• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Buddha Amitaba Pernah Lahir Di Bumi Ini ?

coba baca tentang 31 alam kehidupan.....search saja pasti dapat.
masalah alam sukhavati ada dimana,tingakatan berapa....saya sendri tidak tahu sama sekali alamat nya...
hahaha...pergi ke alam dewa saja belum pernah..


ini juga termasuk dhamma. dhamma yang terlalu tinggi.
 
kenapa amitaba di sebut budha ? katanya ada sutra yg dikatakan oleh Gautama !

apakah ada budha lain selain Gautama pada zaman yg sama ? apakah sutra itu meragukan ?
 
Penjelasan detail mengenai Amitabha dan Sukhavati.

A. Perbedaan Sistem Tata Surya/ Mengenal Kosmologis (secara Mahayana - karena Amitabha itu dari aliran Mahayana) >> dari sdr. Chingik dari website tetangga

Apakah Tanah-murni Buddha itu ?. Di mana letak Tanah-murni Buddha dan apakah perbedaan antara alam surga dan Tanah-murni Buddha?
Tidak sedikit dari kalangan umat Buddha sendiri yang masih tidak dapat membedakan pengertian antara istilah surga, tanah-Buddha dan tanah-murni, maka istilah Sukhavati yang merupakan nama sebuah tanah-Buddha pun telah diterjemahkan secara tidak benar menjadi Surga Sukhavati.
Sebelum membahas lebih jauh tentang tanah-murni Buddha, ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu tentang kosmologi Buddhis agar dapat memiliki gambaran yang lebih utuh tentang tanah-murni Buddha itu. Mengenai istilah surga, dalam terminologi Buddhis secara umum telah diterima dengan pengertian : “suatu alam bahagia yang masih merupakan subjek dari Samsara, di mana dia terletak di ruang lingkup Triloka (alam nafsu, alam bentuk dan alam tanpa bentuk)”. Istilah lain untuk menyebut alam surga adalah alam dewa (deva-loka). Misalnya alam dewa Caturmaharajika, alam dewa Tavatimsa, alam dewa Yama, alam Dewa Tusita, alam Brahma, dan lain sebagainya. Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa di dalam konteks agama Buddha, alam dewa masih merupakan bagian dari Samsara, yakni alam yang masih terikat pada siklus kelahiran kembali. Jika memaknai Sukhavati sebagai alam surga atau alam dewa seperti pengertian di atas, maka ini jelas memperlihatkan adanya miskonsepsi. Adalah hal yang wajar jika hal ini terjadi karena cara pemberian istilah yang terkesan sekenanya. Sebagai akibatnya muncul pandangan bahwa surga Sukhavati tidak lebih hanya sebuah alam surga yang sama dengan alam surga lainnya. Jika muncul pemahaman yang salah hanya karena kesalahan menerjemahkan maknanya maka tentu ini adalah hal yang sangat tidak diinginkan oleh siapapun.

Lebih tepatnya Sukhavati disebut sebagai sebuah Tanah-Buddha (Skt.Buddha-ksetra). Sebagai perbandingannya, dunia tempat kita tinggal sekarang ini juga merupakan sebuah Tanah-Buddha yang disebut dunia Saha. Lalu mengapa dunia tempat kita tinggal sekarang ini disebut sebagai sebuah Tanah-Buddha pula? Untuk mendapatkan gambaran yang lebih utuh tentang konsep ini, maka marilah kita menelusurinya. Dalam pandangan Buddhis, alam semesta ini sangat luas sekali. Begitu luasnya alam semesta ini sehingga terdapat begitu banyaknya jumlah tata surya yang terbentang tak terhingga. Sang Buddha telah menjelaskan mengenai hal ini sebagaimana yang tercatat dalam berbagai Sutra. Dalam kitab Anguttara Nikaya bagian Ananda vagga misalnya, Sang Buddha berkata kepada Ananda, “Ananda, apakah kau pernah mendengar tentang seribu Culanika Lokadhatu (sistem dunia minor) ? O Ananda, sejauh matahari dan bulan berotasi, dan sejauh pancaran sinar matahari dan bulan di angkasa, maka sejauh itulah luas seribu sistem dunia. Di dalam seribu sistem dunia minor terdapat seribu matahari, seribu bulan, seribu Sineru, seribu Jambudipa, seribu Aparayojana, seribu Uttarakuru, seribu Uppavidehana, empat ribu samudra besar….., seribu surga Caturmaharajika, seribu surga Tavatimsa, seribu surga Yama, seribu surga Tusita, seribu surga Nimanarati, seribu surga Parinimmita Vasavati, seribu alam Brahma….inilah Ananda yang disebut seribu sistem dunia minor (Sahassi culanika loka-dhatu). Ananda, kemudian sebanyak 1.000 dari seribu sistem dunia minor (Sahassi culanika loka-dhatu) ini dinamakan satu sistem dunia medium (Dwisahassi majjhimanika loka-dhatu). Ananda, kemudian sebanyak 1.000 dari seribu sistem dunia medium (Dwisahassi majjhimanika loka-dhatu) ini dinamakan satu sistem dunia major (Tisahassi Mahasahassi loka-dhatu). …”
Jadi dalam satu sistem dunia major itu terdapat bermilyaran bulan dan matahari, bermilyaran alam neraka, alam binatang, alam asura, alam manusia dan alam dewa di dalamnya. Dan satu sistem dunia major inilah yang disebut dengan satu tanah-Buddha (Skt.Buddha-ksetra). (lihat Mahaprajna-paramita Sastra karya Nagarjuna). Disebut sebagai satu tanah-Buddha karena seorang Buddha melakukan tugas penyelamatan di satu gugusan sistem dunia ini.
Dari gambaran ini maka menjadi jelaslah bahwa sesungguhnya setiap Tanah-Buddha adalah satu sistem dunia major yang mana memiliki Buddha-nya masing masing, dan Sukhavati adalah satu di antara sekian banyaknya tanah-Buddha yang terletak diluar sistem dunia tempat kita tinggal sekarang ini. Dalam berbagai kitab Sutra Mahayana sering menjelaskan bahwa tempat tinggal kita sekarang ini merupakan tanah-Buddha tempat Buddha Sakyamuni mengajarkan dharma yang disebut sebagai dunia Saha. Dengan kata lain, dunia Saha dan Sukhavati adalah sama-sama sebuah sistem dunia secara paralel. Jadi menjadi rancu jika membandingkan antara Sukhavati dengan alam surga, karena secara kontekstual dia berbeda. Ibarat membandingkan antara sebuah kecamatan dengan sebuah gugusan bintang, padahal kecamatan adalah sebuah titik kecil di dalam sebuah gugusan bintang. Namun ada yang berpendapat bahwa tidaklah mungkin terdapat dua orang Buddha dalam satu periode yang sama. Hal ini memang benar jika berbicara sebatas ruang lingkup satu sistem dunia major saja (lihat kitab DighaNikaya- Mahagovinda Sutta). Namun jika berbicara tentang ruang lingkup universal, maka sesungguhnya terdapat banyak sekali Buddha yang masih sedang memutar roda dharma di luar tanah-Buddha yang kita tempati sekarang ini (lihat Avatamsaka Sutra). Bahkan dalam Ekottaragama Sutra juga mencatat bagaimana Maha Moggalyayana mempertunjukkan kekuatan batinnya dengan mengunjungi tanah-Buddha lain diluar sistem dunia kita ini.
Kemudian yang membedakan antara tanah-Buddha Sukhavati dan tanah-Buddha Saha adalah sifat murninya. Ada tanah-Buddha yang bersifat murni (tanpa 3 alam buruk) dan ada yang bersifat tidak murni (terdapat 3 alam buruk), itulah sebabnya tanah-Buddha Sukhavati disebut sebagai Tanah-murni. Namun apakah lantas tanah-Buddha-Nya Sakyamuni –yakni dunia Saha- ini benar-benar bersifat tidak murni? Pada tingkat pemahaman yang absolute, sesungguhnya tanah-Buddha Sakyamuni juga bersifat murni tergantung dari tingkat batin makhluk yang dapat “memasukinya”. Itulah sebabnya dalam Sutra juga menyebutkan tentang kemurnian tanah-Buddha Sakyamuni beserta para bodhisattva agung yang menempatinya (lihat Vimalakirti Nirdesa Sutra, Saddharmapundarika Sutra). Karena rintangan karma yang berat, maka sebagian dari para makhluk hidup seperti kita tidak dapat mengetahuinya.
Selanjutnya berapa jumlah tanah-Buddha yang terbentang di semesta ini? Avatamsaka Sutra menyebutkan bahwa gugusan dari bermilyaran tanah-Buddha membentuk satu sistem semesta. Kemudian sebanyak 20 sistem semesta yang berbentuk lapisan ini ditopang oleh wadah berbentuk bunga teratai di atas samudera semerbak dan membentuk satu semesta yang disebut Shijiezhong (tipe semesta). Jadi satu tipe semesta terdapat 20 sistem semesta yang di dalamnya terdapat berjuta-juta tanah-Buddha di mana tanah-murni Sukhavati dan dunia Saha terletak pada sistem semesta yang sama yakni di lapisan ke 13. Di luar tipe semesta ini kemudian terdapat tak terhingga tipe semesta lain. Sekarang kita dapat membayangkan mulai dari dunia ini yang merupakan bagian dari tatasurya, kemudian tatasurya yang merupakan bagian dari sistem dunia junior, sistem dunia junior yang merupakan bagian dari sistem dunia major, sistem dunia major yang merupakan bagian dari sistem semesta hingga sistem semesta yang merupakan bagian dari tipe semesta, maka betapa luas dunia yang terbentang dengan masing masing dunianya.
Itulah sebabnya, meskipun Buddha Amitabha adalah sebutan kepada seorang Buddha, namun secara prinsipil nama Buddha Amitabha dimaknai sebagai symbol dari cahaya tanpa batas yang meliputi semua Buddha di semua penjuru semesta. Hal ini selaras dengan Avatamsaka Sutra yang menyebutkan bahwa satu meliputi semua dan semua adalah suatu satu kesatuan”. Jika Avatamsaka Sutra dipahami sebagai gambaran universalitas dari ajaran Buddha secara dimensional, maka praktik melafal nama Buddha Amitabha dengan tekad terlahir di tanah-murni Sukhavati adalah suatu metode untuk memasuki dimensi universal tersebut.

untuk penjelasan/ tanya saya silakan disini
 
Jika demikian pada waktu yang sama / PARALEL, gimana penjelasan tentang

"BUDDHA GOTAMA memperdengarkan suaranya sampai ke ribuan, jutaan, miliaran bahkan tak terhitung banyaknya tata surya untuk membuktikan bahwa pada saat ini, BUDDHA GOTAMA-lah yang termulia."

BAgaimana dengan pernyataan ini...

A. Jika pernyataan BUDDHA GOTAMA di atas BENAR, maka dalam waktu paralel/waktu yang sama, di seluruh alam semesta ini, hanya ada seorang samma sambuddha. yaitu BUDDHA SAKYAMUNI saja.

B. Jika ternyata pada waktu paralel/waktu yang sama, ada banyak samma sambuddha di tanah buddha lainnya seperti BUDDHA AMITABHA di tanah suci sebelah barat, BUDDHA Bhaisjayaguru di tanah suci sebelah TIMUR, dsbnya. berarti UCAPAN BUDDHA GOTAMA SALAH BESAR...

