• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Laa ilaha illallah makna, rukun dan syarat-syaratnya

Abudzul

IndoForum Newbie D
No. Urut
70242
Sejak
7 Mei 2009
Pesan
82
Nilai reaksi
1
Poin
8
File untuk artikel ini dapat diunduh disini

PENDAHULUAN

Sungguh ironi jika kita lihat fenomena umat islam pada jaman sekarang ini terutama di negeri kita Indonesia mereka adalah umat yang terbesar tetapi mereka bagaikan buih dilautan yang terombang-ambing oleh keadaan. Hampir disemua lini umat ini termajinalkan padahal umat islam menurut ALLAH subhanahu wa Ta’ala adalah umat yang terbaik seperti dalam firmannya dalam surah Ali ‘imran :110
1.JPG


“ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”

Sehingga kita umat islam perlu koreksi diri apa yang salah pada kita karena firman ALLAH mutlak kebenarannya. Dari ayat diatas sifat dari umat yang terbaik adalah menyeru kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, serta beriman kepada Allah. Sudahkah kita menyeru kepada yang ma’ruf ?, sudahkan kita mencegah kemungkaran ? dan terakhir sudahkan kita beriman kepada ALLAH menurut apa yang dikehendakiNYA.

Oleh karena didasari ayat tersebut diatas penulis berusaha untuk memberikan penjelasan dari dasar yaitu tentang makna dan syarat-syarat dari kalimat Laa ilaha illallah.

PEMBAHASAN

Kalimat Laa ilaha illallah memiliki dua rukun yaitu penafian (penolakan) sesembahan-sesembahan (ilah-ilah) selain ALLAH yang terangkum dalam kalimat Laa ilaha dan penetapan hanya ALLAH lah yang berhak untuk di sembah.yang terangkum dalam kalimat illallah. Telah berkata ibnu Abbas bersyahadat Laa ilaha illallah mengharuskan seseorang yang bersaksi itu berilmu (mengetahui) bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah (di ibadahi) kecuali hanya ALLAH sebagaimana firmanNYA dalam surah Muhammad:19
2%252C10.JPG


Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain ALLAH

Kemudian beliau berkata lagi bahwasanya nama ALLAH disebutkan setelah kata illa kecuali menunjukkan bahwa penyembahan (ibadah) adalah wajib bagi NYA, sedangkan selainNYA tidak berhak sedikitpun untuk mendapatkan penyembahan itu.

Kalimat tauhid ini mengandung perintah untuk mengkufuri thaghut yang terangkum pada kalimat Laa ilaha dan beriman kepada ALLAH yang terangkum pada kalimat illallah, sebagaimana firman ALLAH dalam surah An-Nahl :36

3.JPG


“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut.”

Definisi thaghut menurut para ulama adalah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari ALLAH subhanahu wa Ta’ala dan mereka ridho untuk disembah.

Dan begitupula pada firman ALLAH dalam surah Albaqarah:256
4.JPG



“ Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. “

Mufassirin menafsirkan (buhul tali yang amat kuat) adalah kalimat Laa ilaha illallah.

Konsekuensi dari kalimat tauhid ini adalah kita beribadah hanya kepada ALLAH semata sembari itu kita menjauhi syirik. Beribadah hanya kepada ALLAH merupakan pengejawantahan dari kalimat illallah sedangkan menjauhi syirik merupakan pengejawantahan dari kalimat Laa ilaha sebagaimana firman ALLAH dalam surah An Nisa :36
6.JPG


“ Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-NYA dengan sesuatupun “.

Syaikh Abudurrahman alu syaikh menjelaskan bahwa menjauhi kesyirikan merupakan syarat sahnya ibadah dikarenakan kesyirikan membatalkan semua amalan sebagaimana firman ALLAH dalam surah Azzumar 65

7.JPG


“ Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang-orang yang merugi “.


