• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Apakah orang yang belum percaya Tuhan Yesus juga bisa masuk surga ??

Status
Tidak terbuka untuk balasan lebih lanjut.
Syalom...
Mengenai keselamatan di luar gereja, saya ada artikel yang saya copi paste:




Adakah Keselamatan di Luar Gereja?

oleh: Frater Georgius Paulus, CSE





Pernah suatu ketika, seorang pemuda dari suatu Gereja Kristen non-Katolik menyatakan keberatannya akan kepercayaan gerejanya sendiri yang menyatakan bahwa hanya orang Kristenlah yang akan diselamatkan, “Lalu ke mana perginya semua orang yang non-Kristen?” Ini merupakan pertanyaan besar dari abad ke abad. Apakah Allah mengaruniakan keselamatan hanya kepada orang Kristen saja?


Ini juga yang sebenarnya merupakan masalah rumit yang dihadapi Gereja sepanjang sejarah. Masalah ini antara lain menimbulkan kesulitan Gereja dalam menyampaikan Kabar Gembira, khususnya di dunia Timur yang penuh dengan spiritualitas-spiritualitas yang sangat mendalam dan mengakar. Suatu agama atau kepercayaan yang berani membuat pernyataan bahwa di luar apa yang mereka ajarkan tidak ada keselamatan akan segera dicap sombong dan gila. Cobalah menempatkan diri Anda saat ini dalam kalangan penganut agama asli di salah satu negara Asia (ini pasti tidak akan terlalu sulit bagi Anda), lalu suatu saat Anda pergi ke acara kebaktian agama 'baru' dan mendengarkan seorang penginjil yang dengan lantang mengatakan di atas mimbar bahwa semua orang yang tidak mau menerima ajarannya akan masuk ke dalam neraka! Apa yang akan Anda rasakan? Apa pikiran Anda tentang Allah agama 'baru' itu saat itu? Inilah Allah yang tidak adil dan kejam. Bagaimana mungkin para pendahulu Anda yang hidup sungguh-sungguh saleh dan suci menurut ajaran kepercayaan Anda tiba-tiba dicampakkan ke dalam api neraka? Bagaimana mungkin orang-orang yang Anda kenal, yang hidup dengan tatanan moral kebajikan yang begitu tinggi, harus masuk ke dalam kebinasaan kekal semata-mata hanya karena mereka tidak pernah mendengarkan ajaran agama 'baru' itu? Sungguh tidak masuk akal!


Karena masalah ini cukup rumit dan sepanjang sejarah telah banyak dipertentangkan, saya mengajak Anda untuk secara bertahap melihat permasalahan ini. Dan juga sebelum Anda membaca lebih lanjut, saya mohon dengan sangat kepada Anda untuk tidak membaca uraian saya sepotong-sepotong, melainkan membacanya secara keseluruhan. Keterbatasan saya telah membuat uraian berikut tidak jelas jika dibaca sebagian saja. Oleh karena itu, jika Anda tidak yakin dapat menyelesaikan artikel ini, baik secara langsung maupun bertahap, saya mohon dengan hormat untuk tidak meneruskan sebab dapat menimbulkan kesalahpahaman yang tidak perlu.



ARTI KESELAMATAN


Pertama-tama kita perlu mengerti apa arti keselamatan menurut ajaran Kristen. Allah mengasihi manusia sebab Ia telah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya sendiri. Akan tetapi, karena kesombongan dan ketidaktaatannya, manusia jatuh ke dalam dosa dan akibatnya manusia terpisah dari Allah. Allah sendiri tidak pernah berhenti mengasihi manusia sebab Ia tidak dapat mengingkari Diri-Nya Sendiri yang adalah kasih. Ia tidak menghendaki kebinasaan manusia. Sehingga pada kepenuhan waktu Ia mengutus Putera-Nya yang tunggal, Yesus Kristus, turun ke dunia untuk menebus dosa seluruh umat manusia, dari manusia pertama sampai manusia terakhir. Dengan inkarnasi, penderitaan, wafat, dan kebangkitan-Nya, Yesus telah memulihkan kembali hubungan manusia dengan Allah. Atas jasa Yesus Kristus, manusia dapat kembali menikmati hidup bersatu dengan Allah dalam keabadian. Inilah arti keselamatan, ditebus dari keadaan dosa kepada kehidupan dalam kebahagiaan abadi di surga.


Akan tetapi, di balik semua karya keselamatan Allah ini, ada sebuah misteri besar yang hanya dapat dijawab oleh Allah sendiri, yakni: misteri kehendak bebas manusia. Walaupun mahakuasa, Allah seolah-olah membatasi diri-Nya sendiri dengan membiarkan manusia mengambil keputusannya sendiri secara bebas, menerima atau tidak menerima, percaya atau tidak percaya akan wahyu-Nya, dalam hal ini wahyu-Nya yang terbesar, Putera-Nya sendiri: Yesus Kristus. Apakah semua manusia bisa diselamatkan? Ya, jasa Yesus cukup untuk menebus semuanya. Lagipula, Allah sejak semula menghendaki agar semua manusia diselamatkan (bdk. 1 Tim 2:3-6). Akan tetapi, apakah semua manusia mau menerima keselamatan ini? Dengan sedih kita harus mendapati kenyataan bahwa justru dari antara umat manusia sendiri ada yang menolak keselamatan. Mengapa? Kita tidak tahu sebab, sekali lagi, ini adalah misteri kehendak bebas manusia. “Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang ... Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya ... dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum.” (Yoh 3:19.36; 5:29).


Tidak semua manusia mencapai keselamatan dan bagi mereka yang tidak berhasil mencapainya telah tersedia hukuman. Apakah hukumannya? Kebinasaan kekal atau yang biasa kita sebut dengan istilah neraka.



KESELAMATAN, MILIK SIAPA?


Yesus bersabda: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh 14:6). Dan ini pulalah yang menjadi cetusan keyakinan para pengikut-Nya, “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis 4: 12). Apakah ini berarti bahwa hanya orang Kristen - yang dari namanya berarri pengikut Kristus - saja yang berhak akan keselamatan atau kehidupan kekal?


Jika kita ingin menafsirkan arti kata-kata Yesus, seperti yang harus dilakukan setiap kali kita ingin menafsirkan kata-kata dalam Kitab Suci, kita harus melihat konteks keseluruhan lnjil. Yesus datang untuk semua orang. Ia turun ke dunia bukan hanya sebagai Anak Daud, tetapi juga sebagai Anak Manusia, Anak Adam. Jika hanya para pengikut Kristus, yang baru muncul setelah Yesus, saja yang diselamatkan, bagaimana nasib Adam, Nuh, Abraham, Ishak, Yakub, Musa, Daud, Elia, dan semua orang yang kita kenal sebagai orang-orang kudus dalam Perjanjian Lama? Penebusan Kristus melingkupi seluruh dunia dan seluruh masa: dulu, sekarang, dan masa yang akan datang. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” (Yoh 8:58). “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia ini dijadikan.” (Ef 1:4a). Kerahiman Allah tidak mengenal diskriminasi. Semua manusia adalah ciptaan-Nya, menurut gambar dan rupa-Nya. Inilah nilai universal karya penebusan Kristus. Apabila Yesus menebus Adam, Nuh, Abraham, dan semua orang kudus Perjanjian Lama, yang belum pernah mendengar tentang Dia, tentu rahmat penebusan-Nya ini akan menjangkau pula mereka, yang walaupun hidup setelah Dia, tidak pernah mendengar Kabar Gembira tentang Dia bukan karena kesalahan mereka sendiri.