Hayooo... mana yang benar ???? Jika BUDDHA GOTAMA benar, berarti tidak ada itu BUDDH AMITABHA di tanah buddha sebelah barat... JIKA BUDDHA AMITABHA ITU BENAR ADA DAN SEDANG MENGAJAR (menjadi samma sambuddha) di tanah BUDDHA sebelah BARAT, maka pernyataan BUDDHA GOTAMA diatas SALAH BESAR....
 
kenapa amitaba di sebut budha ? katanya ada sutra yg dikatakan oleh Gautama !

apakah ada budha lain selain Gautama pada zaman yg sama ? apakah sutra itu meragukan ?

Kabarnya buku buku karangan NAGARJUNA itu diambil dari ajaran yang diajarkan oleh BUDDHA GOTAMA di negeri NAGA...

TANYA SIAPA ??? :D
 
Yang termulia itu julukan lain dari Sang Buddha. Buddha2 lain juga dapat julukan kayak begitu.

Yang termulia >> ya para Buddha itu
 
Apakah arah BARAT di alam semesta ini sama pada saat ini dan pada saat bumi mencapai 1/2 putaran evolusi matahari ??? pada 1/4 putaran evolusi ?? pada 3/4 putaran evolusi ??? pada tiap derajat putaran evolusi ??

JIKA TIDAK SAMA, dapatkah anda menjelaskan, ketika BUDDHA SAKYAMUNI "menyatakan" arah BARAT, dimanakah posisi bumi terhadap matahari ??? pada posisi berapa derajat ???

Karena tiap derajat bumi berevolusi (berputar) terhadap matahari, maka letak arah BARAT menjadi relatif, arah BARAT hanya ditentukan dari posisi matahari terhadap bumi... JADI ARAH BARAT DI ALAM SEMESTA sendiri juga adalah tidak jelas/AMBIGU. Apakah ini pernyataan BUDDHA SAKYAMUNI ???

Karena setahu saya, arah di ruang angkasa itu ditandai dengan arah konstelasi bintang bintang, sehingga pada waktu waktu tertentu, rasi bintang tertentu saja yang nampak. Jika anda katakan arah barat di ruang angkasa pada bulan Mei, pasti akan berbeda pada arah barat pada bulan Oktober misalnya. Karena dengan melihat ke konstelasi rasi bintang di langit saja kita tahu bahwa posisi atas kita di bumi terhadap arah di ruang angkasa tiap hari berubah.

Jadi bisakah anda menunjukkan dimanakah ARAH tanah suci SUKHAWATI di ruang angkasa ??? (dengan anggapan bahwa tanah suci sukhawati ada di konstelasi bintang tertentu)
 
Apakah arah BARAT di alam semesta ini sama pada saat ini dan pada saat bumi mencapai 1/2 putaran evolusi matahari ??? pada 1/4 putaran evolusi ?? pada 3/4 putaran evolusi ??? pada tiap derajat putaran evolusi ??

JIKA TIDAK SAMA, dapatkah anda menjelaskan, ketika BUDDHA SAKYAMUNI "menyatakan" arah BARAT, dimanakah posisi bumi terhadap matahari ??? pada posisi berapa derajat ???

Karena tiap derajat bumi berevolusi (berputar) terhadap matahari, maka letak arah BARAT menjadi relatif, arah BARAT hanya ditentukan dari posisi matahari terhadap bumi... JADI ARAH BARAT DI ALAM SEMESTA sendiri juga adalah tidak jelas/AMBIGU. Apakah ini pernyataan BUDDHA SAKYAMUNI ???

Karena setahu saya, arah di ruang angkasa itu ditandai dengan arah konstelasi bintang bintang, sehingga pada waktu waktu tertentu, rasi bintang tertentu saja yang nampak. Jika anda katakan arah barat di ruang angkasa pada bulan Mei, pasti akan berbeda pada arah barat pada bulan Oktober misalnya. Karena dengan melihat ke konstelasi rasi bintang di langit saja kita tahu bahwa posisi atas kita di bumi terhadap arah di ruang angkasa tiap hari berubah.

Jadi bisakah anda menunjukkan dimanakah ARAH tanah suci SUKHAWATI di ruang angkasa ??? (dengan anggapan bahwa tanah suci sukhawati ada di konstelasi bintang tertentu)
pake kompas khusus saja ^^.....hahahaha...
kan kalau kompas made in bumi...ga berfungsi di angkasa...

kalau pribadi di tanya tentang buddha amitabha yah...gw tidak yakin ada nya buddha amitabha.
karena beberapa pernyataan dari gotama berkontradiksi dengan adanya buddha amitabha itu...sama seperti kata dilbert^^..

hanya saja masalah buddha amitabha hanya bersifat konvensional...

btw,sekarang saja masih ada ajaran sammasambuddha,koq masih mau cari sammasambuddha lain? apa bedanya?...

salam metta....pizz....
 
pake kompas khusus saja ^^.....hahahaha...
kan kalau kompas made in bumi...ga berfungsi di angkasa...

kalau pribadi di tanya tentang buddha amitabha yah...gw tidak yakin ada nya buddha amitabha.
karena beberapa pernyataan dari gotama berkontradiksi dengan adanya buddha amitabha itu...sama seperti kata dilbert^^..

hanya saja masalah buddha amitabha hanya bersifat konvensional...

btw,sekarang saja masih ada ajaran sammasambuddha,koq masih mau cari sammasambuddha lain? apa bedanya?...

salam metta....pizz....

Ciptain sammasambuddha baru atau ajaran baru, karena kalau ajaran lama yang digunakan, susah nyari "DANA"... ;;)
 
Apakah arah BARAT di alam semesta ini sama pada saat ini dan pada saat bumi mencapai 1/2 putaran evolusi matahari ??? pada 1/4 putaran evolusi ?? pada 3/4 putaran evolusi ??? pada tiap derajat putaran evolusi ??

JIKA TIDAK SAMA, dapatkah anda menjelaskan, ketika BUDDHA SAKYAMUNI "menyatakan" arah BARAT, dimanakah posisi bumi terhadap matahari ??? pada posisi berapa derajat ???

Karena tiap derajat bumi berevolusi (berputar) terhadap matahari, maka letak arah BARAT menjadi relatif, arah BARAT hanya ditentukan dari posisi matahari terhadap bumi... JADI ARAH BARAT DI ALAM SEMESTA sendiri juga adalah tidak jelas/AMBIGU. Apakah ini pernyataan BUDDHA SAKYAMUNI ???

Karena setahu saya, arah di ruang angkasa itu ditandai dengan arah konstelasi bintang bintang, sehingga pada waktu waktu tertentu, rasi bintang tertentu saja yang nampak. Jika anda katakan arah barat di ruang angkasa pada bulan Mei, pasti akan berbeda pada arah barat pada bulan Oktober misalnya. Karena dengan melihat ke konstelasi rasi bintang di langit saja kita tahu bahwa posisi atas kita di bumi terhadap arah di ruang angkasa tiap hari berubah.

Jadi bisakah anda menunjukkan dimanakah ARAH tanah suci SUKHAWATI di ruang angkasa ??? (dengan anggapan bahwa tanah suci sukhawati ada di konstelasi bintang tertentu)

Barat disini memang tidak pernah dijelaskan... jangan bertanya itu kepada saya karena saya bukan beraliran Mahayana, saya Thervadis yang sedikit "nyenggol2" Mahayana.

Tapi yang saya tau, begitulah Buddha Amitabha... lagipula ajarannya dan ajaran Sakyamuni Buddha sama saja.

Untuk apa membeda2kan Amitabha dan Sakyamuni? Toh ajarannya sama, walaupun secara kepribadian dan tempat berbeda, namun ajarannya ya itu juga.

Begitu pula dengan Bhaisajya Guru Buddha.

Lalu, buat apa dipusingkan, dimana letak Sukhavati, Amitabha seperti apa, bla bla...

Lagipula saya Theravada yang menyenggol Mahayana... ajaran utama saya Theravada namun saya sedikit mempelajari Mahayana.

Nah kalau ada yang pake nama Amitabha Buddha untuk macem2... nah itu bukan urusan saya.

@marcedes dengan dilbert: bagus, Kalama Sutta sudah kalian praktekkan, tidak mudah percaya dengan tradisi apapun... (ini yang saya harapkan dari teman2 di forum buddhis :D )

Bagaimana dengan saya? Mau jujur atau bohong? :D

Saya hanya percaya kepada Theravada, itupun tidak 100% :)) lalu kenapa sok membela Mahayana? Karena pertanyaannya adalah "Buddha Amitabha Pernah Lahir di Bumi ini?", maka saya jelaskan bahwa bagi yang percaya Amitabha, Amitabha itu dari bla bla bla... itu secara sudut pandang bagi Mahayanis.

Kalau mau lebih detil silakan tanya guru2 Mahayana atau bhiksu Mahayana.

Terima kasih

Namaste
 
Theravada, mahayana dan tantra .. hanya beda visi saja... tapi inti ajaran tetap sama.
Selain beda visi juga beda cara.
Bila ada org yg mengklaim salah satu aliran paling hebat, berarti dia tidak kenal dharma sang buddha.
 
Buddha Amitabha

Jika demikian pada waktu yang sama / PARALEL, gimana penjelasan tentang

"BUDDHA GOTAMA memperdengarkan suaranya sampai ke ribuan, jutaan, miliaran bahkan tak terhitung banyaknya tata surya untuk membuktikan bahwa pada saat ini, BUDDHA GOTAMA-lah yang termulia."

BAgaimana dengan pernyataan ini...

A. Jika pernyataan BUDDHA GOTAMA di atas BENAR, maka dalam waktu paralel/waktu yang sama, di seluruh alam semesta ini, hanya ada seorang samma sambuddha. yaitu BUDDHA SAKYAMUNI saja.

B. Jika ternyata pada waktu paralel/waktu yang sama, ada banyak samma sambuddha di tanah buddha lainnya seperti BUDDHA AMITABHA di tanah suci sebelah barat, BUDDHA Bhaisjayaguru di tanah suci sebelah TIMUR, dsbnya. berarti UCAPAN BUDDHA GOTAMA SALAH BESAR...

Hayooo... mana yang benar ???? Jika BUDDHA GOTAMA benar, berarti tidak ada itu BUDDH AMITABHA di tanah buddha sebelah barat... JIKA BUDDHA AMITABHA ITU BENAR ADA DAN SEDANG MENGAJAR (menjadi samma sambuddha) di tanah BUDDHA sebelah BARAT, maka pernyataan BUDDHA GOTAMA diatas SALAH BESAR....

Bro, dalam dua kemungkinan A & B, ucapan Buddha Gotama tetaplah benar...
Buddha Gotama mengucapkan bahwa Beliau adalah yang Termulia...
kondisi A: para mahkluk berpikir bahwa Beliau satu2nya Buddha di alam akan berpikir Buddha Gotama lah yang Termulia.

kondisi B: para mahkluk yang mengetahui masih ada para Buddha lain akan berpikir para Buddha lah yang Termulia.

Kesimpulannya memang benar Buddhalah yang termulia...

kalau di aliran theravada lebih tegasnya berbunyi......
TIDAK ADA 2 sammasambuddha yang hidup secara bersamaan di SELURUH ALAM SEMESTA INI(seluruh tata surya,baik di alam dewa maupun alam manusia...) .bisa lebih jelas baca tripitaka yang telah di terjemahkan mahasi sayadaw.....

tapi kalau masalah ajaran...dari buddha Tanhankara sampai buddha gotama..semua nya SAMA.
4 kesunyataan mulia,anicca,anatta,dll.

