• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Sharing Dhamma ala Buddhis

Dapatkah Kita Bermeditasi untuk Mendapatkan Kesaktian?

Ya, namun itu bukan tujuan yang tertinggi dari praktik meditasi. Sebagian orang sangat bergairah untuk memiliki kekuatan-kekuatan batin. "Setiap orang akan berpikir bahwa aku ini hebat dan akan datang kepadaku untuk meminta petuah. Aku akan menjadi kondang dan dihormati!" Ini adalah motivasi yang membesarkan ego! Jika kita, misalnya, masih tetap suka marah-marah dan tidak mampu mengendalikan apa yang kita pikirkan, katakan, dan perbuat, kekuatan-kekuatan tersebut tidak ada gunanya, bahkan menjadi gangguan bagi latihan kita. Adalah jauh lebih bermanfaat menjadi orang yang lebih bijak dan lebih baik hati.

Jika kita berhati baik, mengembangkan kekuatan batin bisa bermanfaat bagi pihak lain. Para praktisi yang telah mencapai tingkat tinggi tidak pernah memamerkan kesaktian mereka. Orang yang rendah hati lebih mengesankan daripada orang yang sombong, ketenteraman dan sikap hormat mereka memancar kepada orang lain. Orang-orang yang telah menaklukkan kesombongan mereka, yang memiliki Cinta Kasih kepada makhluk lain, dan yang mengembangkan Kebijaksanaan, adalah orang-orang yang dapat kita percaya.
 
Apakah Meditasi Itu Berbahaya?

Jika kita belajar bermeditasi dari guru yang berpengalaman, yang memberikan petunjuk dengan metode andal yang telah teruji oleh waktu, dan jika kita mengikuti petunjuk-petunjuknya dengan benar, tidak ada bahaya sama sekali. Meditasi semata-mata adalah membangun kebiasaan-kebiasaan pikiran yang baik. Hal ini kita lakukan dengan jalan bertahap; tidaklah bijaksana bagi seorang pemula untuk melakukan latihan tingkat tinggi tanpa petunjuk yang tepat.
 
Buah-buah Pencapaian

Ajaran Buddha ada dan bertujuan untuk Pencerahan semua makhluk. Karena itu, ke-Buddha-an atau Pencerahan Tertinggi merupakan tujuan akhir pengikut Buddha. Secara sederhana, ini adalah pencapaian Kebahagiaan Sejati. Sebagai ringkasan yang sangat umum, berikut ini adalah berbagai pencapaian spiritual dalam Pencerahan.
Bodhisatta

Bodhisatta adalah seseorang yang bertekad, atas dasar Welas Asih, untuk menolong semua makhluk hidup lain, bersama dengan dirinya, untuk melaju menuju Pencerahan Tertinggi. Meskipun para Bodhisatta bersumpah untuk tidak memasuki kebahagiaan Pencerahan Tertinggi sebelum makhluk-makhluk lain terbebas dari penderitaan, mereka menyadari bahwa hanya para Buddha-Yang Tercerahkan Sempurna-yang memiliki Kebijaksanaan dan Welas Asih sempurna untuk menolong makhluk lain dengan cara terbaik. Dengan demikian, mereka berupaya untuk mencapai Pencerahan Tertinggi, tetapi mereka tidak tinggal diam dalam keadaan bahagia mereka dan melupakan makhluk-makhluk lain. Mereka bermanifestasi dalam berbagai wujud untuk dengan piawainya membimbing makhluk-makhluk lain menuju Pencerahan.

Arahatta

Seseorang dapat bercita-cita untuk mencapai tataran Arahatta, atau menjadi seorang Araha. Araha adalah seseorang yang telah mencapai kebahagiaan dan Pencerahan Nirwana, mencapai kebebasan dari ketamakan, kebencian, dan kegelapan batin-yang menyebabkan segala penderitaan, ia telah mengakhiri siklus kelahiran dan kematian bagi dirinya.

Ke-Buddha-an

Sesosok Buddha adalah ia yang telah mencapai Pencerahan Tertinggi, memiliki Kebijaksanaan dan Welas Asih nan sempurna. Ketika sesosok Buddha "mangkat", Ia meninggalkan tubuh-Nya dan memasuki kebahagiaan sempurna Parinirwana.
 
