• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Ulil JIL: Dunia Islam Paling Banyak Melanggar HAM, Harus Berguru pada Obama

  • Pembuat thread awal. Pembuat thread awal. cimohai
  • Tanggal Mulai Tanggal Mulai

cimohai

IndoForum Junior A
No. Urut
51307
Sejak
27 Agt 2008
Pesan
3.428
Nilai reaksi
144
Poin
63
Maaf saudara semua, tapi ane jadi bingung sendiri, ada jaringan islam yang ane belum kenali... ini contoh nya :

timthumb.php

SEMAKIN banyak berbicara, semakin terlihat kejahilannya. Itulah ciri khas kelompok liberalis.
Setidak-tidaknya, itu diperlihatkan Ulil Abshar Abdalla dalam acara "Debat Kontroversi kedatangan
Obama" di studio TVOne, Jakarta, Rabu (17/3/2010).

Dalam debat bertema “Obama Disayang Obama Ditentang” itu dihadiri dua kubu yang saling
berseberangan. Dari pihak yang mendukung kedatangan Obama ke Indonesia, tampil dua
narasumber: Ulil Abshar (Jaringan Islam Liberal) dan Effendy Choirie (Partai Kebangkitan
Bangsa), sedangkan dari pihak yang menolak Obama diwakili oleh dua narasumber: Ismail
Yusanto (Hizbut Tahrir Indonesia), Ali Mocthar Ngabalin (Partai Bulan Bintang).

Debat yang disiarkan secara langsung mulai pukul pukul 19.30 WIB itu dibagi dalam dua sesi
yang diselingi dengan berbagai iklan. Pada sesi pertama, Ismail Yusanto berdebat dengan Ulil Abshar,
disusul dengan debat sesi kedua antara Ali Mochtar Ngabalin dengan Effendy Choirie.

Ulil Abshar berapi-api menyatakan dukungannya terhadap rencana kedatangan Obama ke
Indonesia, dengan ungkapan khas Arab “ahlan wa sahlan bihuduri Obama.”

Sebagai anak didik Amerika, agaknya bisa dimaklumi bila Ulil sangat memuji Obama dan Amerikanya.
Mungkin itulah apresiasi balas jasa yang dipersembahkan kepada negara yang telah memberikan
beasiswa program magister di Universitas Boston, dan studi tingkat PhD di Department of Near Eastern
Languages and Civilizations di Universitas Harvard.

Tapi Ulil –yang lama hidup di negara Amerika– itu menjadi sangat tidak wajar jika ia tidak tahu tentang
Amerika. Berangkat dari ketidaktahuan itulah, Ulil memuji Amerika sembari menghina Islam, lalu menganjurkan
umat Islam supaya belajar (baca: berkiblat) ke Amerika dalam mengatasi masalah diskriminasi.

“Ada pelajaran penting yang bisa diambil dari pengalaman Obama di Amerika.
Ini luar biasa. Jadi orang Islam harus belajar bagaimana mereka mengatasi diskriminasi.
Di dalam negara Islam itu diskriminasi masih banyak sekali,” kata Ulil.

Tak puas menyebut kaum Muslimin sebagai negara yang kaya diskriminasi, menantu
Kiyai Mustafa Bisri ini bahkan menyebut dunia Islam paling banyak mengoleksi pelanggaran HAM.

...Pelanggaran HAM paling banyak di dunia Islam. Umat Islam harus belajar kepada Amerika, tegas Ulil...

“Pelanggaran HAM paling banyak itu di dunia Islam. Umat Islam harus belajar. Ada hal positif yang bisa diambil dari Amerika,” tegasnya.

Menanggapi tudingan Ulil terhadap umat Islam, Ismail Yusanto menjawab dengan santai.
Juru bicara HTI ini tidak membantah langsung, tapi membandingkan pendapat Ulil yang bertolak
belakang dengan data Amnesti Internasional.

“Itu tadi menurut Ulil. Bahwa pelanggaran HAM itu paling banyak di negeri Islam. Tapi menurut Amnesti Internasional,
pelanggaran HAM terbesar di dunia itu Amerika, yang sekarang presidennya Barrack Obama,” jelas dia.

“Mana yang lebih kredibel, Saudara Ulil atau Amnesti Internasional?” tanya dia.

Ulil nampak kaget dan tidak percaya dengan pernyataan jubir HTI itu. Ulil rupanya belum pernah
membaca data Amnesti Internasional bahwa Amerika adalah pelaku pelanggaran HAM terbesar
di dunia. Ulil pun tidak terima jika bapak asuhnya disebut sebagai pelanggar HAM terbesar di dunia.

“Saya minta dibuktikan kalau data itu ada,” protes dia.

“Silakan, itu sudah berulangkali dilansir di media,” jawab Ismail.

Ulil yang belum membaca data itu, spontan berkata, “Saya sih nggak percaya!”

Pada debat sesi kedua, meski yang dihadapinya bukan Ulil, tapi Ali Mukhtar Ngabalin masih
menyempatkan untuk menyindir Ulil. Tidak terima umat Islam disuruh belajar kepada Amerika
untuk mengatasi diskriminasi dan pelanggaran HAM, salah satu pendiri Gerakan Indonesia Bersih (GIB) ini
menyemprot Ulil agar jangan menjadi “jongos” Amerika, sembari mengutip petuah Bung Karno.

“Ingat pesan Soekarno, kita boleh berteman dengan Amerika, tapi jangan mentang-mentang
menerima beasiswa dari Amerika, kemudian menjadi jongos Amerika!” tegasnya.

...Jangan mentang-mentang menerima beasiswa dari Amerika, kemudian menjadi jongos Amerika!” tegas Ali Mochtar...

Ia juga mengingatkan agar para intelektual tidak berpikir picik menjadi boneka Amerika hanya
karena dapat beasiswa dari Amerika.

