Da_VivoS
IndoForum Beginner A
- No. Urut
- 11231
- Sejak
- 8 Feb 2007
- Pesan
- 1.054
- Nilai reaksi
- 31
- Poin
- 48
Assalamualaikum
Udah lama ndak bikin thread jadi kagok. Hehe.
OKe langsung aja.
Seperti yang kita tau kalo ekonomi dunia lagi carut marut, dimana kapitalistik purpose mengakibatkan kesenjangan yang tidak bisa di kira-kira lagi dengan akal sehat. Ketika bintang sepak bola dengan gajinya yang mencapai jutaan dolar per minggu tidak ada 1%nya jika dibandingkan dengan penghasilan orang-orang miskin yang memiliki penghasilan hanya mencapai Rp 10 ribu saja dalam sehari.
Pemimpin-pemimpin negara dan para menteri ekonominya selalu mencanangkan pertumbuhan ekonomi dan bualannya yang berbusa mengatakan target pertumbuhan ekonomi telah mencapai target. Namun dilain sisi mereka tidak memperhitungkan bagaimana nasib mereka yang terlindas dengan kata-kata semu sebuah generalisasi pertumbuhan ekonomi. Yang nyata-nyatanya pertumbuhan itu hanyalah angka dari segelintir korporasi-korporasi. Apakah pertumbuhan ekonomi yang seperti ini berbanding lurus dengan kesejahteraan?
Amerika sebagai kiblat dari sistem ekonomi raksasa. Berbagai buku literatur, jurnal ekonomi untuk pemuda bangsa diimpor dari negeri paman sam tersebut. Pada kenyataannya pula negeri tersebut ambruk tahun 2008 karena kredit macet dan transaksi non-riil. Namun mereka tetap berdalih bahwa mereka memiliki sistem recovery untuk itu. Ichsanudin noorsy mengatakan bahwa kecenderungan pendekatan sistem ekonomi kapitalis adalah pendekatan biologis dimana dalam sistem biologi terdapat sistem auto recovery yakni sistem metabolisme dan bukan pendekatan fisika (2010). Malcolm X juga mengatakan bahwa ekonomi kapitalis membutuhkan darah dan jajahan dalam mempertahankan eksistensinya.
Cina pun tampil sebagai kekuatan baru yang menandingi Amerika. Memberikan bentuk lain dari sistem ekonominya. Ekonomi sosialis terbuka. Terbukti membuat negaranya maju dan berkembang. Namun dibalik itu semua, terdapat fakta yang menarik. Cina, dengan penduduk terpadat didunia hanya memberlakukan gaji standar yang murah, teknologi rendah dan kotor. Pembajakan dan prostitusi menjadi lumrah. Produk dengan durability rendah menjadi andalannya. Hal itu dikarenakan pendidikan yang mahal dan sangat terbatas yang menghasilkan non skilled labour. Bencana keruntuhan tambang selalu meminta korban, hanya karena untuk menopang struktur ekonomi dari segi energi dan banyak kecelakaan kerja lainnya yang terjadi. Hal tersebut belum termasuk produk-produk berbahaya bagi konsumen.
Suatu fakta yang miris untuk suatu negara yang digadang-gadang akan memimpin ekonomi dunia. Oleh karena itu suatu pertanyaan besar pasti akan muncul, sistem ekonomi yang mana yang dapat menyelesaikan ini semua. Akankah kita memberlakukan sistem ekonomi yang fiktif dan berdarah sebagai penunjang kesejahteraan? ataukah sistem ekonomi yang hanya memperhatikan output namun tidak memperhatikan kesejahteraan tenaga kerja dan kualitas produk serta keamanan konsumen? Namun dari keduanya tetap saja menyalahi peraturan dari smua agama Samawi yang ada. Dimana keduanya menerapkan suatu bentuk sistem dari ekonomi Ribawi.