Mengesakan ALLAH dalam ibadah dan menjauhi kesyirikan merupakan dua perkara yang tidak dapat dipisahkan dalam berislam. Hal ini disebabkan hakekat dari islam adalah patuh terhadap semua perintah ALLAH dan menjauhi semua larangan ALLAH. Perintah teragung dalam perkara-perkara agama ini adalah mengesakan (mentauhidkan) ALLAH sebagaimana wasiat ALLAH kepada hambaNYA yang termaktub dalam surah Al israa’: 23

8.JPG


“ Dan Tuhanmu telah mewasiat agar kamu jangan beribadah kecuali hanya kepadaNYA “.

dan larangan yang terbesar dalam perkara-perkara agama ini adalah perbuatan syirik sebagaimana firman ALLAH dalam surah Luqman:13

9.JPG


“ Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang sangat besar".


Agar kalimat tauhid yang diucapkan berguna bagi si pelaku maka menurut Syaikh Ahmad Hakimi harus memenuhi tujuh syarat yaitu :

1.Ilmu, si pelaku harus mengetahui makna yang dikandung dari kalimat tauhid tersebut mengetahui apa yang ditolak (nafi) dan apa yang ditetapkan (isbath) sebagaimana firman ALLAH dalam surah Muhammad:19

2%252C10.JPG


Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain ALLAH


2.Yakin, si pelaku yakin dan tidak ragu terhadap makna yang dikandung dari kalimat tauhid tersebut sebagaimana firman ALLAH dalam surah Alhujurat :15

11.JPG


“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar “.


3.Ikhlas, si pelaku membersihkan niat dalam mengucapkan kalimat tauhid tersebut dari segala bentuk niat selain ALLAH sebagaimana firman ALLAH dalam surah Albayinah:5

12.JPG



“ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus “


Begitupula khabar gembira yang beritakan oleh Rasullullah dari hadis yang diriwayatka oleh imam Bukhari 1/116 dari itban bin Malik, Rasullullah SAW bersabda

إن الله حرم على النار من قال لااله إلاالله يبتغى بذلك وجه الله



Sesungguhnya ALLAH mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan Laa ilaha illallah dengan mengharap wajah ALLAH (ikhlas).


4. Jujur, si pelaku kita mengucapkan kalimat tauhid tidak berdusta artinya apa yang diucapkan (dzahir) dibenarkan oleh hatinya (batin)


14.JPG


1. Alif laam miim, 2. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? 3. Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.


Begitupula seperti yang dikhabarkan oleh Rasullullah dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari 1/44 dari Muadz bin jabal Rasullullah bersabda


ما من أحد يشهد أن لا إله إلا الله وأن محمد عبده ورسوله صدق من قلبه إلا حرمه الله على النار


Apabila seseorang bersaksi secara jujur dari hatinya bahwa tiada sesembahan yang hak selain ALLAH dan Muhammad utusan ALLAH, maka diharamkan baginya neraka.


5. Cinta, si pelaku mencintai aturan-aturan yang ada dalam kalimat tauhid ini, mencintai orang-orang yang mengucapkan dan mengamalkan syarat-syaratnya dan membenci hal-hal yang dapat membatalkan hal tersebut. Sebagaimana Firman ALLAH dalam surah AlBaqarah:165

16.JPG




“ Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah “.



Kecintaan pada ALLAH terbukti ketika seseorang mendahulukan cintanya kepada ALLAH daripada selainNYA meskipun kecintaan pada ALLAH menyelisihi keinginan hawa nafsunya dan membenci apa yang dibenci oleh ALLAH walaupun hawa nafsunya mencintainya. Berkasih sayang kepada orang yang berloyalitas kepada ALLAH dan RasulNYA sebaliknya keras terhadap orang-orang yang menentang ALLAH dan rasulNYA.



6. Tunduk, si pelaku tunduk dan patuh terhadap hukum-hukum yang terkandung dalam kalimat tauhid tersebut sebagaimana firman ALLAH dalam surah Luqman:22

17.JPG



“ Dan Barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang Dia orang yang berbuat kebaikan, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan “.