Ajaran Buddha dan Ilmu Pengetahuan

Suatu ketika, sekelompok cendekiawan yang berjumlah lebih dari 10.000 orang memohon kepada Buddha untuk menjelaskan tentang kejadian dan cara munculnya kehidupan dan alam semesta. Hal ini berlanjut dengan serangkaian ceramah dan demonstrasi harian yang berlangsung selama tiga bulan. Penjelasan Buddha mendatangkan kepuasan penuh bagi setiap orang yang hadir.

Yang paling mengagumkan adalah ketika penuturan Buddha dirangkum menjadi prinsip-prinsip dasar, ternyata banyak pernyataan di dalam naskah-naskah Buddhis yang selaras dengan penemuan-penemuan ilmiah modern. Ajaran Buddha bersifat ilmiah dalam hal menggabungkan pengamatan, pengujian, dan penelaahan objektif dalam semangat penyelidikan bebas.

Ajaran Buddha melebihi ilmu pengetahuan karena ajaran Buddha dapat bersumbangsih dalam kehidupan modern dengan menyediakan panduan moral dan spiritual kepada orang banyak pada era teknologi yang semakin maju dan semakin materialistik, menunjukkan kepada kita jalan menuju Kebahagiaan Sejati. Seperti yang dikatakan Einstein, "Agama tanpa ilmu pengetahuan adalah buta; ilmu pengetahuan tanpa agama adalah pincang."
 
Anda Terpanah!

Pada kenyataannya, Buddha tidak pernah berkeinginan untuk menghabiskan waktu untuk perkara-perkara spekulatif (atau metafisik) tentang alam semesta karena hal ini kecil nilainya bagi pengembangan spiritual menuju Kebahagiaan Sejati. Ia hanya mengajar kepada orang-orang atas dasar Welas Asih-entah membabarkan suatu ajaran pokok atau memuaskan keingintahuan orang-orang yang mau mendengarkan ajaran-Nya yang sesungguhnya. Buddha meyakinkan kita bahwa pada saat Pencerahan, semua pertanyaan spekulatif akan terjawab dengan sendirinya, dan oleh karena itu kita tidak perlu menanyakannya saat ini.

Buddha mengibaratkan orang yang terus-menerus mengajukan pertanyaan-pertanyaan spekulatif dengan seseorang yang tertembak anak panah beracun, yang menolak untuk mencabutnya sebelum dia tahu siapa yang memanahnya, kenapa panah itu ditembakkan, dari mana anak panah itu ditembakkan.... Pada saat semua pertanyaannya terjawab, dia sudah akan mati lebih dahulu. Begitu pula, kita pun "terpanah" oleh anak panah ketidakpuasan dan kematian yang tak tertunda dan tak terduga; janganlah pernah melupakan tujuan kita untuk mencapai Pencerahan.
 
Wujud

Ajaran Buddha: "Wujud adalah Kesunyaan; Kesunyaan adalah Wujud. Wujud tidak berbeda dari Kesunyaan; Kesunyaan tidak berbeda dari Wujud," merujuk pada fakta bahwa materi tidak benar-benar serupa maupun berbeda sama sekali dari "Kesunyaan" energi, karena dengan tidak adanya inti yang "solid", materi dapat menjadi non-materi, dan sebaliknya. Ini adalah kaidah terkenal E=mc2 versi Buddhis (E=energi, m=massa, c=kecepatan cahaya). Bom atom adalah sebuah contoh tentang bagaimana sebuah materi kecil dapat diubah menjadi energi yang dahsyat. Begitu pula, energi dapat diubah menjadi materi! Meskipun ilmu pengetahuan belum menemukan bagaimana hal itu bisa terjadi, Buddha tercatat telah menunjukkan "prestasi" yang sedemikian menakjubkan. Buddha berbuat demikian semata-mata atas dasar Welas Asih, untuk merendahkan hati orang-orang yang angkuh, yang Ia ketahui telah siap mendengarkan ajaran-Nya, yang hanya terhalangi oleh keangkuhan.
 
Pikiran

Buddha menyatakan bahwa faktor utama dan kekuatan paling dahsyat di alam semesta adalah pikiran. Para ilmuwan dewasa ini tengah melihat Kebenaran ini-menyadari bahwa pikiran seseorang mampu menciptakan realita menurut apa yang dicerap. Energi pikiran belum dimengerti sepenuhnya oleh ilmu pengetahuan, namun Buddha telah mengajarkan kepada kita dengan sangat rinci tentang dinamika pikiran. Penguasaan pikiran adalah hal terpenting karena ini merupakan kunci menuju kebebasan dan Kebahagiaan Sejati.
 