So, apa alternatifnya? Ekonomi Islam bisa jadi menjadi alternatif. Atau bahkan menjadi solusi. Maka dari itu mari diskusikan ekonomi Islam disini
Udah lama ndak bikin thread jadi kagok. Hehe.
OKe langsung aja.
Seperti yang kita tau kalo ekonomi dunia lagi carut marut, dimana kapitalistik purpose mengakibatkan kesenjangan yang tidak bisa di kira-kira lagi dengan akal sehat. Ketika bintang sepak bola dengan gajinya yang mencapai jutaan dolar per minggu tidak ada 1%nya jika dibandingkan dengan penghasilan orang-orang miskin yang memiliki penghasilan hanya mencapai Rp 10 ribu saja dalam sehari.
Pemimpin-pemimpin negara dan para menteri ekonominya selalu mencanangkan pertumbuhan ekonomi dan bualannya yang berbusa mengatakan target pertumbuhan ekonomi telah mencapai target. Namun dilain sisi mereka tidak memperhitungkan bagaimana nasib mereka yang terlindas dengan kata-kata semu sebuah generalisasi pertumbuhan ekonomi. Yang nyata-nyatanya pertumbuhan itu hanyalah angka dari segelintir korporasi-korporasi. Apakah pertumbuhan ekonomi yang seperti ini berbanding lurus dengan kesejahteraan?
Amerika sebagai kiblat dari sistem ekonomi raksasa. Berbagai buku literatur, jurnal ekonomi untuk pemuda bangsa diimpor dari negeri paman sam tersebut. Pada kenyataannya pula negeri tersebut ambruk tahun 2008 karena kredit macet dan transaksi non-riil. Namun mereka tetap berdalih bahwa mereka memiliki sistem recovery untuk itu. Ichsanudin noorsy mengatakan bahwa kecenderungan pendekatan sistem ekonomi kapitalis adalah pendekatan biologis dimana dalam sistem biologi terdapat sistem auto recovery yakni sistem metabolisme dan bukan pendekatan fisika (2010). Malcolm X juga mengatakan bahwa ekonomi kapitalis membutuhkan darah dan jajahan dalam mempertahankan eksistensinya.
Cina pun tampil sebagai kekuatan baru yang menandingi Amerika. Memberikan bentuk lain dari sistem ekonominya. Ekonomi sosialis terbuka. Terbukti membuat negaranya maju dan berkembang. Namun dibalik itu semua, terdapat fakta yang menarik. Cina, dengan penduduk terpadat didunia hanya memberlakukan gaji standar yang murah, teknologi rendah dan kotor. Pembajakan dan prostitusi menjadi lumrah. Produk dengan durability rendah menjadi andalannya. Hal itu dikarenakan pendidikan yang mahal dan sangat terbatas yang menghasilkan non skilled labour. Bencana keruntuhan tambang selalu meminta korban, hanya karena untuk menopang struktur ekonomi dari segi energi dan banyak kecelakaan kerja lainnya yang terjadi. Hal tersebut belum termasuk produk-produk berbahaya bagi konsumen.
Suatu fakta yang miris untuk suatu negara yang digadang-gadang akan memimpin ekonomi dunia. Oleh karena itu suatu pertanyaan besar pasti akan muncul, sistem ekonomi yang mana yang dapat menyelesaikan ini semua. Akankah kita memberlakukan sistem ekonomi yang fiktif dan berdarah sebagai penunjang kesejahteraan? ataukah sistem ekonomi yang hanya memperhatikan output namun tidak memperhatikan kesejahteraan tenaga kerja dan kualitas produk serta keamanan konsumen? Namun dari keduanya tetap saja menyalahi peraturan dari smua agama Samawi yang ada. Dimana keduanya menerapkan suatu bentuk sistem dari ekonomi Ribawi.
So, apa alternatifnya? Ekonomi Islam bisa jadi menjadi alternatif. Atau bahkan menjadi solusi. Maka dari itu mari diskusikan ekonomi Islam disini