Dan Surah An nisa 65

18.JPG


“ Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) sebagai hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”.



7. Si pelaku menerima secara total kalimat tauhid tersebut, karena ALLAH telah mengkhabarkan kepada kita bagaimana balasan orang yang enggan merima kalimat tauhid ini sebagaimana firman ALLAH Ashaffat:35-38

19.JPG




“ Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri 36. Dan mereka berkata: "Apakah Sesungguhnya Kami harus meninggalkan sembahan-sembahan Kami karena seorang penyair gila?". 37. Sebenarnya Dia (Muhammad) telah datang membawa kebenaran dan membenarkan Rasul-rasul (sebelumnya). 38. Sesungguhnya kamu pasti akan merasakan azab yang pedih “.



PENUTUP

Demikianlah sekelumit pembahasan makna dan syarat-syarat dari kalimat tauhid Laa ilaha illallah. Sehingga kita mengetahui apa makna dan konsekuensi dari kalimat tersebut dan membuat kalimat tersebut bermanfaat bagi si pengucapnya.
 
Makna Syahadatain, Rukun, Syarat, Konsekuensi Dan Yang Membatalkannya

Oleh Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah bin Fauzan

PERTAMA: MAKNA SYAHADATAIN
[A]. Makna Syahadat "Laa ilaaha illallah"
Yaitu beri'tikad dan berikrar bahwasanya tidak ada yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala, menta'ati hal terse-but dan mengamalkannya. La ilaaha menafikan hak penyembahan dari selain Allah, siapa pun orangnya. Illallah adalah penetapan hak Allah semata untuk disembah.

Jadi makna kalimat ini secara ijmal (global) adalah, "Tidak ada sesembahan yang hak selain Allah". Khabar "Laa " harus ditaqdirkan "bi haqqi" (yang hak), tidak boleh ditaqdirkan dengan "maujud " (ada). Karena ini menyalahi kenyataan yang ada, sebab tuhan yang disembah selain Allah banyak sekali. Hal itu akan berarti bahwa menyembah tuhan-tuhan tersebut adalah ibadah pula untuk Allah. Ini Tentu kebatilan yang nyata.

Kalimat "Laa ilaaha illallah" telah ditafsiri dengan beberapa penafsiran yang batil, antara lain:

[1]. "Laa ilaaha illallah" artinya:
"Tidak ada sesembahan kecuali Allah", Ini adalah batil, karena maknanya: Sesungguhnya setiap yang disembah, baik yang hak maupun yang batil, itu adalah Allah.

[2]. "Laa ilaaha illallah" artinya:
"Tidak ada pencipta selain Allah" . Ini adalah sebagian dari arti kalimat tersebut. Akan tetapi bukan ini yang dimaksud, karena arti ini hanya mengakui tauhid rububiyah saja, dan itu belum cukup.

[3]. "Laa ilaaha illallah" artinya:
"Tidak ada hakim (penentu hukum) selain Allah". Ini juga sebagian dari makna kalimat " ". Tapi bukan itu yang dimaksud, karena makna tersebut belum cukup

Semua tafsiran di atas adalah batil atau kurang. Kami peringatkan di sini karena tafsir-tafsir itu ada dalam kitab-kitab yang banyak beredar. Sedangkan tafsir yang benar menurut salaf dan para muhaqqiq (ulama peneliti), tidak ada sesembahan yang hak selain Allah) seperti tersebut di atas.

. Makna Syahadat "Anna Muhammadan Rasulullah"
Yaitu mengakui secara lahir batin bahwa beliau adalah hamba Allah dan RasulNya yang diutus kepada manusia secara keseluruhan, serta mengamalkan konsekuensinya: menta'ati perintahnya, membenarkan ucapannya, menjauhi larangannya, dan tidak menyembah
Allah kecuali dengan apa yang disyari'atkan.

KEDUA: RUKUN SYAHADATAIN
[A]. Rukun "Laa ilaaha illallah"
Laa ilaaha illallah mempunyai dua rukun:
An-Nafyu atau peniadaan: "Laa ilaha" membatalkan syirik dengan segala bentuknya dan mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang disembah selain Allah.

