• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Sutra Altar dalam Uraian

Nurani86

IndoForum Newbie E
No. Urut
29165
Sejak
27 Des 2007
Pesan
43
Nilai reaksi
0
Poin
6
BODHI-WATAK DIRI

"Seratus tujuh puluh tahun kemudian akan lahirlah seorang Bodhisatva Ragawi (Bodhisatva Hidup) di bawah pohon Bodhi ini, yang akan menguraikan Dharma tertinggi untuk menyeberangkan umat manusia yang tak terkira dari tabir kegelapan samsara. Dialah Maha Guru Pengurai Dharma TRANSMISI JIWA BUDDHA!"
Demikianlah ramalan Guru Tripitaka JNANABHAISAJYA(A.D.502) yang telah datang dari India untuk kelahiran Maha Guru Hui Neng Patriach ke-Enam.

Pada suatu ketika, Patriat Hui Neng tiba di Vihara Pao-Lin untuk memberikan bimbingan Dharma. Pada saat setelah Patriat duduk di atas mimbar, pertemuan yang dihadiri oleh 30 orang lebih pejabat-pejabat, 30 orang cendekiawan Konfusius dan lebih dari seribu orang yang terdiri dari para Bhikku-bhikkuni, kaum Taois dan orang-orang awam, bersama-sama memberikan hormat dan mohon mendengarkan uraian tentang Essensi Dharma(Inti Dharma yang penting)

Lalu Patriat berujar:"Saudara-saudara yang budiman, sesungguhnya BODHI WATAK DIRI (Self Nature Bodhi) adalah Suci-Murni(Pasatika). Gunakanlah Bodhi yang suci murni ini, maka serta-merta engkau akan mencapai KESEMPURNAAN KEBUDDHAAN!"

Catatan:
Patriat berkata dengan tegas:"SESUNGGUHNYA BODHI WATAK DIRI(DASAR DIRI TERDALAM) DARI SEMUA UMAT MANUSIA tak terkecuali mereka yang bermoral bejat(Berhati iblis) yang hidup penuh dengan gelimangan dosa, pada dasarnya yang terdalam adalah SUCI dan MURNI! Inilah kalimat pertama yang disabdakan oleh Patriat pada pertemuan itu, dan yang sekaligus merupakan Essensi Utama dari Sutra Altar ini bahkan juga merupakan essensi utama dari seluruh khotbahan Sang Buddha selama empat puluh sembilan tahun itu.

Bodhi Watak Diri adalah dasar diri terdalam yang jauh ada di bawah lapisan kuat Panca Skhanda. Dasar yang terdalam ini ibarat kain kanvas dari sebuah lukisan yang penuh dengan warna-warni. Sehingga susah sekali bagi kita untuk melihat sampai ke dalam dasar kain kanvas yang putih itu. Karena kita hanya condong melihat secara permukaan yaitu cat yang berwarna-warni itu, bahkan kita condong beranggapan bahwa tidak ada kain kanvas atau sekalipun ada itu bukan putih bersih.
Kita hanya condong melihat dan terikat pada segala yang berwujud dan berarus(proses timbul dan tenggelam dsb). Dan mengabaikan sesuatu yang telah menjadi dasarnya. Seperti hal lukisan tadi, kita hanya mengutamakan segala wujud dan warna di permukaan, dan ini memang wajar sekali, karena cat-cat itu telah membungkus kain kanvas yang putih secara sangat ketat dan menyeluruh. Tetapi kita jangan lupa, bagaimanapun jika tiada kain kanvas yang telah bertindak sebagai dasar, kemanakah cat-cat itu harus bergantung? dan diatas manakah gambar itu harus terwujud?

