[ Senin, 25 Agustus 2008 ]
NBA Basketball Clinic Surabaya, Even Resmi Pertama NBA di Indonesia
Danny Nge-Dunk Empat Kali
SURABAYA - Mereka yang belum mengenal secara dekat Danny Granger pasti mengira bahwa pria berusia 25 tahun itu adalah figur yang pendiam dan superserius. Di NBA, forward Indiana Pacers itu juga tergolong pemain yang layak masuk kategori good boy alias lurus-lurus saja. Dia nyaris belum pernah mengundang sentimen negatif publik atau media karena berulah tak terpuji. Baik di arena NBA maupun dalam kesehariannya.
Tapi, siapa sangka pria asal New Orleans itu adalah sosok yang humoris dan jago menghidupkan suasana. Itulah yang terekam saat Granger tampil dalam NBA Basketball Clinic, memberikan materi latihan kepada 50 pemain putra dan putri, mewakili tim-tim SMA juara Honda DetEksi Basketball League (DBL) 2008 yang datang dari sebelas kota, sepuluh provinsi di Indonesia, di DBL Arena kemarin (24/8).
Lima puluh pemain itu (25 putra dan 25 putri) dipilih pada pagi harinya, dalam klinik pembuka yang dipandu pemain dan pelatih profesional Surabaya, CLS Knights.
Granger mampu membuat mereka yang hadir pada NBA Basketball Clinic terhibur. Misalnya, ketika memasuki sesi shooting game (permainan memasukkan bola), Granger mencoba menjahili peserta putri dengan tiba-tiba mengeblok bola-bola yang mereka tembakkan. Dengan tinggi badan 206 cm, tentu tidak sulit baginya melakukan itu.
Pada sesi itu, Granger yang bergabung dengan salah satu grup peserta putri harus empat kali kena hukuman push up. Penyebabnya, dia dan timnya kalah dalam adu cepat memasukkan bola.
Setelah membuat segar suasana, seperti yang sudah ditunggu-tunggu, para peserta dan penonton yang hadir di acara klinik itu mendapat suguhan atraksi slam dunk dari Granger. Empat kali dia melakukan dunk menawan yang disambut aplaus meriah. Baik oleh peserta klinik maupun sekitar 1.000 penonton (jumlah memang dibatasi) yang menonton di tribun DBL Arena.
Granger tak sendirian dalam acara klinik tersebut. Dia dibantu Martin Conlon. Mantan pemain NBA yang meraih puncak karir bersama Milwaukee Bucks pada pertengahan 1990-an itulah yang mengoordinasi acara kemarin. Ikut membantu pula tiga pemain CLS Knights, Elia Prana Bukit, Dimaz Muharri, dan Freddy, serta dibantu dua orang staf dari NBA Asia, Mark Gorski dan Jinwoo Yoo.
Materi yang diberikan pada acara klinik lebih menekankan pada fundamental basket. Granger dan Conlon secara kompak menunjukkan serta memberikan contoh bagaimana melakukan passing, dribble, hingga melepaskan tembakan yang tepat.
''Pada usia pemain seperti para peserta klinik ini, kadang mereka belum bermain dengan cara yang benar. Fundamental basket tetap harus diajarkan. Terus terang, saya terkesan dengan antusiasme peserta selama mengikuti klinik ini,'' ujar Granger.
Setelah klinik berakhir, para peserta mendapat kesempatan istimewa untuk bertanya langsung kepada Granger. Kebanyakan pertanyaan yang ditujukan memang berkaitan dengan materi klinik yang diberikan. Tapi, tak sedikit pula yang menanyakan hal lain. Misalnya, kiat-kiat Granger hingga menjadi bintang NBA.
Misalnya, saat ditanya oleh Michaela Tanri Atmadja dari SMA BOPKRI 1 Jogjakarta, bagaimana meningkatkan semangat saat hati sudah down sebelum permainan. Granger bilang, dia mengatasinya dengan musik. "Saya mendengarkan musik. Saya suka musik hip-hop. Saya mendengarkan musik yang bisa menenangkan hati atau meningkatkan semangat," paparnya.
Lantas, saat ditanya apakah pernah desperate saat main oleh Chelya Mandak dari SMA Eben Haezar Manado, Granger bilang tidak. "Saya tidak pernah menyerah. Kalau jenuh sering, apalagi ketika sudah ketinggalan jauh. Tapi saya tidak mau menyerah sampai akhir," jawab Granger.
Untuk makanan sehat sehari-hari, pertanyaan dari Thyac Korah, juga dari Eben Haezar Manado, Granger menjawab banyak ayam grilled, jauhi goreng-gorengan, dan banyak minum air putih.
Bukan hanya nasihat-nasihat bermanfaat bagi para pemain, Granger juga memberikan masukan berharga bagi para pelatih lewat pengalamannya. Masukan itu penting dijadikan bahan pelajaran bagi para pelatih SMP atau SMU yang berkiprah di ajang DBL.
Itu untuk menjawab pertanyaan yang juga datang dari Thyac Korah, tentang bagaimana dulu menyeimbangkan pelajaran dan basket. Apalagi dia dulu mengambil jurusan Teknik Sipil di Bradley University, dan mengambil jurusan yang sama saat transfer ke University of New Mexico.
"Tidak mudah membagi waktu. Tapi pelatih punya peran besar. Dia akan menghukum saya dengan berlari atau naik turun tangga kalau tidak mampu melakukannya," kenang Granger.
Dimulai pukul 15.00 WIB, NBA Basketball Clinic ini berlangsung selama hampir tiga jam. Setelah latihan dan tanya jawab, Granger berfoto bersama dengan semua champion Honda DBL 2008, plus melayani permintaan tanda tangan para pemenang kuis kompetisi yang diprakarsai Jawa Pos Group tersebut. (rum/roq)