Bro... ralat nih, tidak mungkin ada 2 Sammasambuddha hidup bersamaan dalam 10,000 tata surya, bukan 'seluruh'... sumbernya dari teks Pali lho... dalam terjemahan Mahasi Sayadaw juga ada. Memang dalam teks Pali tidak disinggung-singgung keberadaan Buddha lain... Karena Buddha Gotama ingin menegaskan bahwa 'Buddha lah yang tertingi', tak ada yang lebih tinggi, tak ada yang sebanding dengan Buddha di seluruh alam semesta... Bila Buddha Gotama mengatakan: 'ah, ada Buddha lain yang sebanding' maka saddha para mahkluk yang kurang bijaksana akan tergoyahkan. (NB: di zaman itu, para petapa penganut pandangan salah mengaku bahwa mereka juga 'Buddha'). Namun, kepada para Bodhisattva, Buddha tidak menutup-nutupi karena tidak perlu; Bodhisattva cukup Bijaksana untuk menafsirkan secara benar ucapan Buddha...

Saya pribadi meyakini Buddha Amitabha, dan ini juga bukan tanpa alasan.
Tanah Sukhavati adalah hasil manifestasi tekad Buddha Amitabha. Ini berawal dari masa yang sangat lampau di mana seorang bhikkhu bernama Dharmakara mengucapkan 48 ikrar agung untuk menjadi Buddha Amitabha. lalu 10 kalpa yang lampau Bodhisattva Dharmakara mencapai Kebuddhaan dengan nama Amitayus/Amitabha di tanah Sukhavati.
Amitayus = usia tak terbatas, karena beliau tak pernah tua, selalu muda dan usianya sangat panjang.
Amitabha = cahaya (Maitri Karuna) tak terbatas, karena tubuhnya bercahaya tanpa batas.

Semua Buddha mengajarkan Dharma yang serupa... Buddha Amitabha juga mengajarkan Dharma seperti yang diajarkan Buddha Sakyamuni. Bedanya adalah Beliau memiliki ikatan karma dengan semua mahkluk hidup melalui 48 Ikrar agung. Kenapa ini penting? Buddha Sakyamuni sendiri mengatakan bahwa Beliau tidak dapat menolong mahkluk yang tidak punya ikatan karma/ jodoh dengan-Nya. Sehingga ini adalah peluang tanpa batas bagi semua mahkluk. Atas alasan inilah Buddha Sakyamuni membabarkan Amitabha Sutra, menceritakan tentang Amitabha demi kebaikan semua mahkluk terutama yang tidak berjodoh dengan Buddha Sakyamuni.

Kapan Buddha Amitabha parinirvana? Belum, Beliau masih hidup saat ini... Bila nanti Beliau parinirvana pun, masa tanpa Buddha tidak akan lama. Sebab, Bodhisattva Avalokitesvara, murid-Nya akan segera mencapai Kebuddhaan dan menggantikan Beliau mengajar Dharma. Begitu seterusnya digantikan Bodhisattva lainnya...

Sukhavati berada di sebelah barat dunia Saha melampaui milyaran tanah Buddha. Barat di mana? pakai kompas apa? Arah ini adalah arah alam semesta, bukan arah di bumi, maka kompas Bumi tidak berfungsi. untuk menjelaskannya dalam bahasa kita sekarang ini hampir tidak mungkin, karena manusia bumi belum punya 'peta alam semesta'.
Jangankan milyaran, satu tanah Buddha lain pun belum mampu kita datangi. Sukhavati bisa dicapai naik apa? Dengan pikiran. Bukankah pikiran kita bisa mengelana ke mana-mana dalam satu kejab... dengan Abhinna pun problemya siapa yang punya Abhinna sehebat itu bisa mengarungi semesta?

Bro para penganut Theravada, kalau sekarang tidak percaya adanya para Buddha dan Bodhisattva bukan masalah besar. Ini juga karma masing2 orang beda. ini juga bukan selalu berart jelek. Malah menegaskan sikap ehipassiko bro sekalian. Para Guru besar Mahayana di masa lampau pun juga tidak begitu saja langsung percaya. Ada juga yang berasal dari Theravada, lalu setelah terjadi peristiwa tertentu menjadi Mahayana.

Sutra-sutra Mahayana umumnya dititipkan pada para dewa dan naga setelah Buddha parinirvana,lalu beberapa ratus tahun kemudian baru muncul lagi setelah waktunya tiba, bagi manusia2 yang sanggup memahaminya mucul di dunia. Memang sulit untuk menjelaskan hal ini, singkat kata, Kekuatan dan Kebijaksanaan Buddha tak terbatas dan sulit dipahami.
Banyak juga mahayanist yang setelah mempelajari Mahayana mencapai Arahat... seperti Arya Bodhidharma, dll. Toh mereka tidak mempermasalahkan malah menyebarluaskan Mahayana.


apakah Amitabha pernah lahir di bumi ini? kalau sebelum menjadi Buddha yah mungkin-mungkin saja...
Menurut mahayana, seorang Buddha bisa beremanasi menjadi mahkluk apapun dan mengembara di semesta sebagai Bodhisattva. Dalam teks pali, Buddha pun pernah beremanasi bahkan menjadi Buddha, yaitu saat mengajar para dewa dan Brahma. Beliau menciptakan tubuh Buddha lain yang datang ke persamuan itu dan melakukan tanya jawab. Juga saat mengajar di Tavatimsa selama 3 bulan, waktu hendak pindapatta Buddha menciptakan tubuh Buddha lagi yang sama persis yang mengajar sama persis. Sungguh Kekuatan Buddha tak terbatas...
 
hanya saja visi itu sering tidak di mengerti...membuat orang yang tidak mengerti tambah tidak mengerti..

maka jadilah manusia bodoh..

Bro... ralat nih, tidak mungkin ada 2 Sammasambuddha hidup bersamaan dalam 10,000 tata surya, bukan 'seluruh'... sumbernya dari teks Pali lho... dalam terjemahan Mahasi Sayadaw juga ada. Memang dalam teks Pali tidak disinggung-singgung keberadaan Buddha lain... Karena Buddha Gotama ingin menegaskan bahwa 'Buddha lah yang tertingi', tak ada yang lebih tinggi, tak ada yang sebanding dengan Buddha di seluruh alam semesta... Bila Buddha Gotama mengatakan: 'ah, ada Buddha lain yang sebanding' maka saddha para mahkluk yang kurang bijaksana akan tergoyahkan. (NB: di zaman itu, para petapa penganut pandangan salah mengaku bahwa mereka juga 'Buddha'). Namun, kepada para Bodhisattva, Buddha tidak menutup-nutupi karena tidak perlu; Bodhisattva cukup Bijaksana untuk menafsirkan secara benar ucapan Buddha...
bacalah baik-baik mahasi sayadaw itu....." karena tidak ada yang mampu menjawab pertanyaan yang akan di keluarkan,maka sang buddha mencoba menggunakan
kekuatan batin nya untuk melihat SELURUH isi ALAM SEMESTA.....tetapi tidak SATU PUN....yang ada MELEBIHI atau MENYAMAI beliau pada saat itu...
maka beliau berkata " AKULAH YANG TERTUA, AKULAH YANG TERTINGGI,DLL"..tidak 10.000 tata surya loh...lebih lagi....
gw sih sudah baca...tapi buku itu punya seorang bikhu bukan punya gw.

jadi menurut text mahasi sayadaw....buddha itu munculnya "SUPER LANGKA".

masalah buddha amitabha itu cuma kebenaran atau kesalahan yang bersifat konvensional....malas gw bahas....
sampai air liur kering,jari patah,,,juga tidak ada bukti.
tunggulah sampai punya kesaktian baru pergi ke tata-surya lain seperti maha moggalana.

lihatlah sendiri,,,jangan lupa JEPRET..alias FOTO.
 
Theravada, mahayana dan tantra .. hanya beda visi saja... tapi inti ajaran tetap sama.
Selain beda visi juga beda cara.
Bila ada org yg mengklaim salah satu aliran paling hebat, berarti dia tidak kenal dharma sang buddha.

kalau beda VISI... bahaya BRO... itu tidak sama... (APA GAK SALAH TUH ??) :-O
VISI itu berbeda (kalau diartikan benar) akan membawa pada hasil/tujuan yang berbeda.

mungkin yang benar VISI-nya sama, operasionalnya (tata cara) berbeda.
 
Bro, dalam dua kemungkinan A & B, ucapan Buddha Gotama tetaplah benar...
Buddha Gotama mengucapkan bahwa Beliau adalah yang Termulia...
kondisi A: para mahkluk berpikir bahwa Beliau satu2nya Buddha di alam akan berpikir Buddha Gotama lah yang Termulia.

kondisi B: para mahkluk yang mengetahui masih ada para Buddha lain akan berpikir para Buddha lah yang Termulia.

Kesimpulannya memang benar Buddhalah yang termulia...

Tidak disebutkan bahwa para makhluk yang berpikir bahwa beliau yang termulia, tetapi BUDDHA GOTAMA-lah yang mengetahui dengan persis bahwa pada saat tersebut, beliaulah yang termulia. (Tidak interpretatif)



Bro... ralat nih, tidak mungkin ada 2 Sammasambuddha hidup bersamaan dalam 10,000 tata surya, bukan 'seluruh'... sumbernya dari teks Pali lho... dalam terjemahan Mahasi Sayadaw juga ada. Memang dalam teks Pali tidak disinggung-singgung keberadaan Buddha lain... Karena Buddha Gotama ingin menegaskan bahwa 'Buddha lah yang tertingi', tak ada yang lebih tinggi, tak ada yang sebanding dengan Buddha di seluruh alam semesta... Bila Buddha Gotama mengatakan: 'ah, ada Buddha lain yang sebanding' maka saddha para mahkluk yang kurang bijaksana akan tergoyahkan. (NB: di zaman itu, para petapa penganut pandangan salah mengaku bahwa mereka juga 'Buddha'). Namun, kepada para Bodhisattva, Buddha tidak menutup-nutupi karena tidak perlu; Bodhisattva cukup Bijaksana untuk menafsirkan secara benar ucapan Buddha...

terlalu interpretatif jika mengatakan bahwa saddha para makhluk akan tergoyahkan jika buddha mengatakan ada buddha lain di tempat lain... JELAS JELAS BUDDHA menawarkan jalan untuk bersama sama mencapai KEBUDDHAAN. Jadi jangan di-interpretasi sendiri sendiri. Coba di link ke saya referensi dari MAHASI SAYADAW. Saya Tidak yakin ada teks pali seperti itu.


Saya pribadi meyakini Buddha Amitabha, dan ini juga bukan tanpa alasan.
Tanah Sukhavati adalah hasil manifestasi tekad Buddha Amitabha. Ini berawal dari masa yang sangat lampau di mana seorang bhikkhu bernama Dharmakara mengucapkan 48 ikrar agung untuk menjadi Buddha Amitabha. lalu 10 kalpa yang lampau Bodhisattva Dharmakara mencapai Kebuddhaan dengan nama Amitayus/Amitabha di tanah Sukhavati.
Amitayus = usia tak terbatas, karena beliau tak pernah tua, selalu muda dan usianya sangat panjang.
Amitabha = cahaya (Maitri Karuna) tak terbatas, karena tubuhnya bercahaya tanpa batas.

Masalah anda yakin dengan "adanya" Buddha Amitabha adalah pribadi masing-masing. Dan segala embel embel tentang Buddha Amitabha juga tidak dipermasalahkan (jika memang benar benar ada).