Ada dua aspek penting dalam hal ini. Yang pertama, mereka bisa diselamatkan, tetapi tetap atas jasa Yesus Kristus dan melalui Dia-lah mereka akan mencapainya. Mereka yang bukan karena kesalahan mereka sendiri tidak pernah mendengar kabar akan Yesus Kristus, pada akhir zaman akan diadili oleh satu hakim yang sama, Yesus Kristus. Kedua, mereka akan diadili menurut ukuran kerahiman Allah berdasarkan hati nurani dan kebebasan kehendak masing-masing pribadi. Allah menciptakan manusia untuk Diri-Nya Sendiri. Oleh sebab itulah - seperti yang dikatakan oleh Blaise Pascal - di dalam diri manusia ada suatu kekosongan yang hanya dapat dipenuhi oleh Allah. Santo Agustinus mengerti akan hal ini saat ia berdoa: “Engkau menciptakan kami untuk-Mu, dan jiwa kami tidak akan tenang sebelum beristirahat di dalam Engkau, ya Tuhan.”


Para kudus Perjanjian Lama, sekalipun belum pernah bertemu dengan Yesus secara fisik, sebenarnya telah mengenal Dia di dalam kekekalan sebagai jalan menuju kehidupan. Wahyu-wahyu yang mereka terima, ditanggapi mereka dengan sungguh-sungguh sehingga mereka juga oleh Yesus Kristus ditentukan menjadi anak-anak Allah di dalam kasih-Nya (bdk. Ef 1:5). Demikian juga misalnya: suku-suku terpencil di pedalaman Irian yang belum pernah menerima pewartaan Kabar Gembira secara langsung, juga menerima rahmat penebusan Kristus dan akan diselamatkan jika mereka mengikuti hati nurani mereka untuk mengabdi Allah yang esa dan melakukan kehendak-Nya. Sebagaimana diajarkan secara jelas oleh Gereja melalui Konstitusi Dogmatik tentang Gereja, Konsili Vatikan II, “Mereka dapat mencapai keselamatan jika tanpa kesalahan dari pihak mereka sendiri tidak mengenal Kabar Gembira Kristus atau Gereja-Nya, namun secara tulus mencari Allah dan, digerakkan oleh rahmat, berjuang dalam upaya-upaya mereka untuk melaksanakan kehendak-Nya sebagaimana yang dimengerti mereka melalui suara hati nurani.” (No.16). Manusia tidak akan dapat mengingkari kodratnya yang utama dan pertama-tama sebab ia telah dikaruniai akal budi dan hati nurani untuk mengerti. Dan “karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka. Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia ini diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih. Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap.” (Rm.1:19-21). Pada waktu penghakiman terakhir mereka yang hidup dengan hati nurani yang murni dan melaksanakan kehendak Allah atas diri mereka akan mengerti siapa yang telah menebus mereka, yakni Yesus Kristus, sedangkan bagi mereka yang hidup dalam kegelapan dan mengingkari hati nuraninya, Kristus akan menjadi hakim yang menjatuhkan hukuman sekali dan untuk selama-lamanya, yakni kebinasaan yang kekal. Saat itu mereka tidak akan mempunyai alasan untuk berdalih lagi.



GEREJA DAN KESELAMATAN


Di luar Kristus tidak ada keselamatan. Semua manusia, entah Kristen ataupun non-Kristen hanya dapat mencapai Allah melalui dan atas jasa Yesus Kristus. Lalu apa fungsi Gereja dalam hal ini? Gereja sebagai Tubuh Kristus adalah realisasi Kerajaan Allah di dunia ini, bahtera yang mengangkut semua orang pilihan Allah kepada keselamatan. Oleh karena nilai esensialnya ini, Gereja tidak dapat menolerir adanya ajaran bahwa ada keselamatan di luar satu Gereja yang didirikan oleh Kristus sendiri. Seorang tokoh terkemuka dalam Gereja awali, Santo Siprianus mengungkapkan keyakinan Gereja ini dengan tegas dalam suratnya: “Bila Allah adalah Bapamu, maka Gereja adalah ibumu.” “Tidak seorang pun dapat diselamatkan kecuali di dalam Gereja.” “Di luar Gereja tidak ada keselamatan.” Dalam konteks Gereja awali, Gereja berarti hanya satu Gereja, yakni Gereja Kristus, Gereja Katolik. Santo Agustinus kemudian menambahkan: “Jika engkau tidak berada di dalam tubuh, engkau tidak berada di bawah kepala. Jika engkau memisahkan diri dari tubuh-Nya, itu tidak akan membuat Sang Kepala tubuh memisahkan diri dari tubuh-Nya. 'Dalam kesia-siaanlah engkau memuliakan Aku', Sang Kepala menangis untukmu dari Surga, 'Sia-sialah engkau memuliakan Aku'. Itu seperti jika seseorang ingin mencium wajahmu dan sekaligus menginjak kakimu. Dengan sepatunya yang berpaku ia menghancurkan kakimu saat ia mencoba memegang kepalamu dan menciumnya; tidakkah engkau akan menghalangi usaha penghormatan itu dan berseru: 'Hey, apa yang kau lakukan? Engkau menyakitiku!'” Jadi, jelas tidak mungkin bagi seseorang untuk tetap tinggal di bawah Sang Kepala, yaitu Kristus, dengan terus-menerus menghujat tubuh-Nya, yaitu Gereja. Keyakinan Gereja ini diteguhkan lagi dalam Konsili Lateran IV (tahun 1215): “Barangsiapa yang ingin diselamatkan, di atas segalanya ia perlu memegang iman Katolik. Dan jika seseorang tidak berpegang dalam iman ini secara teguh dan utuh, tak dapat diragukan lagi bahwa ia akan binasa.” Dengan kata lain, sebagaimana tidak ada keselamatan di luar Kristus, tidak ada pula keselamatan di luar Gereja. Extra ecclesiam nulla salus!


Jika demikian bukankah ini bertentangan dengan pengertian di awal tulisan ini bahwa orang kafir pun yang jelas-jelas bukan anggota Gereja bisa diselamatkan asalkan ia hidup sesuai dengan hati nuraninya yang murni dengan menyembah satu Allah yang benar? Dalam hal ini, kita harus mengerti sebagaimana Gereja telah mengerti saat ia (Gereja) dengan berani dan tegas mengatakan bahwa di luar Gereja tidak ada keselamatan. Kita harus melihat doktrin ini dalam kacamata iman Gereja secara keseluruhan dan juga faktor sejarah yang melandasinya.