Demikian juga dalam hal membina ke-Buddhaan, orang umumnya hanya berhasil mencapai ke dalam pengenalan di atas lapisan Vijanana (kesadaran/persepsi], sedangkan lapisan Vijanana ini masih merupakan salah-satu lapisan khayal dari Panca Skhanda(Lima Kelompok Kehidupan), dan Bodhi Watak diri itu justru ada di bawah Panca Skhanda ini. Tetapi banyak orang yang akan mempertentangkan hukum ini, hal ini karena sekalipun banyak yang berjuang tetapi sedikit sekali yang benar-benar telah menembus lapisan kokoh Panca Skhanda itu, atau walaupun mereka berhasil melewatinya tetapi mereka tidak menemukan apa-apa(yang dikatakan sbg Bodhi itu) sehingga bnyk yang mengatakan sesungguhnya tiada sesuatu apapun yang kekal termasuk yang namanya Bodhi Watak diri ini. Lalu banyak yang menghubung-hubungkannya dengan teori Anatta bahwa Sang Buddha mengatakan tiada sesuatu apapun yang abadi termasuk segala Bodhi. Sehingga bagi mereka, membina ke-Buddhaan berarti perjuangan untuk menceraikan gabungan unsur Panca Skhanda setelah itu berhentilah segala-galanya dan tiada sesuatu apapun yang tertinggal, lalu mereka menganggap inilah Nirwana.
 
Anatta berasal dari kata ”an” yang merupakan bentuk negatif atau sering diterjemahkan sebagai tidak atau bukan. Dan ”atta” berarti berarti diri sejati atau inti/`roh`. Dalam bahasa Sanskerta disebut juga sebagai anatman. Jadi kata ”an-atta” berarti bukan diri sejati atau tanpa inti/`roh`.

Sabbe dhamma anatta berarti segala sesuatu yang berkondisi, terbentuk dari perpaduan unsur, dan juga sesuatu yang tidak berkondisi merupakan sesuatu yang tidak memiliki inti/`roh` dan bukan diri yang sejati.

Beberapa orang telah salah memahami mengenai ajaran anatta dengan beranggapan bahwa tidak ada diri, tidak ada yang namanya orang/person (puggala). Anggapan ini keliru. Guru Buddha tidak mengajarkan hal ini. Beliau mengajarkan bahwa ada yang disebut dengan diri atau orang/person (puggala), tetapi diri atau orang/person (puggala) tersebut bukanlah benar-benar inti atau jati diri dari diri atau orang (person) tersebut, melainkan hanyalah merupakan perpaduan unsur-unsur yang membentuk, yang membuatnya ada atau eksis yang suatu saat akan mengalami perubahan. Karena perpaduan unsur-unsur inilah diri seseorang terbentuk. Dan karena segala sesuatu yang terbentuk dari perpaduan dari unsur-unsur pasti mengalami perubahan, maka diri seseorang pun mengalami perubahan, penguraian, yang akhirnya eksistensi dari diri seseorang tidak lagi ada atau eksis. Inilah mengapa dikatakan tidak memiliki inti atau bukan diri sejati.

Mengapa segala fenomena tidak ada inti atau bukan diri sejati?

Di dalam Anattalakkhana Sutta; Samyutta Nikaya 22.59 {S 3.66}, Guru Buddha menjelaskan bahwa Rupa (jasmani), Vendana (perasaan), Sanna (pencerapan), Sankhara (pikiran) dan Vinnana (kesadaran) disebut sebagai Panca Khanda (lima kelompok kehidupan/kegemaran) yang semuanya bukanlah diri sejati. Jika Khanda itu merupakan diri sejati, maka tidak akan mengalami penderitaan, dan semua keinginan seseorang akan kandha-nya akan terpenuhi, ”Biarkan Kandha-ku seperti ini dan bukan seperti itu.”

Tetapi karena khanda tidak dapat dikendalikan sesuai dengan keinginan atau harapan seseorang, ” Biarkan Kandha-ku seperti ini dan bukan seperti itu”, dan juga mengalami penderitaan, maka dikatakan bahwa kandha bukanlah diri sejati.
 
@netralman
Bagaimana anda bisa yakin bukan anda yang salah atau tidak sepenuhnya memahami An-atta.
 
