• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

apakah mungkin manusia bisa menjadi avatar?

aji saka

IndoForum Newbie E
No. Urut
49807
Sejak
9 Agt 2008
Pesan
59
Nilai reaksi
0
Poin
6
silahkan disharing menurut pendapat dan pengalaman masing masing sebagai ajang sharing tukar informasi..
 
Avatar dalam pemahaman saya adalah seorang sebagai jelmaan Tuhan, tetapi Avatar itu sendiri ditentukan Tuhan untuk menjalankan misi Tuhan.
 
Manusia BIASA bisa kok menjadi MANUSIA LINUWIH,,,, tapi bukan berarti dia TUHAN, hanya dia diberikan oleh TUHAN untuk menjadi MANUSIA dengan KEMAMPUAN LEBIH.

Coba perhatikan jalan cerita AVATAR,,,, dari MANUSIA biasa,,, hingga menjadi MANUSIA LINUWIH,,, perlu banyak BELAJAR dari berbagai ELEMEN,,, sehingga DIA pun menjadi AVATAR
 
Manusia BIASA bisa kok menjadi MANUSIA LINUWIH,,,, tapi bukan berarti dia TUHAN, hanya dia diberikan oleh TUHAN untuk menjadi MANUSIA dengan KEMAMPUAN LEBIH.

Coba perhatikan jalan cerita AVATAR,,,, dari MANUSIA biasa,,, hingga menjadi MANUSIA LINUWIH,,, perlu banyak BELAJAR dari berbagai ELEMEN,,, sehingga DIA pun menjadi AVATAR

setuju bro, maka keluarga Avatar pun dapat tercipta.

lalu avatar itu gambaran umumnya seperti apa ?
 
Avatar dlm sudut pandang gw adalah "manusia Illahi"..
manusia yg menjalankan misi yg diperintahkan Tuhan, manusia ini menyadari jati dirinya sebagai roh yg pada hakikatnya bersifat suci tetapi terbelenggu dalam kekotoran duniawi..
manusia punya "Kuasa" utk melakukan mukjizat2..
Avatar turun dan terlahir utk memberi contoh kepada manusia tentang "apa yg baik dan apa yang buruk"..
walaupun Avatar sakti tapi tetap saja makhluk berjazad yg bisa merasakan sakit, lapar, haus, terikat hukum karma..tetapi mereka tetap sadar akan "asal" mereka yaitu Tuhan..

sebagai contoh adl Avatar Wisnu ke-8 yaitu Shri Khrisna ketika menebas kepala Sisupala dengan senjata "Cakra Sudarsana" jari Beliau terluka karena telah membunuh orang walaupun orang tersebut orang yg sangat jahat dan berdosa!
 
setuju bro, maka keluarga Avatar pun dapat tercipta.

lalu avatar itu gambaran umumnya seperti apa ?

@ MOD,,, AVATAR gambaran umumnya adalah MANUSIA SING LINUWIH, ato MANUSIA diatas MANUSIA BIASA

Kelinuwihannya TERSEBUT bisa berarti:ILMU, HARTA, dan TAHTA >:D<

Banyak GOLONGAN HINDU menyebut AVATAR sebagai PERWUJUDAN TUHAN dengan segala MANIFESTASINYA guna MENYELAMATKAN DUNIA. kayak film si ANG

Contoh kongkrit AVATAR pada masa ini adalah SAI BABA (sumber WIKI) yang merupakan penjelmaan dari Siwa, Shakti, dan Krishna.
 
@ MOD,,, AVATAR gambaran umumnya adalah MANUSIA SING LINUWIH, ato MANUSIA diatas MANUSIA BIASA

Kelinuwihannya TERSEBUT bisa berarti:ILMU, HARTA, dan TAHTA >:D<

Banyak GOLONGAN HINDU menyebut AVATAR sebagai PERWUJUDAN TUHAN dengan segala MANIFESTASINYA guna MENYELAMATKAN DUNIA. kayak film si ANG

Contoh kongkrit AVATAR pada masa ini adalah SAI BABA (sumber WIKI) yang merupakan penjelmaan dari Siwa, Shakti, dan Krishna.