“Jangan mentang-mentang belajar di Amerika kemudian menjadi corong Amerika, menjadi boneka,” ujarnya.

Mantan anggota DPR RI dari PBB ini juga memperingatkan bahwa sejak dulu kedatangan
presiden Amerika ke Indonesia tidak pernah membawa manfaat bagi Indonesia, malah
memperluas jajahannya. Antara lain Obama datang ke Indonesia dalam rangka evaluasi
terhadap kontrak kerja Freeport, Chievron, ExxonMobil, dll. Kembali, ia mengingatkan petuah Bung Karno.

“Soekarno pernah mengajarkan kepada kita, Amerika itu tidak pernah menawarkan sesuatu
yang baik kepada negara-negara berkembang atau dunia ketiga. Itu sebabnya, Amerika
harus kita setrika, Inggris kita linggis! Masak kita intelektual masak berpikir sepicik itu?” pungkasnya.

Amnesti Internasional: AS Terbanyak Langgar HAM dalam 50 tahun terakhir


amnesti-internasional-amerika.jpg

Dalam konferensi pers di London (26/5/2004), Amnesti Internasional, sebuah LSM HAM
internasional yang berbasis di London ini melaporkan bahwa Amerika Serikat (AS) adalah
pelaku pelanggaran HAM terburuk di seluruh dunia, selama 50 tahun terakhir, sejak negara
adidaya itu mengeluarkan kebijakan perang terhadap terorisme dan invasinya ke Iraq.
Berita ini dilansir berbagai media internasional semisal AFB, BBC, dan lain-lain.

Sekjen Amnesti International, Irene Khan mengatakan, negara-negara berkuasa yang
menyumbangkan pasukan tentara untuk Iraq telah mengabaikan hukum internasional dengan
mengorbankan HAM secara `membabi-buta' atas nama keamanan.

"Agenda keamanan dunia yang diperjuangkan oleh AS tidak mempunyai visi dan prinsip yang jelas,'' kata Irena.

"Perbuatannya melanggar HAM di negara sendiri, sikapnya menutup mata terhadap insiden-insiden
dan penyiksaan di luar negeri serta penggunaan kekerasan pasukan dengan sewenang-wenang
telah menggugat keadilan serta menjadikan dunia ini lebih berbahaya,'' katanya.

Laporan tersebut juga mengungkapkan butir-butir terperinci mengenai pembunuhan warga sipil
oleh pasukan penjajah AS di Iraq dan juga mengenai siksaan yang pasukannya atas tahanan Iraq.

...Lebih dari 600 warga negara asing ditahan tanpa tuduhan yang jelas atau proses hukum, di penjara Guantanamo, Kuba. AS juga menahan sejumlah tawanannya di beberapa lokasi yang tidak diketahui...

Invasi dan penguasaan wilayah Iraq oleh otoritas yang dibentuk negara-negara koalisi, menyebabkan
ribuan orang di Iraq ditahan. Laporan itu juga menyebutkan, ratusan orang dari sekitar 40 negara,
dipenjarakan AS tanpa proses hukum di Afghanistan.

Laporan Amnesti International itu juga menyentil sikap AS terhadap ratusan orang dari
berbagai belahan dunia yang terus ditahan oleh AS tanpa dakwaan di Guantanamo, Kuba.

“Lebih dari 600 warga negara asing ditahan tanpa tuduhan yang jelas atau proses hukum,
di penjara Guantanamo, Kuba. Mereka tidak diberi akses ke keluarga atau ke penasihat hukum.
Orang-orang ini ditahan atas dugaan terkait dengan Al-Qaeda. Selain di Guantanamo, diduga AS
menahan sejumlah tawanannya di beberapa lokasi yang tidak diketahui,” papar laporan tersebut.

Irene menyatakan, perang terhadap terorisme seharusnya dibarengi dengan upaya melindungi
hak asasi manusia, tapi pada kenyataannya, kampanye antiterorisme dan perlindungan terhadap
hak asasi manusia, saling bertentangan.

Irena mengatakan, dunia telah melihat kenyataan yang sebenarnya, setelah foto-foto penyiksaan
dan pelecehan di penjara Abu Guraib tersebar di masyarakat luas. Ini adalah konsekuensi logis,
dari perburuan yang membabi buta yang dilakukan AS sejak peristiwa 11 September. AS telah
mengabaikan dan menempatkan dirinya diluar sistem hukum yang ada.

...AS telah kehilangan moral dan potensinya untuk melakukan segalanya dengan cara yang damai, kata Irene...

“AS telah kehilangan moral dan potensinya untuk melakukan segalanya dengan cara yang damai,”
kata Irene dalam keterangan persnya di London.

Amnesti Internasional menyatakan, pihak Departemen Kehakiman AS telah mengakui ada
problem besar dalam menangani ratusan tahanan warga negara asing sejak peristiwa 11 September.

Selain tidak memberikan akses pada keluarganya, AS juga tidak memberi akses agar para tahanan
bisa didampingi pengacara agar proses hukumnya bisa segera dilakukan. Selain itu, bukti-bukti
menunjukkan adanya pola penyiksaan fisik maupun verbal yang dilakukan oleh para penyidik.

Amnesti Internasional juga memaparkan pelanggaran Ham lainnya yang dilakukan AS, antara lain,
penahanan sekitar 6.000 anak-anak migran dengan tuduhan melakukan kenakalan remaja.
Anak-anak ini ditahan sampai berbulan-bulan.

Disamping itu, polisi dan penjaga penjara di AS, telah menyalahgunakan senjata dan menggunakan
bahan kimia terhadap para tahanannya, yang menyebabkan kasus tewasnya sejumlah
tahanan di penjara AS.

...Amnesti Internasional juga memaparkan pelanggaran Ham lainnya yang dilakukan AS, antara lain,
penahanan sekitar 6.000 anak-anak migran dengan tuduhan kenakalan remaja, sampai berbulan-bulan...


