dapat menjadi cantik secantik dirinya, memiliki gigi seindah giginya, jika Anda menggunakan pasta gigi merek tertentu? Tentu tidak.Anda tidak akan menerima apa yang ia katakan tanpa memeriksa secara hati-hati kebenaran akan pernyataanya. Ini juga sama dengan para pembicara fasih yang mengetuk pintu Anda untuk menceritakan cerita yang mempesona tentang “kebenaran” mereka. Mereka mungkin berbicara mengenai beragam guru-guru agama, guru-guru, dan ahli-ahli meditasi. Mereka juga akan menikmati memberi pernyataan yang dilebih-lebihkan untuk membuktikan kekuatan dari guru-guru mereka untuk mempengaruhi pikiran Anda. Jika Anda secara membuta menerima perkataan-perkataan mereka sebagai Kebenaran, Anda akan memelihara pandangan yang goyah dan dangkal karena Anda tidak sepenuhnya yakin. Anda dapat mengikuti mereka dengan iman untuk beberapa saat, tetapi suatu hari Anda akan merasa kecewa, karena Anda tidak menerimanya melalui pemahaman dan pengalaman Anda. Dan segera setelah guru mengesankan lainnya datang, Anda akan meninggalkan yang pertama.

Telaahlah nasihat yang diberikan oleh Sang Buddha. Pikirkan bagaimana beralasannya, masuk akalnya, dan ilmiahnya cara pengajaranNya. “Janganlah mendengarkan orang lain dengan kepercayaan membuta. Dengarkanlah mereka dengan segala pengertiannya, tetapi tetaplah penuh perhatian dan dengarlah dengan pikiran terbuka. Anda tidak seharusnya menyerahkan pendidikan dan kecerdasan Anda kepada orang lain ketika Anda sedang mendengarkan mereka. Mereka mungkin mencoba untuk membangkitkan emosi Anda dan mempengaruhi pikiran Anda sesuai dengan kebutuhan duniawi Anda untuk memuaskan keinginan Anda. Tetapi tujuan mereka mungkin bukan berkepentingan untuk menyatakan kebenaran.”


10. Janganlah Menerima Apapun Atas Pertimbangan Bahwa “Inilah Guru Kami”

Janganlah menerima apapun atas pertimbangan bahwa “Inilah guru kami”, merupakan nasihat terakhir Sang Buddha dalam konteks ini. Pernahkah Anda mendengar guru agama lain manapun yang mengutarakan kata-kata seperti ini? Yang lainnya semua mengatakan, “Sayalah satu-satunya guru terhebat, Saya adalah Tuhan. Ikutilah aku, sembahlah aku, berdoalah padaku, jika tidak kau tidak akan memiliki keselamatan.” Mereka juga mengatakan, “Janganlah kau menyembah tuhan lain atau guru lain.” Berpikirlah untuk sejenak untuk memahami sikap Sang Buddha. Sang Buddha mengatakan, “Kau seharusnya tidak bergantung secara membuta kepada gurumu. Ia mungkin saja adalah penemu sebuah agama atau guru yang terkenal, tetapi meskipun demikian kau tidak seharusnya mengembangkan kemelekatanmu terhadapnya sekali pun.”

Beginilah caranya Sang Buddha memberikan penghargaan yang semestinya kepada kecerdasan seseorang dan memperkenankan manusia menggunakan kehendak bebasnya tanpa bergantung pada orang lain. Sang Buddha mengatakan, “Kau bisa menjadi tuan atas dirimu sendiri.” Sang Buddha tidak pernah mengatakan kepada kita bahwa Beliau-lah satu-satunya Guru Yang Tercerahkan dimana para pengikutnya tidak diperkenankan untuk memuja tuhan/dewa dan guru agama lain. Beliau juga tidak menjanjikan para pengikutnya bahwa mereka dapat dengan mudah pergi ke surga atau mencapai Nibbana jika mereka memujaNya secara membuta. Jika kita mempraktikkan agama begitu saja dengan bergantung kepada seorang guru, kita tidak akan pernah menyadari kebenaran. Tanpa menyadari kebenaran mengenai agama yang kita praktikkan kita dapat menjadi korban dari kepercayaan yang membuta dan memenjarakan kebebasan berpikir kita dan akhirnya menjadi budak bagi seorang guru tertentu dan mendiskriminasikan guru yang lain.

Kita harus menyadari bahwa kita harus tidak bergantung pada orang lain dalam penyelamatan diri kita. Tetapi kita dapat menghormati guru agama manapun yang sungguh dan pantas untuk dihormati. Para guru agama dapat mengatakan kepada kita bagaimana untuk meraih keselamatan kita, tetapi seseorang tidak dapat menyelamatkan orang lain. Penyelamatan ini bukan seperti menyelamatkan sebuah kehidupan ketika dalam bahaya. Ini adalah pembebasan terakhir dari kekotoran batin dan penderitaan duniawi. Inilah mengapa kita harus berkerja secara individual (sendiri) untuk meraih pembebasan kita atau kemerdekaan penuh berdasarkan pada nasihat yang diberikan oleh guru-guru agama.

“Tidak ada orang lain yang menyelamatkan kita selain diri kita. Sang Buddha hanyalah menunjukkan jalannya.”

Dapatkah Anda pikiran guru agama manapun yang pernah mengatakan hal ini? Inilah kebebasan yang kita miliki dalam Buddhisme.

Inilah sepuluh nasihat yang diberikan oleh Sang Buddha kepada sekelompok pemuda yang disebut suku Kalama yang datang menemui Sang Buddha untuk mengetahui bagaimana menerima suatu agama dan bagaimana untuk memutuskan mana agama yang benar.