Jadi SAI BABA itu sudah memenuhi ketentuan AVATAR yaitu sebagai manusia dalam artian DI ATAS MENUSIA BIASA. Singkatnya sudah mencapai atau mampu mentransformasikan diri ke dalam suasana Kelinuwihannya. Bisa kasi contohnya ?

Artinya dia sudah tidak menyesuaikan diri pada suasana, tapi dia mampu membuat suasana sehingga nantinya apa yang kita lihat dan kita dengar sepenuhnya adalah seperti menggambarkan tentang SAI BABA itu sendiri.

Dan sependapat dengan ini, karena sama pada para AVATAR sebelumnya tentu memiliki kemampuan untuk mencapai atau mampu mentransformasikan diri ke dalam suasana Kelinuwihannya.
 
Jadi SAI BABA itu sudah memenuhi ketentuan AVATAR yaitu sebagai manusia dalam artian DI ATAS MENUSIA BIASA. Singkatnya sudah mencapai atau mampu mentransformasikan diri ke dalam suasana Kelinuwihannya. Bisa kasi contohnya ?

Anda bisa search di GOOGLE tentang tentang contoh kelinuwihannya SAI BABA

Artinya dia sudah tidak menyesuaikan diri pada suasana, tapi dia mampu membuat suasana sehingga nantinya apa yang kita lihat dan kita dengar sepenuhnya adalah seperti menggambarkan tentang SAI BABA itu sendiri.

Dan sependapat dengan ini, karena sama pada para AVATAR sebelumnya tentu memiliki kemampuan untuk mencapai atau mampu mentransformasikan diri ke dalam suasana Kelinuwihannya.

Begitulah ANGGAPAN para PENGIKUTNYA,,,,

Sebenarnya masih banyak AVATAR lain yang akan TURUN ke BUMI dan akan MEMBERANTAS ADHARMA yaitu KALKI setelah sebelumnya TURUN KEBUMI AVATAR BUDHA
 
kok klo gw nggak percaya Sai Baba yahh, Lebih percaya Kalki awatara, karena gw dah dapet pelajaran dari kecil, bahwa hanya Wisnu yang turun untuk menyelamatkan dunia.
CMIIW.....
 
Konsep Avatar dalam Veda

NOW I HAVE A GOOD TRANSLATOR.
Penjelasan dan pengertian Avatar yang disampaikan sebelumnya merupakan konsep yang diyakini oleh sebagian masyarakat Hindu saja, yang disebut kepercayaan Neo Hindu dalam bahasa Pujasri Dayananda Sarasvati Swamiji. Kebanyakan guru dan acharya dari perguruan-perguruan Veda ortodoks dan para siddha yang telah mencapai pencerahan tidak menjelaskannya seperti itu.

Beberapa sarjana yang tidak mengetahui siddhanta Veda yang benar membuat berbagai pernyataan. Ada yang mengatakan bahwa ketika Parabrahman turun ke dunia, Dia bersentuhan dengan maya (kekuatan khayalan duniawi). Saguna-brahma (Brahman beratribut dan bersifat) yang hadir sebagai Avatara bila Dia turun ke dunia, mendapatkan atribut dan sifat-Nya dari maya. Walaupun di dalamnya adalah Brahman, namun tubuh Avatara adalah tubuh duniawi yang dibentuk oleh maya, sehingga kekuatan ilusi duniawi juga mempengaruhi sang Avatara. Bila Parabrahman mengambil rupa, maka itu merupakan ciptaan maya. Mereka mengatakan bahwa begitu rupa ini tidak dibutuhkan lagi, dengan kata lain tugas atau misi sudah diselesaikan, maka akan kembali lagi menjadi nirguna-brahman. Dengan demikian adalah wajar jika ditemukan adanya kekurangan dalam diri Sri Rama atau Sri Krishna. Ada pula yang mengatakan bahwa inilah bukti bahwa Tuhanpun tidak luput dari hukum alam yang menyatakan bahwa tiada yang sempurna di dunia ini. Bila Dia masuk ke dalam dunia, maka Dia harus mengikuti hukum alam ini seperti makhluk lainnya. Di antara kedua pernyataan ini, maupun pernyataan serupa yang diajukan oleh mereka, tak satupun diterima oleh para bhaktivedanta-acharya sebagai kebenaran. Bagaimana mungkin Parabrahman yang merupa-kan sumber segalanya, yang dijelaskan dalam Brahma-sutra, intisari semua Upanishad, sebagai janmadhy-asya-yatah, sumber dan asal-muasal segala keberadaan, menjadi di bawah ciptaan-Nya. Tidakkah maya merupakan kekuatan yang bersumber dari Beliau juga? Orang waras macam apa yang dapat berpikir bahwa Tuhan dapat dikhayalkan oleh maya dan dipengaruhi keduniawian? Ide bahwa Tuhan terpaksa harus mengikuti hukum alam yang diciptakan-Nya adalah pandangan yang tidak sesuai dengan sastra suci, tidak didukung oleh para sadhu, tidak diterima oleh para sad-guru dan acharya, serta tidak mendapat tempat dalam logika yang sehat. Dengan mengatakan bahwa rupa Pribadi Tuhan Yang Maha Esa hadir untuk sementara untuk kemudian musnah, juga tidaklah sesuai dengan kata-kata kitab suci, advaitam-acyutam-anadim-ananta-rupam. Wujud-wujud rohani-Nya adalah tiada berbeda satu dengan yang lainnya, tidak pernah tergagalkan atau terusakkan, tiada awal-Nya dan tiada akhir, tak terbatas. Jelas pula disebutkan parama-tattva visuddha-sattvam, Kebenaran Mutlak Tertinggi sepenuhnya berada dalam kebaikan murni.