Amnesti Internasional juga mengkritisi penerapan hukuman mati di AS. Sepanjang tahun 2003,
sudah 65 orang yang menjalani hukuman mati di AS. Total, sudah ada 885 orang yang menjalani
hukuman mati sejak AS menerapkan kembali hukuman itu pada tahun 1976. AS dinilai juga telah
melanggar aturan internasional dalam menerapkan hukuman mati ini, karena telah mengenakkannya
pada anak dibawah umur 18 tahun.

Yang paling hangat, Amnesti Internasional, mengkritik AS karena berupaya mendapatkan
kekebalan hukum dari pengadilan internasional bagi tentaranya yang melakukan kejahatan perang. [taz/dari berbagai sumber]

Sumber

Wadoh... ane ga tau maksudnya apa nih orang sampai bilang umat islam harus belajar dari Amerika :(

ada tambahannya :

Saat tampil sebagai saksi ahli pemohon kasus penghapusan UU an Agama di MK pada 17 Februari lalu, Luthfie Assyaukanie mengatakan kasus Lia Eden sama dengan awal penyebaran Islam oleh nabi Muhammad. Apa yang dilakukan Lia sama seperti yang dilakukan Nabi Muhammad. Pada awal berdakwah, Lia dan Nabi Muhammad sama-sama sebagai minoritas yang dipersalahkan oleh mayoritas.

Sampai - sampai menyamakan manusia biasa dengan Rasulullah SAW... Astaghfirullah.... :(

ada yang lebih mengenali JIL (Jaringan Islam Liberal), apa dan siapa dan dengan tujuan apa JIL ini dalam kehidupan nyata...

Wallahualam....
 
si ulil dari dulu otaknya gak beres beres tuh orang
 
Si Ulil kaget ketika dengar,,,, data AMNESTI INTERNATIONAL yang mengatakan kalo negara si OBAMA plaing banyak melanggar HAM

Bacaannya F*I aja sih
beingsick.gif
 
iya tuh orang dah kemakan kailnya amerika, mentang2x dikasih beasiswa... ckckckck
 
Istilah Islam liberal ini bukanlah hal yang baru dan telah diusung oleh Nurcholis Madjid pada tahun 70-an, hanya saja gaungnya sekarang lebih besar karena mereka didukung dana yang sangat besar dari luar negeri dan mereka menguasai jaringan media massa (Radio, Jawa Pos, Kompas, Tempo, Metro TV, dan lian-lain).

Menurut JIL, nama "Islam Liberal" menggambarkan prinsip-prinsip yang menekankan kebebasan pribadi (seusai dengan doktrin kaum Mu'tazilah tentang kebebasan manusia), dan "pembebasan" struktur sosial-politik dari dominasi yang tidak sehat dan menindas. Sederhananya JIL ingin mengatakan bahwa secara pribadi bebas (liberal) menafsirkan Islam sesuai hawa nafsunya dan membebaskan (liberal) negara dari intervensi agama (sekuler).

Unik memang, pada saat seseorang telah menyatakan menganut Islam maka ia terikat dengan hukum syara’ atau ia seorang mukhallaf dan ia tidak bebas lagi (liberal) karena ucapan dan perilakunya telah dibatasi oleh syari’at. Disisi lain bagaimana mungkin bisa menggabungkan antara Islam dan Liberal karena keduanya adalah ideologi yang saling bertentangan. Islam meyakini bahwa Syari’at Allah harus dijalankan diseluruh sisi kehidupan, sedangkan Liberal meyakini pemisahan urusan agama dan negara.

Baiknya coba kita permudah pembahasan ide-ide JIL ini dalam 3 topik saja, yakni:

1. Ijtihad: keterbukaan pintu ijtihad pada semua bidang
2. Inklusifisme: kebenaran yang relatif, terbuka dan plural
3. Sekuler: pemisahan otoritas duniawi dan ukhrawi, otoritas keagamaan dan politik



1. Ijtihad

JIL meyakini bahwa pintu ijtihad masih terbuka dalam semua bidang dan untuk semua orang, penutupan pintu ijtihad akan menutup pintu akal dan kreatifitas seseorang.

Pintu ijtihad memang masih terbuka hingga saat ini tetapi para ulama telah memberikan batasan dalam hal apa saja boleh berijtihad dan syarat seseorang mampu mengeluarkan ijtihad (mujtahid).

Setiap orang boleh saja berijtihad tetapi ulama memberikan syarat-syarat seorang mujtahid, antara lain:

a. Pengetahuan bahasa Arab, lafadz dan susunan (tarkib) yang berhubungan dengan dalil-dalil hukum yang akan digali (istimbath);
b. Pengetahuan terhadap syara' yakni nash (dalil) dari al-Qur'an dan Sunnah;
c. Pengetahuan terhadap waqi' yang akan dihukumi.

Bahkan DR Yusuf Qaradhawi (Masalah-masalah Islam kontemporer) memberikan syarat yang lebih berat semisal pengetahuan bahasa Arab, mengetahui tempat-tempat ijma’ yang tepat, ushul fiqih, qiyas dan penyimpulan, kaidah-kaidah syara’. Syarat lain harus adil, bertaqwa, tidak mengikuti hawa nafsu atau menjual agamanya untuk kehidupan dunia. Dengan demikian menurut Yusuf Qaradhawi, ijtihad bukan pintu yang terbuka bagi semua orang.

Disisi lain pintu ijtihad tertutup untuk nash-nash (dalil) qath'i tsubut (sudah pasti dari segi wujud) dan qath'i dilalah (sudah pasti dari segi petunjuk). Seperti dalil-dalil berikut:

Orang perempuan dan laki-laki yang berzina jilidlah masing-masing dari keduanya seratus kali jilid. (Qs. an-Nuur [24]: 2).

Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. (Qs. al-Maa'idah [5]: 38).