Nasihat Beliau adalah: “Janganlah mementingkan diri sendiri dan janganlah menjadi budak bagi yang lain; Janganlah melakukan apapun hanya untuk kepentingan pribadi tetapi pertimbangkan untuk kepentingan pihak lain.” Beliau mengatakan kepada suku Kalama agar mereka dapat memahami hal ini berdasarkan pada pengalaman pribadi mereka. Beliau juga mengatakan bahwa di antara beragam praktik dan kepercayaan, ada hal-hal tertentu yang baik bagi seseorang tetapi tidak baik bagi yang lain. Dan sebaliknya, ada hal-hal tertentu yang baik bagi orang lain tetapi tidak baik bagi seseorang. Sebelum Anda melakukan apapun, Anda harus mempertimbangkan baik manfaat maupun ketidakmanfaatan yang akan bertambah pada diri Anda. Inilah garis pedoman untuk pertimbangan sebelum Anda menerima suatu agama. Oleh karena itu, Sang Buddha telah memberikan kebebasan secara penuh kepada kita untuk memilih suatu agama berdasarkan pada pendirian diri sendiri.

Buddhisme merupakan suatu agama yang mengajarkan seseorang untuk memahami bahwa manusia bukanlah untuk agama tetapi agama itulah yang untuk manusia gunakan. Agama dapat diibaratkan sebagai rakit yang digunakan manusia untuk menyeberangi sungai. Ketika orang itu sampai di pinggiran sungai, ia dapat meninggalkannya dan melanjutkan perjalanannya. Seseorang seharusnya menggunakan agama untuk perbaikan dirinya dan untuk mengalami kebebasan, kedamaian, dan kebahagiaan. Buddhisme merupakan suatu agama yang dapat kita gunakan untuk hidup penih kedamaian dan membiarkan yang lain untuk juga hidup penuh kedamaian. Saat mempraktikkan agama ini kita diperkenankan untuk menghormati agama lain. Jika sukar untuk menghormati sikap dan perilaku agama lain maka setidaknya kita perlu bertoleransi tanpa mengganggu atau mengecam agama lain. Sangatlah sedikit agama lain yang mengajarkan para pengikutnya untuk mengadopsi sikap bertoleransi ini.

kita semua sama-sama belajar....
 
Tapi sourcenya dari Taisho Tripitaka neh... kumpulan Sutra Buddhisme Mahayana yang setidaknya bisa lebih dipercaya daripada source2 lain yang gak jelas... (Sama kayak Pali Text Society nya Buddhisme Theravada Kanon Pali).

Saya juga cukup setuju dengan sdr. Rough bilang. Tentu saja kita sebagai siswa Buddha seharusnya tidak langsung mempercayai hal itu. Pertama kali saya baca Sutra ini juga saya merasa aneh... koq Sutra ngajarin beginian ya... mana ada baca mantra sekian kali dapat ini dapat itu... melenceng sekali dari ajaran Buddha, mana ada Buddha ngajarin kita baca ini bisa dapat ini... dan inilah yang sering saya temui di Sutra Mahayana (no offense to Mahayanans... it's just my opinion...)

Seharusnya fungsi chanting/ paritta/ dharani adalah membaca ulang khotbah Buddha dan dilakukan dengan konsentrasi... jadi tujuan chanting adalah berkonsentrasi... ini sudah setara dengan samatha bhavana dan saya rasa kita bisa mencapai jhana dengan ini... (Jhana ya, bukan Nibbana/ Kesucian) karena konsentrasi kita sangat terpusat (Jhana adalah konsentrasi yang amat terpusat).

Namun bila chanting dengan iming2 begini... saya emank agak ragu...

Setahu saya, Buddha tidak akan mengajarkan hal yang membuat kita semakin melekat pada keduniawian, namun mengajarkan hal yang membuat kita semakin mampu melepas kemelekatan.

No offense ke siapapun...
 
:D
Sutra tsb tdk mengajarkan untuk meminta/memohon.
Manibhadra berikrar kpd Budha Sakyamuni spt itu.. karena Manibhadra adalah Yaksa.. Mengingat setan Yaksa tdk mungkin membabarkan dharma kpd manusia, jd hanya inilah satu-satunya kebaikan yg bisa dilakukan oleh Yaksa kpd manusia dalam mengumpulkan kebajikan agar dpt terlahir dialam manusia kelak. Selain itu yaksa pun akan memperoleh pahala bagai butiran disungai gangga, apabila ternyata orang yg disertainya mencapai keberhasilan dalam dharma.

Oleh karena itu sebabnya, MENGAPA setiap orang yg melatih budha dharma selalu disebutkan didlm sutra, tdk akan pernah kekurangan apapun, karena senantiasa memperoleh perlindungan dari Dewa, raja naga, raja sakka, raja mandarva, raja yaksa dsb meskipun kita tidak mengharapkannya.

Karena smua makhluk tsb menginginkan manusia mencapai keberhasilan, maka bila ternyata setelah membaca sutra tsb dgn nafsu yg membara untuk mencapai keberhasilan.. maka para makhluk tsb tdk akan mengabulkan / menuruti keinginan sipelaksana..sehingga berapa banyak pun jumlah yg anda baca tdk akan pernah terkabulkan. Bila ada yg pernah mengehipasikokan sutra pahala tp tidak pernah berhasil. INI adalah penyebab utamanya.

Mengapa tdk berhasil? krn makhluk2 tsb mengetahui setiap gerak pikiran/niat buruk dari manusia, dimana bila mereka semua menuruti berarti membawa manusia tsb kearah kemunduran bkn kemajuan.

Mengapa Yaksa mengganggu manusia bejat sebaliknya menghormati serta melindungi manusia berbudi adalah karena sebab diatas. Bila manusia tsb mencapai keberhasilan, bagi mereka sendiri dikehidupan berikutnya akan terlahir dialam yg jauh lebih tinggi daripada alam mereka sekarang.
Mengapa yaksa mengganggu manusia bejat yg bobrok? krn manusia2 spt itu mengingatkan pd dirinya sendiri dikehidupan2nya yg lalu yg menyebabkan dirinya terlahir spt sekarang. Para yaksa masih memiliki kekotoran batin dan kebencian, jd mereka tetap mempunyai sifat amarah thd sesuatu.
--
sy tdk memuji sutra tsb tp jg tdk berniat mencela..krn setiap sutra memiliki arti tersendiri..
jd bagi ada yg mencela sutra tsb krn ia sendiri pernah mengehipasikokan nya sendiri sutra itu. jd mereka adalah bijak (*)

tp bagi yg ingin memberi pendapat apapun tidak apa2..
:D
 
Tidak ada yang salah dengan sutra.... Improvisasi para penyebarnya dahulu yang menjadikan sutra tersebut sebagai mitos. Saya setuju dengan sutra-sutra Mahayana, namun tidak setuju dengan iming-iming yang dijanjikan.

