• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Konsep Ketuhanan Yang Maha Esa Buddhism

GitzJoey

IndoForum Newbie E
No. Urut
6183
Sejak
6 Sep 2006
Pesan
55
Nilai reaksi
0
Poin
6
KETUHANAN YANG MAHAESA
DALAM AGAMA BUDDHA
Oleh : Corneles Wowor, M.A.

"Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma,
Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak.
Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang
Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran,
penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.
Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak
Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan,
pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu."


Ungkapan di atas adalah pernyataan dari Sang Buddha yang terdapat dalam Sutta Pitaka, Udana VIII :
3, yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama Buddha. Ketuhanan Yang Mahaesa
dalam bahasa Pali adalah "Atthi Ajatang Abhutang Akatang Asamkhatang" yang artinya "Suatu Yang
Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak".
Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Mahaesa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat
dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan adanya Yang
Mutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata) maka manusia yang berkondisi (samkhata) dapat mencapai
kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi.

Dengan membaca konsep Ketuhanan Yang Mahaesa ini, kita dapat melihat bahwa konsep Ketuhanan
dalam agama Buddha adalah berlainan dengan konsep Ketuhanan yang diyakini oleh agama-agama lain.
Perbedaan konsep tentang Ketuhanan ini perlu ditekankan di sini, sebab masih banyak umat Buddha yang
mencampur-adukkan konsep Ketuhanan menurut agama Buddha dengan konsep Ketuhanan menurut
agama-agama lain. Sehingga banyak umat Buddha yang menganggap bahwa konsep Ketuhanan dalam
agama Buddha adalah sama dengan konsep Ketuhanan dalam agama-agama lain. Hal inilah yang menjadi
dasar penulisan ini.

Bila kita mempelajari ajaran agama Buddha seperti yang terdapat dalam kitab suci Tripitaka, maka
bukan hanya konsep Ketuhanan yang berbeda dengan konsep Ketuhanan dalam agama lain, tetapi banyak
konsep lain yang tidak sama pula. Konsep-konsep agama Buddha yang berlainan dengan konsep-konsep
dari agama lain antara lain adalah konsep-konsep tentang : Alam Semesta, Kejadian Bumi dan Manusia,
Kehidupan Manusia di Alam Semesta, Kiamat dan Keselamatan atau Kebebasan.


Sumber: Website Buddhis Samaggi Phala, SAMAGGI-PHALA :: Buddhist Information Network
 
kalau dalam agama buddha maitreya Tuhan Yang Maha Esa biasa di sebut dengan Lao Mu
 
hehe kan beda aliran jadi ada beda dikit maklum
 
tidak, sebenarnya Tuhan yang Maha Esa tidak terlahir,tidak berwujud rupa. kita setiap mahkluk hidup mempunyai percikan roh tuhan ( Lao MU fen ling).
 
Tuhan itu tidak ada....

tuhan hanyalah objek yg orang orang jadikan sebagai pencipta karena mereka tidak tau siapa pencipta semua..!!!
 
yupz.. saya setuju banget pernyataan dari Gitzjoey.. soalnya dari kemaren2, pas saya liat diskusi2 mengenai konsep ke Tuhanan menurut agama Buddha, banyak yang mempunyai pandangan yang berbeda2.. dan saya liat banyak pula yang, semacam mempersonifikasikan Tuhan..
 
Sebagai tambahan Buddha mengatakan bahwa tidak ada sesuatu yang diciptakan.
Trus nanya lagi dong ama bung GF, Emang roh tuhan yang dipercikkan ke makhluk itu apaan? Kalo ada roh berarti roh itu kekal ya?
 
Tuhan itu kan gak ada hubungannya ama kehidupan kita...
Menurut g sih gtu, klo salah mohon diluruskan...
 
Tuhan jelas berhubungan ama kehidupan kita, Dia tak berbentuk, yang awal dan akhir, tidak di lahirkan, tidak tercipta, menembus ruang dan waktu, ada di setiap Nurani manusia karena Nurani adalah percikan Roh Tuhan secara langsung. Bunda semua makhluk, bunda alam semesta dsb.

xie xie che bei
 
Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma,
Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak.