Lalu bagaimana kita menjelaskan “sifat-sifat negatif” (seperti sedih, marah, licik, dsb.) atau "kelemahan" (seperti kelelahan, tidur, terluka, dsb.) yang ditunjukkan oleh Sri Rama atau Sri Krishna? Kitab suci sangat jelas mengumandangkan bahwa sifat-sifat Tuhan sepenuhnya mutlak bebas dari segala kelemahan dan kekurangan. Walau demikian sewaktu-waktu Kripa-sakti, kekuatan belas kasih-Nya mengatur kenampakan sifat-sifat kelemahan manusiawi ini sehubungan dengan Sri Rama, Krishna, dan sebagainya. Akan tetapi kekuatan dari Kripa-sakti juga membuat kelemahan ini justru bukan menjadi sesuatu yang buruk, sebaliknya sesuatu yang nampak sebagai kekurangan ini menjadi keagungan rohani. Mereka menjadi kemuliaan-kemuliaan rohani yang mewarnai kepribadian Tuhan. Sebagai contoh kegiatan mencuri adalah suatu kejahatan yang dikutuk oleh semua kitab suci. Lalu kita melihat bagaimana Krishna mencuri mentega dari banyak rumah dan membohongi begitu banyak orang demi mencapai tujuan-Nya. Orang biasa tidak dapat melihat keindahan dari kegiatan mencuri yang dilakukan Krishna, tetapi dengan cahaya pemahaman siddhanta Veda yang benar kita dapat mengetahuinya. Mereka yang rumahnya kecurian pada saat itu tidaklah merasa sedih atau marah. Mungkin di luar tampak demikian, namun sesungguhnya mereka merasa sangat senang dan bahagia karena Krishna mencuri di tempat mereka. Di sisi lain dengan mencuri Krishna menunjukkan betapa berharganya karya para penyembah-Nya. Beliau menunjukkan penghormatan dan penghargaan yang amat sangat besar terhadap persembahan cinta mereka. “Segala sesuatu yang kalian persiapkan bagi-Ku begitu dipenuhi cinta, begitu menggiurkan bagi-Ku, sehingga Aku tidak tahan untuk mengambilnya, entah kalian siap atau tidak.” Sifat seperti ini hadir dalam hubungan yang erat dan intim antara Tuhan dengan hamba-Nya. Secara eksternal itu ditunjukkan oleh kekuatan Kripa-sakti-Nya, yang kemudian hadir sebagai sifat bhakta-vatsalya. “Demi kebahagiaan penyembah-Ku, Aku akan lakukan apa saja”. Maka Iccha-sakti (kekuatan mewujudkan segala kehendak-Nya) menjadikan semua ini mungkin. Tuhan adalah sarvamangala, mahasuci dan mahamenyucikan. Bahkan keburukanpun akan menjadi agung bila bersentuhan dengan-Nya. Inilah penjelasan yang dapat diterima oleh sastra, sadhu, dan guru. Tidak pula bertentangan dengan logika yang sehat, karena kita telah menempatkan Tuhan sebagai yang mahamulia, maka uraian ini tidaklah mengurangi kemuliaan Tuhan, justru sifat-sifat negatif yang diperlihatkan-Nya semakin menambah kemuliaan-Nya.
Kripa-sakti-Nya ini yang menjadikan Tuhan bersedia turun sedemikian rendah. Sifat belas kasih agung-Nya yang mengatasi segalanya inilah yang menjadikan Tuhan begitu dekat dengan kita, yang merupakan satu-satunya penghiburan dan sumber pengharapan kita. Dengan Kripa atau Daya-Nya, Beliau menyisihkan keagungan-Nya yang tiada banding (paratva) dan menerima kedudukan serta peran sebagai Pribadi yang lebih mudah didekati. Maharishi Valmiki sangat menikmati dalam memuliakan sifat-sifat Sri Rama dalam berbagai tempat dalam Srimad Ramayana. Namun terlebih-lebih beliau begitu memuliakan sifat saulabhya (mudah didekati) dan sausilya (bebas bergaul dengan siapapun)-Nya. Dengan kemurahan hati-Nya dan belas kasih-Nya Dia telah berkenan menjadi seperti salah satu dari kita dan bergerak dengan bebas di antara kita. Dia berkenan merendahkan Diri-Nya agar kita tidak takut datang kepada-Nya. Inilah yang ditekankan Valmiki dalam Srimad Ramayananya. Dalam Ayodhya-kanda Valmiki berkata, anrisamsyam anukrosam … raghavam sobhayantyete sadgunah purusottamam, “Betapa indahnya kemuliaan Sang Pribadi Tertinggi Sri Rama (Raghava), penuh belas kasih dan memahami perasaan orang lain.” Kemahakuasaan-Nya ditutupi oleh belas kasih-Nya yang begitu besar dan tak terbatas kepada para hamba-Nya. Sekali lagi ini demi membuat Diri-Nya lebih mudah didekati dan bergerak secara bebas di tengah-tengah ciptaan-Nya.

