12qm7da
IndoForum Newbie B
- No. Urut
- 24616
- Sejak
- 25 Okt 2007
- Pesan
- 192
- Nilai reaksi
- 8
- Poin
- 18
Di dalam Matius 24:33 Yesus berkata: “Demikian juga kita kamu melihat semuanya itu, ketahuilah, bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu.” Apa yang dimaksud oleh Yesus dengan ‘semuanya’ itu? Apakah hanya masalah bencana alam? Tentu saja lebih dari itu. Kita sudah banyak mendengar dan tahu tentang berbagai tanda dan kegenapannya. Barangkali yang perlu kita diingatkan adalah bahwa semua tanda-tanda itu tidak terjadi secara sporadis atau terpisah-pisah. Semua kejadian itu saling terkait dan akan terjadi secara serentak dan semakin meningkat dalam frekuensi dan intensitasnya. Tanda-tanda itu dibagi atas 1) kejadian dan bencana alam, 2) tindakan dan perilaku manusia.
Kejadian dan bencana alam
Sejak 20 tahun terakhir ada banyak kejadian alam yang mempunyai dampak negatif yang besar. Hal ini semakin menunjukkan kepada kita bagaimana semua peristiwa itu saling melengkapi dalam menciptakan satu dunia yang penuh dengan kesesakan seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa (Daniel 12:1).
Bencana Tanah
Gempa bumi. Gempa berkekuatan 9.1 SR di Aceh pada bulan Desember 2004 yang akhirnya menimbulkan bencana tsunami terbesar di abad 21 sampai saat ini dan menelan korban sampai 225.000 jiwa. Gempa 7.6 SR di Pakistan pada tahun 2005 yang memakan hampir 80.000 korban jiwa. Gempa 7.9 SR di provinsi Sichuan, Cina pada 12 Mei 2008 di mana pemerintah Cina memperkirakan jumlah korban dapat mencapai 50.000 jiwa.
Bencana Air
Banjir. Banjir besar di AS yang dikenal dengan sebutan the Great Flood of 1993 meliputi wilayah yang terbentang sepanjang 1.200 km dengan lebar 700 km akibat meluapnya Sungai Mississippi sehingga daerah seluas 80.000 km2 terendam banjir selama hampir 200 hari dan menimbulkan kerugian sampai USD15 miliar. Yangtze River Flood tahun 1998 di Cina mengakibatkan 14 juta penduduk kehilangan tempat tinggalnya. Mozambique Flood tahun 2000 mengakibatkan sebagian besar dari negara Afrika tersebut terendam air selama 3 minggu. Kalau selama ini kita sering mendengar banjir melanda Amerika dan Asia, maka benua Eropa yang selama ini relatif kurang terkena bencana sekarang mengalami banjir besar. Kompas 19 Agustus 2002. Eropa Banjir, Diadakan KTT Banjir. Di sini dikatakan: air yang menyembur dari sebuah bendungan mengarah menuju Wittenberg, kota yang pernah menjadi salah satu pusat budaya Eropa dan tempat asal teolog Martin Luther.
Badai. Tropical Storm Allison yang menyerang Houston, Texas pada tahun 2001. Hurricane Katrina yang menyerang pantai selatan AS dan ‘menenggelamkan’ kota New Orleans pada tahun 2005 setelah badai dengan kekuatan penuh (skala 5) menjebol tanggul yang membentengi New Orleans dari kepungan air. Myanmar Cyclone pada 6 Mei 2008 yang menyerbu Myanmar dan memakan korban sampai 100.000 jiwa. Tsunami. Bencana tsunami Aceh tahun 2004 dianggap sebagai bencana tsunami terbesar kedua dalam sejarah yang menghantam puluhan negara yang berada di sekitar Samudra Hindia.
Bencana Cuaca
Kekeringan. Sejarah dunia mencatat puluhan jutaan penduduk meninggal karena kekeringan. Manusia tidak mampu mengatasinya sebagaimana kekeringan yang melanda Australia. Hampir 5 tahun terakhir ini benua Australia dilanda kekeringan dan pengaruh kekeringan kini mulai dirasakan oleh daerah perkotaan. Provinsi Sichuan, Cina yang dua minggu lalu mengalami gempa bumi besar pada tahun 2006 telah mengalami musim kemarau terburuk dalam zaman modern ini di mana 8 juta penduduk dan 7 juta hewan kekurangan air.
Udara Panas.
Benua Eropa yang selama ini dianggap relatif dingin tiba-tiba ditimpa udara panas pada tahun 2003 yang memakan korban 35.000 jiwa meninggal. Suhu udara rata-rata bertambah 10C dan yang tertinggi mencapai 48C, seperti: Portugal 48C, Spanyol 41-47C, Swiss yang terkenal dingin dengan daerah pengunungannya saja mencapai 42C. Tidak heran kalau sekarang pergi ke Eropa maka hotel-hotel yang tadinya hanya dilengkapi dengan heater sekarang sudah memasang alat pendingin udara.
Kebakaran Hutan. Kebakaran hutan bukan hanya milik bangsa Indonesia. Kekeringan menyebabkan hutan gampang terbakar dan sulit untuk dipadamkan. Kebakaran hutan yang sangat besar terjadi di Yunani pada pertengahan tahun 2007 sementara pada saat itu Inggris dilanda banjir. Asap yang ditimbulkan oleh kebakaran merupakan salah satu penyumbang terbesar dari pemanasan global. Ibarat lingkaran setan. Suhu bumi yang meningkat menyebabkan kebakaran mudah terjadi dan asap kebakaran akan menambah karbon dioksida di atmosfir. Hal ini menyebabkan naiknya suhu bumi karena panas matahari tidak dapat dipantulkan ke luar dari atmosfir karena terhalang oleh karbon dioksida.
Bencana Kesehatan dan Penyakit
Epidemik dan pandemik flu. Epidemik adalah penyakit yang menyebar dengan cepat antar manusia. Pandemik adalah epidemik yang menyebar secara global. Pandemik flu Spanyol pada akhir PD I memakan korban 50 juta jiwa, lebih banyak dari yang tewas akibat PD I. Kita bisa saja berdebat bahwa flu Spanyol itu sudah lama. Tetapi pandemik flu Asia dan flu Hongkong masing-masing terjadi pada tahun 1957-1958 dan 1968-1969 meminta korban sampai jutaan orang. Pada pergantian milenium muncul penyakit baru SARS (severe acute respiratory syndrome) penyakit sulit bernafas. SARS dianggap berkategori pandemik tetapi masih pada tahap awal.