Gw juga setuju dengan konsep ini. Ketuhanan itu ada, tp bukan sesuatu yg dipersonifikasikan dalam wujud sebuah makhluk atau roh. Bisa dibilang semua hukum2 yg berlaku di dlm alam semesta seperti hukum karma, hukum yg mengatur cuaca & alam dan hukum yg mengatur pertumbuhan tanaman dan biji2-an serta hukum2 lainnya, bisa dikatakan itulah konsep ketuhanan. Hukum itu jelas ada dan nyata tp tidak berwujud sesuatu hal.
Memang seh menurut gw pemahaman konsep ketuhanan dlm agama budha itu rada dlm dan sering menimbulkan perbedaan.Belajarlah untuk memahaminya dengan pikiran yg bijaksana dari setiap kata2 yg disabdakan oleh hyang budha
 
Ketuhanan dalam Buddhis adalah Nibbana....

Jadi seperti apakah nibbana itu??? Tidak dapat dijelaskan harus dirasakan....
 
Tuhan itu tidak ada....

tuhan hanyalah objek yg orang orang jadikan sebagai pencipta karena mereka tidak tau siapa pencipta semua..!!!

kalo aku sih percaya aja om adanya Tuhan
karena Tuhan selalu mengajarkan kebaikan di agama2 lain jg gitu
tidak ada yg bilang Tuhan ngajarin kita untuk berbuat jahat
jd gak ada salahnya kan untuk percaya :D

Btw maaf ya thread lama dinaekin lagi /sry
 
Nibbana​

Nibbana merupakan sesuatu yang tak dipahami oleh pemikiran biasa. Usaha menjelaskan Nibbana dalam bahasa keduniawian akan mengalami kegagalan, karena Nibbana tidak bersifat duniawi, malah berlawanan. Mengatakan bahwa Nibbana sama dengan ini dan sama dengan itu ibarat menggambarkan kucing sama dengan harimau.

Nibbana bukanlah kemusnahan. Mungkinkah Sang Buddha meninggalkan kerajaan, istri, anak, dan keluarga hanya untuk mencapai sesuatu yang musnah? Nibbana bukan suatu keberadaan. Nibbana berada di luar keberadaan dan ketidak beradaan, di mana kedua aspek itu bersyarat, mutlak, dan tidak dapat digambarkan sebagai keberadaan maupun ketidak beradaan.

Nibbana ya Nibbana. Sabda Sang Buddha dalam Udana:

"Itulah tempatnya dimana tiada tanah maupun air, tiada api maupun udara, bukan dunia ini pun bukan dunia lain, tanpa matahari maupun bulan. Aku nyatakan pada kalian, disana tidak ada yang datang maupun pergi, tak ada yang tetap maupun timbul, tanpa awal tanpa akhir,tanpa perkembangan, tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak diciptakan, dan yang mutlak.

Saat dalam kedalaman dan keheningan pikiran, Yang Suci Bijaksana mencapai kebenaran, Ia terlepas dari kegembiraan dan rasa sakit, dari yang berbentuk dan tidak berbentuk. Di mana air, tanah, dan udara tidak ditemukan. Tiada bintang maupun matahari yang bersinar, bulan tidak lagi memancarkan cahayanya. Namun, kegelapan tidak ada disana."

Setelah Parinibbana, Sang Tathaghata tidak dapat dikatakan ada, juga tidak dapat dikatakan tidak ada. Tidak dapat pula dikatakan ada baik kedua-duanya ada dan tidak ada. Tidak bisa pula dikatakan ada atau tidak ada. Di dalam Milanda Panha disebutkan, "Tidak di tempat yang terlihat di timur, selatan, barat, atau utara, di atas, di bawah, atau di luar di mana Nibbana berada, walau demikian Nibbana adalah milik orang yang mengatur hidupnya dengan benar, berbicara dengan benar, dan memiliki pengertian benar di manapun dia hidup."

Nibbana bukanlah sesuatu yang tercipta dengan sendirinya, juga bukan sesuatu yang diciptakan.

"Di mana tidak terdapat 4 unsur air, tanah, api, dan angin, di situlah Nibbana."