Atau kewajiban shalat, puasa, haji, adanya malaikat, syaithan, lauhul mahfuz, akhirat, dan lain-lain. Disini akal tidak mampu lagi menjangkaunya dan kita wajib mengimaninya sesuai dengan penjelesan al-Qur'an dan sunnah.

Masalah terbukanya pintu ijtihad ini merupakan gerbang utama bagi JIL untuk menghancurkan syari’at Islam, karena jika berhasil meyakinkan umat bahwa ijtihad masih terbuka untuk semua bidang dan setiap orang maka mereka dapat menafsirkan ayat-ayat Allah dan hadits sesuai hawa nafsu mereka. Seperti yang sempat dihebohkan beberapa waktu yang lalu tentang "Jilbab tidak wajib dan merupakan kebudayaan Arab"; "Laki-laki non-muslim boleh mengawini muslimah"; "Kebebasan beragama atau murtad"; dan lain-lain.


2. Inklusifisme

Inklusifisme secara ringkas dapat diartikan tidak eksklusif atau tidak merasa paling benar sendiri, dalam bahasa JIL bahwa agama itu seperti roda yang mempunyai jari-jari. Setiap agama adalah jari-jari dari roda tersebut, jika semua pemeluk agama (apapun agamanya) dan dia berbuat saleh maka semuanya akan menuju kesatu titik poros roda tersebut yakni syurga. Artinya, seorang Muslim, Nasrani, Hindu, Budha atau Konghucu, bila menjalankan agama dengan benar (saleh) maka semuanya akan masuk syurga.

Hal ini jelas bertentangan dengan aqidah Islam, Innaddiina'indallahil Islami.

Sesungguhnya dien (agama/sistem hidup) yang diridhai Allah adalah Islam. (Qs. Ali-Imran [3]: 19).

Barangsiapa yang mengambil selain Islam sebagai dien, tidak akan diterima apapun darinya dan ia diakhirat tergolong orang yang rugi. (Qs. Ali-Imran [3]: 85).

Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian, telah Aku cukupkan atas kalian nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagi kalian. (Qs. al-Maa'idah [5]: 3).

Hai orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benarnya taqwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Qs. Ali-Imran [3]: 102).

Islam itu unggul dan tidak ada yang dapat mengunggulinya. [HR Bukhari].

Dan Islam tidak bisa disamakan dengan agama-agama lain tersebut karena seorang Muslim yang beriman maka syurga balasannya, sedangkan orang-orang kafir dan musyrik itu adalah orang-orang yang sesat dan merugi serta kekal dalam neraka,

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik. Dan Dia mengampuni dosa selain syirik itu bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Siapa saja yang menyekutukan sesuatu dengan Allah, maka sesungguhnya ia tersesat sejauh-jauhnya. (Qs. an-Nisaa’ [4]: 116).

Hai orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang yang diberi Alkitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. (Qs. Ali-Imran [3]: 100).

Dengan konsep yang menyesatkan ini, maka umat akan dengan mudah murtad karena mereka merasa dengan memeluk selain Islampun mereka akan masuk syurga juga.


3. Sekuler

Menurut JIL, Islam tidak mengenal pemerintahan dan agama tidak mempunyai kewenangan dalam mengatur negara.

Jika kita ingin menerapkan Islam secara kaffah dalam semua sektor kehidupan kita maka mau tidak mau harus memformalkan syari’at Allah Swt yang terdapat dalam al-Qur'an dan sunnah dalam bentuk Undang-undang (UU), dan sebuah UU tidak akan berjalan jika tidak dipayungi oleh sebuah pemerintahan (daulah). Hal ini-pun telah dicontohkan oleh Rasulullah saw dan khalifah-khalifah sesudah beliau.

Beliau menjalankan pemerintahan di Madinah, menetapkan hukum-hukum eknomi/perdagangan, sosial/pergaulan, politik luar negeri, membentuk pasukan, peradilan, pendidikan, dan lain-lain. Beliau mengangkat pembantu-pembantu (mu’awin), wali, amirul jihad, amil, qadhi, dll. Dan dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin dengan mengangkat Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali, kemudian kekhalifahan Bani Muawiyah, Abassiyah hingga Utsmaniyah. Hal ini merupakan suatu fakta bahwa Islam mengenal negara atau Islam tidak bisa dipisahkan dengan negara.

Banyak dalil-dalil yang mewajibkan terbentuknya sebuah Khilafah Islamiyah ini,

Bila dibai'at dua orang Khalifah (pada waktu yang sama), maka perangilah orang yang kedua. [al-Hadist].

(Dan) Siapa saja yang mati dan di pundaknya tidak ada bai'at (kepada Khalifah), maka ia mati dalam keadaan seperti mati jahiliah. [HR Muslim].

Maka demi Tuhanmu. Mereka tidak beriman (sebenarnya) sehingga mereka menjadikan kamu hakim untuk memutuskan perselisihan antara mereka. Kemudian mereka tidak merasa dalam hatinya keberatan terhadap putusanmu, dan menerima dengan perasaan lega. (Qs. an-Nisaa’ [4]: 65).

Dan kita sangat merindukan tegaknya kembali kekhilafahan Islam ini setelah vakum selama 80 tahun, disaat runtuhnya Khilafah Utsmaniyah di Turki tahun 1924 M.

Intinya sepak terjang JIL dengan aqidah sesatnya dan menyesatkan umat, dan merupakan tantangan bagi para hamilud dakwah untuk lebih intensif berinteraksi dengan umat untuk mensosialisasikan betapa pentingnya tegaknya syari’at Islam. Wallahua’lam,

catatan :
baca juga di sini
semoga bermanfaat >:D<
 
^ alhamdulillah terima kasih telah menjelaskan ...

waduh, kenapa bisa begini ya... Semoga Allah SWT selalu melindungi umat-Nya .. amin...

timthumb.php


Koordinator Tim Pembela Muslim (TPM), Mahendradatta, menilai pernyataan Luthfie Assyaukanie tersebut tidak memenuhi kaidah intelektual. Bahkan dia mengatakan Luthfie menggunakan metode komparatif yang ngawur sehingga menghasilkan kesimpulan yang sama sekali sesat.