Penyakit Dari Serangga. Masih sulit untuk membayangkan jenis penyakitnya. Tetapi kita bisa membayangkan bahwa akan muncul jenis penyakit yang berkaitan dengan serangga. Dalam bukunya An Inconvenient Truth, Al Gore menjelaskan bahwa naiknya suhu bumi sampai temperatur tertentu dapat
menyebabkan jenis serangga tertentu yang berbahaya bagi manusia berkembang lebih cepat. Di samping munculnya serangga tertentu, menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) jika suhu bumi meningkat antara 1.5-2.5C dapat menyebabkan 30% hewan mati. IPCC lebih lanjut memprediksi bahwa suhu bumi akan meningkat sampai 4C pada akhir abad ini. Barangkali perkiraan waktu itu terlalu optimis. Wajar karena mereka tidak mengerti nubuatan bahwa dunia akan segera berakhir.
Dalam banyak peristiwa kita harus dapat melihat bahwa bencana-bencana yang terjadi tidak ada yang luput dari pandangan Tuhan. Bahkan dalam banyak hal boleh jadi bencana itu justru merupakan peringatan dari Tuhan bahwa ada yang perlu diperbaiki di daerah yang tertimpa bencana. Pekabaran injil dan rencana keselamatan harus disampaikan ke seluruh dunia sebelum Yesus datang. Tetapi ada banyak bagian dunia yang tidak peduli, menutup diri bahkan melarang disebarkannya pekabaran injil, sehingga diperlukan satu peristiwa alam yang dahsyat untuk menyadarkannya.
Tuhan mungkin saja sedang berbicara kepada para pemimpin Myanmar yang represif melalui badai Nargif. Sekalipun dikucilkan dunia junta militer Myanmar masih tetap bertahan karena dukungan Cina yang membela Myanmar demi kepentingannya untuk mendapatkan akses ke Samudra Hindia. Tetapi Tuhan juga berbicara kepada pemerintah Cina yang represif terhadap kebebasan beragama melalui gempa bumi di provinsi Sichuan. Sebelum badai Katrina datang pada Agustus 2005, sebenarnya akan dilangsungkan perayaan besar-besaran perkumpulan gay di New Orleans tetapi terhalang karena datangnya badai. Udara panas yang melanda Eropa tahun 2003 mengingatkan penduduk Eropa yang kurang mempedulikan agama untuk menyadari bahwa keadaan tidak selamanya baik dan bisa berubah dari yang diperkirakan. Tsunami tahun 2004 melanda negara-negara di sekitar Samudra Hindia di mana kebebasan beragama masih belum sepenuhnya dilaksanakan.
Keterkaitan Bencana Satu Sama Lain
Jika diperhatikan maka umumnya bencana yang datang semuanya saling terkait dan saling mempengaruhi. Di dalam 2 Timotius 3:1, 2 dikatakan, bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar, di mana manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mari kita coba dari pemanasan global, isu yang sedang dan akan semakin menjadi perhatian penduduk dunia.
Pemanasan global terjadi karena ulah manusia. Pembakaran di bumi menghasilkan karbon dioksida (CO2) yang naik ke udara ke lapisan yang berada di antara bumi dan atmosfir. Lapisan ini disebut juga greenhouse gases dan menimbulkan greenhouse effect (efek rumah kaca). CO2 tadi timbul dari pembakaran bahan bakar baik dari batubara, minyak bumi maupun gas bumi yang berasal dari pabrik dan kendaraan serta pemakaian pendingin udara di gedung-gedung dan perumahan. CO2 juga timbul akibat kebakaran hutan yang sebagian oleh karena disengaja manusia sebagai jalan pintas pembebasan hutan. Semakin menebalnya greenhouse gases mempunyai dua efek yaitu semakin menipisnya lapisan ozon (yang sebenarnya berguna untuk menyaring sinar ultraviolet yang dipantulkan matahari) di atmosfir menyebabkan panas matahari semakin banyak memasuki bumi tetapi pada saat akan dipantulkan kembali ke atmosfir (pada malam hari) tertahan oleh greenhouse gases sehingga panasnya tetap tinggal di bumi dan menyebabkan pemanasan global.
Pemanasan global selanjutnya berdampak pada mulai mencairnya sebagian es di kutub yang sebenarnya berfungsi untuk menjaga kestabilan cuaca di dunia. Es yang mencair menyebabkan permukaan air laut naik. Eko sistem yang terganggu berdampak pada terganggunya pergerakan angin, timbulnya udara panas dan dingin serta tekanan udara yang tidak merata. Pada gilirannya hal ini menimbulkan typhoon, cyclone, hurricane atau badai dan sejenisnya yang intensitasnya semakin hari semakin besar.
Pemanasan global juga telah menimbulkan kekeringan yang semakin parah di berbagai belahan bumi yang pada gilirannya membuat kebakaran hutan semakin gampang terjadi. Kebakaran hutan ini hanya akan semakin memperparah keadaan dengan semakin banyaknya CO2 tertahan di greenhouse gases dan suhu bumi akan semakin panas. Hal yang saling terkait ini lama kelamaan semakin besar dampaknya (terakumulasi dan menimbulkan efek bola salju). Dalam buku An Inconvenient Truth, Al Gore menjelaskan bahwa suhu bumi meningkat drastis sejak tahun 2005 dibanding puluhan bahkan ratusan tahun sebelumnya. Kita bahkan bisa melihatnya 20 tahun belakangan ini. Bandung dan Cisarua yang tadinya dingin pada siang hari sekarang panas. Danau Toba yang tadinya dingin pada malam hari sekarang terasa biasa.
Pemanasan global akibat terganggunya ekosistem menimbulkan berbagai penyakit yang selama ini belum pernah ada. Pada suhu yang lebih tinggi nyamuk malaria tertentu berkembang sangat pesat. Fakta menunjukkan bahwa ternyata bukan hanya ilmu pengetahuan yang berkembang tetapi juga jenis penyakit. Bisa dibayangkan dengan keadaan ekonomi yang semakin memburuk akan semakin banyak orang yang tidak mampu menjaga kebersihan lingkungan. Tempat-tempat kumuh yang semakin banyak akan menjadi sasaran dan tempat berkembang biaknya berbagai jenis penyakit dan penduduknya dapat menjadi carrier (yang membawa atau menyebarkan penyakit).