Pertama-tama, sangatlah penting untuk mengerti bahwa doktrin di luar Gereja tidak ada keselamatan ini tidak ditujukan bagi orang-perorangan atau pribadi-pribadi non-Katolik, melainkan bagi komunitas-komunitas atau golongan-golongan non-Katolik. Jika ini benar bahwa hanya ada satu Tubuh Kristus, pastilah juga hanya ada satu Gereja. Setiap kelompok yang memisahkan diri dari Gereja atau yang sejak semula memang sudah tidak ada di dalam Gereja tidak mungkin dapat menjadi perantara kepada keselamatan. Hanya ada satu Gereja yang memiliki seluruh kepenuhan rahmat dan karenanya menjadi satu-satunya sarana untuk mencapai keselamatan di dunia ini.


Akan tetapi, dalam kenyataannya tidak ada satu pun kelompok-kelompok atau komunitas-komunitas non-Katolik yang sepenuhnya non-Katolik atau anti-Katolik. Dengan kata lain, nilai-nilai luhur yang membawa keselamatan, yang secara penuh terkandung dalam Gereja, secara tidak penuh juga ada di dalam mereka.



SAUDARA-SAUDARA YANG MEMISAHKAN DIRI


Kita lihat golongan pertama, yakni mereka - baik Gereja Orthodoks di Timur maupun Gereja Protestan di Barat - yang secara sadar mengambil langkah untuk memisahkan diri dari Gereja.


Pemisahan diri mereka dari Gereja tidak berarti penyangkalan akan seluruh iman dan rahmat dalam Gereja. Walaupun mereka menolak Gereja Katolik, saat pergi mereka membawa serta dan mempertahankan sejumlah besar keyakinan Gereja sebagai keyakinan mereka juga. Oleh karena itu, mereka, secara keseluruhan, tetap mewarisi kekayaan rahmat yang ada dalam Gereja, yang telah diturunkan oleh Kristus melalui para rasul sendiri, misalnya: Sakramen Pembaptisan, yang merupakan rahmat luar biasa yang disediakan Allah bagi penebusan dosa. Walaupun mereka menyangkal ke-Katolik-an mereka, dengan iman dan cara-cara penyembahan yang Katolik mereka tetap bisa memperoleh keselamatan. “Karena mereka ini, yang percaya kepada Kristus dan menerima pembaptisan dengan baik, berada dalam semacam persekutuan dengan Gereja Katolik, walaupun tidak sempurna.” (Dekrit Konsili Vatikan II tentang Ekumene, Unitatis Redintegratio, no. 3). Sehingga benarlah sabda Kristus: “Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini.” (Yoh. 10:16) Di mana pun, apabila Injil Kristus sungguh-sungguh diberitakan dan pembaptisan dilakukan di dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus, rahmat Allah bekerja. Ketika Yohanes berkata kepada Yesus bahwa ia baru saja mencegah seorang yang bukan termasuk bilangan para murid Yesus mengusir setan dalam nama Yesus, Yesus menegurnya, “Jangan kamu cegah, sebab barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu.” (Luk. 9:50).


Masalah perpecahan memang sudah ada sejak awal Gereja. Hal ini secara khusus sangat dicela oleh Rasul Paulus (bdk. 1 Kor 1:10-17; 11:17-22). Perpecahan harus dikutuk (anathema). Namun mereka, yang sekarang ini lahir dari persekutuan-persekutuan Kristen yang memisahkan diri dari Gereja dan yang diresapi oleh iman kepada Kristus, tidak dapat dipersalahkan karena dosa perpecahan (Unitatis Redintegratio, no. 3). Perpecahan-perpecahan yang terjadi terkadang timbul dari kesalahan tokoh-tokoh kedua belah pihak. Namun, berbicara mengenai rahmat dan keselamatan, Gereja mempunyai keyakinan teguh bahwa hanya melalui Tubuh Kristus sajalah, corong keselamatan satu-satunya, seseorang dapat mencapai tujuan keabadian, yakni Kristus sendiri, seperti yang ditegaskan oleh salah seorang teolog terkemuka abad ini: “Walaupun mungkin bukan Gereja Katolik yang memberikan kepada mereka roti kehidupan dan rahmat, namun roti Katoliklah yang mereka santap. Dan saat mereka memakannya, mereka, tanpa menyadari ataupun menginginkan, diikutsertakan dalam substansi adikodrati Gereja. Walaupun secara lahiriah mereka terpisah dari Gereja, mereka tetap ada di dalam jiwa Gereja.” (Karl Adam, The Spirit of Catholicism, hal 179).



SAUDARA-SAUDARA LAIN DI LUAR KRISTEN


Kelompok yang kedua adalah mereka yang sejak semula memang tidak berada di dalam Gereja. Apakah para penganut agama non-Kristen bisa diselamatkan? Sebagaimana di dalam diri saudara-saudara Kristen kita yang lain, para penganut agama non-Kristen juga memiliki nilai-nilai luhur atau, menurut istilah Konsili Vatikan Il, berkas-berkas kebenaran yang mempunyai daya penyelamatan.


Paus Paulus VI dalam ensikliknya, yang membahas tentang perwartaan Injil, berjudul Evangelii Nunciandi, yang diterbitkan tidak lama setelah penutupan Konsili Vatikan II, memberikan angin segar bagi evangelisasi dengan mengesampingkan semua prasangka dan tuduhan yang menyakitkan bagi agama-agama non-Kristen. Paus menegaskan, “Gereja menghormati dan menghargai agama-agama non-Kristen sebab mereka merupakan ungkapan hidup dari jiwa kelompok besar umat manusia. Agama-agama ini mengandung gema usaha mencari Allah selama ribuan tahun...” Akan tetapi, untuk tidak membuat orang berpikiran bahwa Gereja menyamakan semua agama, beliau dengan cepat menambahkan bahwa usaha mereka itu merupakan, “...suatu usaha mencari yang tidak pernah lengkap, tapi kerap kali dilakukan dengan ketulusan yang besar dan kelurusan hati.” Dan yang paling penting adalah pernyataan beliau mengenai hubungan mereka dengan Allah, “Agama-agama tadi telah mengajar generasi-generasi umat manusia untuk berdoa.” (Evangelii Nunciandi, no. 53).