"Untuk seorang yang mengaku bergelar PhD, pernyataan seperti itu jelas-jelas tidak masuk akal. Pernyataan seperti itu seperti pernyataan anak kecil yang masih kurang lengkap dalam mengambil kesimpulan dan dua hal yang diperbandingkan," ujar Mahendradatta dalam jumpa pers di Solo, Jumat (19/2/2010).

Mahendra mengatakan, seorang anak kecil mungkin saja mengambil kesimpulan tidak masuk akal dengan menyamakan manusia dengan monyet hanya gara-gara keduanya suka memakan pisang. Namun jika kesimpulan seperti itu disampaikan orang dewasa, apalagi yang bergelar doktor, maka kesimpulan itu adalah buah dari sesat pikir.

...anak kecil mungkin saja menyamakan manusia dengan monyet hanya gara-gara keduanya suka memakan pisang. Namun jika itu disampaikan orang dewasa, apalagi yang bergelar doktor, maka itu adalah buah dari sesat pikir...

Jika logika ngawur Luthfie Assyaukani diterapkan, berarti Luthfie Assyaukani dan monyet bisa dipersamakan dan disejakarkan karena sama-sama suka makan pisang. [taz/dtk]

emang mirip nih.... :D
 
Assalammualaikum.........

o0o0o0 JIL to.....sesat tu....udah dare dulu kale.......mereka menganggap semua agama ini sama.....yg penting tuhan itu akhir2 nya satu........beuh.......jangan di percaya itumah......sesat atuh akang........klo mo merujuk pada yg benra itu coba blajar dari Salafy......mereka itu mengikuti segala macam sunnah rasul hingga yg detil2 yg penting sahih..........saya ya baru blajar..........cuma memang banyak yg ngakunya salafy tapi tidak salaf......alias tidak mengikuti apa yg dicontohkan nabi Muhammad ..sahabatnya dan murid2 sahabatnya.....jadi rada ati2 aja dalam menelaah ilmu keIslaman.....

Wassalam
 
muridnya gus dur

waduh kang asoy, kamana wae atuh kang...

muridnya gusdur ya.... pantesan aja atuh kang liberal abis...

Assalammualaikum.........

o0o0o0 JIL to.....sesat tu....udah dare dulu kale.......mereka menganggap semua agama ini sama.....yg penting tuhan itu akhir2 nya satu........beuh.......jangan di percaya itumah......sesat atuh akang........klo mo merujuk pada yg benra itu coba blajar dari Salafy......mereka itu mengikuti segala macam sunnah rasul hingga yg detil2 yg penting sahih..........saya ya baru blajar..........cuma memang banyak yg ngakunya salafy tapi tidak salaf......alias tidak mengikuti apa yg dicontohkan nabi Muhammad ..sahabatnya dan murid2 sahabatnya.....jadi rada ati2 aja dalam menelaah ilmu keIslaman.....

Wassalam

wah, kenapa atuh ga ada tindakan ya...???
 
Kenapa nggak sekalian pake nama Jaringan Agama Liberal kalo beranggapan semua agama sama?... kenapa musti pake embel2 Islam?... jelas2 maksudnya ingin menyesatkan.

the hell with JIL!!! X(
 
Hmm ... saya juga sempat nonton di TV kemarin :D.

Tapi banyakan ketawa saya nontonnya. /ok

Kelihatan sekali ada "titipan" dalam misi yang dia jalankan ini X( X(
 
muridnya gus dur
> tau aja nih si qq:D:D
Kenapa nggak sekalian pake nama Jaringan Agama Liberal kalo beranggapan semua agama sama?... kenapa musti pake embel2 Islam?... jelas2 maksudnya ingin menyesatkan.

the hell with JIL!!! X(
> khan kalo pake kata-kata ISLAM bisa lebih populer di kalangan ISLAM versi sekarang, yang kepengenan kelihatan modern n instant:D

> buku-buku yang membahas masalah APA/SIAPA "JIL n kambratnya"
umumnya ditulis ustadz HARTONO AHMAD JAIZ
  • NABI-NABI PALSU dan PARA PENYESAT AGAMA (tentang JIL n organisasi sejenis dan follower berikut pendirinya dari hal. 270)
  • ALIRAN dan PAHAM SESAT di INDONESIA (banayk menceritakan tentang PAHAM NUSRCHOLISH MADJID n GUSDUR tokohpanutan para JIL-er:D)
  • ADA PEMURTADAN di IAIN (membahas masalah OKNUM2 dan PEMIKIRAN dari IAIN dan UIN plus PARAMADINA)

> wassalam>:D<
 
wah makin melebar kemana-mana nih jaringan...

kenapa belum ada tindakan2x tertentu dari pihak MUI ya???
 
wah makin melebar kemana-mana nih jaringan...

kenapa belum ada tindakan2x tertentu dari pihak MUI ya???