Pemanasan global juga telah membuat manusia mencoba mengembangkan bahan bakar biofuel yang katanya bebas karbon dioksida. Tetapi hal ini ternyata membuat lahan yang tadinya dipakai untuk mengembangkan bahan makanan telah dipakai untuk mengembangkan biofuel. Hal ini membuat suplai bahan makanan berkurang dan akhirnya harga-harga bahan makanan melambung.
Pemanasan global akan menimbulkan dampak kerusakan yang lebih besar ketika terjadi tsunami karena permukaan air laut yang telah naik. Sejauh ini kita melihat tsunami terutama terjadi ketika terjadi gempa bumi tektonik akibat pergerakan lempengan di dasar lautan. Air yang turun di dasar laut dan kemudian naik akan menimbulkan gelombang tsunami. Tetapi pernahkan kita memikirkan dampak yang akan terjadi jika sebuah benda angkasa, katakanlah sebuah asteroid yang berdiameter 1 km jatuh di tengah laut? Ini bukan sesuatu yang tidak mungkin, tetapi sangat mungkin. Bukankah Yesus sudah mengamarkannya di dalam Lukas 21:26. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang. Jangan kita lupa bahwa ada ribuan meteor dan asteroid yang beredar di sekitar planet bumi kita ini yang sewaktu-waktu dapat menuju ke bumi dan terjadi tabrakan dahsyat. Gelombang sedahsyat apa yang akan ditimbulkannya? Itu kalau jatuh di laut, bagaimana kalau di darat?
Menarik untuk memperhatikan tulisan di Kompas, 19 Nopember 1999. Hujan Meteor. Dalam tulisan itu dikatakan bahwa meteor Leonid akan muncul sekali dalam 33 tahun, tetapi tepat 2 tahun kemudian meteor Leonid sudah muncul sebagaimana diberitakan dalam Jakarta Post, 20 Nopember 2001. Asia gazes at Leonid meteor showers. Apakah para ilmuwan salah? Apakah alat yang mereka pakai tidak bisa diandalkan? Para ilmuwan telah berhasil menjelajahi angkasa dan mendaratkan manusia di bulan. Mereka tidak bodoh tetapi manusia perlu tahu bahwa di luar kemampuan berpikir manusia ada satu kuasa yang lebih besar yang mengontrol semesta alam. Perhitungan manusia bisa meleset walaupun dalam hal tertentu mereka bisa akurat. Jika perhitungan manusia bertentangan dengan rencana Allah, maka semua perhitungan manusia menjadi tidak kena sasaran. Pada saat yang sama kita harus ingat bahwa sekalipun manusia mengatakan bahwa semuanya aman, tetapi jika Tuhan mengatakan bahwa waktunya telah tiba, maka meteor atau asteroid atau benda langit lainnya dapat digunakan Tuhan untuk menjadi pemicu kehancuran dunia. 1Tesalonika 5:3 berkata: “Apabila mereka mengatakan: Semuanya damai dan aman – maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin – mereka pasti tidak akan luput.”
Tindakan manusia
Sejarah dunia menunjukkan bahwa dari zaman Adam manusia cenderung membela dan menyatakan dirinya yang benar. Padahal salah satu sifat orang berdosa adalah ingin menguasai serta memiliki apa yang dimiliki orang lain. Konflik kepentingan tidak bisa dihindarkan dan terjadilah perang. Sebagian karena merasa tidak mampu berhadapan secara langsung mereka kemudian melakukan tindakan terorisme. Manusia sering tidak puas dengan keadaan yang normal dan ingin melakukan hal-hal aneh yang bertentangan dengan etika dan moral.
Perang
Alkitab mencatat begitu banyak peperangan di zaman Perjanjian Lama yang berlanjut sampai saat ini. Terpaksa memasuki perang karena membela diri mungkin lebih dapat diterima, tetapi jika dilakukan karena ingin mengambil milik pihak lain tentu saja sangat disesalkan. Dalam konteks negara sering disebut agresi atau invasi. Sebuah negara ingin menambah luas wilayahnya atau mengeksploitasi sumber alam negara lain kemudian mencari gara-gara. Jika perang berakhir maka negara yang kalah diduduki dan dieksploitir. Sejarah dunia mencatat dua Perang Dunia yang meminta korban puluhan juta jiwa. Semua itu tidak lepas dari sifat egois dan kerakusan manusia. PD I yang terjadi di Eropa (1914-1918) menyebabkan hampir 40 juta tentara yang menjadi korban (16 juta di antaranya tewas atau hilang) belum termasuk penduduk sipil. Biaya perang mencapai USD340 miliar menurut perhitungan saat itu. Jika memperhitungkan inflasi dan dibandingkan dengan biaya saat ini dapat mencapai di atas USD10 triliun. PD II yang lebih panjang (1939 – 1945) dan terjadi di 5 benua diperkirakan menewaskan lebih 70 juta jiwa (termasuk 50 juta korban sipil). Belum pernah data biaya dikeluarkan kecuali hanya disebutkan bahwa biayanya sungguh luar biasa besarnya.
Perang tidak akan pernah berhenti bahkan akan semakin meningkat. Kita mengenal berbagai jenis perang seperti Perang Dunia, Perang Dingin, Perang Teluk, perang regional, perang antar negara, perang saudara bahkan perang antar suku. Perang dan konflik terjadi merata hampir di setiap wilayah di dunia. Perang saudara di Srilanka telah berlangsung hampir 25 tahun; perang di Darfur, Sudan sejak 2003 telah menelan korban sampai 400 ribu jiwa; konflik Israel-Palestina sejak 1948 tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti karena banyaknya kepentingan yang terlibat; konflik di Peru sejak 1980; perang saudara di Uganda sejak 1987; perang saudara di Somalia sejak tahun 1988; konflik di Kashmir sejak 1989; perang Chechnya di selatan Rusia sejak 1999. Belum termasuk pergolakan di Tibet-Cina, Moro-Pilipina, Myanmar, Kurdi-Afghanistan, IRA-Inggris yang tak kunjung selesai, demikian pula ketegangan di semenanjung Korea. Sementara perang yang bermula dari abad lalu belum selesai, pada pergantian milenium muncul perang dan konflik baru seperti di Thailand selatan, perang di Chad, Afrika, pemberontakan Maois di India, konflik Kivu di Kongo, bahkan konflik antara Hamas dan Fatah di jalur Gaza, yang mestinya bersatu melawan Israel tetapi tidak bisa menyatukan visinya. Dan tentu saja Perang Irak sejak 2003 yang menjadi berita besar dan belum tahu kapan berakhir.