Semua Buddha mengajarkan Dharma yang serupa... Buddha Amitabha juga mengajarkan Dharma seperti yang diajarkan Buddha Sakyamuni. Bedanya adalah Beliau memiliki ikatan karma dengan semua mahkluk hidup melalui 48 Ikrar agung. Kenapa ini penting? Buddha Sakyamuni sendiri mengatakan bahwa Beliau tidak dapat menolong mahkluk yang tidak punya ikatan karma/ jodoh dengan-Nya. Sehingga ini adalah peluang tanpa batas bagi semua mahkluk. Atas alasan inilah Buddha Sakyamuni membabarkan Amitabha Sutra, menceritakan tentang Amitabha demi kebaikan semua mahkluk terutama yang tidak berjodoh dengan Buddha Sakyamuni.

Pertanyaan saya yang pertama.

Duluan siapa mencapai sammasambuddha, Amitabha atau Sakyamuni ??? Kelihatannya dari "cerita" MAHAYANA, seharusnya Amitabha duluan mencapai sammasambuddha dibandingkan dengan Sakyamuni.


Pertanyaan kedua.

Jika Dharma semua sammasambuddha itu sama.
Lantas mengapa dunia saha ini masih perlu seorang sammasambuddha, kalau di "dunia sana" sudah ada Amitabha yang sedang menurunkan ajaran. ???

Seharusnya bagi makhluk yang sudah memiliki parami yang besar seperti misalnya Sariputra dkk, dilahirkan saja di tanah sukhawati dan mencapai arahat dibawah Buddha Amitabha.

Anda yang sudah yakin dengan Amitabha pada saat sekarang ini (mungkin parami anda / karma anda dekat dengan AMITABHA, mengapa tidak dilahirkan di alam sana saja ???) Sudah susah susah lahir di dunia saha ini, dan ngenal ajaran BUDDHA GOTAMA, mana ntar di transfer lagi ke tanah suci sukhawati.
No make sense.....


Sutra-sutra Mahayana umumnya dititipkan pada para dewa dan naga setelah Buddha parinirvana,lalu beberapa ratus tahun kemudian baru muncul lagi setelah waktunya tiba, bagi manusia2 yang sanggup memahaminya mucul di dunia. Memang sulit untuk menjelaskan hal ini, singkat kata, Kekuatan dan Kebijaksanaan Buddha tak terbatas dan sulit dipahami.
Banyak juga mahayanist yang setelah mempelajari Mahayana mencapai Arahat... seperti Arya Bodhidharma, dll. Toh mereka tidak mempermasalahkan malah menyebarluaskan Mahayana.

Kenapa sutra mahayana harus diambil dari para naga dan dewa... Buddha gotama sudah mengajarkan "semua" yang patut kita terima. Tidak ada ajaran yang disembunyikan. apalagi harus dititipkan ke para dewa dan naga. Dalam pembabaran Dharma di surga TUSITA kepada dewa santushita (ibunda siddharta), Sariputra mengikuti BUDDHA ke surga TUSITA dan menghabiskan vassa di surga tersebut, maka pelajaran ABIDHARMA bisa ada.

Semuanya interpretasi bahwa NAGARJUNA mengambil sutra titipan dari alam naga. Setahu saya, NAGARJUNA adalah seorang bhikkhu yang ahli dalam konsep kekosongan. Konsep MAhayana itu adalah konsep kekosongan. Jalur pencapaian kebuddhaan adalah dengan memahami realitas kekosongan. Sehingga jalur MAHAYANA dianggap jalur yang lebih cepat untuk mencapai realitas diri (mencapai kebuddhaan) dibandingkan dengan jalur THERAVADA yang lebih sistematis.

Arya Bodhidharma juga seorang yang ahli dalam konsep kekosongan, mengapa ?? Karena bodhidharma adalah sesepuh silsilah Zen INDIA ke-28 (Nagarjuna adalah sesepuh ZEN INDIA ke-13). Apakah Bodhidharma mencapai ARAHAT atau tidak ?? saya no comment. Tetapi sebagai seorang MAHAYANA, bahkan Arya Bodhidharma itu tidak menginterpretasi yang macam macam semacam BUDDHA AMITABHA. Coba cari semua literatur tentang Bodhidharma ataupun tentang ZEN, ada tidak disebutkan tentang pengagungan BUDDHA AMITABHA sedemikian tingginya ??? Mungkin di singgung saja tidak.

Aliran ZEN ini bolah saya katakan yang MENCERMINKAN aliran MAHAYANA secara utuh, sedangkan aliran lain seperti aliran sukhawati, aliran tien tai, aliran vinaya secara gradasi mengalami kemunduran kualitas.
 
Theravada, mahayana dan tantra .. hanya beda visi saja... tapi inti ajaran tetap sama.
Selain beda visi juga beda cara.
Bila ada org yg mengklaim salah satu aliran paling hebat, berarti dia tidak kenal dharma sang buddha.

anda kayaknya jarang baca2 kitab ya, sy ga pernah liat posting anda yg bermutu yg bisa dikonsumsi....sorry.
 
Tidak disebutkan bahwa para makhluk yang berpikir bahwa beliau yang termulia, tetapi BUDDHA GOTAMA-lah yang mengetahui dengan persis bahwa pada saat tersebut, beliaulah yang termulia. (Tidak interpretatif)

Tentu saja Beliaulah yang mengetahui. Yang saya maksud di sini adalah 'tujuan' Beliau mengucapkan hal itu; pastilah bukan untuk sombong-sombongan, tapi ada tujuannya yaitu supaya para mahkluk memuliakan para Buddha. Bila Anda menganggap Buddha menginginkan para mahkluk berpikir, "Buddha Gotama-lah yang Termulia" dan menolak "para Buddha lah yang Termulia"; maka Buddha mengucapkan hal ini dalam konteks "personal" seorang Gotama sedangkan Buddha jelas-jelas sudah menghancurkan belenggu ke-Aku-an dan kesombongan...
Jadi singkatnya, Buddha ingin para mahkluk berpikir 'para Buddha yang Termulia'; bukan "Buddha Gotama yang Termulia di antara para Buddha."(mengecilkan Buddha lain) ;)

terlalu interpretatif jika mengatakan bahwa saddha para makhluk akan tergoyahkan jika buddha mengatakan ada buddha lain di tempat lain... JELAS JELAS BUDDHA menawarkan jalan untuk bersama sama mencapai KEBUDDHAAN. Jadi jangan di-interpretasi sendiri sendiri. Coba di link ke saya referensi dari MAHASI SAYADAW. Saya Tidak yakin ada teks pali seperti itu.
Yah, interpretasi masing-masing dengan argumen sendiri2... :)


Masalah anda yakin dengan "adanya" Buddha Amitabha adalah pribadi masing-masing. Dan segala embel embel tentang Buddha Amitabha juga tidak dipermasalahkan (jika memang benar benar ada).

of course, bro...

Pertanyaan saya yang pertama.

Duluan siapa mencapai sammasambuddha, Amitabha atau Sakyamuni ??? Kelihatannya dari "cerita" MAHAYANA, seharusnya Amitabha duluan mencapai sammasambuddha dibandingkan dengan Sakyamuni.

Amitabha lebih dulu menjadi Buddha sekian kalpa yang lampau.

Pertanyaan kedua.

Jika Dharma semua sammasambuddha itu sama.
Lantas mengapa dunia saha ini masih perlu seorang sammasambuddha, kalau di "dunia sana" sudah ada Amitabha yang sedang menurunkan ajaran. ???
kalau begitu, bro sudah salah paham tentang ulasan saya. dunia Saha ini tentu perlu Buddha karena tidak ada Buddha lain bahkan dalam lingkup 10,000 dunia. walaupun di sukhavati ada Amitabha Buddha, bila Buddha Sakyamuni tidak memberitakan maka tidak ada manusia di dunia Saha yang tahu.
Dalam Mahayana, diyakini bahwa di banyak dunia di galaxi2 lain terdapat para Buddha lainnya, bukan hanya Amitabha...

Seharusnya bagi makhluk yang sudah memiliki parami yang besar seperti misalnya Sariputra dkk, dilahirkan saja di tanah sukhawati dan mencapai arahat dibawah Buddha Amitabha.
Semua itu kembali ke para mahkluk tersebut bro. Y.A. Sariputta memang punya tekad dan jodoh karma dengan Buddha Gotama. Sejak banyak kelahiran lampau Sariputta telah bersama sang Bodhisatta (bisa lihat Jataka). kehadiran Beliau juga sangat bermanfaat bagi dunia Saha.

Anda yang sudah yakin dengan Amitabha pada saat sekarang ini (mungkin parami anda / karma anda dekat dengan AMITABHA, mengapa tidak dilahirkan di alam sana saja ???) Sudah susah susah lahir di dunia saha ini, dan ngenal ajaran BUDDHA GOTAMA, mana ntar di transfer lagi ke tanah suci sukhawati.
No make sense.....
Nah itu dia bro, kalau parami saya cukup mah kemungkinan besar uda terlahir di sana..:D Buat saya pribadi, keinginan lahir di Sukhavati tidak lain karena ingin bertemu Buddha yang masih hidup, belajar Dharma langsung dari seorang Buddha. Juga dikatakan Sukhavati adalah tempat yang sangat kondusif untuk belajar Dharma.


Kenapa sutra mahayana harus diambil dari para naga dan dewa... Buddha gotama sudah mengajarkan "semua" yang patut kita terima. Tidak ada ajaran yang disembunyikan. apalagi harus dititipkan ke para dewa dan naga. Dalam pembabaran Dharma di surga TUSITA kepada dewa santushita (ibunda siddharta), Sariputra mengikuti BUDDHA ke surga TUSITA dan menghabiskan vassa di surga tersebut, maka pelajaran ABIDHARMA bisa ada.

