setan_kesepian
IndoForum Beginner D
- No. Urut
- 16729
- Sejak
- 6 Jun 2007
- Pesan
- 613
- Nilai reaksi
- 82
- Poin
- 28
Surga Harta Karun
Kamis, 28 Juni 2007 | 12:03 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta:
Surya Helmi, Direktur Peninggalan Bawah Air Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, mengatakan ada begitu banyak jejak-jejak kapal karam di perairan nusantara. "Ada ribuan kalau tidak mungkin mengatakan puluhan ribu kapal tenggelam di nusantara," katanya kepada Tempo pada selasa lalu.
Namun berdasarkan catatan resmi dari Badan Riset Departemen Kelautan dan Perikanan, ada 463 titik lokasi kapal kuno yang karam sekitar tahun 1508-1878. Dari titik tersebut, baru 186 yang telah diketahui lokasinya.
"Belum bisa kita survei secara mendalam karena mahal biayanya, membutuhkan alat yang spesifik dan tenaga ahli," kata Surya.
Ramainya kapal yang tenggelam di perairan Indonesia, menurut Surya, lantaran kawasan nusantara secara geografis berada di posisi silang antara dua benua besar. Perairan itu telah menjadi jalur perdagangan yang penting di dunia.
Namun kapal-kapal dagang pada masa silam, kata Surya, tak bisa dibandingkan dengan masa kini. Saat itu teknologi pembuatan kapal dan navigasinya masih sederhana.
Berdasarkan data arkeologis yang dikumpulkan dari kapal-kapal yang karam di perairan nusantara, Bambang Budi Utomo mengatakan ada dua macam teknologi rancang bangun kapal yang dikenal pada masa itu. Keduanya adalah: teknologi Asia Tenggara dan Tiongkok.
Arkeolog dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional itu mengatakan kapal buatan Asia Tenggara berciri:
1. Badan (lambung) kapal berbentuk seperti huruf V
2. Haluan dan buritan berbentuk simetris
3. Tak ada sekat-sekat kedap air di bagian dalam lambungnya
4. Dibangun tanpa paku besi. Papan disambung dengan cara diikat dengan tali ijuk dan diperkuat dengan pasak kayu/bambu (Teknik papan ikat dan kupingan pengikat)
5. Kemudi berganda di bagian kiri dan kanan buritan.
Adapun kapal berteknologi Tiongkok menggunakan kemudi tunggal yang dipasang pada palang rusuk buritan. Bagian lambung kapal Tiongkok dikencangkan dengan bilah kayu dan paku besi.
Kapal-kapal model itulah yang banyak wara-wiri di nusantara. Namun sederhananya teknologi pembuatan kapal, membuatnya rentan karam akibat badai, menabrak karang, atau dihantam perang.
Tak jarang kapal-kapal yang karam tersebut membawa barang dagangan seperti keramik, perhiasan, dan sebagainya. Inilah yang kini disebut sebagai "harta karun" yang nilainya menggiurkan.
Maka, mereka yang berniat mengangkatnya pun telah mengantri. "Sudah ada banyak proposal di meja saya," kata Surya.
Lantaran harta karun itu sesungguhnya artefak cagar budaya, Surya dan departemennya pun mengetatkan perizinan. Minimal perusahaan pengangkat menyertakan arkeolog. "Sehingga ada tanggung jawab ilmiahnya," kata dia.
sorry klo reposstttt
Kamis, 28 Juni 2007 | 12:03 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta:
Surya Helmi, Direktur Peninggalan Bawah Air Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, mengatakan ada begitu banyak jejak-jejak kapal karam di perairan nusantara. "Ada ribuan kalau tidak mungkin mengatakan puluhan ribu kapal tenggelam di nusantara," katanya kepada Tempo pada selasa lalu.
Namun berdasarkan catatan resmi dari Badan Riset Departemen Kelautan dan Perikanan, ada 463 titik lokasi kapal kuno yang karam sekitar tahun 1508-1878. Dari titik tersebut, baru 186 yang telah diketahui lokasinya.
"Belum bisa kita survei secara mendalam karena mahal biayanya, membutuhkan alat yang spesifik dan tenaga ahli," kata Surya.
Ramainya kapal yang tenggelam di perairan Indonesia, menurut Surya, lantaran kawasan nusantara secara geografis berada di posisi silang antara dua benua besar. Perairan itu telah menjadi jalur perdagangan yang penting di dunia.
Namun kapal-kapal dagang pada masa silam, kata Surya, tak bisa dibandingkan dengan masa kini. Saat itu teknologi pembuatan kapal dan navigasinya masih sederhana.
Berdasarkan data arkeologis yang dikumpulkan dari kapal-kapal yang karam di perairan nusantara, Bambang Budi Utomo mengatakan ada dua macam teknologi rancang bangun kapal yang dikenal pada masa itu. Keduanya adalah: teknologi Asia Tenggara dan Tiongkok.
Arkeolog dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional itu mengatakan kapal buatan Asia Tenggara berciri:
1. Badan (lambung) kapal berbentuk seperti huruf V
2. Haluan dan buritan berbentuk simetris
3. Tak ada sekat-sekat kedap air di bagian dalam lambungnya
4. Dibangun tanpa paku besi. Papan disambung dengan cara diikat dengan tali ijuk dan diperkuat dengan pasak kayu/bambu (Teknik papan ikat dan kupingan pengikat)
5. Kemudi berganda di bagian kiri dan kanan buritan.
Adapun kapal berteknologi Tiongkok menggunakan kemudi tunggal yang dipasang pada palang rusuk buritan. Bagian lambung kapal Tiongkok dikencangkan dengan bilah kayu dan paku besi.
Kapal-kapal model itulah yang banyak wara-wiri di nusantara. Namun sederhananya teknologi pembuatan kapal, membuatnya rentan karam akibat badai, menabrak karang, atau dihantam perang.
Tak jarang kapal-kapal yang karam tersebut membawa barang dagangan seperti keramik, perhiasan, dan sebagainya. Inilah yang kini disebut sebagai "harta karun" yang nilainya menggiurkan.
Maka, mereka yang berniat mengangkatnya pun telah mengantri. "Sudah ada banyak proposal di meja saya," kata Surya.
Lantaran harta karun itu sesungguhnya artefak cagar budaya, Surya dan departemennya pun mengetatkan perizinan. Minimal perusahaan pengangkat menyertakan arkeolog. "Sehingga ada tanggung jawab ilmiahnya," kata dia.
sorry klo reposstttt