Tahu tentang improvisasi? Semacam begini.... untuk mendidik beberapa orang murid yang luar biasa berbeda, seorang guru harus bisa mencari cara bagaimana agar apa yang ditekankan dalam kurikulum bisa diterima oleh semua muridnya. Kalau mungkin dalam kadar yang sama.

Untuk tujuan ini, sang guru kemudian melakukan berbagai trik, yang sepintas lalu mungkin bisa menimbulkan praduga bahwa yang dia lakukan itu salah bila dilihat dari kaca mata orang luar. Misalnya, untuk menekankan pentingnya bagaimana membangkitkan semangat, dia mengajak semua muridnya untuk berteriak lantang di depan kelas. Tentu saja hal ini akan dianggap aneh atau menelenceng oleh orang luar. Mana ada guru seperti itu. Guru justru dalam pandangan kebanyakan orang harus mendidik murid agar patuh, tidak ribut, rajin dan giat. Sedangkan guru ini justru menyuruh para muridnya untuk mengeluarkan apa saja yang ada dalam benaknya untuk memperoleh semangat.

Mungkin seperti itu yang terjadi, mengingat Buddha Dharma sendiri berkembang secara luar biasa di Tiongkok yang kebetulan sudah memiliki akar budaya dan tradisi yang kuat. Bahkan bisa dikatakan sebagai negara dengan budaya paling tua di dunia. Improvisasi dilakukan mungkin agar sutra tertanam di benak murid, yang dengan perlahan dari makna yang terkandung dalam sutra, murid justru menjadi sadar bahwa iming-iming yang terlihat bukanlah iming-iming yang sebenarnya.

Kalau dikatakan bro Imhereyahum melakukan share yang aneh-aneh.... justru saya melihat tidak. Karena apa, karena bro Mercedes sendiri, bro Wei, dan saya sendiri ternyata pernah melihat buku yang isinya sutra dengan iming-iming seperti itu. Justru sangat baik kita bisa membahasnya disini dengan pandangan Buddha Dharma.

Kedewasaan justru diperlukan untuk melihat hal-hal seperti itu. Bukan langsung menolak, tapi mencoba mencari tahu apa maksud dari hal tersebut. Karena secarik kertas kumal yang kadang terlihat tak berhargapun ternyata mengandung sejuta makna bagi orang yang berhasil memaknainya.
 
trims atas masukannya..:)

Tahu tentang improvisasi? Semacam begini.... untuk mendidik beberapa orang murid yang luar biasa berbeda, seorang guru harus bisa mencari cara bagaimana agar apa yang ditekankan dalam kurikulum bisa diterima oleh semua muridnya. Kalau mungkin dalam kadar yang sama.

Yak, sy setuju
mengapa didlm Tantrayana ada sadhana Jambhala Kuning?
Krn tidak sedikit orang awam yg melatih Budha Dharma krn tertarik pd iming tsb..shg bagi mereka yg awam akan masuk Budha dharma. Dlm aliran Tantrayana sdri, justru banyak sekali yg awalnya menekuni dharma krn tertarik pd materi duniawi, maka mereka mengenal mcm2 dharma spt Sadhana Raja Naga atau Jambhala Kuning sendiri, justru pd akhirnya tertarik utk mendalami lebih kedalam lg..mereka semua menjadi tertarik pd ajaran intinya tentang Triratna. meskipun saya tdk bs berbantah bahwa cukup byk orang yg berhasil menuai karma baik dari usahanya melatih sutra spt itu. Tp pd umumnya setelah mendapatkan mereka diajarkan harus segera melepaskannya kembali. Kl tdk anda tdk berhasil melawan kemelekatan..

slm ini sy punya banyak sutra dari aliran Tantrayana dan Mahayana yg blm pernah/jarang ter-sharing. oleh karena itu seiring dengan waktu saya ingin meng-sharing/membahasnya nya bersama-sama..oleh karena itulah celaan apapun tdk akan saya ambil disini..:D

krn niat kita adalah utk membagikan pengetahuan serta sama2 belajar disertai utk membahas..kl bro marcedes sempat blg saya tdk bijak tentunya adalah bnr. :) Kita semua sbg manusia adalah sedang menuju ketahap bijak, bkn sadar krn sudah bijak.itu adalah kesombongan. saya rasa bila ada yg memuji bro rougtorer, marcedes, mr.wei, singthung dll "oh, anda sungguh sangat bijak sekali.." sy rasa mereka semua akan menolak mengaku bahwa dirinya adalah bijak.. krn kita adalah murid Budha yg blm mencapai pencerahan. pikiran masih condong kekiri-kanan.. :D

jujur saja, mnrt saya sharing diwihara tdk semenarik diforum IF, krn diwihara terbatas oleh waktu, jg terbatas akan topik. Selain itu di IF membernya cenderung lbh aktif dan hidup krn terbebas oleh perasaan malu/sungkan.

utk mod dan yg lain trims atas kbijaksaannya..
 
Tapi sourcenya dari Taisho Tripitaka neh... kumpulan Sutra Buddhisme Mahayana yang setidaknya bisa lebih dipercaya daripada source2 lain yang gak jelas... (Sama kayak Pali Text Society nya Buddhisme Theravada Kanon Pali).

Saya juga cukup setuju dengan sdr. Rough bilang. Tentu saja kita sebagai siswa Buddha seharusnya tidak langsung mempercayai hal itu. Pertama kali saya baca Sutra ini juga saya merasa aneh... koq Sutra ngajarin beginian ya... mana ada baca mantra sekian kali dapat ini dapat itu... melenceng sekali dari ajaran Buddha, mana ada Buddha ngajarin kita baca ini bisa dapat ini... dan inilah yang sering saya temui di Sutra Mahayana (no offense to Mahayanans... it's just my opinion...)

Seharusnya fungsi chanting/ paritta/ dharani adalah membaca ulang khotbah Buddha dan dilakukan dengan konsentrasi... jadi tujuan chanting adalah berkonsentrasi... ini sudah setara dengan samatha bhavana dan saya rasa kita bisa mencapai jhana dengan ini... (Jhana ya, bukan Nibbana/ Kesucian) karena konsentrasi kita sangat terpusat (Jhana adalah konsentrasi yang amat terpusat).