Demikianlah, banyak yang belum benar-benar memahami maksud Sang Buddha tentang teori Anatta itu. Karena Atta yang dimaksudkan oleh Sang Buddha sama sekali tak dapat disamakan dengan Bodhi Watak Diri semula yang dimaksudkan oleh Patriat Hui Neng. Atta yang dimaksudkan oleh Sang Buddha adalah Diri atau satu kesatuan Aku yang terbentuk dari gabungan Panca Skhanda dan ini memang tidak kekal(semua mazhab agama Buddha mengakuinya) termasuk sutra Altar ini. Sedangkan Bodhi Watak Diri yang dimaksud oleh Patriat justru adalah suatu DASAR yang berlawanan dengan Atta(Diri gabungan Panca Skhanda itu) karena untuk menemukan Bodhi ini orang justru harus menaklukkan ikatan Panca-Skhanda ini. Panca Skhanda bukan satu-satunya dasar yang terakhir! Karena diluar Panca-Skhanda ini masih terdapat Bodhi sebagai Dasar Terakhir. Karena jika tiada Bodhi ini lalu siapakah(unsur apa) yang akhirnya mencapai PEMBEBASAN/PENCERAHAN? atau siapakah yang akan terus terbelenggu dalam roda Samsara? Jika demikian lalu masih ada unsur apakah yang mengendalikan Sang Buddha yang telah mencapai penerangan tertinggi itu (Anuttara Samyak Sambodhi) selama perjuangan Beliau selama 49 tahun berikutnya jika tiada Bodhi tertentu? Ataukah selama 49 tahun itu Sang Buddha hanya merupakan suatu kesatuan diri yang tergabung dari Panca Skhanda? Jika demikian lalu apa bedanya Beliau dengan umat manusia biasa? Dan jika Beliau masih bergantung pada Diri kesatuan Panca Skhanda apakah itu bukan samsara?

Justru Watak Bodhi Diri inilah yang merupakan raga VajraBuddha/ Dasar Buddhata. Dalam versi Mahayana, dikatakanlah pada momen pencerahan itu, Sang Buddha telah bersabda dengan penuh rasa takjub dan kagum: "Sungguh menakjubkan ternyata semua makhluk hingga seekor ulat sekalipun juga memiliki raga Vajrabuddha."
 
Anatta berasal dari kata ”an” yang merupakan bentuk negatif atau sering diterjemahkan sebagai tidak atau bukan. Dan ”atta” berarti berarti diri sejati atau inti/`roh`. Dalam bahasa Sanskerta disebut juga sebagai anatman. Jadi kata ”an-atta” berarti bukan diri sejati atau tanpa inti/`roh`.

Sabbe dhamma anatta berarti segala sesuatu yang berkondisi, terbentuk dari perpaduan unsur, dan juga sesuatu yang tidak berkondisi merupakan sesuatu yang tidak memiliki inti/`roh` dan bukan diri yang sejati.

Beberapa orang telah salah memahami mengenai ajaran anatta dengan beranggapan bahwa tidak ada diri, tidak ada yang namanya orang/person (puggala). Anggapan ini keliru. Guru Buddha tidak mengajarkan hal ini. Beliau mengajarkan bahwa ada yang disebut dengan diri atau orang/person (puggala), tetapi diri atau orang/person (puggala) tersebut bukanlah benar-benar inti atau jati diri dari diri atau orang (person) tersebut, melainkan hanyalah merupakan perpaduan unsur-unsur yang membentuk, yang membuatnya ada atau eksis yang suatu saat akan mengalami perubahan. Karena perpaduan unsur-unsur inilah diri seseorang terbentuk. Dan karena segala sesuatu yang terbentuk dari perpaduan dari unsur-unsur pasti mengalami perubahan, maka diri seseorang pun mengalami perubahan, penguraian, yang akhirnya eksistensi dari diri seseorang tidak lagi ada atau eksis. Inilah mengapa dikatakan tidak memiliki inti atau bukan diri sejati.