> jaringan ini soale didukung dengan kamuflase model kayak ORIENTALIS, melalui para cendekiawan yang mengaku juga sebagai ulama e.g para pengajar di PARAMADINA dengan dedongkotnya mbah NURCHOLISH MADJID (mentornya ulil):D:D...n masayarakat umum jadeenya agak rancu dengan pandangan2 yang mereka ungkapkan itu sebenulnya memang berdasarkan aturan ajaran islam atau memang cuma pemikiran yang disengaja supaya kesannya seperti dari ajaran islam, yang ternyata sebenulnya bertolak belakang

> n juga daree para pengusung/pro dengan masalah SEKULER kayak mbah GUS DUR, mbah GOENAWAN MOEHAMMAD, dkk....:P

> mereka umumnya mempunyai dukungan massa yang besar/dan media pers yang juga sering menyalah artikan pemikiran mereka itu adalah benar-benar berdasarkan AL-QUR'AN dan Hadist (kayaknya seh disengaja di citrakan begitu oleh media publikasi massa entah yang versi cetak, elektronik, sekolah2/seminar2):-O
> kondisi ini memang sangat dinikmati oleh mereka, karena memang masyarakat kaum muslim di Indonesia gak terlalu peduli dengan hal2 kayak gene (apalagee kalo mereka pas tahu dibelakang layar tokoh yang mereka puja juga e.g. mbah GUS DUR; NURCHOLISH MADJID aka para DAJAL dkk:D:D)

> kepengurusan MUI sendiri masih banyak berbaur dengan nuansa poltik dari organisasi islam tertentu, yang sayangnya memang para pendukung tadee itu juga sering ada di belakang layar pas kalo MUImau memberikan keputusan pentingX(

> wassalam>:D<
 
tambahan...

assalaamu’alaikum wr. wb.

Di sampul depan sebuah buku, tertulislah sebuah kutipan sanjungan Ahmad Syafii Maarif kepada Nurcholish Madjid:

Setiap pembaru di mana pun di muka bumi ini, hampir pasti dilawan, dicaci maki, dan dimusuhi, tetapi ajaibnya diam-diam diikuti. Ini juga berlaku atas Nurcholish Madjid yang telah bekerja keras untuk mengawinkan keislaman dan keindonesiaan.

Beginilah cara kalangan liberalis ’mempertinggi derajat’ sesama mereka di depan publik; dengan sanjung-sanjungan yang sebenarnya tak layak untuk dilakukan oleh seorang Muslim. Jika Anda membaca buku Argumen Pluralisme Agama, Membangun Toleransi Berbasis Al-Qur’an karya Abd. Moqsith Ghazali, maka sanjung-sanjungan semacam ini tidak hanya bisa dijumpai di sampul belakang – sebagaimana lazimnya – tapi juga dikemas secara masif dalam lima halaman paling depan. Meskipun yang memuji hanya yang itu-itu saja, namun efeknya bisa jadi cukup dahsyat di mata orang awam.

Kita bisa membayangkan anak-anak muda yang datang dengan keluguan yang dibawanya dari madrasah atau pesantren. Mereka tiba di kampus IAIN/UIN dengan sejuta harapan untuk memperdalam ilmu-ilmu keislamannya. Di kampusnya, mereka disodori sekian banyak buku, termasuk buku Abd. Moqsith Ghazali tadi, yang juga seorang doktor jebolan UIN Syarif Hidayatullah. Puji-pujian setinggi langit datang dari nama-nama yang sering mereka dengar di kampungnya dahulu: Mustofa Bisri, Ahmad Syafii Maarif dan seterusnya. Nama-nama para penyanjung ini pun sudah disanjung-sanjung di tempat asalnya. Maka jadilah mereka pengikut setianya, karena kepolosan dan kebodohannya sendiri.

Ideologi liberalisme yang sejati sebenarnya tidaklah ada, karena kalangan liberalis selalu memanfaatkan keterbatasan informasi. Sebagaimana mahasiswa-mahasiswa malang tadi, yang terjebak karena melihat sanjung-sanjungan yang diberikan oleh orang-orang yang juga disanjung-sanjung. Kebanyakan di antara mereka takkan bisa menjelaskan pemikiran penting apa yang sudah disumbangkan oleh Gus Dur, meskipun mereka dapat dengan yakin mengatakan bahwa Gus Dur memang seorang guru bangsa, pahlawan, wali Allah, dan seterusnya. Tak jauh beda dengan buku Moqsith yang dipuja-puji itu, yang kemudian disanjung lagi oleh Syafii Maarif dalam rubrik Resonansi di surat kabar Republika yang diberinya judul: Mendudukkan Pluralisme. Judul artikel ini jauh dari isinya, karena Syafii Maarif tidak pernah mendudukkan pluralisme, bahkan menyinggung definisinya pun tidak. Buku yang dipuji-pujinya itu pun tidak sesuai dengan judulnya, karena pada akhirnya solusi yang ditawarkannya bukanlah kembali pada Al-Qur’an (padahal Moqsith meraih gelar doktor dalam bidang Tafsir Qur’an), melainkan memilih ayat-ayat yang ’pluralis’ dan mengabaikan ayat-ayat yang ‘tidak pluralis’. Gelar doktoral yang mentereng itu ternyata dapat diperoleh hanya dengan mengatakan bahwa ayat-ayat tentang perang itu sifatnya kondisional (perang mana yang tidak kondisional?).

Sasaran tembak kaum liberalis memang kalangan awam yang memiliki jarak pandang yang sangat pendek. Maka kalangan liberalis pun terbagi ke dalam dua kasta yang cukup ekstrem: kalangan intelek dan kalangan akar rumputnya. Tidak jauh beda dengan aliran komunis di Uni Soviet dahulu atau di Cina, di mana kalangan elit menyuruh kalangan akar rumput untuk hidup prihatin demi negara sementara mereka sendiri berlaku sebaliknya, kalangan liberalis yang intelek pun memanfaatkan akar rumputnya sebagai tunggangan belaka. Orang-orang malang ini, yang tak paham dirinya sedang dimanfaatkan siapa, memang sering bertindak tidak wajar. Fanatisme terhadap Gus Dur di masa hidupnya telah beralih pada kemusyrikan sejati sepeninggalnya. Ahmad Syafii Maarif, sebagai mantan ketua salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia yang didirikan secara khusus untuk menentang khurafat dan kemusyrikan, tidak pernah berkata sepatah kata pun untuk membebaskan orang-orang ini dari kejahilannya. Sebab mereka harus dibiarkan tetap bodoh. Kalau tidak, siapa yang akan dimanfaatkan?