Perang Irak yang dimulai tahun 2003 sampai sekarang belum berakhir. Mereka yang menentang mengatakan bahwa AS telah menanggung biaya sampai USD3 triliun karena perang tersebut. Apakah hal itu merupakan kerugian atau keuntungan? Tergantung siapa yang mengatakannya dan apa kepentingannya. Ada pihak yang melihat hal itu sebagai keuntungan strategis yang bersifat jangka panjang. Melihat letak geografisnya, kawasan Asia Kecil (di mana Irak & Afghansistan terletak) merupakan ‘pusat dunia’ – berada di antara kekuatan lama (Eropa) dan kekuatan baru (Asia), diapit oleh Laut Tengah dan Samudra Hindia dan menyimpan sesuatu yang dibutuhkan oleh seluruh dunia yaitu minyak. Pantas jika yang memimpin dan berkuasa di pusat dunia tersebut adalah ‘polisi dunia’ yang akan bekerja sama dengan ‘penasehat dunia’ sebagaimana telah dinubuatkan di dalam Wahyu 13.
Bahwa perang tidak akan terus berlanjut, sekalipun PBB dan negara-negara besar giat membicarakan upaya perdamaian, terlihat dari peningkatan yang besar dari anggaran pertahanan tiap negara, termasuk untuk pengembangan senjata-senjata mutakhir. Menarik untuk melihat bahwa pada tahun 2006 dunia mengeluarkan biaya sampai USD1.2 triliun untuk keperluan militer (belum termasuk biaya yang dikeluarkan kalau terlibat dalam perang). Perlu dicatat bahwa dari jumlah di atas, AS menyedot setengahnya sebesar USD620 miliar.
Yang perlu dipahami adalah bahwa sejarah telah membuat manusia tidak saling percaya. Ketika kekayaan negara bertambah, ancaman untuk diinvasipun terasa semakin besar. Mau tak mau masing-masing negara harus memperkuat pertahanannya. Lihat saja, Arab Saudi yang tidak punya banyak penduduk tetapi sangat kaya mengeluarkan biaya pertahanan sampai USD21 miliar (bandingkan dengan Indonesia yang hanya USD4.7 miliar). Tentu Arab Saudi tidak ingin mengalami nasib yang sama dengan Kuwait ketika diinvasi oleh Irak pada tahun 1991. Bisa dimengerti jika kemudian anggaran pertahananpun bertambah dari waktu ke waktu. Kalau saja digunakan untuk mensejahterakan rakyat dengan meningkatkan kesehatan dan memberantas kemiskinan, mungkin dapat mengurangi kejahatan, keserakahan, kerakusan dan saling tidak percaya. Tetapi Alkitab telah menubuatkan bahwa hal itu hanya akan tinggal harapan.
Terorisme
Tindakan manusia yang sangat menakutkan adalah teror. Manusia menggunakan kekuatan atau kekerasan terhadap sesamanya atau kepentingan lainnya dengan melanggar peraturan. Mereka bertujuan untuk mengintimidasi, menimbulkan rasa takut di masyarakat agar mereka diperhatikan dan keinginannya dipenuhi, memaksa atau meminta uang tebusan
Sepuluh tahun terakhir media banyak memberitakan aksi teror yang diwujudkan dalam bentuk penculikan, pembajakan, pembunuhan, ancaman bom, bom bunuh diri, ancaman penggunakan senjata pemusnah massal (weapon of mass destruction-WMD) seperti senjata biologi, senjata kimia, senjata radioaktif bahkan senjata nuklir. Yang sering menjadi sasaran adalah selain kepentingan militer, juga fasilitas umum seperti pusat perbelanjaan, gedung-gedung perkantoran termasuk lapangan udara.
Semua tindakan teror yang merupakan tindakan karena tidak terpenuhinya keinginan pihak-pihak tertentu akan semakin meningkat jika kehidupan bertambah sulit. Tidak heran kalau Tuhan menganjurkan agar umat-Nya meninggalkan kota-kota besar jika keruntuhan nasional (kesulitan luar biasa dalam sendi-sendi kehidupan) terjadi tidak lama setelah National Sunday Law diberlakukan.
Ledakan bom (termasuk bom bunuh diri). Dunia ini sungguh menjadi tidak aman ketika seseorang yang nekat melakukan bunuh diri. Saat PD II, AS sangat khawatir menghadapi tentara Jepang yang melakukan aksi kamikaze, di mana sang pilot bersedia menabrakkan pesawatnya ke kapal perang AS. Orang lalu bertanya mengapa ada orang yang mau mengorbankan dirinya secara konyol. Jangan lupa, yang mengatakan konyol bukan si pelaku. Jika si pelaku melakukan hal itu karena asal kepercayaan, sulit untuk mencegahnya. Bukankah banyak orang yang juga heran mengapa umat Advent mau mengorbankan dirinya tidak mengikuti hal-hal yang menyenangkan bagi dunia, seperti makanan, perhiasan, entertainment pada hari Sabtu, sementara kita merasa hal itu wajar? Bukankah kita juga mempunyai pemahaman bahwa demi Yesus kita rela mengorbankan nyawa kita? Lalu jika tiba saatnya kita harus memilih hari perbaktian (yang bagi sebagian orang tidak ada bedanya) bukankah kitapun bersedia untuk berkorban demi mempertahankan kepercayaan kita? Nah, sekarang kita sudah bisa bayangkan jika Sunday Law akan diberlakukan. Ada banyak orang yang bukan Kristen yang tidak dapat menerimanya dan mungkin saja melakukan aksi teror di atas yang tentu akan membuat keadaan di akhir zaman ini semakin berbahaya.
Senjata biologi. Ini sesuatu yang sangat berbahaya dan telah terdengar ancaman akan penggunaannya. Para pelaku mungkin akan menggunakan bakteri, virus atau toxin atau bahkan antrax. Barang berbahaya ini jika disebar di udara dapat merusak bahkan membunuh manusia, hewan dan tetumbuhan. Barangkali kita berpikir bahwa kita akan berhati-hati menjaga diri. Tetapi bagaimana dengan hewan dan tetumbuhan? Jika mereka terkena dan mati, manusia akan kehilangan bahan makanan. Atau mungkin mereka tidak mati tetapi membawa penyakit, lalu manusia memakannya. Bahan berbahaya tersebut dapat juga mengena ke air yang diperlukan untuk kehidupan. Dalam kasus ekstrim, si pelaku bahkan dapat menyalurkan bahan berbahaya tersebut ke dalam saluran pipa air minum (PAM). Sungguh mengerikan. Bencana kelaparan ternyata bukan hanya akibat kekeringan, tetapi karena perbuatan teror oleh manusia.
