• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

SERULING KEMATIAN

Angela

IndoForum Addict A
No. Urut
88
Sejak
25 Mar 2006
Pesan
41.566
Nilai reaksi
23
Poin
0
TIDAK ADA KATA MAAF UNTUK PENGKHIANATAN PKI
SERULING KEMATIAN











Anak Jenderal Achmad Yani Lihat Bapaknya Diseret, Sebelum Peristiwa G30S PKI Ada Suara Seruling


SERULING KEMATIAN
Amelia Yani putri dari pahlawan revolusi Jenderal Achmad Yani

Sebagai saksi hidup peristiwa mencekam Gerakan 30 September 1965 atau diketahui G30S PKI, sosok puteri Jenderal Achmad Yani mengungkapkan bagaimana sang ayah jadi tumbal Revolusi
Ia adalah Amelia Achmad Yani, putri ketiga dari delapan bersaudara dari Jenderal Achmad Yani & Yayuk Rulia.
Masih lekat diingatannya saat ia beusia 7 tahun, bagaimana ia menjalani masa kecilnya bersama sang ayah, seorang Pahlawan Revolusi Indonesia.
Bahkan, menjelang peristiwa G30S PKI ia mengaku merasakan suasana yg berbeda dari biasanya.
Terutama untuk pengawalan ayahnya ditambah dari Batalyon yg lebih seram gayanya.


SERULING KEMATIAN
Selama makan siang, keluarganya mengatakan Amelia Achmad Yani sering bersama di dalam ruangan makan.

Disana sang ibu sering bicara soal politik, namum Jenderal Achmad Yani tidak suka bicara banyak
Saat akan membicarakan soal Bung Karno, sang Ayah mengpakai bahasa Belanda Tua.
Sementara saat bercanda, Jenderal Achmad Yani sering pakai bahasa Jawa ke keluarga.

SERULING KEMATIAN
Disebutkan Amelia Achmad Yani, G30S PKI sebagai penghianat bukanlah sebagai pemberontak. Karena, antara Pengkhianatan & Pemberontak sangat berbeda.
"Kalau pemberontak itu masih berhadapan seperti bapak saya saat dengan Achmad Husein. Sedangkan, penghianat menculik pagi-pagi, membunuh & membuang," ujarnya dikutip dari Kanal Youtube Ahmad Nowmenta Putra, Kamis (30/9/2021).

SERULING KEMATIAN
Ia juga mengungkapkan pada 30 September malam itu, dirinya mendengar dua kali dering telepon, ada orang main seruling diluar yg tidak dicurigai, lalu ajudan sang ayah & Batalyon Polisi Militer diminta pulang.


"Jadi kita saat itu cuma bersama 12 orang Pasukan saja, sementara ibu saya di Taman Suropati, di rumah dinas," katanya.

SERULING KEMATIAN
Kemudian, besok pagi harinya pada 1 Oktober menjelang subuh sekitar 200 orang, terdiri dari Cakrabirawa & pemuda rakyat berbaju hijau.

"Mereka masuk & turun dari truk langsung menyita senjata, rumah sudah dikepung cuma untuk mengambil satu orang yg sedang tidur. Lalu, adik saya membangunkan bapak & bapak saya bangun terjadilah dialog yg kasar bentak-bentak saya. Pada denger yg didalam, adik saya bangun & ngumpet dibawah mesin jahit," ceritanya.

SERULING KEMATIAN
Kemudian, jenderal Achmad Yani marah & memukul mereka (Cakrabirawa) kemudian menutup pintu kaca.

"Mereka lalu menembak lewat jendela kaca & bapak jatuh. Itulah suara halilintar, suara tembakan beruntun," katanya.
Amelia Achmad Yani jadi saksi mata & melihat secara langsung Jenderal Achmad Yani diseret dari ruang makan.