Semuanya interpretasi bahwa NAGARJUNA mengambil sutra titipan dari alam naga. Setahu saya, NAGARJUNA adalah seorang bhikkhu yang ahli dalam konsep kekosongan. Konsep MAhayana itu adalah konsep kekosongan. Jalur pencapaian kebuddhaan adalah dengan memahami realitas kekosongan. Sehingga jalur MAHAYANA dianggap jalur yang lebih cepat untuk mencapai realitas diri (mencapai kebuddhaan) dibandingkan dengan jalur THERAVADA yang lebih sistematis.
banyak sutra Mahayana yang dalam dan sulit dimengerti, untuk menghindari misinterpretasi yang fatal,maka para Bodhisattva sengaja menyimpan sampai tingkat pemahaman masyarakat luas meningkat(tentu saja dengan belajar dan praktek sesuai ajaran Buddha yang sudah ada...) contohnya saja Avamtasaka Sutra, sutra yang dibabarkan pertama kali, bukan di dunia manusia tapi di dimensi para Bodhisattva. Dalam sutra ini banyak statement yang luar biasa baik secara Dharma maupun pengetahuan ilmiah. Ahli fisika pun akan terkaget-kaget mengenai perumpamaan2 yang sekarang mirip2 fisika kuantum. Orang zaman dulu tentu sulit menerima hal ini.
Zaman dulu, Tipitaka Pali juga tidak sembarang orang bisa baca, tidak seperti sekarang yang disebarkan luas bebas. Dulu peraturan lebih ketat, hanya para bikkhu terpelajar yang bisa mengakses. Tipitaka dipandang sebagai pusaka yang suci, jadi perlu integritas tinggi dan tekad kuat untuk belajar. masyarakat umum belajar Dhamma dari ceramah2 para bikkhu, bukan baca kitab sendiri...
Juga sebagai contoh, di India sekarang sudah tidak ditemukan peninggalan2 litelatur Buddhis, baik Theravada dan Mahayana. Maka dari itu, litelatur2 itu banyak disimpan dewa dan naga untuk menjaga kelestariannya.
Dalam sutra2 Mahayana juga dimulai dengan narasi dari Y.A. Ananda: Evam mayam sutram... Demikianlah yang telah kudengar...
Seperti halnya disebut dalam pitaka Pali bahwa setiap malam Buddha mengajar para dewa, tapi toh banyak sekali yang tidak tercatat dalam pitaka Pali. Buddha mengajarkan Mahayana khusus kepada para Bodhisattva. Seperti juga Buddha sering muncul dihadapan para murid yang sedang berlatih baik dalam tubuh asli ataupun tubuh ciptaan (lihat kisah2 Theragatha), Buddha juga bisa mengajar Bodhisattva dalam Sambhogakaya yang hanya tampak oleh para Bodhisattva. Arya Nagarjuna memang ahli dalam Sunyata, Beliau menyusun filsafat Mahdyamika (Jalan Tengah) yang menjadi salah satu dasar aliran Mahayana sekarang. Jalan Tengah ini menolak dua ekstrim,eksistensi kekal dan nihilisme. Dan salah besar kalau kita meremehkan ajaran Sunyata. Bikkhu Buddhadassa sendiri mengatakan banyak penganut Theravada yang telah melupakan 'Sunyata', padahal dalam pitaka Pali pun Buddha menyebutkan pentingnya Sunyata..
Mahayana juga sama seperti Theravada mengatakan bahwa butuh 4 asankeya dan 100 ribu kalpa untuk menjadi Buddha. mungkin Jalur cepat yang Anda maksud adalah Vajrayana...
Sistematika bukan milik Theravada saja, Arya Nagarjuna pun sangat sistematis dan logis. Beliau menulis banyak risalah logika tentang Dharma.
Justru mahayana merinci proses menjadi Buddha dengan adanya tahapan sistematis Dasabhumi, dll.
Mahayana sekarang tampak tidak sistematis karena terjadi kemunduran Buddhasasana. contohnya Mahayana China banyak mengalami penghancuran vihara dan kitab2 beberapa kali oleh beberapa kaisar. Akibatnya terjadi kemunduran sistem pengajaran. Bandingkan dengan Negara2 Buddhis seperti Thailand, Myanmar yang selalu mendukung, akibatnya kelestarian sistem pengajaran Theravada terjaga, bahkan ada Vajrayana di Thailand.

Arya Bodhidharma juga seorang yang ahli dalam konsep kekosongan, mengapa ?? Karena bodhidharma adalah sesepuh silsilah Zen INDIA ke-28 (Nagarjuna adalah sesepuh ZEN INDIA ke-13). Apakah Bodhidharma mencapai ARAHAT atau tidak ?? saya no comment. Tetapi sebagai seorang MAHAYANA, bahkan Arya Bodhidharma itu tidak menginterpretasi yang macam macam semacam BUDDHA AMITABHA. Coba cari semua literatur tentang Bodhidharma ataupun tentang ZEN, ada tidak disebutkan tentang pengagungan BUDDHA AMITABHA sedemikian tingginya ??? Mungkin di singgung saja tidak.

Aliran ZEN ini bolah saya katakan yang MENCERMINKAN aliran MAHAYANA secara utuh, sedangkan aliran lain seperti aliran sukhawati, aliran tien tai, aliran vinaya secara gradasi mengalami kemunduran kualitas.

Wah, bro coba baca sutra Altar sesepuh Chan China ke-6... ada dibahas sedikit Amitabha. Juga sesepuh Chan ke-5, Hong Ren, seorang praktisi pelafalan mantra dan Amitabha. Bodhidharma mewariskan kitab Lankavatara Sutra kepada Huike. coba bro baca sutra itu. Memang Bodhidharma lebih menekankan praktek meditasi untuk pengalaman langsung. Toh,ironinya Chan adalah aliran yang paling produktif dlm hal litelatur Buddhis dibandingkan aliran lain. tapi adalah salah bila Chan mencerminkan Mahayana secara utuh. Tampak demikian karena banyak sesepuh Chan/Dhyana terutama India adalah juga sesepuh dalam aliran lain. Contohnya Nagarjuna juga merupakan sesepuh dlm Vajrayana, Sukhavati, Tientai... Sama halnya Buddhasasana baiknya dilihat secara menyeluruh dari Theravada, Mahayana, dan Vajrayana; Mahayana baiknya dilihat tidak dari satu sektenya saja.
Misalnya bagaimana seseorang bisa mempraktekan Vipassyana tanpa belajar Dharma terlebih dahulu? dalam Tientai tersusun ajaran Mahayana secara sistematis. dalam Sukhavati, masyarakat diajak mengamalkan Dharma secara praktis. Bukankah banyak orang menganggap agama Buddha tidak praktis, sulit , rumit, dll. Jadi inilah Upaya Kausalya (Pali. Upaya Kosala) dalam pembabaran Dharma. Mungkin kalangan terpelajar seperti bro mengerti Dhamma yang lebih tinggi, tapi bagaimana dengan yang kurang bisa memahami Dhamma yang mendalam? Diajak meditasi, malah orangnya ga nyambung. yah mendingan disuruh melafal Amitabha aja.. kan dalam Theravada juga ada teknik melafal 'Buddho..' sebagai latihan awal. Hal ini tidak bisa diremehkan, bisa kita lihat dari kasus Devadatta, saat akan ditelan bumi, dia berkata: Biar bagaimanapun aku hanya berlinding pada Mu, Buddha! dan Buddha mengatakan sebagai akibatnya Devadatta nantinya akan mencapai Paccekabuddha...
Jadi melafal Namo Amitabha Buddha... tiap saat, tentu manfaatnya besar walaupun tidak langsung dalam kehidupan ini berbuah.
Mengenai pengetahuan Dharma, saya rasa bahkan semua agama juga punya problem dalam menggiatkan umatnya rajin baca kitab suci sehingga kualitasnya menurun.

Marcedes berkata:
bacalah baik-baik mahasi sayadaw itu....." karena tidak ada yang mampu menjawab pertanyaan yang akan di keluarkan,maka sang buddha mencoba menggunakan
kekuatan batin nya untuk melihat SELURUH isi ALAM SEMESTA.....tetapi tidak SATU PUN....yang ada MELEBIHI atau MENYAMAI beliau pada saat itu...
maka beliau berkata " AKULAH YANG TERTUA, AKULAH YANG TERTINGGI,DLL"..tidak 10.000 tata surya loh...lebih lagi....
gw sih sudah baca...tapi buku itu punya seorang bikhu bukan punya gw.

jadi menurut text mahasi sayadaw....buddha itu munculnya "SUPER LANGKA".

masalah buddha amitabha itu cuma kebenaran atau kesalahan yang bersifat konvensional....malas gw bahas....
sampai air liur kering,jari patah,,,juga tidak ada bukti.
tunggulah sampai punya kesaktian baru pergi ke tata-surya lain seperti maha moggalana.

lihatlah sendiri,,,jangan lupa JEPRET..alias FOTO.

Kalau kata2 itu ditelan mentah2 memang begitu. Coba dianalisa, 'Akulah Yang Tertua.' Apa maksudnya?
Usia kah? Rasanya diluar jangkauan kita menghitungnya...
Senioritas sebagai Bodhisatta? Buddha gotama menjalani masa pengumpulan paramita selama 4 asankeya dan 100ribu kappa... tapi Metteya sebagai Viriyadhika Bodhisatta, menempuh 16 asankeya 100 ribu kappa... lebih senior/tua siapa hayo? Jelas-jelas Metteya lebih senior 12 asankeya kappa lha... jadi kata-kata 'Tertua' tentu dibanding para mahkluk biasa. Saat Buddha mencari apakah ada yang mampu mengajukan pertanyaan yang Beliau inginkan... Jawabannya adalah Tidak ada satu pun yang mampu kecuali Buddha. Ini menunjukan superioritas Buddha, bukan Buddha sebagai pribadi tapi Buddha sebagai seorang Sammasambuddha...
Sama seperti belajar fisika, pertama belajar Mekanika Newton,dll. Lalu Relativitas dan Quantum. Nah, dalam Quantum, seolah-olah teori2 Newton terputarbalikkan... bayangkan bila fisika Quantum dimunculkan di zaman Newton, tentu akan ditolak habis-habisan. Penyebabnya adalah adanya 'gap' pengetahuan... Coba saja ajari Quantum pada anak SD, yang pintar sekalipun akan bingung karena terkesan kontradiksi dengan fisika mekanik sederhana yang dipelajarinya.
Sama dengan Mahayana pun sekilas terkesan kontradiksi, tapi pembelajaran setahap demi setahap akan membuka wawasan kita.

Dalam Mahayana memang image Buddha adalah tak terbayangkan, tak terbatas, di luar jangkauan manusia... dengan kesan Sakral dan magis yang kental. agak berbeda dengan pendekatan Theravada yang kesannya bisa menganalisa detail semua pikiran dan tindakan Buddha. Tentu keduanya memiliki fungsi dan tujuan masing-masing. Di mana saat belajar Theravada seseorang diajari menganalisa semua hal dengan menanamkan keyakinan/pandangan bahwa semua hal bisa dianalisa. Kemudian orang itu belajar Mahayana di mana banyak hal di luar jangkauan dan 'tak masuk akal' seperti yang bro bilang... Saya melihat justru di sinilah pikiran analitis dan wawasan akan dikembangkan sampai tak terbatas. Ibarat seorang ahli yang tiba-tiba mengerti pepatah: di atas langit masih ada langit... Maka pandangan seseorang akan menjadi fleksibel dan luas.

Di sini juga, saya ingin minta maaf bila tanpa sengaja menyinggung atau sejenisnya. Saya tidak bermaksud menentang aliran tertentu. Mungkin penjelasan saya kurang memuaskan bro, tapi itulah gambaran pandangan saya. Tujuan post ini tentu membela Mahayana. Saya yakin Sutra Mahayana asli ucapan Buddha Sakyamuni, dan ucapan Buddha tentu benar. Tinggal kita yang mengerti atau tidak.

Memang sulit memberi bukti nyata keberadaan para Buddha lain, sebagaimana halnya sulit membuktikan ada bumi-bumi lain kepada ilmuwan. Tapi bukan berarti tidak ada kemungkinan, alam semesta yang demikian luasnya masa hanya ada 1 Buddha... kalau hal itu benar, logikanya Tipitaka Pali tentunya akan mati-matian mempromosikan Jalan Bodhisatta, mendorong sebanyak mungkin orang menjadi Buddha... nyatanya santai-santai aja... mahayana yang mengenal banyak Buddha yang habis-habisan promosi Jalan Bodhisattva karena 'demand' (permintaan pasar) akan Buddha sangat tinggi. :D Bodhisattva Avalokitesvara pun pernah prihatin dengan semesta, Beliau berkata bahwa sungguh sedih melihat dunia... walaupun Beliau sudah habis-habisan menyelamatkan mahkluk hidup, tetap saja seperti tidak ada habis-habisnya...tetap aja masih ada tak terhitung mahkluk dalam samsara...

Inilah Bodhicitta, keinginan kuat mencapai Kebuddhaan atas Mahakaruna kepada semua mahkluk...

sebenarnya daripada berdebat tentang keberadaan Amitabha, adalah lebih bermakna menumbuhkan Bodhicitta dlm diri kita...
Amitabha = sifat Buddha dalam diri kita
Avalokitesvara = sifat Mahakaruna dalam diri kita

Dengan menumbuhkan Bodhicitta, Amitabha dan Avalokitesvara hidup dalam pikiran kita... ;)
 
kalau begitu, bro sudah salah paham tentang ulasan saya. dunia Saha ini tentu perlu Buddha karena tidak ada Buddha lain bahkan dalam lingkup 10,000 dunia. walaupun di sukhavati ada Amitabha Buddha, bila Buddha Sakyamuni tidak memberitakan maka tidak ada manusia di dunia Saha yang tahu.
Dalam Mahayana, diyakini bahwa di banyak dunia di galaxi2 lain terdapat para Buddha lainnya, bukan hanya Amitabha...