Senjata kimia. Sebagaimana senjata biologi, senjata kimia dapat menimbulkan korban massal ketika disebar di udara. Sebagian bahan kimia itu tidak menimbulkan bau atau rasa. Namun ketika dihirup atau terkena dengan manusia dapat menimbulkan iritasi atau sukar bernafas.
Kejadian dan bencana alam
Sejak 20 tahun terakhir ada banyak kejadian alam yang mempunyai dampak negatif yang besar. Hal ini semakin menunjukkan kepada kita bagaimana semua peristiwa itu saling melengkapi dalam menciptakan satu dunia yang penuh dengan kesesakan seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa (Daniel 12:1).
Bencana Tanah
Gempa bumi. Gempa berkekuatan 9.1 SR di Aceh pada bulan Desember 2004 yang akhirnya menimbulkan bencana tsunami terbesar di abad 21 sampai saat ini dan menelan korban sampai 225.000 jiwa. Gempa 7.6 SR di Pakistan pada tahun 2005 yang memakan hampir 80.000 korban jiwa. Gempa 7.9 SR di provinsi Sichuan, Cina pada 12 Mei 2008 di mana pemerintah Cina memperkirakan jumlah korban dapat mencapai 50.000 jiwa.
Bencana Air
Banjir. Banjir besar di AS yang dikenal dengan sebutan the Great Flood of 1993 meliputi wilayah yang terbentang sepanjang 1.200 km dengan lebar 700 km akibat meluapnya Sungai Mississippi sehingga daerah seluas 80.000 km2 terendam banjir selama hampir 200 hari dan menimbulkan kerugian sampai USD15 miliar. Yangtze River Flood tahun 1998 di Cina mengakibatkan 14 juta penduduk kehilangan tempat tinggalnya. Mozambique Flood tahun 2000 mengakibatkan sebagian besar dari negara Afrika tersebut terendam air selama 3 minggu. Kalau selama ini kita sering mendengar banjir melanda Amerika dan Asia, maka benua Eropa yang selama ini relatif kurang terkena bencana sekarang mengalami banjir besar. Kompas 19 Agustus 2002. Eropa Banjir, Diadakan KTT Banjir. Di sini dikatakan: air yang menyembur dari sebuah bendungan mengarah menuju Wittenberg, kota yang pernah menjadi salah satu pusat budaya Eropa dan tempat asal teolog Martin Luther.
Badai. Tropical Storm Allison yang menyerang Houston, Texas pada tahun 2001. Hurricane Katrina yang menyerang pantai selatan AS dan ‘menenggelamkan’ kota New Orleans pada tahun 2005 setelah badai dengan kekuatan penuh (skala 5) menjebol tanggul yang membentengi New Orleans dari kepungan air. Myanmar Cyclone pada 6 Mei 2008 yang menyerbu Myanmar dan memakan korban sampai 100.000 jiwa. Tsunami. Bencana tsunami Aceh tahun 2004 dianggap sebagai bencana tsunami terbesar kedua dalam sejarah yang menghantam puluhan negara yang berada di sekitar Samudra Hindia.
Bencana Cuaca
Kekeringan. Sejarah dunia mencatat puluhan jutaan penduduk meninggal karena kekeringan. Manusia tidak mampu mengatasinya sebagaimana kekeringan yang melanda Australia. Hampir 5 tahun terakhir ini benua Australia dilanda kekeringan dan pengaruh kekeringan kini mulai dirasakan oleh daerah perkotaan. Provinsi Sichuan, Cina yang dua minggu lalu mengalami gempa bumi besar pada tahun 2006 telah mengalami musim kemarau terburuk dalam zaman modern ini di mana 8 juta penduduk dan 7 juta hewan kekurangan air.
Udara Panas.
Benua Eropa yang selama ini dianggap relatif dingin tiba-tiba ditimpa udara panas pada tahun 2003 yang memakan korban 35.000 jiwa meninggal. Suhu udara rata-rata bertambah 10C dan yang tertinggi mencapai 48C, seperti: Portugal 48C, Spanyol 41-47C, Swiss yang terkenal dingin dengan daerah pengunungannya saja mencapai 42C. Tidak heran kalau sekarang pergi ke Eropa maka hotel-hotel yang tadinya hanya dilengkapi dengan heater sekarang sudah memasang alat pendingin udara.
Kebakaran Hutan. Kebakaran hutan bukan hanya milik bangsa Indonesia. Kekeringan menyebabkan hutan gampang terbakar dan sulit untuk dipadamkan. Kebakaran hutan yang sangat besar terjadi di Yunani pada pertengahan tahun 2007 sementara pada saat itu Inggris dilanda banjir. Asap yang ditimbulkan oleh kebakaran merupakan salah satu penyumbang terbesar dari pemanasan global. Ibarat lingkaran setan. Suhu bumi yang meningkat menyebabkan kebakaran mudah terjadi dan asap kebakaran akan menambah karbon dioksida di atmosfir. Hal ini menyebabkan naiknya suhu bumi karena panas matahari tidak dapat dipantulkan ke luar dari atmosfir karena terhalang oleh karbon dioksida.
Bencana Kesehatan dan Penyakit
Epidemik dan pandemik flu. Epidemik adalah penyakit yang menyebar dengan cepat antar manusia. Pandemik adalah epidemik yang menyebar secara global. Pandemik flu Spanyol pada akhir PD I memakan korban 50 juta jiwa, lebih banyak dari yang tewas akibat PD I. Kita bisa saja berdebat bahwa flu Spanyol itu sudah lama. Tetapi pandemik flu Asia dan flu Hongkong masing-masing terjadi pada tahun 1957-1958 dan 1968-1969 meminta korban sampai jutaan orang. Pada pergantian milenium muncul penyakit baru SARS (severe acute respiratory syndrome) penyakit sulit bernafas. SARS dianggap berkategori pandemik tetapi masih pada tahap awal.
Penyakit Dari Serangga. Masih sulit untuk membayangkan jenis penyakitnya. Tetapi kita bisa membayangkan bahwa akan muncul jenis penyakit yang berkaitan dengan serangga. Dalam bukunya An Inconvenient Truth, Al Gore menjelaskan bahwa naiknya suhu bumi sampai temperatur tertentu dapat
menyebabkan jenis serangga tertentu yang berbahaya bagi manusia berkembang lebih cepat. Di samping munculnya serangga tertentu, menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) jika suhu bumi meningkat antara 1.5-2.5C dapat menyebabkan 30% hewan mati. IPCC lebih lanjut memprediksi bahwa suhu bumi akan meningkat sampai 4C pada akhir abad ini. Barangkali perkiraan waktu itu terlalu optimis. Wajar karena mereka tidak mengerti nubuatan bahwa dunia akan segera berakhir.