Relativitas

Buddha, seperti Einstein, menemukan kebenaran tentang relativitas-bahwa ruang dan waktu tidaklah mutlak, namun relatif, berfungsi dengan saling bergantung. Ruang dan waktu dialami secara berbeda-beda oleh makhluk-makhluk di pelbagai alam dan keadaan pikiran. Dunia yang dialami dalam keadaan Pencerahan adalah kesadaran jernih dari penembusan ruang dan waktu.
 
Waktu

Buddha mendefinisikan waktu sebagai "ukuran untuk perubahan". Ini adalah definisi ilmiah karena waktu dikaitkan dengan gerakan materi (atau energi) dalam ruang, yang menciptakan gaya (tenaga). Konsep waktu tidak memiliki arti jika tidak ada perubahan. Menurut ajaran Buddha, waktu tidak memiliki awal atau akhir karena segala sesuatu (kecuali keadaan Pencerahan) mengalami perubahan terus-menerus. Hanya ada saat penting "saat ini" yang berarti bagi keberadaan kita.
 
Ruang

Dalam ajaran Buddha, ruang didefinisikan sebagai Kesunyaan di antara materi yang memungkinkan pergerakan dan interaksi. Karena ruang meluas secara tak terbatas ke segenap penjuru, sebuah titik di alam semesta dapat dianggap sebagai suatu pusat. Demikian pula, para ilmuwan melihat ke jagad raya dan menemukan bahwa posisi kita di alam semesta hanya seperti halnya titik-titik yang lain di ruang angkasa. Tidak ada posisi istimewa di alam semesta karena alam semesta secara homogen terpenuhi dengan sistem-sistem dunia yang lain. Hanya ada tempat penting "di sini" yang berarti bagi keberadaan kita.
 
Atom

Karena atom (yang diduga sebagai zat yang tidak dapat dibagi) baru-baru ini terbukti dapat dibagi dengan tak terbatas, karena itu atom bukan kesatuan materi yang mendasar. Dengan demikian, sebuah atom bukan benar-benar sebuah atom (Latin: 'yang tak terbagi'); ia disebut demikian untuk memudahkan saja. Begitu pula, Buddha mengatakan bahwa ketika Ia berbicara tentang "alam semesta" (tersusun dari energi dan atom-atom), Ia tidak benar-benar mengartikannya "alam semesta"-Ia menyebutnya demikian hanya sebagai penamaan.
 
Fisika Kuantum

Para ilmuwan menemukan dalam fisika kuantum bahwa partikel-partikel atom dan sub-atom tidak memiliki lokasi-lokasi yang tertentu (pasti) atau gerakan yang "berarti", tampak acak dan tidak dapat diperkirakan. Hal ini membuat mereka menyimpulkan bahwa "bangunan realita" merupakan "hantu-hantu khayalan". Cara pandang seorang pengamat menentukan perwujudan fenomena yang diamati. Hal-hal yang terwujud hanyalah potongan dan interaksi pikiran pengamat dengan fenomena. Teori ini juga menyarankan bahwa realita tidak hanya tersusun oleh pikiran pengamat, tetapi ada realita-realita yang tak terhitung banyaknya yang tersusun oleh pikiran yang tak terhitung banyaknya-masing-masing sama-sama nyata atau sama-sama tidak nyata. Mungkin mereka sangat banyak kemiripannya satu sama lain, atau malah sebenarnya saling bertentangan.

Demikian pula, dalam ajaran Buddha, pikiranlah yang membangun sifat tak menentu dari perwujudan realita tertinggi dengan suatu cara tertentu. Dalam kondisi-kondisi tertentu, pikiran membangun realita dalam suatu cara tertentu, secara umum dalam hal eksistensi atau non-eksistensi, dan secara lebih spesifik dalam bentuk enam alam kehidupan atau tiga puluh satu alam kehidupan.
 