Menengok kembali sanjungan Syafii Maarif kepada Nurcholish Madjid, kita akan terpana melihat bagaimana seorang doktor lulusan Chicago University bisa membuat perbandingan yang begitu kasar dan menarik kesimpulan begitu mudahnya. Ia hanya mengatakan bahwa setiap pembaru pasti dicela, dicaci maki dan seterusnya, kemudian memperbandingkannya dengan Nurcholish Madjid. Memang benar, setiap pembaru biasanya selalu mendapat tantangan, dan kita juga memahami bahwa kalimat ini tidak keliru, karena tidak menyatakan bahwa semua yang mendapat tantangan adalah pembaru (logika matematika: jika A maka B, bukan berarti jika B maka A). Akan tetapi, jika kemudian ciri ini (yaitu dicela dan dicaci maki) dijadikan hujjah untuk menyebut Nurcholish Madjid sebagai pembaru, maka jatuhlah martabat para doktor dari Chicago University. Sebab, yang dicela dan dicaci itu bukan hanya pembaru, tapi juga Musailamah sang nabi palsu, Pol Pot, Hitler, Mussolini, Ariel Sharon, dan George W. Bush. Maka, menyebut Nurcholish sebagai pembaru hanya karena ia selalu dicaci (dan diam-diam diikuti) adalah sama dengan menyebut dirinya sendiri sebagai kera karena sama-sama punya telinga, hidung, tangan, kaki dan bokong.

Belakangan, seorang doktor lainnya juga melakukan kesalahan yang sama. Luthfie Assyaukanie, yang sangat dihormati di kalangan liberalis, bersaksi di hadapan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang UU Penistaan Agama. Dengan ringannya, ia mengatakan: ”Apa yang dilakukan oleh Lia Aminudin sama seperti yang dilakukan Nabi Muhammad. Kesalahan Lia Eden sama dengan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad waktu munculnya Islam.”

Pada titik ini, sulit bagi Luthfie Assyaukanie untuk mempertanggungjawabkan gelar doktornya, bahkan juga statusnya sebagai seorang Muslim. Dari sisi apa Luthfie melihat persamaan antara Lia Eden dan Rasulullah saw.? Keduanya memang sama-sama punya tangan, hidung dan kaki, tapi itu masih belum cukup untuk mengatakan ”sama”. Keduanya juga ada yang mencaci dan memuji, namun itu pun masih belum cukup. Lia Eden hanya mengutuk dan menyatakan Islam telah dihapuskan, sedangkan Rasulullah saw. tak pernah mengatakan yang demikian kepada kalangan Ahli Kitab. Sebaliknya, beliau justru mengajak semua orang untuk kembali pada ajaran Nabi Ibrahim as., Nabi Musa as., dan Nabi ’Isa as. yang sebenarnya. Lia Eden duduk di atas singgasananya dengan angkuh, sedangkan Rasulullah saw. menolak sahabat-sahabatnya berdiri menyambutnya jika ia datang kepada sebuah majelis. Pendekatan dakwah Rasulullah saw. jauh berbeda dengan pendekatan dakwah Lia Eden dalam segala levelnya. Tidaklah wajar jika seorang doktor melakukan perbandingan yang begitu naif dan miskin data, kecuali jika memang misinya adalah mengombang-ambingkan kalangan akar rumput yang jauh dari tradisi intelektual.

Sebagai seorang Muslim, kita juga sulit membayangkan Luthfie bisa dengan entengnya mengatakan metode dakwah Rasulullah saw. sebagai sebuah kesalahan. Padahal, jika Rasulullah saw. berbuat salah, Allah SWT pasti akan meluruskannya, bahkan mengabadikannya dalam Al-Qur’an, dan Rasulullah saw. takkan menutup-nutupinya. Bagaimana mungkin dakwah Rasulullah saw. dikatakan salah, sedangkan dua dasawarsa terakhir dalam hidupnya digadaikan di jalan dakwah? Sepanjang masa kenabian itu, apakah wajar Rasulullah saw. mengulang-ulang kesalahan yang sama, sedangkan Allah SWT tidak menegurnya?

Para ulama sejak dahulu sudah memperingatkan tentang bahayanya mempermainkan ilmu. Satu-satunya motivasi yang benar dalam mencari ilmu adalah untuk meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT. Jika keimanan tak meningkat, maka ilmu itu tak bisa dikatakan bermanfaat. Sebaliknya, ilmu justru bisa menjadi beban berat bagi pemiliknya di akhirat kelak. Hakim yang adil bisa mendapatkan surga tertinggi, tapi juga bisa dijebloskan ke neraka yang paling pedih. Orang-orang yang memiliki ilmu sebagai peneliti, atau memiliki kharisma seorang pemimpin, atau mendapatkan kekuasaan yang sangat luas, atau gelar-gelar akademis yang menyilaukan mata, pada akhirnya akan disuruh mempertanggungjawabkan segala kelebihan yang dimilikinya itu. Apakah ilmu itu membuatnya merintih lebih keras ketika mendoakan umat Nabi Muhammad saw., ataukah justru membuatnya makin angkuh terhadap mereka? Apakah ilmu dan gelar membuatnya semakin rendah hati dan banyak menolong, atau justru membuatnya makin lihai memanfaatkan kejahilan masyarakat?

wassalaamu’alaikum wr. wb.

sumber : http://akmal.multiply.com/journal/item/778/Doktor-doktor_Liberalis



Ahmad Syafii Maarif ini ditendang dari Muhammadiyah karena udah sesat... kalo nggak salah ingat, gw pernah baca kalo dia mengatakan kecewa dengan Allah dan Islam, hanya karena doanya nggak dikabulkan... Astaghfirullah :-O :-q

.
 
makin aneh aja nih JIL.... sebenarnya kalau didiamkan makin berbahaya lho, semakin besar... apakah mungkin belum menemukan celah yang tepat untuk menhadapi JIL?
 