"Saya lihat bapak saya lewat depan saya dengan mata terpejam, tetapi kami tidak tahu apakah bapak sudah meninggal atau belum. Bapak diseret kakinya, kami lalu mengejar bapak dibelakang mereka. Mereka bilang kalau anak-anak tidak masuk akan ditembak semua. Bapak dibopong & badannya dilempar ke truk," katanya.

Kejadian yg berlangsung hitungan detik itu menciptakan kondisi rumah berantakan, darah berceceran dimana-mana & mereka menangis tak ada yg menolong.

SERULING KEMATIAN
Jenderal Achmad Achmad Yani

"para tentara yg jaga seperti patung seperti ga mengerti dengan apa yg terjadi," ungkap Amelia Achmad Yani.
Saat peristiwa tersebut, Amelia Achmad Yani tak mengetahui dibawa kemana Jenderal Achmad Yani dibawa kemana, hingga akhirnya baru diketahui dibawa hingga ke Lubang Buaya.
"Pagi, ibu datang jerit-jerit minta carikan bapak & pingsan. Kita bopong kedalam ibu, lalu ibu sempat mengambil darah bapak & diusapkan ke badannya. Kita tanya ibu kenapa, ibu jawab kalau bapak udah ga ada. Ibu terpukul pagi itu & dikamar saja, karena tidak melihat suaminya diambil & diculik," katanya.
Akhirnya, Amelia Achmad Yani & keluarga dibawa ke letak pengungsian di Pasar Minggu, dikala itu belum ada listrik.
Ia kemudian mencari infromasi keberadaan Jenderal Achmad Yani melalui transister yg dirinya punya supaya mendapatkan berita.
Sampai akhirnya, Ibunya meminta semua saudara-saudaranya mengikhlaskan Jenderal Achmad Yani yg sudah meninggal.
"Kita nangis semuanya, terus ibu bilang sudahlah yg penting doakan bapak supaya tenang. Ibu sempat harap lihat jasad bapak tetapi tidak dibolehkan oleh Om Bardi (Ajudan Jenderal Achmad Yani)," katanya.

SERULING KEMATIAN
Malam itu, jasad dibawa ke RSPAD untuk dibersihkan. Tenyata, suasana disana seram sekali, bau kemenyan, bau mayat & semua tentara menangis.


"Malam itu jam 12 semua nangis & keesokan harinya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Sepanjang ke Taman Makam Pahlawan jadi lautan manusia, semua menangis & berdoa. Dari sana saya merasa kehilangan bapak begitu besar," katanya.
Amelia Achmad Yani sempat tumbang karena sakit. Karena, ia akui kalau terguncang pikiran & batin atas peristiwa mengerikan itu.
Ia mengalami trauma mendalam apalagi saat menjelang magrib, sering kali dirinya teriak-teriak karena mengira ada yg datang. Ini terjadi setiap hari.
"Karena ibu tahu saya sakit, baju bapak saya yg digantung dikamar diambil semua begitu juga baju bapak yg masih ada darah juga disimpan. Sampai akhirnya, untuk penyembuhan dokter dari RSPAD meminta untuk dibawa keluar dulu, makanya saya ke Inggris ikut kuliah sebentar," ungkapnya.
SERULING KEMATIAN
SERULING KEMATIAN


Amelia Achmad Yani pernah menempuh pendidikan di Fakultas Sastra Jurusan Antropologi, Universitas Indonesia jadi Duta Besar Indonesia untuk Bosnia.

PKI ADALAH PENGKHIANAT BUKAN PEMBERONTAK,TAK ADA KATA MAAF UNTUK PENGKHIANAT

PEMBERONTAKAN ADALAH SEPERTI GAM DLL.....MEREKA BERTEMPUR DENGAN GAGAH BERANI WALAU TERKADANG MEMAKAI TAKTIK GERILYA,SEDANGKAN PENGKHIANATAN ADALAH MEREKA YANG DENGAN KEJI MENUSUK DARI BELAKANG
SERULING KEMATIAN
Hari ini 01:27
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.