Dalam banyak peristiwa kita harus dapat melihat bahwa bencana-bencana yang terjadi tidak ada yang luput dari pandangan Tuhan. Bahkan dalam banyak hal boleh jadi bencana itu justru merupakan peringatan dari Tuhan bahwa ada yang perlu diperbaiki di daerah yang tertimpa bencana. Pekabaran injil dan rencana keselamatan harus disampaikan ke seluruh dunia sebelum Yesus datang. Tetapi ada banyak bagian dunia yang tidak peduli, menutup diri bahkan melarang disebarkannya pekabaran injil, sehingga diperlukan satu peristiwa alam yang dahsyat untuk menyadarkannya.
Tuhan mungkin saja sedang berbicara kepada para pemimpin Myanmar yang represif melalui badai Nargif. Sekalipun dikucilkan dunia junta militer Myanmar masih tetap bertahan karena dukungan Cina yang membela Myanmar demi kepentingannya untuk mendapatkan akses ke Samudra Hindia. Tetapi Tuhan juga berbicara kepada pemerintah Cina yang represif terhadap kebebasan beragama melalui gempa bumi di provinsi Sichuan. Sebelum badai Katrina datang pada Agustus 2005, sebenarnya akan dilangsungkan perayaan besar-besaran perkumpulan gay di New Orleans tetapi terhalang karena datangnya badai. Udara panas yang melanda Eropa tahun 2003 mengingatkan penduduk Eropa yang kurang mempedulikan agama untuk menyadari bahwa keadaan tidak selamanya baik dan bisa berubah dari yang diperkirakan. Tsunami tahun 2004 melanda negara-negara di sekitar Samudra Hindia di mana kebebasan beragama masih belum sepenuhnya dilaksanakan.
Keterkaitan Bencana Satu Sama Lain
Jika diperhatikan maka umumnya bencana yang datang semuanya saling terkait dan saling mempengaruhi. Di dalam 2 Timotius 3:1, 2 dikatakan, bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar, di mana manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mari kita coba dari pemanasan global, isu yang sedang dan akan semakin menjadi perhatian penduduk dunia.
Pemanasan global terjadi karena ulah manusia. Pembakaran di bumi menghasilkan karbon dioksida (CO2) yang naik ke udara ke lapisan yang berada di antara bumi dan atmosfir. Lapisan ini disebut juga greenhouse gases dan menimbulkan greenhouse effect (efek rumah kaca). CO2 tadi timbul dari pembakaran bahan bakar baik dari batubara, minyak bumi maupun gas bumi yang berasal dari pabrik dan kendaraan serta pemakaian pendingin udara di gedung-gedung dan perumahan. CO2 juga timbul akibat kebakaran hutan yang sebagian oleh karena disengaja manusia sebagai jalan pintas pembebasan hutan. Semakin menebalnya greenhouse gases mempunyai dua efek yaitu semakin menipisnya lapisan ozon (yang sebenarnya berguna untuk menyaring sinar ultraviolet yang dipantulkan matahari) di atmosfir menyebabkan panas matahari semakin banyak memasuki bumi tetapi pada saat akan dipantulkan kembali ke atmosfir (pada malam hari) tertahan oleh greenhouse gases sehingga panasnya tetap tinggal di bumi dan menyebabkan pemanasan global.
Pemanasan global selanjutnya berdampak pada mulai mencairnya sebagian es di kutub yang sebenarnya berfungsi untuk menjaga kestabilan cuaca di dunia. Es yang mencair menyebabkan permukaan air laut naik. Eko sistem yang terganggu berdampak pada terganggunya pergerakan angin, timbulnya udara panas dan dingin serta tekanan udara yang tidak merata. Pada gilirannya hal ini menimbulkan typhoon, cyclone, hurricane atau badai dan sejenisnya yang intensitasnya semakin hari semakin besar.
Pemanasan global juga telah menimbulkan kekeringan yang semakin parah di berbagai belahan bumi yang pada gilirannya membuat kebakaran hutan semakin gampang terjadi. Kebakaran hutan ini hanya akan semakin memperparah keadaan dengan semakin banyaknya CO2 tertahan di greenhouse gases dan suhu bumi akan semakin panas. Hal yang saling terkait ini lama kelamaan semakin besar dampaknya (terakumulasi dan menimbulkan efek bola salju). Dalam buku An Inconvenient Truth, Al Gore menjelaskan bahwa suhu bumi meningkat drastis sejak tahun 2005 dibanding puluhan bahkan ratusan tahun sebelumnya. Kita bahkan bisa melihatnya 20 tahun belakangan ini. Bandung dan Cisarua yang tadinya dingin pada siang hari sekarang panas. Danau Toba yang tadinya dingin pada malam hari sekarang terasa biasa.
Pemanasan global akibat terganggunya ekosistem menimbulkan berbagai penyakit yang selama ini belum pernah ada. Pada suhu yang lebih tinggi nyamuk malaria tertentu berkembang sangat pesat. Fakta menunjukkan bahwa ternyata bukan hanya ilmu pengetahuan yang berkembang tetapi juga jenis penyakit. Bisa dibayangkan dengan keadaan ekonomi yang semakin memburuk akan semakin banyak orang yang tidak mampu menjaga kebersihan lingkungan. Tempat-tempat kumuh yang semakin banyak akan menjadi sasaran dan tempat berkembang biaknya berbagai jenis penyakit dan penduduknya dapat menjadi carrier (yang membawa atau menyebarkan penyakit).
Pemanasan global juga telah membuat manusia mencoba mengembangkan bahan bakar biofuel yang katanya bebas karbon dioksida. Tetapi hal ini ternyata membuat lahan yang tadinya dipakai untuk mengembangkan bahan makanan telah dipakai untuk mengembangkan biofuel. Hal ini membuat suplai bahan makanan berkurang dan akhirnya harga-harga bahan makanan melambung.