Namun bila chanting dengan iming2 begini... saya emank agak ragu...

Setahu saya, Buddha tidak akan mengajarkan hal yang membuat kita semakin melekat pada keduniawian, namun mengajarkan hal yang membuat kita semakin mampu melepas kemelekatan.

No offense ke siapapun...
saya setuju dgn anda.
jika ajaran buddha mengajarkan seperti itu..bahwa hanya membaca saja maka keinginan bisa terkabul....
lebih baik saya tidak percaya pada buddha dhamma.
saya belajar untuk tidak buta.
saya sekolah untuk ber-pengetahuan
saya belajar untuk mengetahui..jika sesuatu itu bisa di capai hanya dengan CARA BENAR.



:D
Sutra tsb tdk mengajarkan untuk meminta/memohon.
Manibhadra berikrar kpd Budha Sakyamuni spt itu.. karena Manibhadra adalah Yaksa.. Mengingat setan Yaksa tdk mungkin membabarkan dharma kpd manusia, jd hanya inilah satu-satunya kebaikan yg bisa dilakukan oleh Yaksa kpd manusia dalam mengumpulkan kebajikan agar dpt terlahir dialam manusia kelak. Selain itu yaksa pun akan memperoleh pahala bagai butiran disungai gangga, apabila ternyata orang yg disertainya mencapai keberhasilan dalam dharma.

Oleh karena itu sebabnya, MENGAPA setiap orang yg melatih budha dharma selalu disebutkan didlm sutra, tdk akan pernah kekurangan apapun, karena senantiasa memperoleh perlindungan dari Dewa, raja naga, raja sakka, raja mandarva, raja yaksa dsb meskipun kita tidak mengharapkannya.

Karena smua makhluk tsb menginginkan manusia mencapai keberhasilan, maka bila ternyata setelah membaca sutra tsb dgn nafsu yg membara untuk mencapai keberhasilan.. maka para makhluk tsb tdk akan mengabulkan / menuruti keinginan sipelaksana..sehingga berapa banyak pun jumlah yg anda baca tdk akan pernah terkabulkan. Bila ada yg pernah mengehipasikokan sutra pahala tp tidak pernah berhasil. INI adalah penyebab utamanya.

Mengapa tdk berhasil? krn makhluk2 tsb mengetahui setiap gerak pikiran/niat buruk dari manusia, dimana bila mereka semua menuruti berarti membawa manusia tsb kearah kemunduran bkn kemajuan.

Mengapa Yaksa mengganggu manusia bejat sebaliknya menghormati serta melindungi manusia berbudi adalah karena sebab diatas. Bila manusia tsb mencapai keberhasilan, bagi mereka sendiri dikehidupan berikutnya akan terlahir dialam yg jauh lebih tinggi daripada alam mereka sekarang.
Mengapa yaksa mengganggu manusia bejat yg bobrok? krn manusia2 spt itu mengingatkan pd dirinya sendiri dikehidupan2nya yg lalu yg menyebabkan dirinya terlahir spt sekarang. Para yaksa masih memiliki kekotoran batin dan kebencian, jd mereka tetap mempunyai sifat amarah thd sesuatu.
--
sy tdk memuji sutra tsb tp jg tdk berniat mencela..krn setiap sutra memiliki arti tersendiri..
jd bagi ada yg mencela sutra tsb krn ia sendiri pernah mengehipasikokan nya sendiri sutra itu. jd mereka adalah bijak (*)

tp bagi yg ingin memberi pendapat apapun tidak apa2..
:D

lalu tiga kali dalam sehari membakar kayu cendana harum serta melafalkan dharani ini sebanyak 8.000 kali; maka apapun yang didambakannya akan terkabul. Emas, perak, dan benda-benda berharga akan diperoleh seturut kehendaknya."

maaf bro....sekali lagi kita di sini sama-sama belajar....
dalam teks bahasa indonesia....ini memang menunjukkan bahwa membaca ini sebanyak 8000x + bakar kayu cendana = emas,perak, muncul sendiri?
datang dari mana emas itu?
setiap orang yg melatih budha dharma selalu disebutkan didlm sutra, tdk akan pernah kekurangan apapun,
benarkah? saya ingin tahu sutta mana mengajarkan itu....
dunia ini terdiri dari corak umum,
kaya - miskin, sehat - sakit, cakep-jelek , bahagia - kesedihan, kenyang - lapar

apa dengan melatih buddha dhamma kita bisa menerima kaya,sehat,cakep,bahagia,kenyang.........semua yang baik-baik saja?

kalau itu benar buddha malah mengingkari kata-katanya sendiri kalau dunia ini diliputi dukkha.
karena segala sesuatu yang berkondisi itu akan berubah dari baik menjadi buruk,, buruk menjadi baik...........dan ini tidak memuaskan maka di sebut dukkha.
bagaimana bro? gw tidak mengerti kata-kata anda "jika orang melatih buddha dhamma maka tidak kekurangan apapun"
disatu sisi keinginan seperti emas,perak bukankah itu berbau duniawi dan melatih ketamakan..

orang-orang menjadi bikhhu untuk berusaha tidak terikat dengan apapun dan melepas....disatu sisi BUDDHA MENGAJARKAN MELATIH KETAMAKAN?

saya rasa ini perlu dibahas lebih dalam.


dan lagi.....jika seandainya saya membuat sutta baru.
dengan melihat-lihat foto patung liberty selama 3x24 jam...maka anda akan tiba di new york
dengan duduk diam selama 6 tahun maka orang akan mencapai buddha
dengan membaca "buddha gotama" sebanyak 1000x maka orang akan sama dengan buddha gotama

saya rasa ini perlu dibahas lagi.
kita generasi penerus buddha dhamma-bersosialiasasi setiap hari dengan orang
post di sini di lihat OLEH SELURUH DUNIA baik buddhis,kristen,islam,hindu,katolik,bahkan agama aneh pun..