Al-Itsbat (penetapan): "illallah" menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan konsekuensinya.

Makna dua rukun ini banyak disebut dalam ayat Al-Qur'an, seperti firman Allah Subhanahu wa Ta'ala

"Artinya : Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beri-man kepada Allah, makasesungguhnya ia telah berpegang kepa-da buhul tali yang amat kuat ..." [Al-Baqarah: 256]

Firman Allah, "siapa yang ingkar kepada thaghut" itu adalah makna dari "Laa ilaha" rukun yang pertama. Sedangkan firman Allah, "dan beriman kepada Allah" adalah makna dari rukun kedua, "illallah". Begitu pula firman Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada Nabi Ibrahim alaihis salam :

"Artinya : Sesungguhnya aku berlepas diri terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku ...". [Az-Zukhruf: 26-27]

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala , "Sesungguhnya aku berlepas diri" ini adalah makna nafyu (peniadaan) dalam rukun pertama. Sedangkan perkataan, "Tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku", adalah makna itsbat (penetapan) pada rukun kedua.

. Rukun Syahadat "Muhammad Rasulullah"
Syahadat ini juga mempunyai dua rukun, yaitu kalimat "'abduhu wa rasuluh " hamba dan utusanNya). Dua rukun ini menafikan ifrath (berlebih-lebihan) dan tafrith (meremehkan) pada hak Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau adalah hamba dan rasulNya. Beliau adalah makhluk yang paling sempurna dalam dua sifat yang mulia ini, di sini artinya hamba yang menyembah. Maksudnya, beliau adalah manusia yang diciptakan dari bahan yang sama dengan bahan ciptaan manusia lainnya. Juga berlaku atasnya apa yang berlaku atas orang lain.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

"Artinya : Katakanlah: 'Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, ...'." [Al-Kahfi : 110]

Beliau hanya memberikan hak ubudiyah kepada Allah dengan sebenar-benarnya, dan karenanya Allah Subhanahu wa Ta'ala memujinya:
"Artinya : Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hambaNya." [Az-Zumar: 36]

"Artinya : Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Kitab (Al-Qur'an) ..."[Al-Kahfi: 1]

"Artinya : Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ..." [Al-Isra': 1]

Sedangkan rasul artinya, orang yang diutus kepada seluruh manusia dengan misi dakwah kepada Allah sebagai basyir (pemberi kabar gembira) dan nadzir (pemberi peringatan).

Persaksian untuk Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan dua sifat ini meniadakan ifrath dan tafrith pada hak Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Karena banyak orang yang mengaku umatnya lalu melebihkan haknya atau mengkultuskannya hingga mengangkatnya di atas martabat sebagai hamba hingga kepada martabat ibadah (penyembahan) untuknya selain dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Mereka ber-istighatsah (minta pertolongan) kepada beliau, dari selain Allah.

Juga meminta kepada beliau apa yang tidak sanggup melakukannya selain Allah, seperti memenuhi hajat dan menghilangkan kesulitan. Tetapi di pihak lain sebagian orang mengingkari kerasulannya atau mengurangi haknya, sehingga ia bergantung kepada pendapat-pendapat yang menyalahi ajarannya, serta memaksakan diri dalam mena'wilkan hadits-hadits dan hukum-hukumnya.

KETIGA: SYARAT-SYARAT SYAHADATAIN
[A]. Syarat-syarat "Laa ilaha illallah"
Bersaksi dengan laa ilaaha illallah harus dengan tujuh syarat. Tanpa syarat-syarat itu syahadat tidak akan bermanfaat bagi yang mengucapkannya. Secara global tujuh syarat itu adalah:

1. 'Ilmu, yang menafikan jahl (kebodohan).
2. Yaqin (yakin), yang menafikan syak (keraguan).
3. Qabul (menerima), yang menafikan radd (penolakan).
4. Inqiyad (patuh), yang menafikan tark (meninggalkan).
5. Ikhlash, yang menafikan syirik.
6. Shidq (jujur), yang menafikan kadzib (dusta).
7. Mahabbah (kecintaan), yang menafikan baghdha' (kebencian).

Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

Syarat Pertama: 'Ilmu (Mengetahui).
Artinya memahami makna dan maksudnya. Mengetahui apa yang ditiadakan dan apa yang ditetapkan, yang menafikan ketidaktahuannya dengan hal tersebut.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya :... Akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa`at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini (nya). [Az-Zukhruf : 86]

Maksudnya orang yang bersaksi dengan laa ilaaha illallah, dan memahami dengan hatinya apa yang diikrarkan oleh lisannya. Seandainya ia mengucapkannya, tetapi tidak mengerti apa maknanya, maka persaksian itu tidak sah dan tidak berguna.

Syarat Kedua: Yaqin (yakin).
Orang yang mengikrarkannya harus meyakini kandungan sya-hadat itu. Manakala ia meragukannya maka sia-sia belaka persaksian itu.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu ..." [Al-Hujurat : 15]

Kalau ia ragu maka ia menjadi munafik. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Artinya : Siapa yang engkau temui di balik tembok (kebon) ini, yang menyaksikan bahwa tiada ilah selain Allah dengan hati yang meyakininya, maka berilah kabar gembira dengan (balasan) Surga." [HR. Al-Bukhari]

Maka siapa yang hatinya tidak meyakininya, ia tidak berhak masuk Surga.

Syarat Ketiga: Qabul (menerima).
Menerima kandungan dan konsekuensi dari syahadat; menyem-bah Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selainNya.

Siapa yang mengucapkan, tetapi tidak menerima dan menta'ati, maka ia termasuk orang-orang yang difirmankan Allah:

"Artinya : Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: 'Laa ilaaha illallah' (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. dan mereka berkata: "Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?" [Ash-Shafat: 35-36]

Ini seperti halnya penyembah kuburan dewasa ini. Mereka mengikrarkan laa ilaaha illallah, tetapi tidak mau meninggalkan penyembahan terhadap kuburan. Dengan demikian berarti mereka belum me-nerima makna laa ilaaha illallah.

Syarat Keempat: Inqiyaad (Tunduk dan Patuh dengan kandungan Makna Syahadat).
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya : Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh." [Luqman : 22]

Al-'Urwatul-wutsqa adalah laa ilaaha illallah. Dan makna yuslim wajhahu adalah yanqadu (patuh, pasrah).

Syarat Kelima: Shidq (jujur).
Yaitu mengucapkan kalimat ini dan hatinya juga membenarkan-nya. Manakala lisannya mengucapkan, tetapi hatinya mendustakan, maka ia adalah munafik dan pendusta.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya : Di antara manusia ada yang mengatakan: 'Kami beriman kepa-da Allah dan Hari kemudian', padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta." [Al-Baqarah: 8-10]

Syarat Keenam: Ikhlas.
Yaitu membersihkan amal dari segala debu-debu syirik, dengan jalan tidak mengucapkannya karena mengingkari isi dunia, riya' atau sum'ah. Dalam hadits 'Itban, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Artinya : Sesungguhnya Allah mengharamkan atas Neraka orang yang mengucapkan laa ilaaha illalah karena menginginkan ridha Allah." [HR. Al-Bukhari dan Muslim]

Syarat Ketujuh: Mahabbah (Kecintaan).
Maksudnya mencintai kalimat ini serta isinya, juga mencintai
orang-orang yang mengamalkan konsekuensinya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya : Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah." [Al-Baqarah: 165]

Maka ahli tauhid mencintai Allah dengan cinta yang tulus bersih. Sedangkan ahli syirik mencintai Allah dan mencintai yang lainnya. Hal ini sangat bertentangan dengan isi kandungan laa ilaaha illallah.