Kehadiran Tuhan sebagai Avatar adalah karena kasih sayang-Nya kepada para bhakta, termasuk semua jenis siddha-jiva, sattvika-jiva, rajasika-jiva, maupun tamasika-jiva. Dalam sastra suci (anda bisa baca penjelasan lebih lengkap dalam Mahabharata Tatparya Nirnaya) dikatakan bahwa semua yang dilakukan Avatar adalah permainan belaka, seperti permainan seorang aktor dalam drama atau film. Tujuannya adalah memberikan kesempatan langsung kepada ciptaan-Nya untuk berinteraksi ddengan Beliau. Sebagai contoh mungkinkah Draupadi dapat mempersembahkan secarik kain yang dirobeknya dari sareenya sendiri, bila jari Krishna tidak terluka? Bila Sri Rama membunuh Ravana dengan sekali tebas seorang diri, kapankah para Vanara dapat melayani dan bersahabat dengan Beliau? Bila Krishna tidak menjadi seorang anak yang lemah, bagaimana Yasoda Ma bisa mempersembahkan susu dari buah dadanya sendiri kepada Tuhan?

Pertanyaan berikutnya adalah apabila dikatakan bahwa Tuhan turun ke dunia, apakah itu berarti Beliau mengambil wujud yang bersifat sementara? Ada yang meyakini bahwa bentuk Avatara tidaklah Brahman yang kekal dan akan kembali menjadi Brahman setelah menyelesaikan misi-Nya. Benarkah demikian?
Hendaknya dimengerti bahwa sesungguhnya Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna memiliki berbagai rupa atau wujud rohani. Rupa-rupa ini secara tattva tiada berbeda satu sama lain, namun mempertunjukkan berbagai kegiatan rohani yang berbeda dan menikmati pertukaran cintakasih yang beranekawarna bersama para hamba-Nya. Sebagaimana kita ketahui dari Sri Brahma-samhita,
advaitam acyutam anadim ananta-rupam
adyam purana-purusam nava-yauvanam ca
vedesu durlabham adurlabham atma-bhaktau
govindam adi-purusam tam aham bhajami
Hamba memuja Sri Govinda, Pribadi Tuhan yang awal, yang tidak dapat dicapai sepenuhnya oleh Veda, namun dapat dicapai oleh pengabdian cintakasih yang murni dari para jiva, yang adalah tunggal tiada duanya, yang tiada termusnahkan, yang tak memiliki permulaan, yang wujud-Nya tak terbatas, yang adalah pribadi terpurba yang paling awal, namun wujud-Nya senantiasa penuh kesegaran keindahan usia muda. (Brahma-samhita 33).
Di sini disebutkan bahwa Bhagavan yang penuh sempurna akan segala kemuliaan, Sri Govinda, memiliki wujud yang tak terbatas (ananta). Masing-masing rupa atau wujud ini adalah kekal dan tidak pernah mengalami kelapukan (acyutam). Itu berarti bahwa tidak pernah sekalipun rupa ini tidak ada, kemudian menjadi ada, lalu kembali menjadi tidak ada. Semua wujud Beliau yang tak terbatas ini ada untuk selamanya dan tiada permulaannya (anadi). Walau Beliau memiliki berbagai wujud yang tak terbatas namun secara tattva sesungguhnya tiada perbedaan antara satu wujud yang satu dengan wujud yang lain. Semua wujud ini adalah Bhagavan yang tunggal tiada duanya (advaita).
Berbagai rupa Bhagavan ini hadir di berbagai bagian dunia rohani Sri Vaikuntha yang juga tidak terbatas, menikmati berbagai rasa pertukaran cintakasih yang beranekawarna bersama para jiva sempurna, yaitu para hamba-Nya yang murni dan kekal pula. Berbagai rupa ini sekali lagi secara tattva tidaklah berbeda dengan Bhagavan Adipurusa Govinda atau Sri Krishna. Sehingga berbagai bentuk ini dikenal sebagai Vishnu-tattva atau sva-amsa, manifestasi yang tiada berbeda dengan Sri Bhagavan Sendiri. Lebih lanjut dinyatakan dalam Sri Brahma-samhita,
diparcir eva hi dasantaram abhyupetya
dipayate vivrta-hetu-samana-dharma
yas tadrg eva hi ca visnutaya vibhati
govindam adi-purusam tam aham bhajami
Bagaikan satu pelita yang menyalakan banyak pelita-pelita yang lain, sekalipun apinya menyala secara terpisah, namun memiliki sifat yang sama. Hamba memuja Pribadi Tuhan yang awal, yang mewujudkan Diri-Nya dengan kemuliaan-Nya yang sama dalam berbagai manifestasi-Nya yang berbeda-beda. (Brahma-samhita 46).