Santo Thomas Aquinas, berabad-abad sebelumnya juga telah memberikan pernyataan yang sangat jelas dan cerdas akan penyelenggaraan Allah, “Allah akan memelihara mereka yang tidak terjangkau oleh kabar akan Kristus, entah dengan mengirimkan malaikat-Nya kepada mereka ataupun melalui inspirasi batin.” (De Veritate, XIV, 11, ad 1). Ini luar biasa! Allah memperhatikan semua manusia dengan segala kebijaksanaan-Nya. Kita mengerti sekarang bagaimana manusia, meskipun tidak menerima wahyu Allah sejelas wahyu-Nya kepada bangsa Yahudi dan yang disempurnakan secara penuh dalam diri Putera-Nya, Yesus Kristus, ternyata secara samar-samar dapat menangkap wahyu Allah kepada mereka, entah itu melalui penampakan malaikat Allah ataupun inspirasi di dalam diri mereka yang terdalam! Allah sungguh-sungguh hadir juga dalam diri mereka, meskipun tidak sama dengan kehadiran-Nya dalam diri mereka yang telah dibaptis dalam air dan roh, tetapi Ia hadir secara hakekat dan ya, bahkan - dalam kualitas tertentu - secara rahmat. Gereja sejak semula mengajarkan bahwa rahmat Allah juga bekerja di luar Gereja yang kelihatan. Di sini kita bisa melihat perbedaan yang mendasar antara rumusan 'extra ecclesiam nulla salus' dengan rumusan 'extra ecclesiam nulla conceditur gracia' (di luar Gereja tidak ada rahmat).


Ini menjelaskan banyak hal, tetapi di pihak lain juga membangkitkan satu pertanyaan besar, “Jika hanya di dalam Gereja ada keselamatan, apakah nilai-nilai luhur yang memberikan keselamatan diberikan kepada mereka melalui Gereja? Jika demikian, apakah nilai-nilai luhur itu semata-mata milik Gereja yang 'dipinjamkan' kepada yang lain?”



UNIVERSALITAS DAN EKSKLUSIFITAS GEREJA


Kardinal Newman, seorang eks-pastor Protestan yang akhirnya menjadi Katolik dan yang kemudian bahkan terpilih menjadi salah seorang uskup Gereja Katolik, pernah mengatakan bahwa seandainya Gereja Katolik itu salah, kesalahannya itu pasti tidak kurang daripada kesalahan diabolik (kerasukan setan). Sebaliknya jika ia (Gereja Katolik) benar, pastilah ia didirikan dan diselenggarakan secara ilahi. Klaim Gereja akan dirinya sendiri memang sangat tinggi. Ia mengklaim dirinya tidak kurang daripada Tubuh Kristus sendiri, pemenuhan Kerajaan Allah di dunia, Gereja Kemanusiaan (Church of Humanity) yang memiliki kepenuhan nilai-nilai religius, institusi eksklusif tempat semua orang dapat memperoleh keselamatan. Ia tidak dapat mengakui bahwa orang dapat diselamatkan dengan menjadi anggota kelompok lain di luar Gereja primer, Gereja yang didirikan oleh Kristus sendiri.


Sesungguhnya kita harus mengerti bahwa Gereja, dalam hal ini, melihat semuanya di dalam terang universalitas dan keabadian, bukan semata-mata paham 'kemungkinan'. Memang, seperti telah diterangkan di atas, Gereja selalu menghargai kepercayaan dari kelompok lain bahkan mengakui bahwa banyak nilai-nilai yang terkandung di dalam kelompok-kelompok itu sungguh-sungguh mengandung unsur pewahyuan ilahi, tetapi yang - sekali lagi - tidak pernah lengkap. Dari sini Gereja melihat adanya bahaya yang sangat besar dari sistem-sistem religius ini. Gereja mengingatkan bahwa tanpa pengenalan akan Kristus mereka akan cenderung lebih mudah ditipu dan disesatkan oleh iblis, misalnya melalui: takhyul, kepercayaan kepada barang-barang keramat (jimat, pembawa keberuntungan, dan lain-lain), sihir, perdukunan, dan sebagainya.


Di atas, saya telah memakai gambaran bahtera untuk Gereja dan sekarang saya akan melanjutkan pemakaian gambaran itu. Kita semua harus mengarungi samudera yang amat luas untuk mencapai keselamatan dan satu-satunya sarana yang memungkinkan kita sampai kepada tujuan adalah bahtera Gereja. Di saat kapal-kapal baru yang lebih baru dan canggih silih berganti terlihat mendahului bahtera ini, ia tetap bergerak dengan lambat. Akan tetapi, dalam perjalanannya selanjutnya ia mendapati bahwa semua kapal yang pernah mendahuluinya ternyata tidak pernah berhasil mencapai tujuan mereka. Badai samudera telah menelan mereka semua. Di samping itu, ada padanya penumpang-penumpang, tentu saja terbagi dalam kelas-kelas yang berbeda. Ada di antara mereka yang memilih bernaung di dalamnya dengan aman dan terlindung. Ada pula yang memilih menahan dingin dan menanggung risiko tercebur ke dalam laut dengan menumpang di atas geladaknya. Bahkan ada yang memilih hanya bergantung pada sisi-sisi badannya tanpa tempat untuk menginjakkan kaki-kaki mereka. Semuanya adalah penumpang bahtera ini, tetapi siapa yang akan lebih mudah bertahan di dalam badai?


Memang paham universalitas Gereja ini sering disalahtafsirkan sebagai suatu bentuk fanatisme sempit (seperti yang saya lukiskan pada awal tulisan ini), namun saya mengajak Anda dan siapa pun yang membaca tulisan saya ini untuk benar-benar mempelajari dan mendalami ajaran-ajaran Gereja Katolik yang sejati (dokumen-dokumen Gereja dan ajaran-ajaran para Bapa Gereja). Setelah itu Anda bisa memutuskan sendiri, apakah ini kebenaran atau hanya semata-mata bidaah terbesar yang pernah ada.



sumber : “Vacare Deo” edisi Agustus / Tahun V / 2003; Media Pengajaran Komunitas Tritunggal Mahakudus; Pertapaan Shanti Bhuana
 
kalo bicara kepercayaan tidak akan beres2... dari jaman dulu sampai 1000 thn lagi...
Yakinilah pada imanmu, tidak perlu diperdebatkan....
Mengenai keselamatan, menurut saya sebagai orang katolik yg awam, keselamatan tergantung pada pribadi masing2... sangat tidak adil, apabila misalkan kita terlahir di hutan, dan tidak mengenal Yesus secara pribadi, sedangkan kita tidak memilih dilahirkan di hutan. Tp dgn mengenal Yesus, saya percaya, dgn mengikuti teladan dan ajaran Yesus, kita akan menjadi orang yg lebih baik, kalimat2 sbb: (saya tidak hafal, kalimat persisnya spt dalam kitab suci, tp intinya aja yah.. hehehee)
1. kasihilah musuhmu
2. apabila pipi kirimu di tampar, berikan pipi kananmu
3. apabila engkau membalas kebaikan orang yg baik kepadamu, apa upahmu di surga
dan masih banyak lainnya, mungkin ada yg mau menambahkan, mungkin yg lebih jelas dan exact as bible...

itu kalimat2 dari seorang pioneer/jenius, yg sebelumnya tidak pernah diajarkan oleh guru2 sebelum Yesus...
mana ada orang yg jahat, kita balas dgn kebaikan, tp Yesus mengajarkan hal tsb...
Amazing.......
 