"Di mana ke-4 unsur yang mengikat, membentang, membakar, dan bergerak tidak lagi ditemukan, di situlah Nibbana."

"Oh, para bhikkhu, seperti sungai-sungai yang mencapai samudra dan derasnya hujan yang jatuh dari langit, tak ada kekurangan atau kelebihan yang dapat teramati pada samudra, demikian pula bahwa banyak para bhikkhu yang memasuki Nibbana tak bersisa, tak ada kekurangan atau kelebihan di dalam Nibbana," kata Sang Buddha.

Dinyatakan dalam Visudhi Maggha:

"Kesedihan memang ada, tak ada yang disedihkan, tidak ada pelaku pelaku di sana, tidak ada hasil perbuatan ditemukan, Nibbana ada, tetapi tak ada si 'pencari'. Jalannya ada, tetapi si penempuh tidak sesungguhnya ada"

Nibbana berada di luar jhana , karena di sana api keserakahan, kebencian dan kegelapan batin beserta semua gangguan yang menyertai, hambatan dan penderitaan berakhir. Demikianlah, Nibbana sendiri abadi, bahagia, dan patut didambakan Laksana seorang yang menderita penyakit kulit yang menimbulkan rasa gatal, dan Nibbana seperti kebahagiaan saat penyakitnya telah disembuhkan. Kebahagiaan sementara didapatkan ketika ia menggaruk, tetapi kuku yang segera menginfeksi menjadi sebab yang memperpanjang penyakit penyakit tersebut. Seperti itulah kerinduan akan nafsu membawa kepuasan sementara yang akan memperpanjang lingkaran kelahiran kembali.

Begitulah Nibbana di mana 108 kemelekatan, usia tua, penyakit, kematian, penyesalan, rasa sakit, keputusasaan dan kesedihan, dihentikan sepenuhnya. Demikianlah, saat kondisi tertinggi tercapai, kita akan memahami bagaimana kehidupan bahagia yang kita rindukan itu tak pernah diperoleh. Mimpi kita akan berakhir. Tidak akan ada lagi angan-angan. Prahara berakhir. Perjuangan hidup selesai. Proses alamiah akan berhenti. Maka, sang roda kereta kehidupan akan patah. Keinginan untuk hidup berakhir. Dasar sungai akan mengering. Tiada air lagi yang mengalir.

Tidak akan roda yang patah itu bergulir. Inilah akhir kesedihan. Inilah pelepasan akhir. Yang tersisa hanya NIBBANA.
 
@angeltata
hehe itu saya di masa lalu waktu lom mengerti maksudnya tuhan.. ^_^
 
maap...saya sampai skarang masih blm mengerti konsep mengenai Tuhan......
dikatakan bahwa Tuhan ada tapi sunyata....saya bisa menangkap bahwa Tuhan itu tidak dilahirkan....tidak menjelma....tidak bergantung pada kondisi......

tapi saya tidak habis pikir mengapa manusia itu bisa ada di muka bumi ini....dari mana asal muasal terjadinya makhluk hidup.....itulah yang membuat saya bertanya2 sampai pada saya mengambil kesimpulan bahwa Tuhanlah yang menciptakannya...

selain itu saya mempercayai Tuhan dan terkadang saya bisa merasakan ada sesuatu yang aneh......kenapa kita bisa punya perasaan....bahkan sejahat2nya kita pasti masih punya hati nurani....nah saya jadi bertanya2 kenapa kita bisa ada hati nurani yang selalu membimbing kita......shingga kita tahu mana yang baik, mana yang jahat.....?

mohon pencerahan semua.....thanks
 
maap...saya sampai skarang masih blm mengerti konsep mengenai Tuhan......
dikatakan bahwa Tuhan ada tapi sunyata....saya bisa menangkap bahwa Tuhan itu tidak dilahirkan....tidak menjelma....tidak bergantung pada kondisi......

tapi saya tidak habis pikir mengapa manusia itu bisa ada di muka bumi ini....dari mana asal muasal terjadinya makhluk hidup.....itulah yang membuat saya bertanya2 sampai pada saya mengambil kesimpulan bahwa Tuhanlah yang menciptakannya...