Berbagai bentuk Sri Bhagavan ini senantiasa berada di dunia rohani secara kekal. Para Avatara seperti Sri Vedavyasa dan juga Sri Narayana Rishi juga merupakan salah satu dari berbagai rupa Bhagavan yang tak terbatas itu. Suatu ketika apabila Sri Bhagavan bersedia oleh belas kasih-Nya memanifestasikan rupa ini di alam duniawi, sehingga dapat dialami oleh makhluk-makhluk di alam duniawi, maka Beliau dikenal sebagai Avatara. Beliau juga memberkati hamba-hamba Beliau yang terpilih, dengan lahir sebagai seorang anak di keluarga mereka atau juga menikmati manisnya pergaulan bersama mereka di dunia ini. Sesuai dengan maksud turun-Nya Beliau ke dunia, maka Beliau juga mempertunjukkan berbagai kegiatan rohani yang bermacam-macam. Setelah misi-Nya di dunia berakhir, maka Beliaupun menutup kegiatan-Nya, sehingga dunia tidak mampu lagi melihat-Nya. Walau demikian rupa Beliau tetaplah berada di dunia rohani, tidak musnah atau menjadi tidak ada lagi. Para Avatara Tuhan adalah bentuk kekal Sri Bhagavan atau Parambrahman yang senantiasa hadir di dunia rohani. Hal ini juga membantah pendapat sebagian orang yang mengatakan bahwa Avatara merupakan roh (atma) yang telah mencapai persatuan dengan Brahman, namun menghadirkan diri kembali ke dunia untuk menjalankan suatu misi. Avatara Tuhan adalah sva-amsa (bagian yang tak terpisah dari Tuhan) sebagaimana dijelaskan dalam Brahma-samhita. Namun jivatma adalah tetap jivatma, dia merupakan vibhinnamsa (bagian yang terpisah dan berbeda dengan Tuhan). Jivatma tidak dapat menjadi Parambrahman Sri Bhagavan. Memang benar insan-insan agung, roh-roh yang mahasempurna, rekan-rekan terdekat dan hamba-hamba Tuhan yang kekal di dunia rohani (dikenal sebagai nityasuri atau nityasiddha) berkat belas kasihnya atau perintah dari Sri Bhagavan Sendiri, juga turun ke alam duniawi ini. Tetapi mereka berbeda dengan Avatara yang merupakan rupa pribadi dari Sri Bhagavan.
Perlu diketahui pula, oleh karena Bhagavan Sri Vishnu tidak terbatas, begitu pula kediaman rohani-Nya, Sri Vaikuntha tidaklah terbatas. Perluasan rohani kediaman suci Beliau juga bisa berada di bagian manapun di alam semesta ini, khususnya di bumi. Sebagai contoh Uttarabadri yang berada di Himalaya juga merupakan perluasan dari tempat kediaman Sri Narayana yang sama, yang berada di Vaikuntha. Bagi jiva-jiva yang telah mencapai kesempurnaan rohani, maka dengan pergi ke Badri di Himalaya, mereka juga dapat melihat dan memasuki kegiatan lila kekal Sri Bhagavan di Vaikuntha. Bagi jiva biasa, Himalaya akan tampak sebagai pegunungan bersalju semata. Namun bagi para penyembah murni seperti Sri Madhvacharya, di Himalaya ini terletaklah Uttarabadri, tempat bersemayam-Nya Sri Vedavyasa dan Sri Narayana Rishi secara kekal.
Ketika Sri Vedavyasa membawa Sri Madhvacharya menemui Avatara Bhagavan yang lain yaitu Sri Narayana Rishi, yang juga bersemayam di Uttarabadri dalam rupa seorang yogi, segera beliau dipenuhi kebahagiaan rohani. Begitu melihat wujud Sri Narayana Rishi, cintakasih yang meluap-luap mebanjiri hati beliau. Seketika itu pula beliau melihat berbagai wujud Avatara Bhagavan yang lainnya beserta semua kegiatan rohani-Nya yang beranekawarna. Srimad Anandatirtha kemudian bersujud lurus bagaikan sebatang tongkat dan menyanyikan doa pujian kepada-Nya dengan sloka ini,
paramatmane satatamekarupine
dasharupine shatasahasrarupine
avikarine sphutamanantarupine
sukhachitsamastatanave namonamah
Sembah sujud hamba kepada Roh Yang Utama, yang tunggal tiada duanya, yang memiliki sepuluh wujud, seratus wujud, seribu wujud, dan wujud-wujud yang tak terbatas, yang senantiasa memberikan kebahagiaan dan kehidupan bagi seluruh alam semesta.
Srimad Anandatirtha pertama-tama melihat Bentuk Pribadi Beliau yang asli. Kemudian tampaklah Beliau dalam Dasarupa-Nya seperti Sri Matsyadeva, Kurma, dan Varaha. Lalu Satarupa, seratus rupa Beliau yang merupakan perbanyakan dari Sri Narayana, seperti Acyuta, Kesava, Janardana, dan sebagainya yang bersemayam di berbagai bagian Vaikunthaloka. Setelah itu beliau melihat Sahasrarupa, seribu wujud yang dimuliakan dalam Vishnu-sahasranama-stotram, seperti Vishva, Yajna, Vibhu, dan sebagainya. Akhirnya beliau melihat berbagai wujud Bhagavan yang tak terbatas, Anantarupa seperti Ajita, Hari, Hamsa, Prsnigarbha, Vibhu, Satyasena, Vaikuntha, Sarvabhauma, Visvaksena, Dharmasetu, Sudhama, Yogesvara, Brhadbhani, Adi-Buddha, Dattatreya, Rsabhadeva, dan lain-lain.