Mengapa segala fenomena tidak ada inti atau bukan diri sejati?

Di dalam Anattalakkhana Sutta; Samyutta Nikaya 22.59 {S 3.66}, Guru Buddha menjelaskan bahwa Rupa (jasmani), Vendana (perasaan), Sanna (pencerapan), Sankhara (pikiran) dan Vinnana (kesadaran) disebut sebagai Panca Khanda (lima kelompok kehidupan/kegemaran) yang semuanya bukanlah diri sejati. Jika Khanda itu merupakan diri sejati, maka tidak akan mengalami penderitaan, dan semua keinginan seseorang akan kandha-nya akan terpenuhi, ”Biarkan Kandha-ku seperti ini dan bukan seperti itu.”

Tetapi karena khanda tidak dapat dikendalikan sesuai dengan keinginan atau harapan seseorang, ” Biarkan Kandha-ku seperti ini dan bukan seperti itu”, dan juga mengalami penderitaan, maka dikatakan bahwa kandha bukanlah diri sejati.


@netralman
Bagaimana anda bisa yakin bukan anda yang salah atau tidak sepenuhnya memahami An-atta.


Berarti menurut anda yang tertulis di kitab suci tidak salah dan anda sangat mengerti tentang konsep anatta,bukan begitu?.
 
Demikianlah, banyak yang belum benar-benar memahami maksud Sang Buddha tentang teori Anatta itu. Karena Atta yang dimaksudkan oleh Sang Buddha sama sekali tak dapat disamakan dengan Bodhi Watak Diri semula yang dimaksudkan oleh Patriat Hui Neng. Atta yang dimaksudkan oleh Sang Buddha adalah Diri atau satu kesatuan Aku yang terbentuk dari gabungan Panca Skhanda dan ini memang tidak kekal(semua mazhab agama Buddha mengakuinya) termasuk sutra Altar ini. Sedangkan Bodhi Watak Diri yang dimaksud oleh Patriat justru adalah suatu DASAR yang berlawanan dengan Atta(Diri gabungan Panca Skhanda itu) karena untuk menemukan Bodhi ini orang justru harus menaklukkan ikatan Panca-Skhanda ini. Panca Skhanda bukan satu-satunya dasar yang terakhir! Karena diluar Panca-Skhanda ini masih terdapat Bodhi sebagai Dasar Terakhir. Karena jika tiada Bodhi ini lalu siapakah(unsur apa) yang akhirnya mencapai PEMBEBASAN/PENCERAHAN? atau siapakah yang akan terus terbelenggu dalam roda Samsara? Jika demikian lalu masih ada unsur apakah yang mengendalikan Sang Buddha yang telah mencapai penerangan tertinggi itu (Anuttara Samyak Sambodhi) selama perjuangan Beliau selama 49 tahun berikutnya jika tiada Bodhi tertentu? Ataukah selama 49 tahun itu Sang Buddha hanya merupakan suatu kesatuan diri yang tergabung dari Panca Skhanda? Jika demikian lalu apa bedanya Beliau dengan umat manusia biasa? Dan jika Beliau masih bergantung pada Diri kesatuan Panca Skhanda apakah itu bukan samsara?

Justru Watak Bodhi Diri inilah yang merupakan raga VajraBuddha/ Dasar Buddhata. Dalam versi Mahayana, dikatakanlah pada momen pencerahan itu, Sang Buddha telah bersabda dengan penuh rasa takjub dan kagum: "Sungguh menakjubkan ternyata semua makhluk hingga seekor ulat sekalipun juga memiliki raga Vajrabuddha."

Berarti Hui Neng lebih hebat dari Sang Buddha dong.Baru tahu saya./heh/heh/heh
 
sebaiknya sebelum memutuskan mana yang benar,,,,lebih baik meditasi dolo sampai 10 tahun+++...lalu rasakan sendiri jadi suci bagaimana,,maka masalah ini pasti beres..

sanggup kah?^^
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.