apa jadi nya jika melihat bahwa buddha dhamma mengajarkan hal seperti ini?
jadi jangan heran kehacuran buddha dhamma kebanyakan pengaruh orang dalam sendiri alias dari umat buddha nya yang menunjukkan pada DUNIA...inilah ajaran buddha.

maaf saya tiba-tiba cerewet dan kritis seperti ini.....
ini dikarenakan karena terlalu banyak umat buddha di daerah saya baik di vihara atau vihara lain.
gereja bahkan umat muslim di forum lain(monyet_pintar) yang salah tanggap ajaran buddha.

kenyataan yang saya liat sungguh banyak orang tua,remaja...datang ke altar buddha ber-nammaskara sambil bakar dupa terus mulut nya komat-kamit kiri kanan(seperti meminta sesuatu)
belum lagi ke-klenteng bakar dupa sambil sembayang di semua altar dianggapnya dewa sambil meminta rejeki,kesehatan,jodoh....

dan saya pikir,,,betapa mereka tidak mengerti ajaran buddha yang sebenarnya.....
muncullah pikiran jika saya tidak aktif,maka akan seperti ini terus agama buddha---tenggelam lebih cepat.
muncullah pikiran jika orang lain(dari agama lain) melihat ajaran buddha seperti ini......apa mereka masih minat belajar buddha dhamma?


ibarat jalanan yang berlubang.....jika tidak ada peringatan WASPADA.....orang jatuh ke lubang itu....siapakah salah?
jika telah di beri peringatan WASPADA orang masih tetap jatuh ke lubang....siapakah salah?


versi cina:
-er he
-er he
-er he
-er he wu
-er he liu
-er he qi
-er he ba
-er he jiu
-er he shi
-er he shi yi
-er he shi er
-er he shi san
-er he shi si
-er he shi wu
-er he shi liu
-er he shi qi
-er he shi ba
-er he shi jiu
-er he er shi
-er he
-er he
-yin er shi yi
-qie shen
-yin er shi er
-er he yin
-er he san shi
-er he san shi er
-er he yin san shi san
-er he

bisa tau artinya ini?
dibahasa indonesiakan kalau bisa...

wu = 5
liu = 6
qi = 7
ba = 8
jiu = 9
shi = 10
selanjut nya
shi yi = 11
shi er = 12

saya tidak menemukan didalamnya yang membangun KEMAJUAN BATIN
mohon beri saya penjelasan.(makanya minta di indonesia-kan)

sekali lagi saya sama-sama belajar dan maaf jika kata saya tidak berkenaan
trims atas masukannya..

slm ini sy punya banyak sutra dari aliran Tantrayana dan Mahayana yg blm pernah/jarang ter-sharing. oleh karena itu seiring dengan waktu saya ingin meng-sharing/membahasnya nya bersama-sama..oleh karena itulah celaan apapun tdk akan saya ambil..

krn niat kita adalah utk membagikan pengetahuan serta sama2 belajar disertai utk membahas..kl bro marcedes sempat blg saya tdk bijak tentunya adalah bnr. Kita semua sbg manusia adalah sedang menuju ketahap bijak, bkn sadar krn sudah bijak.itu adalah kesombongan. saya rasa bila ada yg memuji bro rougtorer, marcedes, mr.wei, singthung dll "oh, anda sungguh sangat bijak sekali.." sy rasa mereka semua akan menolak mengaku bahwa dirinya adalah bijak.. krn kita adalah murid Budha yg blm mencapai pencerahan. pikiran masih condong kekiri-kanan..

jujur saja, mnrt saya sharing diwihara tdk semenarik diforum IF, krn diwihara terbatas oleh waktu, jg terbatas akan topik. Selain itu di IF membernya cenderung lbh aktif dan hidup krn terbebas oleh perasaan malu/sungkan.

utk mod dan yg lain trims atas kbijaksaannya..

wow....rendah hati sekali....saya perlu belajar dari anda lagi dalam hal ini ^^
 

yg di sebut TS itu penipuan,mengapa saya katakan demikian?

saya ingat sekali waktu sy umur 8 tahun(sekitar kelas 3-4 SD) saya mendapat buku yang depannya gambar dewi kwang im.....sambil di belakang nya tertulis

"jika membaca mantra ini sebanyak 100x maka ****
"jika membaca mantra ini sebanyak 1000x maka *****

yah seperti di atas ......
anda semua di sini tahu anak kecil kek apa pemikirannya...
karena waktu itu saya mendambakan keinginan saya terkabul...dengan giat dari pulang sekolah sampai sore saya baca TERUS.....

hasilnya !@#!@#!@$!#!@# alias nothing...

setelah saya belajar buddha dhamma....saya sadar.. ini semua bohongan dan tidak benar....
karena mana ada orang membaca mantra saja sudah bisa mencapai kebuddhaan?
jika ini memang cara yang MANTAP...mengapa waktu sang buddha pertama kali membabarkan dhamma bukan MENYURUH 5 pertapa itu membaca mantra saja.

seperti contoh diatas.
bisa juga dengan membaca mantra orang bisa kaya,tampan,umur panjang,dsb-nya...semua itu dikelompokkan dengan hal-hal belenggu.

maaf kan saya jika kata-kata saya tidak enak....sorry...just sharing my exp

Penipuan mungkin tidak, secara psikologi manusia awalnya mendalami agama karena mengejar kebahagiaan. Dalam tahap awal tsb ketika usia bro marcedes masih kecil maka mengganggap alangkah senang-nya jika keinginan-nya terkabul. Namun dengan membaca mantra sebenarnya itu khan juga langkah awal bro marcedes dalam pengenalan kulit agama Buddha.

Menurut saya kesan nothing itu tidak benar, karena dengan membaca mantra sebenarnya bro marcedes telah mengikat sebab jodoh baik dengan sang Buddha. Menurut riset kebanyakan umat Buddha awam memang sembahyang dengan pamrih (iming2). Namun setelah membaca mantra dan tidak terkabul mereka setidaknya sudah mengikat jodoh mendalam sehingga akan mencari tahu lebih banyak ttg Dharma, sehingga akhirnya bro marcedes semakin mendalami Buddha Dharma dan menjadi seperti sekarang ini.

