• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Serial PADMAKUMARA & HUM (Lanjutan dari Padmakumara) oleh Maha Acarya Lu Sheng Yen

Sekedar yang saya tahu, ajaran BUDDHA aliran THERAVADA tetap konsisten pada konsep bahwa setelah parinibbana (anupadisesa nibbana/nibbana tanpa sisa), maka seorang arahat tidak terlahirkan kembali di alam manapun, dan itulah akhir dari penderitaan.

Selama masih ada kelahiran kembali (di alam manapun), maka penderitaan tetap ada (minimal penderitaan karena kematian, walaupun di beberapa alam tidak ada sakit dan tua)...

@ dilbert : sy setuju dengan yang anda tulis ttg konsep dari theravada. namun inti dari pertanyaan saya ada apakah nibbana/nirvana itu ada atau tidak ?

kita semua sepakat kalo nibbana itu bukan alam so kalo di lahirkan di suatu alam mk pasti akan mengalami lahir, tua , sakit dan mati tapi kan nibbana kita sepakati itu bukan alam so apakah bisa dipakai ?

saya rasa dan saya yakin kalo konsep nibbana/nirvana dalam theravada dan mahayana itu tidak bertentang, hanya saja kita yg belom sampe ke tahap untuk mengenalnya lebih dalam.

karena sakyamuni buddha sendiri pun ketika ditanya ttg nibbana/nirvana ini, beliau hanya diam saja. dan ini termasuk pertanyaan yg tidak dijwb oleh buddha sakyamuni

Sedangkan di aliran MAHAYANA dan TANTRA/VAJRAYANA, masih dikenal konsep TRIKAYA yang sering dipersepsikan bahwa setelah parinibbana, seorang ARAHAT (BUDDHA) hanya berakhir di Nirmanakaya (tubuh penjelmaan) sedangkan Dharmakaya dan Sambhogakaya-nya masih eksis.

@ dilbert : kalo sdr setuju dengan konsep ini maka maslah MAster Lu minum kopi dgn Sakyamuni Buddha bisa dijawab bahwa mereka berada dalam kondisi tubuh trikaya tsersebut. karena tantrayana yang dipelajari dan di ajari oleh Master Lu merupakan bagian dari mahayana sebagaimana perjalanan sejaarah bahwa tantrayana merupakan pecahan/sub bagian dari mahayana
 
bro joke,jika kalau anda hanya bisa menunjukkan yang buruk2 tentang aliran2 dalam agama budha buat apa? apa jangan2 anda ini bukan budhis? mau itu ajaran dikategorikan seperti apa toh ada umat dan pengikutnya
-----------------------------
saya melihat anda ini sepertinya ada dendam dengan master lu bisa anda bilang anda ada dendam apa sehingga anda ngotot cari2 kesalahan master lu?
-----------------------------
jika kalau anda tidak setuju,kan bisa anda ambil ajaran2 master lu yang dianggap melenceng,tetapi pakai kaidah agama budha dari pandangan berbagai aliran yah..... setuju
----------------------------
anda hanya menyebarkan kebencian dan fitnah sana sini,padahal kita semua tau yah,bro siao yang bilang itu ada betulnya,bahwa kalau pengadilan di amrika sana belum menjatuhkan vonis apapun terhadap master lu lantas kenapa anda seperti sibuk menyebarkan gosip dan fitnah yang tidak ada buktinya? jika kalau memang master lu nantinya terbukti bersalah oleh pengadilan lalu apakah beliau akan ditinggalkan sama pengikutnya???? belum tentu,setiap master atau pemimpin aliran mempunyai kharisma didepan para pengikutnya,dan saya yakin master lu tidak bersalah,bahkan yang telah saya cek ke teman2 saya bahwa master lu pernah mendapat warga kehormatan negara bagian washington,ini gelar nga sembarangan punya,yang pernah kena tilang saja nga bisa dapat,apa lagi yang masuk pengadilan,lalu disini kita lihat,master lu tidak pernah disidangkan kasus nya,ini menunjukkan bahwa bukti-bukti beliau melakukan kejahatan tidak pernah ada atau pun buktinya lemah dan mengada-ngada saja
--------------------------------
terakhir,apakah jangan - jangan anda ini anaknya shc?????????:P:P:P:P:P:-O:-O:-O:-O:-O##$%%%&^*%&&*^*)*()(*&_)(*
only joke bro:P:D
 