Ketika seorang sammasambuddha hanya ada di lingkup 10.000 dunia, pertanyaannya kemudian, apakah tumimbal lahir makhluk makhluk hanya terbatas di 1 set 10.000 dunia ??

Jika Ya, berarti tidak ada kesempatan bagi Anda untuk terlahir di dunia sukhawati karena tumimbal lahir makhluk hanya terbatas di 10.000 dunia.

Jika Tidak, buat apa seorang sammasambuddha ada di setiap kelipatan 10.000dunia, toh semua makhluk bisa bertumimbal lahir di dunia manapun juga.

Semua itu kembali ke para mahkluk tersebut bro. Y.A. Sariputta memang punya tekad dan jodoh karma dengan Buddha Gotama. Sejak banyak kelahiran lampau Sariputta telah bersama sang Bodhisatta (bisa lihat Jataka). kehadiran Beliau juga sangat bermanfaat bagi dunia Saha.

Kalau ngomongin soal jodoh karma, nanti pertanyaannya akan banyak makhluk yang tidak berjodoh sama sekali dari awal dengan buddhasasana, jadi kapan bisa ada kesempatan bagi makhluk tersebut mendengar dharma.
Contohnya begini : Apakah kesempatan mendengar nama Amitabha, melafalkan nama amitabha disebut dengan ada jodoh dengan Buddha amitabha ??? Ketika BUDDHA GOTAMA menceritakan tentang BUDDHA AMITABHA (dalam kitab mahayana tentunya), apakah buddha gotamalah yang memberikan "JODOH" tersebut kepada makhluk yang "BERJODOH LAHIR DI DUNIA SAHA/DUNIA BUDDHA GOTAMA INI" ??
Jadi bingung dan gak konsisten kan...

Nah itu dia bro, kalau parami saya cukup mah kemungkinan besar uda terlahir di sana..:D Buat saya pribadi, keinginan lahir di Sukhavati tidak lain karena ingin bertemu Buddha yang masih hidup, belajar Dharma langsung dari seorang Buddha. Juga dikatakan Sukhavati adalah tempat yang sangat kondusif untuk belajar Dharma.

Ketika anda berkata bahwa Sukhawati adalah tempat yang sangat kondusif untuk belajar Dharma, memang kelihatannya dunia saha ini tidak kondusif, dimana terjadi kemorosotan kemorosotan moral.
Tetapi BUDDHA telah berkata bahwa di dunia manusia inilah tempat praktek DHARMA yang paling bagus, Mengapa ??? Karena dengan segala keterbatasan, efek dan kenyataan jelasnya DUKKHA, ANICCA DAN ANATTA, membuat kita semua cepat bisa meraih kemajuan spiritual. Di alam surga, dimana penderitaan berkurang (penderitaan fisik, dimana hanya ada kematian dan tidak ada sakit maupun umur tua) dan kebahagiaan lebih menonjol, dikatakan para makhluk surga susah untuk mempraktekkan Dharma, karena DUkkha, anicca dan anatta susah terlihat.

Kemudian dalam sutra BUDDHA GOTAMA tentang TANAH BUDDHA (lagi lagi sutra mahayana), SARIPUTRA bertanya kepada BUDDHA GOTAMA, mengapa TANAH BUDDHA ini (maksudnya TANAH BUDDHA SAKYAMUNI, jika memang benar benar dibedakan adanya berbagai TANAH BUDDHA) ini kelihatannya tidak indah, penuh dengan penderitaan dsbnya ???

BUDDHA GOTAMA dengan jelas mengatakan bahwa TANAH BUDDHA itu bisa suci, bisa indah, bisa sempurna sesuai dengan pandangan masing masing makhluk. Ketika makhluk makhluk yang sudah mencapai tataran tertentu, maka pandangan atas dunia ini menjadi berbeda. seorang ARAHAT tentunya memandang TANAH BUDDHA SAKYAMUNI (sekali lagi jika memang dibedakan) ini INDAH, SUCI, HALUS, BENING dsbnya.

banyak sutra Mahayana yang dalam dan sulit dimengerti, untuk menghindari misinterpretasi yang fatal,maka para Bodhisattva sengaja menyimpan sampai tingkat pemahaman masyarakat luas meningkat(tentu saja dengan belajar dan praktek sesuai ajaran Buddha yang sudah ada...) contohnya saja Avamtasaka Sutra, sutra yang dibabarkan pertama kali, bukan di dunia manusia tapi di dimensi para Bodhisattva. Dalam sutra ini banyak statement yang luar biasa baik secara Dharma maupun pengetahuan ilmiah. Ahli fisika pun akan terkaget-kaget mengenai perumpamaan2 yang sekarang mirip2 fisika kuantum. Orang zaman dulu tentu sulit menerima hal ini.
Zaman dulu, Tipitaka Pali juga tidak sembarang orang bisa baca, tidak seperti sekarang yang disebarkan luas bebas. Dulu peraturan lebih ketat, hanya para bikkhu terpelajar yang bisa mengakses. Tipitaka dipandang sebagai pusaka yang suci, jadi perlu integritas tinggi dan tekad kuat untuk belajar. masyarakat umum belajar Dhamma dari ceramah2 para bikkhu, bukan baca kitab sendiri...
Juga sebagai contoh, di India sekarang sudah tidak ditemukan peninggalan2 litelatur Buddhis, baik Theravada dan Mahayana. Maka dari itu, litelatur2 itu banyak disimpan dewa dan naga untuk menjaga kelestariannya.
Dalam sutra2 Mahayana juga dimulai dengan narasi dari Y.A. Ananda: Evam mayam sutram... Demikianlah yang telah kudengar...
Seperti halnya disebut dalam pitaka Pali bahwa setiap malam Buddha mengajar para dewa, tapi toh banyak sekali yang tidak tercatat dalam pitaka Pali. Buddha mengajarkan Mahayana khusus kepada para Bodhisattva. Seperti juga Buddha sering muncul dihadapan para murid yang sedang berlatih baik dalam tubuh asli ataupun tubuh ciptaan (lihat kisah2 Theragatha), Buddha juga bisa mengajar Bodhisattva dalam Sambhogakaya yang hanya tampak oleh para Bodhisattva. Arya Nagarjuna memang ahli dalam Sunyata, Beliau menyusun filsafat Mahdyamika (Jalan Tengah) yang menjadi salah satu dasar aliran Mahayana sekarang. Jalan Tengah ini menolak dua ekstrim,eksistensi kekal dan nihilisme. Dan salah besar kalau kita meremehkan ajaran Sunyata. Bikkhu Buddhadassa sendiri mengatakan banyak penganut Theravada yang telah melupakan 'Sunyata', padahal dalam pitaka Pali pun Buddha menyebutkan pentingnya Sunyata..
Mahayana juga sama seperti Theravada mengatakan bahwa butuh 4 asankeya dan 100 ribu kalpa untuk menjadi Buddha. mungkin Jalur cepat yang Anda maksud adalah Vajrayana...
Sistematika bukan milik Theravada saja, Arya Nagarjuna pun sangat sistematis dan logis. Beliau menulis banyak risalah logika tentang Dharma.
Justru mahayana merinci proses menjadi Buddha dengan adanya tahapan sistematis Dasabhumi, dll.
Mahayana sekarang tampak tidak sistematis karena terjadi kemunduran Buddhasasana. contohnya Mahayana China banyak mengalami penghancuran vihara dan kitab2 beberapa kali oleh beberapa kaisar. Akibatnya terjadi kemunduran sistem pengajaran. Bandingkan dengan Negara2 Buddhis seperti Thailand, Myanmar yang selalu mendukung, akibatnya kelestarian sistem pengajaran Theravada terjaga, bahkan ada Vajrayana di Thailand.

Memang benar BUDDHA mengajar dewa dewa pada malam jaga ke-2, tetapi ini bukan interpretasi bahwa ajaran tersebut ajaran yang berbeda dan disimpan di alam dewa/alam naga, karena semua ajaran BUDDHA tidak lain dan tidak bukan hanya mengenai JALAN MENUJU LENYAPNYA DUKKHA, dan itu tidak terbatas hanya untuk dewa, naga dsbnya. Tetapi semua makhluk termasuk manusia. Jadi tidak ada itu ajaran ajaran yang esoterik/tersembunyi kecuali kalau ajaran tersebut sudah berasimilasi dengan kebudayaan setempat (misalnya vajrayana/tantra yang berasimilasi dengan budaya bon di TIBET).

Istilah SUNYATA memang lebih pamungkas di jalur MAHAYANA, oleh sebab itu menurut Bhikkhu Buddhadasa, jalur MAHAYANA dengan fokus SUNYATA merupakan jalur yang lebih cepat dari THERAVADA, bukan berarti jalur THERAVADA itu tidak ada SUNYATA, mengapa ?? ketika kemelekatan di tinggalkan (ini yang diutamakan dalam tradisi THERAVADA), maka SUNYATA pun didapatkan. Istilahnya hanya masuk dari depan atau belakang saja.

Dalam berbagai tulisan saya, tidak pernah sekalipun meremehkan konsep SUNYATA, saya sendiri saja sangat mengedepankan ajaran yang terdapat di dalam SUTRA HATI, SUTRA INTAN, maupun SUTRA ALTAR, tetapi bukan dalam hal misalnya pelafalan AMITABHA untuk kemudian beraspirasi dilahirkan di tanah sukhawati.


Wah, bro coba baca sutra Altar sesepuh Chan China ke-6... ada dibahas sedikit Amitabha. Juga sesepuh Chan ke-5, Hong Ren, seorang praktisi pelafalan mantra dan Amitabha. Bodhidharma mewariskan kitab Lankavatara Sutra kepada Huike. coba bro baca sutra itu. Memang Bodhidharma lebih menekankan praktek meditasi untuk pengalaman langsung. Toh,ironinya Chan adalah aliran yang paling produktif dlm hal litelatur Buddhis dibandingkan aliran lain. tapi adalah salah bila Chan mencerminkan Mahayana secara utuh. Tampak demikian karena banyak sesepuh Chan/Dhyana terutama India adalah juga sesepuh dalam aliran lain. Contohnya Nagarjuna juga merupakan sesepuh dlm Vajrayana, Sukhavati, Tientai... Sama halnya Buddhasasana baiknya dilihat secara menyeluruh dari Theravada, Mahayana, dan Vajrayana; Mahayana baiknya dilihat tidak dari satu sektenya saja.
Misalnya bagaimana seseorang bisa mempraktekan Vipassyana tanpa belajar Dharma terlebih dahulu? dalam Tientai tersusun ajaran Mahayana secara sistematis. dalam Sukhavati, masyarakat diajak mengamalkan Dharma secara praktis. Bukankah banyak orang menganggap agama Buddha tidak praktis, sulit , rumit, dll. Jadi inilah Upaya Kausalya (Pali. Upaya Kosala) dalam pembabaran Dharma. Mungkin kalangan terpelajar seperti bro mengerti Dhamma yang lebih tinggi, tapi bagaimana dengan yang kurang bisa memahami Dhamma yang mendalam? Diajak meditasi, malah orangnya ga nyambung. yah mendingan disuruh melafal Amitabha aja.. kan dalam Theravada juga ada teknik melafal 'Buddho..' sebagai latihan awal. Hal ini tidak bisa diremehkan, bisa kita lihat dari kasus Devadatta, saat akan ditelan bumi, dia berkata: Biar bagaimanapun aku hanya berlinding pada Mu, Buddha! dan Buddha mengatakan sebagai akibatnya Devadatta nantinya akan mencapai Paccekabuddha...
Jadi melafal Namo Amitabha Buddha... tiap saat, tentu manfaatnya besar walaupun tidak langsung dalam kehidupan ini berbuah.
Mengenai pengetahuan Dharma, saya rasa bahkan semua agama juga punya problem dalam menggiatkan umatnya rajin baca kitab suci sehingga kualitasnya menurun.