Bukankah kualitas batin yang telah didapat bro marcedes saat ini lebih baik daripada misalnya ketika waktu itu permintaan dikabulkan begitu saja.
Sesungguhnya dalam kehidupan sekarang kita harus hidup saat ini dan sekarang.

Namun Dengan perkataan kasar dan terkesan menjelek2kan sebenarnya itu sudah menandakan kualitas batin kita sehebat apapun bantahan kita dan berpotensi menimbulkan anti walaupun bro marcedes mau menyampaikan sebuah pesan yang baik.
Dengan memenangkan debat sebenarnya bukanlah sebuah kemenangan jika kita tidak bisa memenangkan ego kita sendiri walaupun sudah banyak belajar miranda panha.

Sebaliknya Saya melihat kualitas tulisan dan penggunaan bahasa roughtorer saat ini sangat baik sekali walaupun usia-nya saya yakin masih muda.
Ketidaksetujuan-nya dia sampaikan dengan santun sehingga saya rasa akan lebih bisa diterima.

Mohon maaf jika kritikan saya ini kurang berkenan.
Salam Metta


Top1
 
bisa tau artinya ini?
dibahasa indonesiakan kalau bisa...

wu = 5
liu = 6
qi = 7
ba = 8
jiu = 9
shi = 10
selanjut nya
shi yi = 11
shi er = 12

saya tidak menemukan didalamnya yang membangun KEMAJUAN BATIN
mohon beri saya penjelasan.(makanya minta di indonesia-kan)


:D
ada yg kelupaan disini.. saya baru ingat karena komp saya tidak terinstal bhsa mandarin jd tulisan yang muncul adalah tulisan kotak-kotak dimonitor.. :D

td saya menemukan naskah dari sutra tsb disini:
link

Penipuan mungkin tidak, secara psikologi manusia awalnya mendalami agama karena mengejar kebahagiaan. Dalam tahap awal tsb ketika usia bro marcedes masih kecil maka mengganggap alangkah senang-nya jika keinginan-nya terkabul. Namun dengan membaca mantra sebenarnya itu khan juga langkah awal bro marcedes dalam pengenalan kulit agama Buddha.

Top1

Ini spt yg saya sampaikan ttg ketertarikan awal, sebagian umat Tantrayana yg masuk Budha dharma krn tertarik pd dharma materi.. lalu mereka mempelajari Sadhana Jambhala Kuning.. tp pd tahap berikutnya byk dari umat tantrika tsb yg malah lebih belajar lebih kedalam ttg Triratna.
:P
 
Penipuan mungkin tidak, secara psikologi manusia awalnya mendalami agama karena mengejar kebahagiaan. Dalam tahap awal tsb ketika usia bro marcedes masih kecil maka mengganggap alangkah senang-nya jika keinginan-nya terkabul. Namun dengan membaca mantra sebenarnya itu khan juga langkah awal bro marcedes dalam pengenalan kulit agama Buddha.

Menurut saya kesan nothing itu tidak benar, karena dengan membaca mantra sebenarnya bro marcedes telah mengikat sebab jodoh baik dengan sang Buddha. Menurut riset kebanyakan umat Buddha awam memang sembahyang dengan pamrih (iming2). Namun setelah membaca mantra dan tidak terkabul mereka setidaknya sudah mengikat jodoh mendalam sehingga akan mencari tahu lebih banyak ttg Dharma, sehingga akhirnya bro marcedes semakin mendalami Buddha Dharma dan menjadi seperti sekarang ini.

Bukankah kualitas batin yang telah didapat bro marcedes saat ini lebih baik daripada misalnya ketika waktu itu permintaan dikabulkan begitu saja.
Sesungguhnya dalam kehidupan sekarang kita harus hidup saat ini dan sekarang.

Namun Dengan perkataan kasar dan terkesan menjelek2kan sebenarnya itu sudah menandakan kualitas batin kita sehebat apapun bantahan kita dan berpotensi menimbulkan anti walaupun bro marcedes mau menyampaikan sebuah pesan yang baik.
Dengan memenangkan debat sebenarnya bukanlah sebuah kemenangan jika kita tidak bisa memenangkan ego kita sendiri walaupun sudah banyak belajar miranda panha.

Sebaliknya Saya melihat kualitas tulisan dan penggunaan bahasa roughtorer saat ini sangat baik sekali walaupun usia-nya saya yakin masih muda.
Ketidaksetujuan-nya dia sampaikan dengan santun sehingga saya rasa akan lebih bisa diterima.

Mohon maaf jika kritikan saya ini kurang berkenan.
Salam Metta


Top1

maaf saya belum cerita lanjutannya....

pada waktu itu saya lebih memilih banting setir belajar agama kristen.....
dan lagi ajaran kristen mudah di dapat...SD sekolah saya adalah sekolah kristen.
dan tiba di SMP masuk lagi sekolah kristen....
(di SMP inilah saya mulai mengkritik ajaran buddha yang saya anggap berhala,mengajarkan kebodohan,dsb-nya...dan saya nyaris di babtis)

Menurut saya kesan nothing itu tidak benar, karena dengan membaca mantra sebenarnya bro marcedes telah mengikat sebab jodoh baik dengan sang Buddha. Menurut riset kebanyakan umat Buddha awam memang sembahyang dengan pamrih (iming2). Namun setelah membaca mantra dan tidak terkabul mereka setidaknya sudah mengikat jodoh mendalam sehingga akan mencari tahu lebih banyak ttg Dharma, sehingga akhirnya bro marcedes semakin mendalami Buddha Dharma dan menjadi seperti sekarang ini.
maaf yah bro....kenyataan berkata lain.
saya justru banting setir dari agama buddha.
bahkan teman saya(buddha)....karena membaca buku yang bukan buddhis tapi asal buddhis menjadi takut masuk agama buddha.

soalnya katanya jika telah berbuat jahat maka akan tetap menderita(tidak ada penghapusan dosa katanya)
beda agama kristen.......yang katanya dosa di hapus...

dan lagi saya belajar buddha dhamma bukan karena faktor demikian...

tapi faktor ingin menjatuhkan teori buddha dhamma maka pergilah saya menghadap bikkhu sangha sambil berdebat.... ^^

disitu baru gw tau....buddha dhamma tidak pernah mengajarkan minta-minta.
tidak mengajarkan hal-hal bersifat tahkyul.
apalagi mencapai kebuddha-an dengan instant

masalah kata saya yang kurang santun....mungkin anda benar..
makanya saya tak lupa selalu menulis MAAF....
sorry yah jika kata saya tidak berkenaan.

tapi saya sangat setuju dengan anda..
dari tutur kata..pertanyaan, kritikan,,jawaban......bisa kelihatan seperti apa kualitas kita....