Pemanasan global akan menimbulkan dampak kerusakan yang lebih besar ketika terjadi tsunami karena permukaan air laut yang telah naik. Sejauh ini kita melihat tsunami terutama terjadi ketika terjadi gempa bumi tektonik akibat pergerakan lempengan di dasar lautan. Air yang turun di dasar laut dan kemudian naik akan menimbulkan gelombang tsunami. Tetapi pernahkan kita memikirkan dampak yang akan terjadi jika sebuah benda angkasa, katakanlah sebuah asteroid yang berdiameter 1 km jatuh di tengah laut? Ini bukan sesuatu yang tidak mungkin, tetapi sangat mungkin. Bukankah Yesus sudah mengamarkannya di dalam Lukas 21:26. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang. Jangan kita lupa bahwa ada ribuan meteor dan asteroid yang beredar di sekitar planet bumi kita ini yang sewaktu-waktu dapat menuju ke bumi dan terjadi tabrakan dahsyat. Gelombang sedahsyat apa yang akan ditimbulkannya? Itu kalau jatuh di laut, bagaimana kalau di darat?
Menarik untuk memperhatikan tulisan di Kompas, 19 Nopember 1999. Hujan Meteor. Dalam tulisan itu dikatakan bahwa meteor Leonid akan muncul sekali dalam 33 tahun, tetapi tepat 2 tahun kemudian meteor Leonid sudah muncul sebagaimana diberitakan dalam Jakarta Post, 20 Nopember 2001. Asia gazes at Leonid meteor showers. Apakah para ilmuwan salah? Apakah alat yang mereka pakai tidak bisa diandalkan? Para ilmuwan telah berhasil menjelajahi angkasa dan mendaratkan manusia di bulan. Mereka tidak bodoh tetapi manusia perlu tahu bahwa di luar kemampuan berpikir manusia ada satu kuasa yang lebih besar yang mengontrol semesta alam. Perhitungan manusia bisa meleset walaupun dalam hal tertentu mereka bisa akurat. Jika perhitungan manusia bertentangan dengan rencana Allah, maka semua perhitungan manusia menjadi tidak kena sasaran. Pada saat yang sama kita harus ingat bahwa sekalipun manusia mengatakan bahwa semuanya aman, tetapi jika Tuhan mengatakan bahwa waktunya telah tiba, maka meteor atau asteroid atau benda langit lainnya dapat digunakan Tuhan untuk menjadi pemicu kehancuran dunia. 1Tesalonika 5:3 berkata: “Apabila mereka mengatakan: Semuanya damai dan aman – maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin – mereka pasti tidak akan luput.”
Tindakan manusia
Sejarah dunia menunjukkan bahwa dari zaman Adam manusia cenderung membela dan menyatakan dirinya yang benar. Padahal salah satu sifat orang berdosa adalah ingin menguasai serta memiliki apa yang dimiliki orang lain. Konflik kepentingan tidak bisa dihindarkan dan terjadilah perang. Sebagian karena merasa tidak mampu berhadapan secara langsung mereka kemudian melakukan tindakan terorisme. Manusia sering tidak puas dengan keadaan yang normal dan ingin melakukan hal-hal aneh yang bertentangan dengan etika dan moral.
Perang
Alkitab mencatat begitu banyak peperangan di zaman Perjanjian Lama yang berlanjut sampai saat ini. Terpaksa memasuki perang karena membela diri mungkin lebih dapat diterima, tetapi jika dilakukan karena ingin mengambil milik pihak lain tentu saja sangat disesalkan. Dalam konteks negara sering disebut agresi atau invasi. Sebuah negara ingin menambah luas wilayahnya atau mengeksploitasi sumber alam negara lain kemudian mencari gara-gara. Jika perang berakhir maka negara yang kalah diduduki dan dieksploitir. Sejarah dunia mencatat dua Perang Dunia yang meminta korban puluhan juta jiwa. Semua itu tidak lepas dari sifat egois dan kerakusan manusia. PD I yang terjadi di Eropa (1914-1918) menyebabkan hampir 40 juta tentara yang menjadi korban (16 juta di antaranya tewas atau hilang) belum termasuk penduduk sipil. Biaya perang mencapai USD340 miliar menurut perhitungan saat itu. Jika memperhitungkan inflasi dan dibandingkan dengan biaya saat ini dapat mencapai di atas USD10 triliun. PD II yang lebih panjang (1939 – 1945) dan terjadi di 5 benua diperkirakan menewaskan lebih 70 juta jiwa (termasuk 50 juta korban sipil). Belum pernah data biaya dikeluarkan kecuali hanya disebutkan bahwa biayanya sungguh luar biasa besarnya.
Perang tidak akan pernah berhenti bahkan akan semakin meningkat. Kita mengenal berbagai jenis perang seperti Perang Dunia, Perang Dingin, Perang Teluk, perang regional, perang antar negara, perang saudara bahkan perang antar suku. Perang dan konflik terjadi merata hampir di setiap wilayah di dunia. Perang saudara di Srilanka telah berlangsung hampir 25 tahun; perang di Darfur, Sudan sejak 2003 telah menelan korban sampai 400 ribu jiwa; konflik Israel-Palestina sejak 1948 tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti karena banyaknya kepentingan yang terlibat; konflik di Peru sejak 1980; perang saudara di Uganda sejak 1987; perang saudara di Somalia sejak tahun 1988; konflik di Kashmir sejak 1989; perang Chechnya di selatan Rusia sejak 1999. Belum termasuk pergolakan di Tibet-Cina, Moro-Pilipina, Myanmar, Kurdi-Afghanistan, IRA-Inggris yang tak kunjung selesai, demikian pula ketegangan di semenanjung Korea. Sementara perang yang bermula dari abad lalu belum selesai, pada pergantian milenium muncul perang dan konflik baru seperti di Thailand selatan, perang di Chad, Afrika, pemberontakan Maois di India, konflik Kivu di Kongo, bahkan konflik antara Hamas dan Fatah di jalur Gaza, yang mestinya bersatu melawan Israel tetapi tidak bisa menyatukan visinya. Dan tentu saja Perang Irak sejak 2003 yang menjadi berita besar dan belum tahu kapan berakhir.