selain itu saya mempercayai Tuhan dan terkadang saya bisa merasakan ada sesuatu yang aneh......kenapa kita bisa punya perasaan....bahkan sejahat2nya kita pasti masih punya hati nurani....nah saya jadi bertanya2 kenapa kita bisa ada hati nurani yang selalu membimbing kita......shingga kita tahu mana yang baik, mana yang jahat.....?

mohon pencerahan semua.....thanks


Semuanya sudah di atur oleh hukum alam diantaranya Hukum kamma,Hukum Sebab Musabab yang Bergantungan. Timbul ==>Berlangsung ==> lenyap.


Menjalani kehidupan suci tidak tergantung pada apakah alam semesta ini terbatas atau tidak atau kedua-duanya.Tetap ada kelahiran,tua ,sakit dan mati. Tugas kita adalah menghentikan semuanya dengan menjalankan Dhamma yang diajarkan oleh Guru Agung kita/Sang Buddha.
 
maap...saya sampai skarang masih blm mengerti konsep mengenai Tuhan......
dikatakan bahwa Tuhan ada tapi sunyata....saya bisa menangkap bahwa Tuhan itu tidak dilahirkan....tidak menjelma....tidak bergantung pada kondisi......

tapi saya tidak habis pikir mengapa manusia itu bisa ada di muka bumi ini....dari mana asal muasal terjadinya makhluk hidup.....itulah yang membuat saya bertanya2 sampai pada saya mengambil kesimpulan bahwa Tuhanlah yang menciptakannya...

selain itu saya mempercayai Tuhan dan terkadang saya bisa merasakan ada sesuatu yang aneh......kenapa kita bisa punya perasaan....bahkan sejahat2nya kita pasti masih punya hati nurani....nah saya jadi bertanya2 kenapa kita bisa ada hati nurani yang selalu membimbing kita......shingga kita tahu mana yang baik, mana yang jahat.....?

mohon pencerahan semua.....thanks

Bro Sintax, sebelum anda bertanya tentang konsep Tuhan, coba terlebih dahulu anda tentramkan jiwa dan pikiran. Hentikan semua arus kegiatan sebab jodoh. Kemudian, dengan jiwa yang hening dan tenang, anda merenung. Anda bertanya dalam hati, Siapakah diri saya?? Siapakah semua umat manusia yg ada di bumi ini?? Dari manakah asal hukum2 universal yg telah bekerja di alam semesta ini??
Para Buddha dan Nabi, bahkan para suci selalu mampu untuk menemukan suasana jiwa yang tenang, yang hening dan suci dalam diri ini. Sesungguhnya, suasana yg hening dan suci itulah hati nurani. Sesungguh-sungguhnya, suasana ini adalah suasana Ilahiah(azaliah), yaitu suasana sebelum adanya alam semesta. Sebelum adanya alam semesta dan manusia, adakah bahasa manusia? Adakah istilah Buddha,kitab suci,anuttara samma sambodhi? Adakah perbedaan antara engkau dan aku?? Suasana ilahiah ini adalah suasana yg sunya(kosong), tetapi mampu melahirkan alam semesta dan laksa makhluk, termasuk manusia. Inilah yg kita sebut hukum kebenaran semesta. Hukum kebenaran semesta adalah Tuhan itu sendiri. Para suci selalu mengatakan "janganlah memandang raga badan yg palsu ini tetapi tembusilah lapisan yg palsu ini, maka engkau akan menemukan suasana yg sunya". Pada dasarnya, semua umat manusia memiliki hubungan yg sangat erat. Karena kita semua adalah satu kesatuan, satu saudara. Bahkan dengan hewan-hewan sekalipun, juga adalah satu kesatuan. Kita semua adalah berbadan satu.
Inilah sifat asli dari Hati nurani. Tiada perbedaan, tetapi senantiasa mengasihi. Badan raga boleh berbeda, tetapi hati nurani adalah sama, karena hati nurani itu adalah yg sunya(kosong) dan merupakan bagian dari Tuhan, sedangkan rupa adalah badan raga yg palsu ini.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.