Ada beberapa konsep ketuhanan yang berbeda dalam Hindu, yang bervariasi dari sekte ke sekte dan dari perguruan ke perguruan. Walaupun demikian setiap pendapat dan argumen yang diterima dalam masyarakat penganut Veda ortodoks adalah yang berdasarkan sastra, paling tidak memiliki pramana berdasarkan Prasthanatraya. Konsep Avatar juga merupakan bagian dari teologi Veda, sehingga topik ini sangat sensitif untuk dibahas tanpa pencerahan dan tanpa pramana yang tepat. Agamasastra juga menyatakan bahwa Kebenaran Mutlak Tertinggi memiliki lima aspek yang termanifestasi secara sempurna yaitu Para, Vyuha, Vaibhava, Antaryami, dan Arccha. Para adalah svarupa, yang dijelaskan sebagai Tuhan sebagaimana adanya (As He Is) menyatakan transendensi-Nya, Vyuha merupakan emenasi atau manifestasi lebih lanjut yang berkaitan dengan Tuhan sebagai kausa primordial dalam ciptaan, Vaibhava merupakan perluasan atau emenasi dalam wujud yang tak terbatas sehubungan dengan keinginan rohani Beliau (iccha) dan ekspresi dari sifat parasvatantrya, satyasankalpa, serta bhaktavatsalya-Nya. Rupa ini bila terwujud di dunia adalah dikenal sebagai Avatara (sedikit mirip dengan konsep Nirmanakaya dalam Mahayana). Antaryami adalah manifestasi yang dengannya Tuhan meresapi segala-galanya sebagai ekspresi imanensi Beliau, sedangkan Arccha adalah manifestasi dari Sannidhana-Nya (kehadiran khusus) yang dinyatakan dalam Ikon Suci yang telah menjalani proses prana-pratistha menurut aturan ketat dalam Veda dan Agamasastra.
 