Salah satu teks karya China yang sudah dikategorikan sebagai sutra buddhis hanyalah Platform Sutra (Sutra Dasar) karya Master Zen Hui Neng, Jika ada dikatakan tentang Amitabha, ada gak dikatakan tentang terlahir di tanah sukhawati. KEcuali oleh aliran sukhawati sendiri. Saya rasa tidak.

Saya katakan mengapa ZEN dikatakan mencerminkan MAHAYANA secara utuh dan lebih dekat dengan THERAVADA, MENGAPA ??? Karena hanya tradisi ZEN yang tidak menimbulkkan banyak mis-understanding dan pengertian pengertian yang bisa di"sanggah" oleh teks teks THERAVADA. Tradisi ZEN kuat dalam konsep kekosongan, tidak membicarakan hal-hal di luar duniawi yang terlalu interpretatif, tidak pernah bicara tentang terlahir di dunia buddha lainnya (padahal sekarang sedang berada di dunia buddha). Dan mengapa ZEN itu ajarannya lebih murni dari waktu ke waktu ?? THERAVADA dikenal dengan displin yang ketat (kecuali dalam hal vegetarian, tetapi itu bukan jaminan atas kesucian), ZEN terkenal dalam hal kemurnian pewarisan pemikiran dan transmisi DHARMA. Dalam ZEN, murid murid pewaris (yang mencapai tataran MASTER ZEN yang tulen) memiliki kualitas yang sama dan tidak berbeda dengan guru-nya. Jadi walaupun secara kuantitas, guru ZEN sangat sedikit, tetapi kualitasnya semua boleh dibilang No.1


Dalam Mahayana memang image Buddha adalah tak terbayangkan, tak terbatas, di luar jangkauan manusia... dengan kesan Sakral dan magis yang kental. agak berbeda dengan pendekatan Theravada yang kesannya bisa menganalisa detail semua pikiran dan tindakan Buddha. Tentu keduanya memiliki fungsi dan tujuan masing-masing. Di mana saat belajar Theravada seseorang diajari menganalisa semua hal dengan menanamkan keyakinan/pandangan bahwa semua hal bisa dianalisa. Kemudian orang itu belajar Mahayana di mana banyak hal di luar jangkauan dan 'tak masuk akal' seperti yang bro bilang... Saya melihat justru di sinilah pikiran analitis dan wawasan akan dikembangkan sampai tak terbatas. Ibarat seorang ahli yang tiba-tiba mengerti pepatah: di atas langit masih ada langit... Maka pandangan seseorang akan menjadi fleksibel dan luas.

Anda salah kalau mengatakan belajar MAHAYAHA itu tidak analitis, justru MAHAYANA itu lebih analitis, lihat saja semua sesepuh MAHAYANA (misalnya NAGARJUNA, ASVAGOSHA dsbnya) adalah ahli ahli dalam debat dan analisa. justru THERAVADA yang lebi sistematis dibanding analitis. Dalam THERAVADA, prosedur yang lebih diutamakan, misalnya dari SILA, SAMADHI dan PANNA. Tetapi belajar MAHAYANA, analisa atas konsep kekosongan itu yang dikedepankan.

Karena jago analisa itulah, makanya sesepuh MAHAYANA ahli dalam analisa pemikiran termasuk dalam konsep kekosongan tersebut. Pikiran manusia tidak terbatas, tetapi bukan berarti bahwa semua yang diciptakan pikiran itu menjadi REAL (nyata), karena dalam konsep kekosongan, bahwa semuanya pada dasarnya tidak berinti.
 
Tentu saja Beliaulah yang mengetahui. Yang saya maksud di sini adalah 'tujuan' Beliau mengucapkan hal itu; pastilah bukan untuk sombong-sombongan, tapi ada tujuannya yaitu supaya para mahkluk memuliakan para Buddha. Bila Anda menganggap Buddha menginginkan para mahkluk berpikir, "Buddha Gotama-lah yang Termulia" dan menolak "para Buddha lah yang Termulia"; maka Buddha mengucapkan hal ini dalam konteks "personal" seorang Gotama sedangkan Buddha jelas-jelas sudah menghancurkan belenggu ke-Aku-an dan kesombongan...
Jadi singkatnya, Buddha ingin para mahkluk berpikir 'para Buddha yang Termulia'; bukan "Buddha Gotama yang Termulia di antara para Buddha."(mengecilkan Buddha lain) ;)


Yah, interpretasi masing-masing dengan argumen sendiri2... :)




of course, bro...



Amitabha lebih dulu menjadi Buddha sekian kalpa yang lampau.


kalau begitu, bro sudah salah paham tentang ulasan saya. dunia Saha ini tentu perlu Buddha karena tidak ada Buddha lain bahkan dalam lingkup 10,000 dunia. walaupun di sukhavati ada Amitabha Buddha, bila Buddha Sakyamuni tidak memberitakan maka tidak ada manusia di dunia Saha yang tahu.
Dalam Mahayana, diyakini bahwa di banyak dunia di galaxi2 lain terdapat para Buddha lainnya, bukan hanya Amitabha...


Semua itu kembali ke para mahkluk tersebut bro. Y.A. Sariputta memang punya tekad dan jodoh karma dengan Buddha Gotama. Sejak banyak kelahiran lampau Sariputta telah bersama sang Bodhisatta (bisa lihat Jataka). kehadiran Beliau juga sangat bermanfaat bagi dunia Saha.


Nah itu dia bro, kalau parami saya cukup mah kemungkinan besar uda terlahir di sana..:D Buat saya pribadi, keinginan lahir di Sukhavati tidak lain karena ingin bertemu Buddha yang masih hidup, belajar Dharma langsung dari seorang Buddha. Juga dikatakan Sukhavati adalah tempat yang sangat kondusif untuk belajar Dharma.



banyak sutra Mahayana yang dalam dan sulit dimengerti, untuk menghindari misinterpretasi yang fatal,maka para Bodhisattva sengaja menyimpan sampai tingkat pemahaman masyarakat luas meningkat(tentu saja dengan belajar dan praktek sesuai ajaran Buddha yang sudah ada...) contohnya saja Avamtasaka Sutra, sutra yang dibabarkan pertama kali, bukan di dunia manusia tapi di dimensi para Bodhisattva. Dalam sutra ini banyak statement yang luar biasa baik secara Dharma maupun pengetahuan ilmiah. Ahli fisika pun akan terkaget-kaget mengenai perumpamaan2 yang sekarang mirip2 fisika kuantum. Orang zaman dulu tentu sulit menerima hal ini.
Zaman dulu, Tipitaka Pali juga tidak sembarang orang bisa baca, tidak seperti sekarang yang disebarkan luas bebas. Dulu peraturan lebih ketat, hanya para bikkhu terpelajar yang bisa mengakses. Tipitaka dipandang sebagai pusaka yang suci, jadi perlu integritas tinggi dan tekad kuat untuk belajar. masyarakat umum belajar Dhamma dari ceramah2 para bikkhu, bukan baca kitab sendiri...
Juga sebagai contoh, di India sekarang sudah tidak ditemukan peninggalan2 litelatur Buddhis, baik Theravada dan Mahayana. Maka dari itu, litelatur2 itu banyak disimpan dewa dan naga untuk menjaga kelestariannya.
Dalam sutra2 Mahayana juga dimulai dengan narasi dari Y.A. Ananda: Evam mayam sutram... Demikianlah yang telah kudengar...
Seperti halnya disebut dalam pitaka Pali bahwa setiap malam Buddha mengajar para dewa, tapi toh banyak sekali yang tidak tercatat dalam pitaka Pali. Buddha mengajarkan Mahayana khusus kepada para Bodhisattva. Seperti juga Buddha sering muncul dihadapan para murid yang sedang berlatih baik dalam tubuh asli ataupun tubuh ciptaan (lihat kisah2 Theragatha), Buddha juga bisa mengajar Bodhisattva dalam Sambhogakaya yang hanya tampak oleh para Bodhisattva. Arya Nagarjuna memang ahli dalam Sunyata, Beliau menyusun filsafat Mahdyamika (Jalan Tengah) yang menjadi salah satu dasar aliran Mahayana sekarang. Jalan Tengah ini menolak dua ekstrim,eksistensi kekal dan nihilisme. Dan salah besar kalau kita meremehkan ajaran Sunyata. Bikkhu Buddhadassa sendiri mengatakan banyak penganut Theravada yang telah melupakan 'Sunyata', padahal dalam pitaka Pali pun Buddha menyebutkan pentingnya Sunyata..
Mahayana juga sama seperti Theravada mengatakan bahwa butuh 4 asankeya dan 100 ribu kalpa untuk menjadi Buddha. mungkin Jalur cepat yang Anda maksud adalah Vajrayana...
Sistematika bukan milik Theravada saja, Arya Nagarjuna pun sangat sistematis dan logis. Beliau menulis banyak risalah logika tentang Dharma.
Justru mahayana merinci proses menjadi Buddha dengan adanya tahapan sistematis Dasabhumi, dll.
Mahayana sekarang tampak tidak sistematis karena terjadi kemunduran Buddhasasana. contohnya Mahayana China banyak mengalami penghancuran vihara dan kitab2 beberapa kali oleh beberapa kaisar. Akibatnya terjadi kemunduran sistem pengajaran. Bandingkan dengan Negara2 Buddhis seperti Thailand, Myanmar yang selalu mendukung, akibatnya kelestarian sistem pengajaran Theravada terjaga, bahkan ada Vajrayana di Thailand.