@skyro

Betul saya setuju, coz orang SUCI seperti anda boleh menjudge skyro hanyalah pendosa yg tak layak bicara mengenai tuhan dan kepercayaannya.

dan sebuah pernyataan bahwa orang berdosa mendapat mujizat dari yesus mungkin diangap org SUCI itu hanya bualan belaka. karena ada pendapat org bagaimana mungkin kristus hadir dalam kehidupan org yg kurang / tak beriman!

:)tuh kan..............

Jangan segala perkara itu di kaitkan dengan "menghakimi" atau "dihakimi" atau "cuma Tuhan yg boleh..", saya menganggap bahwa itu cara cara untuk membentengi diri supaya kenyamanan diri kita tidak terganggu, kalau kenyamanan itu benar mungkin tidak ada masalah tapi kalau kenyamanan itu salah bagaimana ?, dengan memagari diri kita seperti itu bagaimana kita akan memperbaiki diri kita sendiri?, kalau memang kita benar kenapa kita takut mendapat kritikan dari orang lain ?
Trus kalau orang memberi tahu kita dan kita trus bilang "Udah deh jangan sok suci, kaya yg ngga punya dosa aja mau negur negur gw.......bla, bla, bla......."

Yahhhhh apa kata dunia bro ? :D, semua orang perlu memperbaiki dirinya terus menerus belum ada yg sempurna :D

Aku ngga ngerti dgn apa yg kamu tulis selanjutnya, cuma satu hal pasti bahwa mujizat apapun tidak akan bekerja jika seorang pendosa tetap ada dgn dosanya, orang berdosa harus bertobat baru mujizat itu bekerja, jadi jangan harap dgn tetap berdosa kita akan mengalami mujizat.

Sekali lagi peace yooooooooooo >:D<

@hitsugaya,
Bro apa sih yg di maksud dgn Katolik awam ?
 
@manukdadali
mksdnya katolik awam, aku blm mendalami kitabsuci dgn baik, blm tau juga mengenai isi dari konsili vatikan, tp lewat forum ini, yah.. lumayan.. ada tambahan pengetahuan
 
Pertama
Beriman itu sama seperti kita mau masuk jurang. Dasar jurang tersebut sama sekali tidak terlihat, namun kita percaya bahwa Dia Yang Maha Kuasa akan menyambut kita dan tidak membiarkan kita binasa. Jadi: Adalah hal yang aneh bagi saya kalo saya mengatakan kepada orang lain bahwa iman saya adalah iman yang paling benar! Bagaimana mungkin saya mengajak orang lain terjun ke jurang yang saya lalui, sementara mereka sama-sama yakin bahwa jurang tempat mereka melompat adalah jurang yang benar! Bisakah saya membuat suatu alasan yang masuk akal kepada mereka untuk ikut terjun bersama saya, sementara dasar dari jurang itu sendiri tidak terlihat?

Kedua
Iman saya kepada Tuhan adalah urusan pribadi saya dengan Tuhan. Sehingga adalah salah kalau mempersalahkan/mempertanyakan soal kebenaran iman saya! Begitu juga dengan mereka yang tidak seiman dengan saya, adalah salah bagi saya kalau mempertanyakan kebenaran iman yang mereka miliki

Sungguh bagi saya adalah suatu hal yang sia-sia mempertanyakan kebenaran iman/kepercayaan orang lain, hanya demi untuk memperteguh iman kepercayaan sendiri! Yang ada malah debat kusir tak berkesudahan sepanjang segala abad (amin!). Anda tidak bisa memaksakan orang bisa memahami atau bahkan turut meyakini iman anda, karena toh kebanyakan mereka tidak bisa menerimanya! Jaman Katolikisasi, Protestanisasi, Islamisasi sudah lewat... Sekarang agama di Indonesia sudah masuk jaman Toleransi (menurut saya lho!!!!). Dan toleransi itu bagi saya tidak untuk mempertanyakan doktrin, dogma, norma ajaran agama tertentu! Daripada menghabiskan waktu untuk berdiskusi, mengapa kita tidak bersatu padu untuk membantu anak-anak yang kini masih berdiam di bawah kolong jembatan?

Ketiga
Namun bukan berarti saya menutup dialog! Tentu saja dialog itu perlu, namun itu bisa terjadi: Jika dan hanya jika anda yakin bahwa teman anda berdialog bukan orang penganut paham fanaticism. Teman dialog anda haruslah seseorang yang cukup dewasa, dan oleh karenanya dapat memahami kenyataan bahwa perbedaan diantara kita itu ada! Nah!!! dengan begitu maka yang didiskusikan bukan lagi soal perbedaan tersebut, melainkan soal persamaan-persamaan yang dimiliki, dan bagaimana kita bisa saling memperkaya satu sama lain dengan apa yang dimiliki oleh agama masing-masing! Trust Me!!! Pengetahuan Anda Akan Menjadi Lebih Kaya Karenanya!

Saya pernah berdialog dengan seorang Ulama yang sudah cukup banyak makan garam di dunia ini. Anda salah besar jika mengira kami membahas soal Tritunggal, Bunda Maria, Penyaliban Yesus,!!!.... (mengapa begini, mengapa begitu). Tapi kami berdiskusi selama nonstop 12 jam, mulai dari jam 7 malam hingga sarapan pagi (diselingi dengan istirahat yang tentu saja bertepatan dengan waktu sholat beliau). Dan masalah yang kami diskusikan adalah masalah yang sederhana sebenarnya (namun menurut saya adalah hal yang cukup rumit), yaitu tentang: Manusia Siapakah Aku!. Ya, problem itu adalah masalah yang cukup umum, bisa didiskusikan oleh semua lini baik itu filsafat ataupun teologi. Ntah mereka itu Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, Konghucu, dll!!! Semua pasti mengupas persoalan tersebut!

Tentu saja, dalam lubuk hati yang paling dalam: Saya merasa bahwa Yesus adalah kebenaran dan Jalan Hidup, sementara beliau meyakini bahwa: Muhammad Adalah Rasul Allah. Tapi menyinggung/menyebut persoalan itu pun tidak pernah, meski saya banyak mengambil ayat-ayat dari Kitab Suci, dan beliau berulang kali mengutip ayat-ayat Al-Quran. Diakhir diskusi, beliau bertanya Kapan kamu kembali lagi nak?? Ya, saya pun hampir secara bersamaan ingin berkata: Kalau ada kesempatan lagi, saya lanjutkan kuliah subuhnya pak haji!. Saya tidak tahu, tapi mungkin juga beliau rindu untuk mencari persamaan dalam perbedaan (bukan perbedaan!). Sementara, di luar sana banyak sekali mereka yang berbeda, terjatuh dalam paham fanaticism yang berlebihan!

Apakah saya merasa di-Islamisasi kan oleh beliau? Setelah diskusi tersebut saya malah merasa lebih dikuatkan dengan iman yang saya miliki. Dan entah, mungkin beliau yang merasa rugi karena lebih banyak mengajari, ketimbang mendapatkan ilmu dari saya yang anak ingusan ini!