Syarat Syahadat "Anna Muhammadan Rasulullah"
1. Mengakui kerasulannya dan meyakininya di dalam hati.
2. Mengucapkan dan mengikrarkan dengan lisan.
3. Mengikutinya dengan mengamalkan ajaran kebenaran yang telah dibawanya serta meninggalkan kebatilan yang telah dicegahnya.
4. Membenarkan segala apa yang dikabarkan dari hal-hal yang gha-ib, baik yang sudah lewat maupun yang akan datang.
5. Mencintainya melebihi cintanya kepada dirinya sendiri, harta, anak, orangtua serta seluruh umat manusia.
6. Mendahulukan sabdanya atas segala pendapat dan ucapan orang lain serta mengamalkan sunnahnya.

bersambung ke post berikutnya...
 
Makna Syahadatain, Rukun, Syarat, Konsekuensi Dan Yang Membatalkannya

KEEMPAT: KONSKUENSI SYAHADATAIN
[A]. Konsekuensi "Laa ilaha illallah"
Yaitu meninggalkan ibadah kepada selain Allah dari segala ma-cam yang dipertuhankan sebagai keharusan dari peniadaan laa ilaaha illallah . Dan beribadah kepada Allah semata tanpa syirik sedikit pun, sebagai keharusan dari penetapan illallah.

Banyak orang yang mengikrarkan tetapi melanggar konsekuensinya. Sehingga mereka menetapkan ketuhanan yang sudah dinafikan, baik berupa para makhluk, kuburan, pepohonan, bebatuan serta para thaghut lainnya.
Mereka berkeyakinan bahwa tauhid adalah bid'ah. Mereka menolak para da'i yang mengajak kepada tauhid dan mencela orang yang beribadah hanya kepada Allah semata.

. Konsekuensi Syahadat "Muhammad Rasulullah"
Yaitu mentaatinya, membenarkannya, meninggalkan apa yang dilarangnya, mencukupkan diri dengan mengamalkan sunnahnya, dan meninggalkan yang lain dari hal-hal bid'ah dan muhdatsat (baru), serta mendahulukan sabdanya di atas segala pendapat orang.

KELIMA: YANG MEMBATALKAN SYAHADATAIN
Yaitu hal-hal yang membatalkan Islam, karena dua kalimat syahadat itulah yang membuat seseorang masuk dalam Islam. Mengucap-kan keduanya adalah pengakuan terhadap kandungannya dan konsisten mengamalkan konsekuensinya berupa segala macam syi'ar-syi'ar Islam. Jika ia menyalahi ketentuan ini, berarti ia telah membatalkan perjanjian yang telah diikrarkannya ketika mengucapkan dua kalimat syahadat tersebut.

Yang membatalkan Islam itu banyak sekali. Para fuqaha' dalam kitab-kitab fiqih telah menulis bab khusus yang diberi judul "Bab Riddah (kemurtadan)". Dan yang terpenting adalah sepuluh hal, yaitu: Syirik dalam beribadah kepada Allah.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya : Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya." [An-Nisa': 48]

"Artinya : ... Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Surga, dan tempatnya ialah Neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun." [Al-Ma'idah: 72]

Termasuk di dalamnya yaitu menyembelih karena selain Allah, misalnya untuk kuburan yang dikeramatkan atau untuk jin dan lain-lain.

Orang yang menjadikan antara dia dan Allah perantara-perantara. Ia berdo'a kepada mereka, meminta syafa'at kepada mereka dan bertawakkal kepada mereka. Orang seperti ini kafir secara ijma'. Orang yang tidak mau mengkafirkan orang-orang musyrik dan orang yang masih ragu terhadap kekufuran mereka atau mem-benarkan madzhab mereka, dia itu kafir.

Orang yang meyakini bahwa selain petunjuk Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam lebih sempurna dari petunjuk beliau, atau hukum yang lain lebih baik dari hukum beliau. Seperti orang-orang yang mengutamakan hukum para thaghut di atas hukum Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam , mengutamakan hukum atau perundang-undangan manusia di atas hukum Islam, maka dia kafir.