======================
@imhereyahum
sama dengan komp gw...tulisannya kotak-kotak.

btw....anybody here can help to translate?


==========

@1top1
saya saat ini diliputi rasa ketidak-senangan dengan keadaan buddha dhamma yang sudah luntur.......
dan ini memang penderitaan tapi tidak saya sadari efeknya akan begini.
(disinilah negatif saya)

tapi saya ingin membuka wawasan baru bagi semua orang setidaknya menjadikan diri kita sendiri contoh bahwa inilah buddha dhamma.

hari ini saya begini...besok saya harus lebih baik dari hari ini.
jika kelak kata-kata saya memang kasar menurut anda semua walau niat saya baik....peringati saja saya.......berilah tanda WASPADA...dari pada tidak sama sekali. ^^

tq for u all.
 
Mengartikan kitab suci tidak bisa secara harfiah.... emas dalam tulisan belum tentu emas yang sesungguhnya logam yang mulia.... mungkin saja itu hanya ungkapan atau kiasan untuk menggambarkan bagaimana mulianya bila sebuah sutra dibacakan dengan sungguh sungguh dengan hati yang tulus dan jiwa yang bersih.

Masalahnya justru terlihat seperti pamrih.

Perbedaan klasik antara Threavada dengan Mahayana ini yang membuat saya pribadi lebih tertarik kepada Buddhayana.... mengerti jalan yang besar tapi juga tidak tersesat di jalan yang lebih kecil....

Buddha sendiri mengajarkan jalan tengah.

Siapa yang tahu seperti apa yang diajarkan Sang Buddha pada masanya? Bukankah yang kita pahami sekarang ini tidak jauh berbeda dengan tradisi? ditambah dengan pengetahuan umum yang seperti ini, maka kita berpikir dengan menganalisa supaya seperti ini. Memang ada yang seperti ini karena memang seperti ini. Namun banyak juga yang sebenarnya seperti itu, hanya karena kita melihat dengan mata telanjang, maka kita merasa memang begitu.

Rahula, diberikan nama pada seorang anak yang baru lahir. Artinya belenggu.... Dari suatu sudut pandang, memang anak adalah belenggu bagi kebebasan manusia. Namun, bila kita memandang anak dengan arti harfiah dari 'Rahulla' adakah seorang ibu yang merasa terbelenggu karena cinta kasih nya pada anaknya?

Itu kalau kita mengartikan 'rahulla' dengan langsung. Translate apa adanya. Namun bila dikaji lagi. Lebih jauh. Sang Buddha mengajarkan untuk melepaskan belenggu hidup. Benarkah caranya dengan melepaskan rahulla-rahulla... anak-anak kita.... yang berarti menambah janda, dan anak yatim di dunia.... Tentu saja itu menurut saya adalah salah. Bukan Sang Buddha yang salah... tapi kita yang salah mengartikan 'rahulla'.

Kita memandang begitu karena kita tidak mengerti secara pasti apa yang dibenak Sidharta Gautama ketika menamakan anaknya 'rahulla'. Bagaimana bila rahulla yang dimaksud adalah tanggung jawab. bagaimana bila yang dimaksud adalah ikatan cinta kasih seorang ayah atau ibu pada anaknya.

Ikatan, tanggung jawab, belenggu..... masih dalam satu wacana pengertian

Emas, perak, kekayaan, kemuliaan, kebahagiaan........ (kalau tidak mau diperdebatkan) juga masih dalam satu koridor pengertian.

Itulah mengapa pelajaran bahasa disebut dengan sastra... sastra inggris, sastra mandarin, sastra jepang dll.... karena dalam setiap kata tersimpan sejuta makna, itu yang diyakini sastra. Dan saya tidak ragu-ragu sustra-sutra Buddha, kitab Dhammapada, Paritta-paritta suci, mantra.... adalah sastra.... sastra kelas tinggi.... yang bahkan harus memakai nalar, perenungan dan meditasi untuk dapat menangkap maknanya.

Perkalian harfiah dalam menangkap arti yang terkandung dalam sastra Buddhis, kebanyakan menimbulkan salah tafsir sama dengan kitab-suci lain yang ada di dunia.
 
maaf saya tambah dikit....

setelah saya pikir-pikir........sebaiknya saya post hal ini.

saya minta maaf kepada imhereyahum...maaf sebesar-besarnya


kadang-kadang...saya tidak tahu harus melakukan apa sehingga enak di 2 sisi.
ngomong jujur....kadang membuat orang tersinggung.(rasa bersalah)

tidak ngomong jujur...justru melihat hal negatif terus begitu saja lewat depan kita(padahal bisa di ubah)

walaupun berbicara se-sopan apapun...tidak menjamin rasa tersinggung itu tidak akan ada 100%....paling hanya mengurangi kadar-nya

ibarat seperti......

anda sedang duduk dibawah pohon....
lalu ada pencuri lewat dan berkata
"saya sedang di kejar warga...mohon selamatkan nyawa saya....tolong jangan beritahu kalau saya sembunyi di belakang pohon ini"

tak lama kemudian...lewat segerombolan warga dengan senjata tajam ditangan celurit,parang,golok,tombak,dsb-nya....
lalu bertanya kepada anda "liat seorang pencuri lewat disini?...kearah mana pergi nya?"

disini ada 2 pilihan.
1.berkata jujur......pencuri itu pasti di hajar sampai mati...nyawa melayang.
2.bohong/diam.....maka kita telah menyembunyikan buronan dan melanggar hukum....serta BERBOHONG alias tidak jujur sungguh jujur.(melanggar sila - 4)
silent is golden juga sudah tidak bisa di pakai.....

jika yang duduk di pohon adalah anda bagaimana jawaban anda?

kadang-kadang hidup ini tidak ada pilihan yang enak.....

jadi saya lebih memilih walau anda benci sama saya...setidaknya saya bisa membuat orang lain mengerti buddha dhamma..termasuk diri anda.
sekali lagi saya minta maaf.

gimana mau bahas lebih lanjut masalah baca sutta beberapa kali,maka ***** ?
atau di sudahi saja....terserah saja.

sorry yah..