Evolusi

Hingga tahap tertentu, ajaran Buddha setuju dengan teori Darwin tentang Evolusi dan Seleksi Alam. Buddha mengajarkan bahwa semua makhluk hidup, dengan naluri untuk mempertahankan hidup, terus berevolusi ke bentuk-bentuk kehidupan yang lebih tinggi (dan lebih cerdas) atau "mundur" ke bentuk-bentuk kehidupan yang lebih rendah (melalui kekuatan Karma-dalam satu kehidupan tunggal atau melalui Kelahiran Berulang). Hal ini berlangsung dalam jangka waktu yang tidak terbatas hingga suatu makhluk mencapai tingkat evolusi yang tertinggi, menjadi Buddha-yang telah berkembang penuh secara fisik dan mental.

Penjelasan Buddha tentang bagaimana kehidupan muncul dan berkembang di dunia kita secara mengejutkan mirip dengan bagian-bagian dari teori evolusi yang diajukan oleh Charles Darwin. Dalam Aganna Sutta, Buddha menceritakan pemunculan dan pembentukan kembali alam semesta dalam periode jutaan tahun yang tak terhitung lamanya dalam kaitannya dengan evolusi umat manusia, munculnya kebaikan dan kejahatan dalam masyarakat, dan bagaimana masyarakat berkembang. Buddha juga mengajarkan tentang bagaimana kehidupan yang pertama terbentuk di permukaan air di Bumi, dan lagi-lagi, selama jutaan tahun yang tak terhitung, organisme berkembang dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks. Semua proses ini tanpa mula dan akhir, dan bergerak karena sebab-sebab alamiah. Di dalam Brahmajala Sutta juga tercatat tentang bagaimana alam semesta yang lampau berakhir dan menjadi stabil, berkembang kembali dan stabil kembali dengan pemunculan makhluk-makhluk dari alam kehidupan yang berbeda.
 
Ketahuilah!
Buddha Masih Hidup!

Sebagian orang berpikir bahwa Buddha dilahirkan di India lebih dari 2.500 tahun yang lalu dan wafat 80 tahun kemudian. Buddha "manusia" ini hanyalah penampakan lahiriah dari Dhammakaya Buddha yang kekal adanya. Buddha yang sejati ini muncul di dunia kita dalam bentuk manusia tak berapa lama setelah Ajaran Kebenaran (Dharma) dilupakan oleh manusia.

Bagi mereka yang tidak mengerti, Buddha muncul untuk mati begitu saja. Seandainya saja pembimbing dan guru Anda yang terhormat wafat, bukankah hal ini akan membuat Anda mengandalkan diri Anda sendiri untuk melakukan kebajikan dan berjuang untuk mencapai kebebasan? Inilah tujuan dari "kematian" Buddha.

Bagi mereka yang mengerti, Buddha tidak pernah mati. Buddha adalah Kebenaran dan Kebenaran tidak pernah mati-kelahiran dan kematian tidak berkuasa atas Kebenaran. Bahkan setelah wujud manusia Buddha meninggal dunia, kita masih bisa melihat-Nya. Buddha bersabda, "Dia yang melihat Kebenaran melihat-Ku." (Itivuttaka 91). Lebih lanjut Buddha bersabda, "Ajaran dan Disiplin yang telah Kuberikan akan menjadi Guru kalian." (Mahaparinibbana Sutta 2:154).

Bahkan pada saat ini juga, Buddha yang akan datang sedang menunggu waktu bagi-Nya untuk muncul di dunia kita setelah Ajaran Kebenaran dilupakan orang. Dengan kata lain, selalu ada sesosok Buddha yang akan muncul untuk menolong dunia. Buddha sejati ini akan selalu dalam wujud manusia-Buddha yang abadi dan universal.
 
Buddha Dapat Menolong Anda!

Buddha mengasihi semua makhluk. Ia bersabda, "Atas dasar Welas Asih, Saya memeriksa seluruh dunia dengan mata-Buddha." (Majjhima Nikaya 1:169). Kapan saja seseorang membutuhkan bantuan atau siap menerima Ajaran Kebenaran, Buddha akan datang kepadanya. Namun, sering kali kita tidak tahu bahwa Buddha-lah yang membantu kita. Buddha bersabda, "Ingatlah, Ananda, ketika Saya sering memasuki suatu kumpulan ratusan orang penting, orang spiritualis, perumah tangga, orang dari agama lain, dan berbagai dewa, sebelum Saya duduk dan berbicara dengan mereka; Saya mengubah diri supaya tampak serupa dengan mereka, dan berbicara seperti mereka. Ketika Saya selesai mengajar mereka, mereka sangat bersukacita. Namun mereka tidak tahu siapakah Saya bahkan setelah Saya berlalu!" (Mahaparinibbana Sutta 1:109).