Siapa yang membenci sesuatu dari ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sekali pun ia juga mengamalkannya, maka ia kafir. Siapa yang menghina sesuatu dari agama Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam atau pahala maupun siksanya, maka ia kafir.

Hal ini ditunjukkan oleh firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

"Artinya : Katakanlah: 'Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?' Tidak usah kamu minta ma`af, karena kamu kafir sesudah beriman." [At-Taubah: 65-66]

Sihir, di antaranya sharf dan 'athf (barangkali yang dimaksud adalah amalan yang bisa membuat suami benci kepada istrinya atau membuat wanita cinta kepadanya/pelet). Barangsiapa melakukan atau meridhainya, maka ia kafir. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

"Artinya : ... sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada se-orangpun sebelum mengatakan: 'Sesungguhnya kami hanya co-baan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir'."[Al-Baqarah: 102]

Mendukung kaum musyrikin dan menolong mereka dalam memusuhi umat Islam. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

"Artinya : Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim." [Al-Ma'idah: 51]

Siapa yang meyakini bahwa sebagian manusia ada yang boleh keluar dari syari'at Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam , seperti halnya Nabi Hidhir boleh keluar dari syariat Nabi Musa alaihis salam, maka ia kafir. Sebagaimana yang diyakini oleh ghulat sufiyah (sufi yang berlebihan/ melampaui batas) bahwa mereka dapat mencapai suatu derajat atau tingkatan yang tidak membutuhkan untuk mengikuti ajaran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam .

Berpaling dari agama Allah, tidak mempelajarinya dan tidak pula mengamalkannya. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

"Artinya : Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa." [As-Sajadah: 22]

Syaikh Muhammad At-Tamimy berkata: "Tidak ada bedanya dalam hal yang membatalkan syahadat ini antara orang yang bercanda, yang serius (bersungguh-sungguh) maupun yang takut, kecuali orang yang dipaksa. Dan semuanya adalah bahaya yang paling besar serta yang paling sering terjadi. Maka setiap muslim wajib berhati-hati dan mengkhawatirkan dirinya serta mohon perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dari hal-hal yang bisa mendatangkan murka Allah dan siksaNya yang pedih."

[Disalin dari kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-Ali, Edisi Indonesia Kitab Tauhid 1, Penulis Syaikh Dr Shalih bin Fauzan bin Abdullah bin Fauzan, Penerjemah Agus Hasan Bashori Lc, Penerbit Darul Haq]
 
KEEMPAT: KONSKUENSI SYAHADATAIN
[A]Orang yang meyakini bahwa selain petunjuk Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam lebih sempurna dari petunjuk beliau, atau hukum yang lain lebih baik dari hukum beliau. Seperti orang-orang yang mengutamakan hukum para thaghut di atas hukum Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam , mengutamakan hukum atau perundang-undangan manusia di atas hukum Islam, maka dia kafir.

serem yah bro, sudah berapa banyak kah orang muslim yg tidak sadar akan kekafiranya

KEEMPAT: KONSKUENSI SYAHADATAIN
[A]Siapa yang meyakini bahwa sebagian manusia ada yang boleh keluar dari syari'at Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam , seperti halnya Nabi Hidhir boleh keluar dari syariat Nabi Musa alaihis salam, maka ia kafir. Sebagaimana yang diyakini oleh ghulat sufiyah (sufi yang berlebihan/ melampaui batas) bahwa mereka dapat mencapai suatu derajat atau tingkatan yang tidak membutuhkan untuk mengikuti ajaran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam .

seperti film Islam KTP, gw liat itu film parah banget.. bener2 merusak aqidah.. bisa bisa murtad tanpa sadar atau kafir tanpa sadar
 