Wah, bro coba baca sutra Altar sesepuh Chan China ke-6... ada dibahas sedikit Amitabha. Juga sesepuh Chan ke-5, Hong Ren, seorang praktisi pelafalan mantra dan Amitabha. Bodhidharma mewariskan kitab Lankavatara Sutra kepada Huike. coba bro baca sutra itu. Memang Bodhidharma lebih menekankan praktek meditasi untuk pengalaman langsung. Toh,ironinya Chan adalah aliran yang paling produktif dlm hal litelatur Buddhis dibandingkan aliran lain. tapi adalah salah bila Chan mencerminkan Mahayana secara utuh. Tampak demikian karena banyak sesepuh Chan/Dhyana terutama India adalah juga sesepuh dalam aliran lain. Contohnya Nagarjuna juga merupakan sesepuh dlm Vajrayana, Sukhavati, Tientai... Sama halnya Buddhasasana baiknya dilihat secara menyeluruh dari Theravada, Mahayana, dan Vajrayana; Mahayana baiknya dilihat tidak dari satu sektenya saja.
Misalnya bagaimana seseorang bisa mempraktekan Vipassyana tanpa belajar Dharma terlebih dahulu? dalam Tientai tersusun ajaran Mahayana secara sistematis. dalam Sukhavati, masyarakat diajak mengamalkan Dharma secara praktis. Bukankah banyak orang menganggap agama Buddha tidak praktis, sulit , rumit, dll. Jadi inilah Upaya Kausalya (Pali. Upaya Kosala) dalam pembabaran Dharma. Mungkin kalangan terpelajar seperti bro mengerti Dhamma yang lebih tinggi, tapi bagaimana dengan yang kurang bisa memahami Dhamma yang mendalam? Diajak meditasi, malah orangnya ga nyambung. yah mendingan disuruh melafal Amitabha aja.. kan dalam Theravada juga ada teknik melafal 'Buddho..' sebagai latihan awal. Hal ini tidak bisa diremehkan, bisa kita lihat dari kasus Devadatta, saat akan ditelan bumi, dia berkata: Biar bagaimanapun aku hanya berlinding pada Mu, Buddha! dan Buddha mengatakan sebagai akibatnya Devadatta nantinya akan mencapai Paccekabuddha...
Jadi melafal Namo Amitabha Buddha... tiap saat, tentu manfaatnya besar walaupun tidak langsung dalam kehidupan ini berbuah.
Mengenai pengetahuan Dharma, saya rasa bahkan semua agama juga punya problem dalam menggiatkan umatnya rajin baca kitab suci sehingga kualitasnya menurun.



Kalau kata2 itu ditelan mentah2 memang begitu. Coba dianalisa, 'Akulah Yang Tertua.' Apa maksudnya?
Usia kah? Rasanya diluar jangkauan kita menghitungnya...
Senioritas sebagai Bodhisatta? Buddha gotama menjalani masa pengumpulan paramita selama 4 asankeya dan 100ribu kappa... tapi Metteya sebagai Viriyadhika Bodhisatta, menempuh 16 asankeya 100 ribu kappa... lebih senior/tua siapa hayo? Jelas-jelas Metteya lebih senior 12 asankeya kappa lha... jadi kata-kata 'Tertua' tentu dibanding para mahkluk biasa. Saat Buddha mencari apakah ada yang mampu mengajukan pertanyaan yang Beliau inginkan... Jawabannya adalah Tidak ada satu pun yang mampu kecuali Buddha. Ini menunjukan superioritas Buddha, bukan Buddha sebagai pribadi tapi Buddha sebagai seorang Sammasambuddha...
Sama seperti belajar fisika, pertama belajar Mekanika Newton,dll. Lalu Relativitas dan Quantum. Nah, dalam Quantum, seolah-olah teori2 Newton terputarbalikkan... bayangkan bila fisika Quantum dimunculkan di zaman Newton, tentu akan ditolak habis-habisan. Penyebabnya adalah adanya 'gap' pengetahuan... Coba saja ajari Quantum pada anak SD, yang pintar sekalipun akan bingung karena terkesan kontradiksi dengan fisika mekanik sederhana yang dipelajarinya.
Sama dengan Mahayana pun sekilas terkesan kontradiksi, tapi pembelajaran setahap demi setahap akan membuka wawasan kita.

Dalam Mahayana memang image Buddha adalah tak terbayangkan, tak terbatas, di luar jangkauan manusia... dengan kesan Sakral dan magis yang kental. agak berbeda dengan pendekatan Theravada yang kesannya bisa menganalisa detail semua pikiran dan tindakan Buddha. Tentu keduanya memiliki fungsi dan tujuan masing-masing. Di mana saat belajar Theravada seseorang diajari menganalisa semua hal dengan menanamkan keyakinan/pandangan bahwa semua hal bisa dianalisa. Kemudian orang itu belajar Mahayana di mana banyak hal di luar jangkauan dan 'tak masuk akal' seperti yang bro bilang... Saya melihat justru di sinilah pikiran analitis dan wawasan akan dikembangkan sampai tak terbatas. Ibarat seorang ahli yang tiba-tiba mengerti pepatah: di atas langit masih ada langit... Maka pandangan seseorang akan menjadi fleksibel dan luas.

Di sini juga, saya ingin minta maaf bila tanpa sengaja menyinggung atau sejenisnya. Saya tidak bermaksud menentang aliran tertentu. Mungkin penjelasan saya kurang memuaskan bro, tapi itulah gambaran pandangan saya. Tujuan post ini tentu membela Mahayana. Saya yakin Sutra Mahayana asli ucapan Buddha Sakyamuni, dan ucapan Buddha tentu benar. Tinggal kita yang mengerti atau tidak.

Memang sulit memberi bukti nyata keberadaan para Buddha lain, sebagaimana halnya sulit membuktikan ada bumi-bumi lain kepada ilmuwan. Tapi bukan berarti tidak ada kemungkinan, alam semesta yang demikian luasnya masa hanya ada 1 Buddha... kalau hal itu benar, logikanya Tipitaka Pali tentunya akan mati-matian mempromosikan Jalan Bodhisatta, mendorong sebanyak mungkin orang menjadi Buddha... nyatanya santai-santai aja... mahayana yang mengenal banyak Buddha yang habis-habisan promosi Jalan Bodhisattva karena 'demand' (permintaan pasar) akan Buddha sangat tinggi. :D Bodhisattva Avalokitesvara pun pernah prihatin dengan semesta, Beliau berkata bahwa sungguh sedih melihat dunia... walaupun Beliau sudah habis-habisan menyelamatkan mahkluk hidup, tetap saja seperti tidak ada habis-habisnya...tetap aja masih ada tak terhitung mahkluk dalam samsara...

Inilah Bodhicitta, keinginan kuat mencapai Kebuddhaan atas Mahakaruna kepada semua mahkluk...

sebenarnya daripada berdebat tentang keberadaan Amitabha, adalah lebih bermakna menumbuhkan Bodhicitta dlm diri kita...
Amitabha = sifat Buddha dalam diri kita
Avalokitesvara = sifat Mahakaruna dalam diri kita

Dengan menumbuhkan Bodhicitta, Amitabha dan Avalokitesvara hidup dalam pikiran kita... ;)

tidak bro....bahkan saya sangat rasa penjelasan anda betul-betul bagus..
sama seperti pemikiran dimana
"seorang buddha gotama hampir setiap malam mengajar dhamma kepada dewa..tetapi tidak semua apa yang di ajarkan itu dicatat dan di ingat oleh ANANDA....(masuk akal)"

tapi saya mengerti maksud anda soal hilang-nya KE-AKU-AN seorang buddha sewaktu berkata "akulah yang tertua,dll"

begini.....demikianlah yang saya baca dan yang masih saya ingat ^^

se-waktu dewa datang dari sekian banyak tata surya(tidak disebutkan berapa tata surya)....mulai dari dewa tertinggi sampai dewa dengan kasta rendah..
mengunjugi sammasambuddha.

ada seorang dewa dari alam brahma yang sedang bermeditasi.....dimana ketika pada waktu yang sangat tepat...dia bangkit dari meditasi nya...dan melihat,mengapa alam ini kosong melompong? kemana para dewa semua?

dengan kesaktian dewa tersebut,dewa itu mengetahui bahwa sangat banyak para dewa yang datang dari hampir seluruh tata-surya..

dewa ini berpikir "saya harus mengunjugi sammasambuddha gotama dan memberikan syair pujian"

ketika telah menyusun syair pujian..dewa ini dengan menghilang dan tiba di hadapan buddha gotama.....sambil berdiri di satu sisi memberikan hormat dan mengucapkan syair pujian.....

nah ketika itu beberapa di pikiran para dewa berpikir " saya dewa dengan kasta rendah..tidak mungkin nama saya di sebut ataupun di singgung oleh sammasambuddha gotama"

sammasambuddha gotama mengetahui pikiran para dewa itu...
lantas sammasambuddha gotama menyebut beberapa nama dari para dewa dengan golongan dengan cepat.......dan memperkenalkan nya kepada bikhu sangha.

hati para dewa ini puas dan gembira......seperti seorang ibu yang mengembirakan anak-anaknya.

===========

lalu sammasambuddha gotama ingin memberikan pertanyaan kepada PARA DEWA......
dengan kebijaksanaan beliau berpikir...
"apakah ada dewa disini yang mampu menjawab pertanyaan yang kuberikan?"

sammasambuddha gotama menggunakan mata batin nya untuk melihat kemampuan dari para dewa...dan tidak satu pun dewa yang BISA MENJAWAB PERTANYAAN BELIAU..

terus beliau melanjutkan nya dengan di tata-surya ini...dan tidak satupun makhluk yang mampu MENJAWAB PERTANYAAN BELIAU.....

setelah itu beliau melanjutkan dengan kemampuan mata batin yang luar biasa MELIHAT SELURUH TATA SURYA
( dalam pengertian buddhis alam semesta ini terdiri dari milliaran bahkan lebih tata surya )

dan tidak satupun yang BISA MENJAWAB PERTANYAAN BELIAU.......

sesudah itu beliau melihat lagi...bahwa ADAKAH MAKHLUK YANG SAMA ATAU MELEBIHI BELIAU....
(dalam pengertian ini....SAMA atau MELEBIHI dalam arti sila,samadhi,panna)

dan ternyata TIDAK SATU PUN MAKHLUK DARI SELURUH TATA SURYA sama atau melebihi beliau..

makanya beliau berkata " AKULAH YANG TERTUA,AKULAH YANG TERTINGGI,dsb...."

maksud akulah yang tertua ini dimana
" beliau saat ini TELAH MENCAPAI PENCERAHAN SEMPURNA PERTAMA(sammasambuddha) bukan -AKU- "
(walau bodhisatta metteya lebih....tapi dilihat dari segi PENCAPAIAN.
bukan lama-nya mengumpulkan parami.)

maksud dimana beliau berkata AKULAH YANG TERTINGGI
dimana saat ini tidak ada yang mampu melebihi atau sama dalam hal sila,samadhi,panna yang didapat nya...BUKAN - AKU -"

demikian..

sebenarnya masih ada lanjutan..hanya saja masih panjang...inti nya kan hanya dibagian sini...
di edisi terjemahan mingun sayadaw...membahas 5 sila dasar saja bisa sampai 100++ halaman lebih.....cape d.
-----------------
dari kesimpulan langsung saja di ketahui bahwa SAAT ITU tidak ada sammasambuddha lain.
hanya gotama yang sammsambuddha nya...dan lagi dalam tipitaka pali memang tidak ada namanya sammasambuddha amiyatus / amitabha.


ada juga beberapa kejanggalan pada sutta mahayana (sory yah hanya kebebasan berpikir)
dimana dikatakan bahwa ketika sammasambuddha sakyamuni ke alam dewa dan membabarkan dhamma....banyak sekali buddha dan dewa dari segala penjuru datang.

dan beliau berkata kepada ananda " ananda bahkan dengan penglihatan mata batin-ku...saya sendiri tidak tahu berapa yang hadir disini" ! o_0 !
ini saya pernah baca di salah satu thread IF sumbernya dari user mahayana.

lagian di mahayana sudah ada banyak sekali sammasambuddha...


tapi di tipitaka pali aliran theravada tidak sebanyak itu hanya 28.

=========

ada yang unik dari kata-kata sammasambuddha gotama yang kelihatan sekilas SOMBONG..dengan mengatakan AKU YANG TER-HEBAT....

coba baca di milinda panha.......banyak di bahas yang beginian.

sekali lagi ini cuma kebenaran konvensional....jadi kalau mau bahas,yah bahas gitu saja....
seperti ber-argumen saja....kan nambah info.


coba saja tanya singtung siapa tahu dia punya edisi mingun sayadaw itu....asal dia mau ketik yang panjang saja^^....hehehe
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.