Keempat

Nah, apa hubungannya dengan tema? Jika kita ingin beriman dalam dunia yang pada kenyataanya penuh dengan perbedaan maka kita harus: Mengakui dan menghargai bahwa di luar sana, banyak orang yang masih berusaha secara sungguh2 mencari kebenaran. Oleh sebab itu:

Menyatakan diri bahwa mereka yang tidak sejalan dengan kita akan binasa adalah salah! Simpan kebenaran itu untuk anda, dan teman2 yang seiman dengan anda! Dan cobalah setidak-tidaknya berusaha untuk memahami bahwa Anda Tidak Bisa Menebak Apa Yang Ada Di Pikiran Tuhan!, oleh karenanya anda tidak boleh menjudge: Orang di luar agama anda tidak akan memperoleh keselamatan!. Ingat kita tidak pernah tahu dengan pasti apa yang terjadi pada judgement day nanti! Itu adalah rahasia ilahi, yang tentu saja tidak bisa terselami oleh kita manusia biasa

Jika anda masih ngotot juga, cobalah untuk menilai apakah orang-orang ini akan masuk surga atau tidak:
Para sufi islam (saya sering baca bukunya!), Paus Yohanes Paulus II, Dalai Lama, Mahatma Gandhi, Mother Theresa... dsb.
Jika anda merasa bahwa salah satu diantara mereka tidak layak masuk surga hanya karena kepercayaan anda, maka cobalah bandingkan diri anda dengan mereka yang tidak masuk surga! Apakah anda lebih baik dari mereka?


Namun kita semua harus ingat: Satu-Satunya jalan menuju kepada-Nya hanya bisa dicapai dengan pencarian sungguh-sungguh, lewat iman dan kepercayaan yang kita miliki.

Dan semoga kita pun dapat bertemu dalam surga yang sama... Amin!

Mohon maaf saya bukan Universalis, Pluralis, atau is-is yang lain! Saya hanya berusaha untuk memahami mereka yang berbeda dengan saya
 
@hitsugaya

mksdnya katolik awam, aku blm mendalami kitabsuci dgn baik, blm tau juga mengenai isi dari konsili vatikan, tp lewat forum ini, yah.. lumayan.. ada tambahan pengetahuan

Sorry bukan bermaksud rewel, cuma kadang kadang pengertian "kata" yg dasarpun kadang kadang bisa berbeda, ini bisa sangat mengganggu pada saat berdiskusi ketika 2 orang berbicara dan masing masing membayangkan hal yg berbeda.

Pengertian saya tentang Katolik awam adalah umat, orang Katolik yg bukan dari Hirarkie (Uskup, Romo, Suster, Bruder, Diakon....dll).

kalo bicara kepercayaan tidak akan beres2... dari jaman dulu sampai 1000 thn lagi...
Betul bro bahkan sampai kiamat nanti, kepercayaan/iman akan terus berkembang seiring dengan perubahan jaman, demikian juga dengan dosa, dosa akan terus berkembang, kalau dosa berkembang dan kepercayaan tidak berkembang nanti kepercayaan/iman akan kalah canggih dibandingkan dengan dosa, walaupun pada intinya dosa itu adalah melawan perintah Allah, tapi karena kecanggihan dosa maka dosa sudah tidak terasa sebagai dosa lagi dan menjadi biasa ;)

Yakinilah pada imanmu, tidak perlu diperdebatkan....
Bukan di perdebatkan tapi di pelajari bersama sama, di singkron kan dgn ajaran Gereja, karena Gereja adalah "tubuh mistis Yesus, tiang kebenaran dan alam maut tidak akan menguasainya" jadi pemahaman kita tidak melenceng dari kebenaran.

Mengenai keselamatan, menurut saya sebagai orang katolik yg awam, keselamatan tergantung pada pribadi masing2... sangat tidak adil, apabila misalkan kita terlahir di hutan, dan tidak mengenal Yesus secara pribadi, sedangkan kita tidak memilih dilahirkan di hutan.

Nah Bro Gereja juga sudah mengantisipasikan itu, situ aja yg ngga pernah mau tau / ngga mau meluangkan waktu untuk tau tentang ajaran Gereja, coba cari tau tentang Invincible Ignorance ketidak tahuan yg tidak bisa di atasi, coba googling tentang itu dan pelajari, karena untuk selamat dgn menyandang Invincible ignorance itu pun ada syaratnya yaitu bersungguh sungguh mencari Allah, bukan hanya sekedar tidak tau yg tidak mau tahu dan hanya tidur tiduran saja, tapi karena benar benar mencari dan tidak ketemu ketemu.
gini haree mo nyari orang yg ke gitu di mana Bro?

MGBU
 
terima kasih atas semua sarannya dari manukdadali....terimakasih udah disebut "invisible ignorance"
saya setuju ama OM IHS... kalo lewat forum ini kayanya emang kurang pas.. karena latar belakang dan motivasi kita disini juga dipertanyakan...
"Teman dialog anda haruslah seseorang yang cukup dewasa, dan oleh karenanya dapat memahami kenyataan bahwa perbedaan diantara kita itu ada! Nah!!! dengan begitu maka yang didiskusikan bukan lagi soal perbedaan tersebut, melainkan soal persamaan-persamaan yang dimiliki, dan bagaimana kita bisa saling memperkaya satu sama lain dengan apa yang dimiliki oleh agama masing-masing! Trust Me!!! Pengetahuan Anda Akan Menjadi Lebih Kaya Karenanya!

lebih tepat kalo kita berdialog di pertemuan lingkungan, atau pun dgn pastur,
 
Patkay

Saya hanya ingin bertanya satu pertanyaan saja. Dari ketiga agama yg telah Patkay pelajari ( diluar KK & KP ) adakah ajaran seperti yg disampaikan oleh Yesus spt tsb ini : "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" ( bdk Yoh.14:6)

Kata kata Yesus tsb sangat tegas dan gamblang.

Saya berdoa unt. Patkay agar Patkay lekas menemukan agama pilihannya.

Selamat belajar
GBU

Pernahkah anda berpikir kalimat seperti itu menunjukan suatu kesombongan/egoisme dari seorang guru agung/nabi? Seorang guru yang baik tidak akan mengatakan seperti itu. Dan pernahkah anda berpikir bagaimana nasib manusia manusia yang lahir dan hidup dizaman itu sebelum yesus lahir? masuk ke neraka kali semuanya karena yesus belum lahir. kasihan sekali.
 
Hi Patkay,

Pernahkah anda berpikir kalimat seperti itu menunjukan suatu kesombongan/egoisme dari seorang guru agung/nabi? Seorang guru yang baik tidak akan mengatakan seperti itu. Dan pernahkah anda berpikir bagaimana nasib manusia manusia yang lahir dan hidup dizaman itu sebelum yesus lahir? masuk ke neraka kali semuanya karena yesus belum lahir. kasihan sekali.

Patkay belajarnya sudah sampai mana ? masih terus belajarkah ?