Allohuakbar mari perjuangkan penerapan syariah dalam bingkai Khilafah
 
jadi inget,..peristiwa ini terjadi beberapa minggu yang lalu,saat itu pas ada acara lek-lek an (begadang) menjelang renovasi rumah mertua :D ...
ngobrol ngalor ngidul akhirnya arah obrolan mengerucut ke masalah religi , kepercayaan , dan seluk beluk lika liku seputaran kehausan jiwa ....
peserta obrolan banyak macemnya , ada yg abangan , kejawen , santri , dll ( kebetulan semua ktpnya islam , termasuk saya , hehehe )
saat topik obrolan memanas tentang selaras enggaknya ritual seremonial kejawen dan islam
mereka semua secara bergiliran mengemukakan pendapat sesuai dengan sudut pandang masing2....saat terakhir tiba giliran saya....
saya sampaikan bahwa saya masih dalam taraf mengaji , belajar , jadi berusaha untuk tidak menyampaikan hal-hal yang saya belum jelas hukum dan dalilnya dalam islam , hanya sebagai penggambaran ringkas saya , dalam peristiwa isra mi'raj , Perintah Shalat diterima Nabi Muhammad SAW , fardhu 5 waktu yang mana jumlah tersebut diperoleh melewati kisah2 pertemuan Nabi SAW dengan Nabi2 sebelumnya di tiap lapis langit ....
intinya , Muhammad adalah seorang hamba (mahkluk , bukan anak , apalagi sedulur Allah SWT karena Allah SWT adalah Esa) yang di utus Allah SWT sebagai penyampai / mediasi Firman Nya , penuntun , panutan , dan teladan Seluruh umat manusia yang terlahir pada masa Nabi SAW dan sesudahnya (termasuk kita dan anak cucu cicit canggah dan cuit cuit kita hingga kelak zaman ditutup / kiamat ,jadi , tersirat bahwa , istilah anak gaulnya , nabi nabi sebelum Nabi Muhammad SAW bilang gini ..."Muhammad,gue nitip anak cucu kaum gue yah , jangan ampe ada pengecualian , semuanya elo kabarin "
nah,ketahuan kan ,semua jalmo menungso entah dia itu penganut ajaran Ibrahim AS , Dawud AS , Isa AS , Musa AS sampai ADAm AS (walau pun sebenernya mereka juga gak ngeh sebenernya mereka nganut ajaran nabi siapa , cuman niru kakek eyangnya mungkin) yang mengaku percaya dan yakin sama ke Esa an Allah SWT , ya harus ngekor Muhammad SAW dong , jangan ngekor eyangnya doang , masih mending kalo eyangnya ngajarin Qur'an sama Hadist , lha kalo yang diwariskan cuman ajaran biar nembus SDSB sama PORKAS kan berabe pitulikur kuwi ......
inget,perdebatan tentang kalam adalah aib bagi yang mengerti hukumnya.
....
hehehe...jadi ngelantur yah ,...sory...cara ngetiknya gak sopan, hal yang lupa saya lewatkan dalam obrolan begadang saat itu adalah soal syahadat....insyaAllah jika ada kesempatan ketemuan ma mereka lagi akan saya ajak bersama2 mengucapkan Syahadat , memperbaharui kadar keimanan,ketaqwaan dan keislaman kami menjadi lebih baik.
Amiin......
 
Laa Ila haillaLaah itu adalah syahadat (Persaksian) tentang suatu kejadian, ada yang menyaksikan, ada yang disaksikan dan ada proses persaksian, Disinilah awal kejadian Tuhan dan hamba, sehingga 2 kalimat syahadat adalah 2 hal yang tidak pernah berpisah, seperti hamba dan tuhan, yang saling merindui.

Untuk memahami, perlu pendalaman jauh masuk kedalam lingkaran Allah SWT, sebab...ini adalah daerah teritorial ALLAH SWT, Dia adalah Dzat yang maha kuasa atas segala sesuatu, Tak tersentuh oleh lidah, tak terhembus oleh angin dan tak tersinar oleh matahari, dengan kata lain...dibutuhkan tekad dan ridho Allah untuk memasuki alamNya.Kelak disana akan jelas....bahwa hanya Hidup yang Abadi
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.