• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Shalat Kewajiban atau kebutuhan ?

fildza

IndoForum Newbie D
No. Urut
32207
Sejak
2 Feb 2008
Pesan
71
Nilai reaksi
1
Poin
8
Assalamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Bismillahirahmanirrahiim

>:D<
Dalam sebuah kesempatan saya pernah bertanya pada ustadz tentang bagaimana kiat menjadikan shalat sebagai kebutuhan disamping sebagai kewajiban, sekaligus sebagai ungkapan rasa syukur dan wujud pengabdian kita kepada Sang Khalik.

Mendengar pertanyaan tersebut Pak Ustadz tampak mengangguk-angguk sementara bibirnya menyungging senyuman yang sulit ditebak maknanya. Saya dan teman-teman yang hadir saat itu diam terpaku menunggu jawaban beliau penuh rasa antusias.

“Baiklah”, akhirnya beliau bersuara setelah beberapa saat terdiam, “Sebelum Abah menjawab pertanyaan tersebut, perlu dicamkan bahwa inti kedekatan hubungan seseorang dengan Allah swt, sesungguhnya hanya dapat dirasakan oleh pribadi masing-masing umat sesuai ridla Allah swt pada dirinya”.

“Menjadikan shalat sebagai kebutuhan hidup tentu merupakan cita-cita yang sangat didambakan oleh segenap muslimin. Namun, ketika seseorang berkata “ingin menjadikan shalat sebagai kebutuhan”, dapat dipastikan bahwa saat itu ia tidak/belum merasakan shalat sebagai kebutuhan yang penyebabnya boleh jadi karena ia belum mampu menangkap berbagai nikmat yang terkandung dalam ibadah shalat.

“Seorang muslim mungkin saja mampu melaksanakan ibadah shalat secara rutin berdasarkan pertimbangan kewajiban yang suka maupun tidak mutlak harus dilaksanakan. Bertolak dari pemikiran tersebut, wajar sekali apabila dalam pelaksanaannya ia sulit memandang shalat sebagai sebuah kebutuhan hidup apalagi bisa merasakan nikmat shalat”.

Perlu diketahui bahwa rasa “membutuhkan” sangat erat kaitannya dengan rasa nikmat. Rasa membutuhkan akan timbul dengan sendirinya mengikuti berbagai kenikmatan, baik karena rasa cinta, ketergantungan maupun keinginan untuk memperoleh rasa aman dan nyaman serta hasrat untuk memiliki hal-hal yang memuaskan hatinya”.

Secara ringkas “kebutuhan” dapat timbul karena rasa cinta, rasa takut dan dorongan untuk menikmati bentuk kehidupan yang dianggap lebih menyenangkan dibanding sebelumnya”.

“Maka dari itu, siapapun tak perlu menghadirkan rasa “membutuhkan” akan sesuatu karena rasa membutuhkan tersebut akan hadir dengan sendirinya seiring dengan kecenderungan hati dan jiwa seseorang terhadap sesuatu. Lebih dari itu, orang malah cenderung berupaya melepaskan diri dari berbagai belengu kebutuhan yang konon terasa membebani hidupnya”.

“Coba saja perhatikan, apakah kalian pernah secara sengaja dan perlu berupaya keras menjadikan makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, pekerjaan, keamanan, pasangan hidup, kesenangan dll sebagai kebutuhan? Tidak bukan? Tanpa berusaha apapun kita semua sepakat bahwa semua itu adalah kebutuhan hidup karena kenyataannya kita memiliki rasa cinta, ketergantungan, ingin merasakan kenikmatan, takut pada penderitaan dan juga kepentingan terhadap hal-hal tersebut diatas.

“Dengan menyadari bahwa rasa “membutuhkan” hadir secara otomatis akibat dorongan rasa cinta, ketergantungan dan keinginan mengecap berbagai kenikmatan, maka pernyataan ingin “menjadikan shalat sebagai kebutuhan” jelas mengandung indikasi menyangkut 3 aspek penting yakni :

1. Bahwa yang bersangkutan tidak/belum sepenuhnya mencintai Allah (cintanya baru sebatas dalam pikiran, belum meresap ke hati), tidak rindu pada Allah dan belum menjadikan Allah sebagai tempat bergantung.