Patkay (Saya menggunakan kalimat anda :) ) Pernahkah anda berpikir bahwa kalau seorang Patkay punya pikiran seperti itu maka (seperti yg anda anggap) seorang guru agung/nabi tidak punya pikiran seperti itu ? bukankah kalimat diatas seperti yg anda tulis itu merupakan ke sombongan/egoisme seorang murid yg pelajarannya belum sampai dan sudah sok pintar membuat kesimpulan ? kasihan sekali.

Patkay tolong belajar lebih rajin lagi ya >:D<

Lebih baik membuat summary dari apa yg sudah di pelajari dari pada membuat kesimpulan dari apa yg belum di pelajari =((

Selamat belajar.
 
Hi Patkay,



Patkay belajarnya sudah sampai mana ? masih terus belajarkah ?

Patkay (Saya menggunakan kalimat anda :) ) Pernahkah anda berpikir bahwa kalau seorang Patkay punya pikiran seperti itu maka (seperti yg anda anggap) seorang guru agung/nabi tidak punya pikiran seperti itu ? bukankah kalimat diatas seperti yg anda tulis itu merupakan ke sombongan/egoisme seorang murid yg pelajarannya belum sampai dan sudah sok pintar membuat kesimpulan ? kasihan sekali.

Patkay tolong belajar lebih rajin lagi ya >:D<

Lebih baik membuat summary dari apa yg sudah di pelajari dari pada membuat kesimpulan dari apa yg belum di pelajari =((

Selamat belajar.

Terima kasih atas masukan

seorang guru berkata :

Guru : Saya adalah guru yang terbaik dan paling pintar di antara guru-guru yang lain.

Murid : Gila, guru kita kok sombong benar.

apakah murid ini di sebut sok pintar dan sombong?


mungkin jaman dulu seorang guru bilang begini begitu,tidak boleh dibantah harus diikuti.
sekarang jaman sudah berubah.hehehe^_^
 
@catolic..gw ga setuju ama lu..maap ya....bukan kah pada konsili vatikan ke II..diberitahukan bahwa di luar gereja juga ada keselamatan bro...
@TS yang anda maksud agnostik atau atheis atau agama laen???

Tuhan Jesus telah menghapuskan dosa manusia yang dahulu dan yang akan datang.
manusia (semua manusia)
 
Hi Patkay,

:D:D:D

seorang guru berkata :

Guru : Saya adalah guru yang terbaik dan paling pintar di antara guru-guru yang lain.

Murid : Gila, guru kita kok sombong benar.

apakah murid ini di sebut sok pintar dan sombong?

Kalau gurunya einstain gimana ?..... bukan itu koq yg di bahas

Salah menangkap maksudnya nih :D:D

Yg di permasalahkan itu bukan yg itu, ini yg kamu posting

Pernahkah anda berpikir kalimat seperti itu menunjukan suatu kesombongan/egoisme dari seorang guru agung/nabi? Seorang guru yang baik tidak akan mengatakan seperti itu. Dan pernahkah anda berpikir bagaimana nasib manusia manusia yang lahir dan hidup dizaman itu sebelum yesus lahir? masuk ke neraka kali semuanya karena yesus belum lahir. kasihan sekali.

....Dan pernahkah anda berpikir.... maksud saya itu, ngga usah dipikir pikir lagi, sudah ada tertulis mengenai itu di Alkitab, jadi tinggal di baca aja.

Anda saja yg belum membacanya, dan dgn sombongnya mengatakan ...kasihan sekali, yg kasihan itu anda karena anda belum membacanya :P belum membaca koq sudah membuat kesimpulan :-/

Jadi begitulah Patkay, coba belajar/baca lagi sampai tuntas ya ;)

Satu lagi

mungkin jaman dulu seorang guru bilang begini begitu,tidak boleh dibantah harus diikuti.
sekarang jaman sudah berubah.hehehe^_^

Ini tuh pernyataan menurut ajaran siapa ?, kalau guru mengajarkan kebenaran apakah kebenaran tergantung dari keadaan jaman ?, apakah anda tidak pernah mengetahui ada yg namanya kebenaran sejati ? yg tidak akan berubah karena kondisi jaman ?

Kayanya anda perlu belajar lebih dalam lagi atau mungkin ada belajar kepada guru yg salah sehingga berkesimpulan seperti itu, selamat belajar.

Tapi cerita dulu belajarnya sekarang sudah sampai mana ? ok
 
Hi Patkay,

:D:D:D



Kalau gurunya einstain gimana ?..... bukan itu koq yg di bahas

Salah menangkap maksudnya nih :D:D

Yg di permasalahkan itu bukan yg itu, ini yg kamu posting



....Dan pernahkah anda berpikir.... maksud saya itu, ngga usah dipikir pikir lagi, sudah ada tertulis mengenai itu di Alkitab, jadi tinggal di baca aja.

Anda saja yg belum membacanya, dan dgn sombongnya mengatakan ...kasihan sekali, yg kasihan itu anda karena anda belum membacanya :P belum membaca koq sudah membuat kesimpulan :-/

Jadi begitulah Patkay, coba belajar/baca lagi sampai tuntas ya ;)

Justru saya tidak percaya pada kitab-kitab suci yang ada ,kan itu dikarang atau ditulis oleh manusia. sampai-sampai kitab ada yang diakui dan tidak diakui atau dianggap sesat. itu masalahnya.


Satu lagi



Ini tuh pernyataan menurut ajaran siapa ?, kalau guru mengajarkan kebenaran apakah kebenaran tergantung dari keadaan jaman ?, apakah anda tidak pernah mengetahui ada yg namanya kebenaran sejati ? yg tidak akan berubah karena kondisi jaman ?

Kayanya anda perlu belajar lebih dalam lagi atau mungkin ada belajar kepada guru yg salah sehingga berkesimpulan seperti itu, selamat belajar.

Tapi cerita dulu belajarnya sekarang sudah sampai mana ? ok

yang saya maksud adalah jaman dulu kalau seorang guru bilang apa,murid langsung tinggal ikutin saja dan tidak boleh membantah tetapi sekarang kalau seorang guru bilang apa, murid pikir dulu apakah omongan guru itu benar atau tidak alias tidak percaya secara membabi buta.
 
Justru saya tidak percaya pada kitab-kitab suci yang ada ,kan itu dikarang atau ditulis oleh manusia. sampai-sampai kitab ada yang diakui dan tidak diakui atau dianggap sesat. itu masalahnya.
Hi Patkay....
sebenarnya terserah kamu juga untuk mempercayai or tidaknya KS.
tetapi menurut iman katolik, apa yg kamu ketahui tentang KS juga tidak benar.
Saya coba kutipkan dari Katekismus:

101 Untuk mewahyukan Diri kepada manusia, Allah berbicara dalam kebaikan-Nya kepada manusia dengan bahasa manusiawi: "Sabda Allah yang diungkapkan dengan bahasa manusia, telah menyerupai pembicaraan manusiawi, seperti dahulu Sabda Bapa yang kekal, dengan mengenakan daging kelemahan manusiawi, telah menjadi serupa dengan manusia" (DV 13).