@rougtorer
kalau masalah memakai majas / perumpamaan....itu lain lagi cerita nya.
Masalahnya justru terlihat seperti pamrih.
itulah masalah nya....teks indonesia sih menujukkan memang demikian.

makanya lebih baik kita cari terjemahannya sutta itu....
liat isi dan renungkan apakah berguna demi "kemajuan batin"
 
maaf saya tambah dikit....

setelah saya pikir-pikir........sebaiknya saya post hal ini.

saya minta maaf kepada imhereyahum...maaf sebesar-besarnya


kadang-kadang...saya tidak tahu harus melakukan apa sehingga enak di 2 sisi.
ngomong jujur....kadang membuat orang tersinggung.(rasa bersalah)

tidak ngomong jujur...justru melihat hal negatif terus begitu saja lewat depan kita(padahal bisa di ubah)

walaupun berbicara se-sopan apapun...tidak menjamin rasa tersinggung itu tidak akan ada 100%....paling hanya mengurangi kadar-nya

ibarat seperti......

anda sedang duduk dibawah pohon....
lalu ada pencuri lewat dan berkata
"saya sedang di kejar warga...mohon selamatkan nyawa saya....tolong jangan beritahu kalau saya sembunyi di belakang pohon ini"

tak lama kemudian...lewat segerombolan warga dengan senjata tajam ditangan celurit,parang,golok,tombak,dsb-nya....
lalu bertanya kepada anda "liat seorang pencuri lewat disini?...kearah mana pergi nya?"

disini ada 2 pilihan.
1.berkata jujur......pencuri itu pasti di hajar sampai mati...nyawa melayang.
2.bohong/diam.....maka kita telah menyembunyikan buronan dan melanggar hukum....serta BERBOHONG alias tidak jujur sungguh jujur.(melanggar sila - 4)
silent is golden juga sudah tidak bisa di pakai.....

jika yang duduk di pohon adalah anda bagaimana jawaban anda?

kadang-kadang hidup ini tidak ada pilihan yang enak.....

jadi saya lebih memilih walau anda benci sama saya...setidaknya saya bisa membuat orang lain mengerti buddha dhamma..termasuk diri anda.
sekali lagi saya minta maaf.

gimana mau bahas lebih lanjut masalah baca sutta beberapa kali,maka ***** ?
atau di sudahi saja....terserah saja.

sorry yah..

@rougtorer
kalau masalah memakai majas / perumpamaan....itu lain lagi cerita nya.

itulah masalah nya....teks indonesia sih menujukkan memang demikian.

makanya lebih baik kita cari terjemahannya sutta itu....
liat isi dan renungkan apakah berguna demi "kemajuan batin"

@Bro Mercedes
Saya juga minta maaf, kata 'minal aidin' terpaksa 2 kali saya edit. Karena itu bisa bias, sama seperti kata 'amin' yang dulu pernah dipakai siapa yah... lupa. Mengapa, karena yang namanya manusia sering sekali salah mengartikan.

Dalam kasus ini, sangat berterima kasih, dalam sharing, kadang kita tarik urat, meluruskan lagi, memanas, seperti api, lalu dingin seperti es... itu artinya apa? Itu artinya kita disini masih mau belajar.

Penegasan Bro Mercedes soal maaf yang saya quote diatas adalah cerminan kesungguhan hati yang tak terkira mulianya.... mungkin itu bisa juga disebutkan dengan 'memperoleh emas permata... atau harta yang tak ternilai harganya'.

Saya mengerti perasaaan anda. Karena itulah, saya sangat tidak setuju dengan 'menyerang member' itu saya tekankan. Bila ada yang ke arah sana, entah kenapa, saya juga jadi gatel..... sebenarnya posisi sekarang ini sering membuat saya menahan diri. Namun akhir-akhir ini karena Forum kembali memanas. Apalagi dengan gaya preman (maaf bukan ke anda bro Marcedes... tapi lebih ke Indonesiaku) saya merasa terusik dan hanya berusaha meluruskan.

Tidak ada perasaan membenci sama sekali. Saya yakin bro Inhereyahum juga demikian. Yang namanya belajar, justru dengan gejolak begini baru bisa ingat menempel di kepala. Tapi akan lebih baik lagi bila tidak usah bergejolak, tapi tetap nempel di kepala. :D:D:D

Terkadang begini loh.... dalam keadaan bathin bimbang, ada terpanggil untuk membaca 'karaniaya metta sutta'.... kalau mau kita cermati, bukankah ini pamrih juga.... agar bathin tidak goncang (ini pengalaman pribadi).... tapi seiring bertambah dewasanya kita, membaca paritta suci itu tidak lagi hanya karena bathin bimbang.... Coba ingat-ingat, dulu di SMA dengan guru Agama Buddha.... "Pak, kalau merasa ketakutan sama mahluk halus, baiknya baca paritta apa?" Lalu, si Bapak menjawab, "Baca saja Karaniya Metta Sutta".

Nah, sewaktu kita masih SMA tersebut, yang dibenak kita, Karaniya Metta Sutta itu semacam paritta untuk mengusir 'hantu'. Padahal tidak benar demikian kan?..... Saya melihat kasus mantranya Inhereyahum ini seperti ini.

Sekarang kembali ke diri kita sendiri. Percaya atau tidak. Kalau kita percaya, dengan sungguh sungguh dan benar-benar melakukannya... jangankan emas Pencerahan juga mungkin datang. Bukan karena iming-iming atau jumlah pengulangan. Tapi karena tahu apa sebenarnya makna dari mantra Buddha itu sendiri.

Dan akhirnya, kita bukan mengusir hantu dengan membaca Karaniya Metta Sutta... tapi mengharapkannya bahagia... sehingga akhirnya kita tidak diganggunya.... dan kita sendiri juga terkena kebahagiaan sutta itu.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.