Perlu dipahami bahwa selain sebagai kewajiban ibadah, shalat diciptakan Allah sebagai kesempatan untuk “beraudiensi”, “bertatap muka”, “bercengkrama” antara Allah dengan umat-Nya (inni wajjahtu wajhiyaliladzi fatharassamawaati wal ardi..etc). Allah juga menjadikan shalat sebagai mekanisme dan momentum pemberian anugrah, pertolongan, nikmat, hiburan, pengobatan dll.

Firman Allah : “Hai orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat” (al-Baqarah 2:153)

Bahkan diriwayatkan Rasulullah saw pernah berkata pada Bilal ketika beliau merasa sedih karena sesuatu perkara: “Bilal, Hiburlah kami dengan shalat”. Dari ucapan Rasulullah tsb tampak jelas bahwa bagi Rasulullah ibadah shalat antara lain adalah anugrah pengobat duka lara.

2. Bahwa ibadah shalat baru dipandang yang bersangkutan sebagai kewajiban, yakni salah satu rukun Islam yang mempunyai konsekwensi pahala dan dosa sebagai implikasi keberadaan surga dan neraka.

Dengan pola pikir tsb, disadari atau tidak, pelaksanaan kewajiban shalat tak ubahnya sebagai kegiatan transaksi, bargaining activity, atas dasar perhitungan untung-rugi, atau, sekedar wujud ketidak berdayaan dan ketakutan sang mahluk terhadap superioritas kekuasaan Tuhannya.

3. Bahwa yang bersangkutan belum mengerti, belum memahami apalagi mendalami al-Qur’an, jarang memperhatikan tanda-tanda dan bukti-bukti kemaha besaran, kemaha welas-asihan, kemaha pemurahan dan kemaha pedulian Allah swt terhadap umat-Nya yang begitu luas tersebar disekitar kita.

Firman Allah: “Dari cara ibadahnya, ada 3 (tiga) golongan Mukmin yaitu: Golongan hamba sahaya, yakni mereka yang beribadah karena terpaksa akibat takut dan merasa tak berdaya; Golongan pedagang, yakni mereka yang beribadah atas dasar untung rugi sehingga tak nanti mau beribadah apabila dirasa tidak membawa keuntungan; serta Golongan Mukhlisin, yakni mereka yang beribadah dengan ikhlas dan semata-mata demi memperoleh ridla Allah”.

“Oleh sebab itu, jika kalian ingin shalat menjadi sebuah kebutuhan, kiatnya tak lain adalah mendekatkan diri pada Allah, bergantung/berserah diri pada Allah serta cintailah Allah swt melebihi apapun juga”.

“Apa yang kalian inginkan pasti tercapai sebagaimana janji-Nya yakni Allah akan ridla terhadap kita jika kita ikhlas pada-Nya, Allah akan lebih mendekat pada kita jika kita berusaha mendekati-Nya, Allah akan lebih peduli pada sang mahluk jika sang makhluk sabar dan tawakal pada-Nya, dan …….anugrah Allah akan jadi semakin tak berhingga jika sang mahluk takwa dan mencintai-Nya”.

“Sesuai peribahasa “tak kenal maka tak sayang”, bila ingin di sayang Allah maka kitapun harus pula sayang pada-Nya; untuk menyayangi-Nya kita mutlak harus mengenal-Nya; untuk mengenalnya kita harus banyak membaca dan mengerti firman-firman-Nya dilanjutkan dengan sikap patuh dan taat pada semua petunjuk dan perintah-Nya”.

“Saran Abah, lipatgandakanlah kesempatan membaca dan memahami firman-firman Allah dalam al-Qur’an, beribadahlah dengan ikhlas, sabar dan tawakallah dalam menjalani qadar yang ditetapkan-Nya. Dengan melakukan semua itu, dan berkat izin-Nya, kalian serta merta akan cinta pada-Nya, merindukan-Nya, bergantung pada-Nya, ingin selalu dekat pada-Nya dan sejak saat itu kalian akan rasakan apa yang dinamakan “nikmat shalat”. Dengan menrasakan nikmat shalat, tanpa kalian sadari ibadah shalat akan menjadi sebuah kebutuhan utama dalam hidup kalian, bukan lagi sekedar melaksanakan kewajiban agama”.

Wallahualam bisawab,
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.