105 Allah adalah penyebab [auctor] Kitab Suci. "Yang diwahyukan oleh Allah dan yang termuat serta tersedia dalam Kitab Suci telah ditulis dengan ilham Roh Kudus".

"Bunda Gereja yang kudus, berdasarkan iman para Rasul, memandang kitab-kitab Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru secara keseluruhan, beserta semua bagian-bagiannya, sebagai buku-buku yang suci dan kanonik, karena ditulis dengan ilham Roh Kudus (lih. Yoh 20:31; 2Tim 3:16; 2Ptr 1:19-21; 3:15-16), dan dengan Allah sebagai pengarangnya, serta dalam keadaannya demikian itu diserahkan kepada Gereja" (DV 11).

106 Allah memberi inspirasi kepada manusia penulis [auclor] Kitab Suci. "Tetapi dalam mengarang kitab-kitab suci itu Allah memilih orang-orang, yang digunakan-Nya sementara mereka memakai kecakapan dan kemampuan mereka sendiri, supaya - sementara Dia berkarya dalam dan melalui mereka - semua itu dan hanya itu yang dikehendaki-Nya sendiri dituliskan oleh mereka sebagai pengarang yang sungguh-sungguh" (DV 11).

107 Kitab-kitab yang diinspirasi mengajarkan kebenaran. "Oleh sebab itu, karena segala sesuatu, yang dinyatakan oleh para pengarang yang diilhami atau hagiograf (penulis suci), harus dipandang sebagai pernyataan Roh Kudus, maka harus diakui, bahwa buku-buku Kitab Suci mengajarkan dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan kebenaran, yang oleh Allah dikehendaki supaya dicantumkan dalam kitab-kitab suci demi keselamatan kita" (DV 11).

108 Tetapi iman Kristen bukanlah satu "agama buku". Agama Kristen adalah agama "Sabda" Allah, "bukan sabda yang ditulis dan bisu, melainkan Sabda yang menjadi manusia dan hidup" (Bernard, hom. miss. 4,11). Kristus, Sabda abadi dari Allah yang hidup, harus membuka pikiran kita dengan penerangan Roh Kudus, "untuk mengerti maksud Alkitab" (Luk 24:45), supaya ia tidak tinggal huruf mati.


Nah, meskipun KS di dunia ini dibakar habis (misalnya) namun Gereja Katolik tidak akan pernah bisa hilang, dan akan tetap mengajarkan hal yg persis sama dengan saat ini atau saat dimana KS belum dikanonkan! (kat. 108)

yang saya maksud adalah jaman dulu kalau seorang guru bilang apa,murid langsung tinggal ikutin saja dan tidak boleh membantah tetapi sekarang kalau seorang guru bilang apa, murid pikir dulu apakah omongan guru itu benar atau tidak alias tidak percaya secara membabi buta.
saya rasa zaman dahulu para Rasul juga orang yg sangat keras kepala!
Yang tidak begitu saja mempercayai kata2 Yesus!
Tetapi pergaulan mereka dengan Tuhan sendirilah yg menyadarkan mereka bahwa Sang Guru memang benar dan tidak terbantahkan!

Salam
Jebling
 
Temen-temen Saya mau tanya sesuatu..

Menurut temen-temen apakah orang yang belum percaya Tuhan Yesus bisa masuk surga??
Orang tersebut berbuat baik tapi belum percaya Tuhan!!
Menurut Gereja Katholik apakah orang tersebut bisa masuk surga??

Thanx untuk jawaban nya JLu all..>:D<

@ TS kalo kamu percaya ALLAH Tuhan pasti masuk sorga, tapi kapan kesorganya? Ibarat baju kotor (DOSA) dicuci dulu (Neraka) lalu baju tersebut menjadi Bersih (Surga). Ibarat Pekerja Kita Bekerja Dulu (Neraka) Baru Gajian (Surga)

Tidak ada Tuhan yang menyakiti umatnya, semua tergantung dari amal perbuatannya, dan Tuhan pun menyayangi Umatnya

Tidak mungkin seseorang langsung ke surga

Jika Anda percaya yesus tuhan maka tidak akan pernah masuk Surga :D coba buka Alkitab anda
Matius 7:
21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!

Allah Bless U >:D<
 
@ TS kalo kamu percaya ALLAH Tuhan pasti masuk sorga, tapi kapan kesorganya? Ibarat baju kotor (DOSA) dicuci dulu (Neraka) lalu baju tersebut menjadi Bersih (Surga). Ibarat Pekerja Kita Bekerja Dulu (Neraka) Baru Gajian (Surga)

Tidak ada Tuhan yang menyakiti umatnya, semua tergantung dari amal perbuatannya, dan Tuhan pun menyayangi Umatnya

Tidak mungkin seseorang langsung ke surga

Jika Anda percaya yesus tuhan maka tidak akan pernah masuk Surga :D coba buka Alkitab anda
Maaf.... dakwah kamu tidak berlaku di sini..... :):):):)
Dalam Iman Katolik:
1. Allah menginginkan semua manusia selamat!
2. Tuhan Yesus sudah menyediakan diriNya sebagai satu2nya sarana keselamatan, dan Gereja Katolik adalah Tubuh Mistik Kristus dimana Yesus adalah kepalaNya.
3. Namun begitu, juga dibutuhkan tanggapan manusia sendiri atas tawaran keselamatan Allah! Bagi yg menerima tentunya akan bersekutu dengan Gereja Katolik ditandai dengan pembabtisan!

:):):)

Itulah kalau kamu mengartikan ayat tersebut sesuai KEINGINAN kamu sendiri!
dan itulah yg banyak kamu lakukan baik dengan mencomot KS orang lain, tetapi juga KS kamu sendiri!
penjelasan sedikit ttg ayat itu:
Ayat itu menunjuk kepada orang farisi yg selalu berdoa Tuhan-Tuhan... dst....
(lihat! secara implisit di ayat ini Yesus mengatakan bahwa Ia adalah Allah!)
tetapi tidak mau melaksanakan kehendak Allah
(keselamatan tergantung bukan hanya dari Iman tetapi juga Perbuatan: Katolik bukanlah sola fide!)
Apakah kehendak Allah?
Tiba2 terdengarlah suara dari langit. "INILAH ANAKKU YG KUKASIHI. DENGARKANLAH DIA".... sorry saya lupa ayatnya, maklum bukan penghafal kitab!:):)
Maka dengarkanlah dan laksanakanlah yg menjadi ajaran dari Sang Guru, Sang Nabi, Putra Daud, Anak Manusia, Mesias dan juga Anak Allah!

:):):):)
sorry ocoy, penafsiranmu ttg KS tidak berlaku di Katolik, karena yg berhak menafsirkan secara tidak bisa salah adalah Sang Penulis KS sendiri yaitu Gereja Katolik!

:):):)
 
Thread ini juga memicu flame
Bukan disini tempatnya
 
Status
Tidak terbuka untuk balasan lebih lanjut.
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.