Daftar 50 TOKOH JIL INDONESIA

A. Para Pelopor
1. Abdul Mukti Ali
2. Abdurrahman Wahid
3. Ahmad Wahib
4. Djohan Effendi
5. Harun Nasution [1]
6. M. Dawam Raharjo [1]
7. Munawir Sjadzali
8. Nurcholish Madjid [1][2]

B. Para Senior
9. Abdul Munir Mulkhan [1]
10. Ahmad Syafi’i Ma’arif [1][2]
11. Alwi Abdurrahman Shihab
12. Azyumardi Azra [1]
13. Goenawan Mohammad
14. Jalaluddin Rahmat [1][2]
15. Kautsar Azhari Noer
16. Komaruddin Hidayat
17. M. Amin Abdullah
18. M. Syafi’i Anwar
19. Masdar F. Mas’udi [1]
20. Moeslim Abdurrahman
21. Nasaruddin Umar
22. Said Aqiel Siradj [1]
23. Zainun Kamal

C. Para Penerus “Perjuangan”

24. Abd A’la
25. Abdul Moqsith Ghazali [1]
26. Ahmad Fuad Fanani
27. Ahmad Gaus AF
28. Ahmad Sahal
29. Bahtiar Effendy
30. Budhy Munawar-Rahman
31. Denny JA [1]
32. Fathimah Usman
33. Hamid Basyaib
34. Husein Muhammad
35. Ihsan Ali Fauzi
36. M. Jadul Maula
37. M. Luthfie Assyaukanie [1]
38. Muhammad Ali
39. Mun’im A. Sirry
40. Nong Darol Mahmada
41. Rizal Malarangeng
42. Saiful Mujani
43. Siti Musdah Mulia [1][2]
44. Sukidi
45. Sumanto al-Qurthuby
46. Syamsu Rizal Panggabean
47. Taufik Adnan Amal
48. Ulil Abshar-Abdalla [1][2][3]
49. Zuhairi Misrawi
50. Zuly Qodir

Tambahan:


Judul Buku : 50 Tokoh Islam Liberal Indonesia : Pengusung Ide Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme

Penulis : Budi Handrianto
Halaman : 295 + xxvi paperback (softcover)
Cetakan 1 : Juni 2007
Penerbit : Hujjah Press (kelompok Penerbit Al Kautsar

sumber

update......
 
namanya juga orang sekuler, masalah dunia sama agama dipisah2, ya singit jadi tuh kepalanya. cabut apa tidur nih orang pas ppkn dulu waktu smp - sma -.-
 
sebenarnya tokohnya lebih dari 50...

quraish-dlm.jpg


apalagi nih orang klo ngebahas jilbab dan pengucapan selamat natal

makin aneh aja nih JIL.... sebenarnya kalau didiamkan makin berbahaya lho, semakin besar... apakah mungkin belum menemukan celah yang tepat untuk menhadapi JIL?

yap apalagi klo kita sudah terkontaminasi oleh pemikiran sipilis atau Sekularis, pruralis, liberalis..

hati hati... sebaiknya klo mau posting jgn asal comot. dan pahamilah ayat dan dalil dengan tekstual....

essentialnya loh... :D
 
sebenarnya tokohnya lebih dari 50...

apalagi nih orang klo ngebahas jilbab dan pengucapan selamat natal
wew, hati hati ah dalam berucap, karena tiada orang yang sempurna, bahkan ulama pun tidak begitu kan...

yap apalagi klo kita sudah terkontaminasi oleh pemikiran sipilis atau Sekularis, pruralis, liberalis..
Ini namanya perubahan jaman kang asoy...
dan Islam adalah untuk masa lampau, masa sekarang dan masa depan itulah essential Islam, dan masih banyak lagi essential Islam yang belum ane ketahui...
kalau ente tau, tolong ajari ane... >:D<

alhamdulillah, masih diberikan kesempatan belajar :-bd
hati hati... sebaiknya klo mau posting jgn asal comot. dan pahamilah ayat dan dalil dengan tekstual....

essentialnya loh... :D
terima kasih untuk saran nya >:D<

dan sepertinya ente sudah mulai mengerti apa yang ane maksudkan

apakah dengan moderat menjadikan ane liberal ????
wah, bisa bisa hampir seluruh bandung menjadi liberal dong :>

Lalu, apakah dengan tekstual ditambah dengan konseptual menjadikan ane seorang liberal?

Mari kita saling mengingatkan....

cerita dikit pengalaman ya brader :)

Waktu tahun 2001-2003 (lupa lagi, pokonya jaman ane masih kuliah) ada temen ane yang memiliki ilmu agama yang cukup tinggi (kalau dibanding ane dan kawan lainnya :D ), dia hidup sangat berdasarkan kepada dua hukum mutlak yaitu AlQuran dan Hadits... menurut ane itu sangat luar biasa :-bd

waktu kelulusan, kami semua menyanyikan lagu kebangsaan, namun dia tidak bernyanyi, lalu ane tanya kenapa?

dia menjawab bahwa dalam islam tidak ada cinta tanah air.

lalu ane tanya : lalu kenapa ente masih di indonesia? kalau ente tidak bersikap "adil", apakah itu akan sesuai dengan Alquran, tentu saja tidak... dia hanya diam saja....

terakhir ane dengar, dia ditangkap densus di medan (maaf ane lupa kapan nya)

nah my brader... betul sekali kita harus saling mengingatkan, namun dengan cara yang baik, bukan dengan suudzon, fitnah, dan pemaksaan pendapat, karena .....

Islam adalah agama Rahmatan Lil 'Alamin... ini salah satu essentialnya :)

"Sudah berada di tingkat mana, Syariat, Tarikat, Hakikat atau Makrifat ?"
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.