Perang Irak yang dimulai tahun 2003 sampai sekarang belum berakhir. Mereka yang menentang mengatakan bahwa AS telah menanggung biaya sampai USD3 triliun karena perang tersebut. Apakah hal itu merupakan kerugian atau keuntungan? Tergantung siapa yang mengatakannya dan apa kepentingannya. Ada pihak yang melihat hal itu sebagai keuntungan strategis yang bersifat jangka panjang. Melihat letak geografisnya, kawasan Asia Kecil (di mana Irak & Afghansistan terletak) merupakan ‘pusat dunia’ – berada di antara kekuatan lama (Eropa) dan kekuatan baru (Asia), diapit oleh Laut Tengah dan Samudra Hindia dan menyimpan sesuatu yang dibutuhkan oleh seluruh dunia yaitu minyak. Pantas jika yang memimpin dan berkuasa di pusat dunia tersebut adalah ‘polisi dunia’ yang akan bekerja sama dengan ‘penasehat dunia’ sebagaimana telah dinubuatkan di dalam Wahyu 13.
Bahwa perang tidak akan terus berlanjut, sekalipun PBB dan negara-negara besar giat membicarakan upaya perdamaian, terlihat dari peningkatan yang besar dari anggaran pertahanan tiap negara, termasuk untuk pengembangan senjata-senjata mutakhir. Menarik untuk melihat bahwa pada tahun 2006 dunia mengeluarkan biaya sampai USD1.2 triliun untuk keperluan militer (belum termasuk biaya yang dikeluarkan kalau terlibat dalam perang). Perlu dicatat bahwa dari jumlah di atas, AS menyedot setengahnya sebesar USD620 miliar.
Yang perlu dipahami adalah bahwa sejarah telah membuat manusia tidak saling percaya. Ketika kekayaan negara bertambah, ancaman untuk diinvasipun terasa semakin besar. Mau tak mau masing-masing negara harus memperkuat pertahanannya. Lihat saja, Arab Saudi yang tidak punya banyak penduduk tetapi sangat kaya mengeluarkan biaya pertahanan sampai USD21 miliar (bandingkan dengan Indonesia yang hanya USD4.7 miliar). Tentu Arab Saudi tidak ingin mengalami nasib yang sama dengan Kuwait ketika diinvasi oleh Irak pada tahun 1991. Bisa dimengerti jika kemudian anggaran pertahananpun bertambah dari waktu ke waktu. Kalau saja digunakan untuk mensejahterakan rakyat dengan meningkatkan kesehatan dan memberantas kemiskinan, mungkin dapat mengurangi kejahatan, keserakahan, kerakusan dan saling tidak percaya. Tetapi Alkitab telah menubuatkan bahwa hal itu hanya akan tinggal harapan.
Terorisme
Tindakan manusia yang sangat menakutkan adalah teror. Manusia menggunakan kekuatan atau kekerasan terhadap sesamanya atau kepentingan lainnya dengan melanggar peraturan. Mereka bertujuan untuk mengintimidasi, menimbulkan rasa takut di masyarakat agar mereka diperhatikan dan keinginannya dipenuhi, memaksa atau meminta uang tebusan
Sepuluh tahun terakhir media banyak memberitakan aksi teror yang diwujudkan dalam bentuk penculikan, pembajakan, pembunuhan, ancaman bom, bom bunuh diri, ancaman penggunakan senjata pemusnah massal (weapon of mass destruction-WMD) seperti senjata biologi, senjata kimia, senjata radioaktif bahkan senjata nuklir. Yang sering menjadi sasaran adalah selain kepentingan militer, juga fasilitas umum seperti pusat perbelanjaan, gedung-gedung perkantoran termasuk lapangan udara.
Semua tindakan teror yang merupakan tindakan karena tidak terpenuhinya keinginan pihak-pihak tertentu akan semakin meningkat jika kehidupan bertambah sulit. Tidak heran kalau Tuhan menganjurkan agar umat-Nya meninggalkan kota-kota besar jika keruntuhan nasional (kesulitan luar biasa dalam sendi-sendi kehidupan) terjadi tidak lama setelah National Sunday Law diberlakukan.
Ledakan bom (termasuk bom bunuh diri). Dunia ini sungguh menjadi tidak aman ketika seseorang yang nekat melakukan bunuh diri. Saat PD II, AS sangat khawatir menghadapi tentara Jepang yang melakukan aksi kamikaze, di mana sang pilot bersedia menabrakkan pesawatnya ke kapal perang AS. Orang lalu bertanya mengapa ada orang yang mau mengorbankan dirinya secara konyol. Jangan lupa, yang mengatakan konyol bukan si pelaku. Jika si pelaku melakukan hal itu karena asal kepercayaan, sulit untuk mencegahnya. Bukankah banyak orang yang juga heran mengapa umat Advent mau mengorbankan dirinya tidak mengikuti hal-hal yang menyenangkan bagi dunia, seperti makanan, perhiasan, entertainment pada hari Sabtu, sementara kita merasa hal itu wajar? Bukankah kita juga mempunyai pemahaman bahwa demi Yesus kita rela mengorbankan nyawa kita? Lalu jika tiba saatnya kita harus memilih hari perbaktian (yang bagi sebagian orang tidak ada bedanya) bukankah kitapun bersedia untuk berkorban demi mempertahankan kepercayaan kita? Nah, sekarang kita sudah bisa bayangkan jika Sunday Law akan diberlakukan. Ada banyak orang yang bukan Kristen yang tidak dapat menerimanya dan mungkin saja melakukan aksi teror di atas yang tentu akan membuat keadaan di akhir zaman ini semakin berbahaya.
Senjata biologi. Ini sesuatu yang sangat berbahaya dan telah terdengar ancaman akan penggunaannya. Para pelaku mungkin akan menggunakan bakteri, virus atau toxin atau bahkan antrax. Barang berbahaya ini jika disebar di udara dapat merusak bahkan membunuh manusia, hewan dan tetumbuhan. Barangkali kita berpikir bahwa kita akan berhati-hati menjaga diri. Tetapi bagaimana dengan hewan dan tetumbuhan? Jika mereka terkena dan mati, manusia akan kehilangan bahan makanan. Atau mungkin mereka tidak mati tetapi membawa penyakit, lalu manusia memakannya. Bahan berbahaya tersebut dapat juga mengena ke air yang diperlukan untuk kehidupan. Dalam kasus ekstrim, si pelaku bahkan dapat menyalurkan bahan berbahaya tersebut ke dalam saluran pipa air minum (PAM). Sungguh mengerikan. Bencana kelaparan ternyata bukan hanya akibat kekeringan, tetapi karena perbuatan teror oleh manusia.
Senjata kimia. Sebagaimana senjata biologi, senjata kimia dapat menimbulkan korban massal ketika disebar di udara. Sebagian bahan kimia itu tidak menimbulkan bau atau rasa. Namun ketika dihirup atau terkena dengan manusia dapat menimbulkan iritasi atau sukar bernafas.