Itulah kenapa Hindu, disebut agama yang Universal>:D<

pengertian Awatara pada Hindu Dharma sangat unversal.

Menghormati para Bhatara dan Dewa, maka didalam diri kita akan ada kekuatan Bhatara/Dewa juga. Bhatara/Dewa dalam diri inilah sering disebut Awak Bhatara (AWATARA).

Banyak hal-hal diatas kemampuan manusia dapat dilakukan, bila kita selalu hormat kepada para Bhatara, karena merupakan salah satu sumber pengatuhan.
 
Itulah kenapa Hindu, disebut agama yang Universal>:D<

mohon maaf tidak bermaksud FLAME,,,, tapi kalo HINDU di sebut agama UNIVERSAL lalu mengapa ada rasa TIDAK SUKA terhadap SAI BABA.

Yang nota bene DIA adalah PENJELMAAN dari DEWA HINDU>:D<

Tapi kalo pengertian AVATAR nya yang UNIVERSAL saya setuju ;;)
 
hm... yang bilang GA SUKA atau ADA RASA TIDAK SUKA terhadap Sai Baba siapa yaaa???????????????????????
 
Perasaan tidak suka bukanlah harus dituliskan dengan kata tidak suka, gak suka, dll.

Jika agama HINDU yang anda bilang bersifat UNIVERSAL maka seharusnya KEYAKINAN umat HINDU yang lain jangan anda DISKREDITKAN, dengan tulisan TIDAK PERCAYA sama AVATAR LAIN, jika ada tulisan yang DISKREDITKAN AVATAR lain maka HINDU tidak lah UNIVERSAL seperti yang anda bilang ;)

Pertanyaan buat umat HINDU nih...
Kenapa AVATAR harus turun kebumi ? bukan kah di dunia sudah ada SULINGGIH dan apakah jika ke 10 AVATAR telah turun kebumi DUNIA akan KIAMAT ?
 
Sorry... klo pengertian gw Rasa Tidak Percaya dan Tidak Suka sangat berbeda artinya

Tidak Percaya klo menurut gw, tidak meyakini, tapi bukan tidak menyukai

Tidak suka, berarti benci.. menjauh.... dsb..

Sorry lagi, nggak usah pake kata2 diplomatis kayak Mendiskreditkan, atau yang laiinya. saya manusia bego... nggak kayak lucifer,
artinya apaan itu diskredit...

Sorry TS OOT, ada yang ngajakin OOT soalnya
 
Gw gak demen ama si kribo sai baba....
hahahahaha.......
orang bisa percaya kalo dia Awatara,..tapi kalo Tuhan bilang sai baba bukan Awatara tapi manusia bejat???lalu.........
 