Kapan saja Anda dalam kesulitan, Anda bisa memandang kepada Buddha untuk mendapatkan pertolongan. Karena Ia bersabda, "Jangan takut, ketika engkau memandang-Ku, Aku akan membebaskanmu, seperti seseorang yang menyelamatkan seekor gajah yang terperosok di dalam lumpur." (Kisah Vakkali, Dhammapada Atthakatha 4:119).
 
Anda Dapat Menyelamatkan Diri Anda Sendiri!

Tidak seorang pun dapat menyelamatkan kita, kecuali diri kita sendiri! Ini adalah pesan penting yang diberikan Buddha kepada kita. Buddha bersabda, "Oleh diri sendiri kejahatan dilakukan; oleh diri sendiri seseorang menjadi tidak suci. Hanya oleh diri sendiri kejahatan dihentikan; hanya oleh diri sendiri seseorang menjadi suci. Suci dan tidak suci tergantung pada diri sendiri. Tak seorang pun dapat menyucikan orang lain." (Dhammapada 165).

Lebih lanjut, Buddha mengatakan bahwa kita bisa menjadi majikan bagi diri kita sendiri. "Seseorang adalah majikan bagi dirinya sendiri. Siapa lagi yang dapat menjadi majikannya? Jika seseorang terkendali dengan baik, dia menjadi tuan yang jarang adanya." (Dhammapada 160).

Kita semua ini pada hakikatnya adalah baik, demikian kata Buddha-keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin dalam kehidupan kita sehari-hari hanya untuk sementara waktu menyelubungi pikiran kita, "Pikiran kita ini adalah murni, namun terkotori oleh berbagai hal dari luar." (Anguttara Nikaya 1:10).

Dalam ajaran Buddha yang sejati, tidak ada hal-hal seperti dosa, perintah, penghakiman, surga abadi, atau neraka abadi. Hanya ada pikiran murni Buddha untuk kita capai. "Semua makhluk dapat menjadi Buddha." (Ratna-gotra-vibhaga 1).
 
Kebenaran Tidak Memerlukan Nama

Apakah ajaran Buddha itu agama atau filsafat? Ajaran Buddha tetaplah sedemikian rupa apa pun nama yang disematkan padanya. Nama tidaklah penting. Bahkan nama "Buddhisme" yang kita berikan untuk ajaran Buddha bukanlah hal yang penting. Kebenaran tidak memerlukan nama.
 
Pemurnian Pikiran

Ajaran Buddha tidak hanya menganjurkan untuk menghentikan semua kejahatan dan melakukan semua kebaikan, tetapi juga mengajarkan pemurnian pikiran-yang merupakan akar dari segala kebaikan dan kejahatan, serta sebab dari penderitaan maupun kebahagiaan sejati. Dewasa ini kita banyak mendengar tentang cara melatih kekuatan pikiran, ajaran Buddha adalah sistem pelatihan pikiran yang paling lengkap dan efektif yang ada di dunia ini.
 
Jangan Percaya Begitu Saja

Jangan percaya begitu saja akan apa yang engkau dengar;
Jangan percaya begitu saja akan tradisi, desas-desus, atau banyaknya omongan;
Jangan percaya begitu saja hanya karena hal itu tertulis di dalam kitab agamamu;
Jangan percaya begitu saja pada kewenangan guru-gurumu;
Namun melalui pengamatan dan analisis, jika engkau temukan bahwa suatu hal sesuai dengan nalar dan mendatangkan kebaikan dan manfaat bagi diri sendiri dan semua, maka terimalah dan hiduplah sesuai dengan hal tersebut.
 
Mukjizat Terbesar

Bagi Buddha, mukjizat hanyalah perwujudan fenomena yang tidak dipahami oleh orang pada umumnya. Mukjizat tidak dipandang sebagai ungkapan Pencerahan atau Kebijaksanaan. Walaupun Buddha sepenuhnya menguasai kemampuan batin, Ia tidak pernah menggunakan kekuatan-Nya untuk mendapatkan pengikut melalui kepercayaan membuta dan ketergantungan akan mukjizat. Ia mengajarkan bahwa mukjizat terbesar adalah perubahan orang yang gelap batin menjadi orang yang bijaksana.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.