Maksud dari Hindu Universal salah satunya adalah memfasilitasi semua bentuk pendapat, ide, atau pemikiran sesuai dengan kesadaran dan kecenderungan rohani seseorang. Tidak perlu takut untuk mempercayai atau tidak mempercayai sesuatu. Setiap orang berhak menyatakan pemikiran yang diyakininya dan berhak membela keyakinannya dengan bukti-bukti berdasarkan pramana yang ia dapatkan. Suatu kebenaran disebut prameya, dan bukti yang mendukung prameya itu disebut pramana. Dalam Veda, paling tidak ada tiga pramana utama yaitu pratyaksha (observasi langsung), anumana (kesimpulan secara logika), dan shabda (otoritas kitab suci yang diwahyukan). Setiap orang berhak meyakinkan dirinya dan juga orang lain atas suatu prameya, berdasarkan pramana-pramana yang diajukannya. Setiap orang juga harus siap menerima bantahan dari pramana-pramana lain yang tidak mendukung prameya yang ia yakini.

Sehubungan dengan satu pribadi adalah avatara atau bukan (atau kasus religius apapun), inilah yang biasanya dilakukan dalam masyarakat Hindu:
1. Bagi yang percaya X adalah avatara, dia berhak mengemukakan bukti-bukti (pramana) yang relevan dan mendukung keyakinannya itu.
2. Bagi yang tidak percaya X adalah avatara, dia berhak mengemukakan pramana yang dapat membantah keyakinan itu.
3. Bagi yang percaya X adalah avatara, dia harus siap menerima bantahan pihak lain yang tidak sekeyakinan dengan dia dan berhak untuk menjawab kembali atau membantah balik sangkalan orang lain dengan pramana yang menurut dia tepat untuk itu.
4. Bagi yang tidak percaya X adalah avatara, dia berhak untuk tetap tidak percaya sekalipun telah diberikan pramana yang menurut pengikut X adalah benar. Begitu pula pengikut X berhak tetap meyakini keavataraan X, sekalipun pihak lain memberikan pramana untuk membantah keyakinannya itu.
5. Kedua belah pihak berhak saling mengemukakan pendapatnya, sekeras apapun, dengan tetap menyertakan pramana, bukan secara emosional belaka.
6. Kedua belah pihak tidak berhak merasa tersakiti secara emosional ketika ia juga dapat menyakiti lawan pahamnya secara emosional. Tetapi dalam keadaan apapun semua orang tidak berhak menyakiti secara fisik, atau memaksakan keyakinannya dengan cara-cara kekerasan dan tidak jujur seperti bujuk rayu dan penipuan.
7. Pertentangan paham dan keyakinan dengan pemikiran dan perkataan yang paling keras pun diijinkan dalam perdebatan yang bersifat intelektual dalam masyarakat Hindu. Namun hasil akhirnya harus tidak ada pihak yang merasa terpaksa meyakini atau tidak meyakini sesuatu. Keyakinan itu harus tumbuh dari dalam dirinya dan atas kesadarannya sendiri secara sukarela.

Aturan seperti ini lazim dilaksanakan dalam masyarakat penganut Veda dalam perdebatan-perdebatan antar berbagai kelompok, sekolah pemikiran, dan sekte Hindu. Tidak ada istilah suatu pendapat bisa mendiskreditkan atau menghina keyakinan orang lain, sepanjang mereka menggunakan pramana untuk mengemukakan pendapatnya itu. Bila merasa didiskreditkan atau dihina, berhak mempertahankan keyakinan tertentu itu dengan menjawab dan membalas berdasarkan pramana juga. Seperti inilah jalan masyarakat Hindu menghadapi pemikiran dan keyakinan yang bertentangan atau poorva-paksha. Setiap pihak wajib mengendalikan dirinya (Pikiran, perasaan, ucapan, dan perbuatan) secara sempurna dan setelahnya barulah berhak untuk melakukan perdebatan sekeras apapun. Mengendalikan pikiran: menghilangkan kebencian sama sekali terhadap lawan, perasaan: toleran terhadap semua penghinaan lawan dan bebas dari prasangka, ucapan: tidak asal bicara tetapi selalu menyertakan bukti/pramana yang tepat, perbuatan: tidak melakukan kekerasan fisik apapun terhadap lawan.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.