bro joke,jika kalau anda hanya bisa menunjukkan yang buruk2 tentang aliran2 dalam agama budha buat apa? apa jangan2 anda ini bukan budhis? mau itu ajaran dikategorikan seperti apa toh ada umat dan pengikutnya
-----------------------------
saya melihat anda ini sepertinya ada dendam dengan master lu bisa anda bilang anda ada dendam apa sehingga anda ngotot cari2 kesalahan master lu?
-----------------------------
jika kalau anda tidak setuju,kan bisa anda ambil ajaran2 master lu yang dianggap melenceng,tetapi pakai kaidah agama budha dari pandangan berbagai aliran yah..... setuju
----------------------------
anda hanya menyebarkan kebencian dan fitnah sana sini,padahal kita semua tau yah,bro siao yang bilang itu ada betulnya,bahwa kalau pengadilan di amrika sana belum menjatuhkan vonis apapun terhadap master lu lantas kenapa anda seperti sibuk menyebarkan gosip dan fitnah yang tidak ada buktinya? jika kalau memang master lu nantinya terbukti bersalah oleh pengadilan lalu apakah beliau akan ditinggalkan sama pengikutnya???? belum tentu,setiap master atau pemimpin aliran mempunyai kharisma didepan para pengikutnya,dan saya yakin master lu tidak bersalah,bahkan yang telah saya cek ke teman2 saya bahwa master lu pernah mendapat warga kehormatan negara bagian washington,ini gelar nga sembarangan punya,yang pernah kena tilang saja nga bisa dapat,apa lagi yang masuk pengadilan,lalu disini kita lihat,master lu tidak pernah disidangkan kasus nya,ini menunjukkan bahwa bukti-bukti beliau melakukan kejahatan tidak pernah ada atau pun buktinya lemah dan mengada-ngada saja
--------------------------------
terakhir,apakah jangan - jangan anda ini anaknya shc?????????:P:P:P:P:P:-O:-O:-O:-O:-O##$%%%&^*%&&*^*)*()(*&_)(*
only joke bro:P:D


anaknya shc dengan siapa ?
 
anaknya shc dengan siapa ?

dengan siapa lagi :D:D:D:D yang dianggap master tuuu

mana bapak ku mana hehehehehe...

menrt kakak gatotkoco saya menyebarkan yang jelek2 ttg lsy..
ehm,, ak ngk menyebarkan ak hanya mengutip,, yang nyebarin itu ya yg buat web n yang merasa memang DIA JALAN NYA SALAH,
kalo merasa ngk salah ngapain menangapin POST saya,,
saya ngk mengharap ada yang menanggapi,.
ttg LSY mau dia jelek mau di baik,ato mau dia salah EGP,,ak cuman meliat perbandingan yang ada.. :D:D:D:)):))
 
Rumusan Oleh Dewan Sangha Buddhis Sedunia

Pada tahun 1966, Dewan Sangha Buddhis Sedunia atau World Buddhist Sangha Council (WBSC) terbentuk di Colombo, Sri Lanka pada bulan Mei. WBSC merupakan organisasi internasional non-pemerintah yang keanggotaannya terdiri dari sangha-sangha dari seluruh dunia.

WBSC memiliki perwakilan dari tradisi Theravada, Mahayana, dan Vajrayana, yang berasal dari berbagai negara yaitu: Australia, Bangladesh, Kanada, Denmark, Perancis, Jerman, Hong Kong, India, Indonesia, Jepang, Korea, Macao, Malaysia, Mongolia, Myanmar, Nepal, New Zealand, Philipina, Singapura, Sri Lanka, Sweden, Taiwan, Thailand, Inggris dan Amerika Serikat.

Pada Kongres WBSC Pertama, salah satu pendirinya, Sekretaris-jendral, almarhum Y.M. Pandita Pimbure Sorata Thera meminta Y.M. Walpola Rahula untuk memberikan rumusan ringkas untuk mempersatukan tradisi-tradisi yang berbeda, yang kemudian secara bulat disetujui oleh Dewan. Inilah sembilan “Pokok-Pokok Dasar Pemersatu Theravada dan Mahayana”:

1.
Sang Buddha hanyalah satu-satunya Guru dan Penunjuk Jalan.

2.
Kami berlindung dalam Ti Ratana (Buddha, Dhamma, dan Sangha).[1]

3.
Kami tidak mempercayai dunia ini diciptakan dan diatur oleh tuhan.[2]

4.
Kami mengingat bahwa tujuan hidup adalah mengembangkan belas kasih untuk semua makhluk tanpa diskriminasi dan berusaha untuk kebaikan, kebahagiaan, dan kedamaian mereka; dan untuk mengembangkan kebijaksanaan yang mengarah pada perealisasian Kebenaran Tertinggi.Kami menerima Empat Kebenaran Arya, yaitu dukkha, penyebab timbulnya dukkha, padamnya dukkha, dan jalan menuju pada padamnya dukkha; dan menerima hukum sebab dan akibat (Paticcasamuppada/ Pratityasamutpada).

5.
Segala sesuatu yang berkondisi (sankhara / samskara) adalah tidak kekal (anicca / anitya) dan dukkha, dan segala sesuatu yang berkondisi dan yang tidak berkondisi (dhamma) adalah tanpa inti, bukan diri sejati (anatta / anatma).

6.
Kami menerima Tigapuluh Tujuh (37) kualitas yang membantu menuju Pencerahan (Bodhipakkhika Dhamma / Bodhipaksa Dharma) sebagai segi-segi yang berbeda dari Jalan yang diajarkan oleh Sang Buddha yang mengarah pada Pencerahan.

7.
Ada tiga jalan mencapai bodhi atau Pencerahan: yaitu sebagai Savakabuddha / Sravakabuddha, sebagai Paccekabuddha / Pratyekabuddha, dan sebagai Samyaksambuddha / Sammasambuddha. Kami menerimanya sebagai yang tertinggi, termulia dan terheroik untuk mengikuti karir Bodhisattva dan untuk menjadi seorang Sammasambuddha dalam rangka menyelamatkan makhluk lain. [3]

8.
Kami mengakui bahwa di negara yang berbeda terdapat perbedaan pandangan kepercayaan-kepercayaan dan praktik Buddhis. Bentuk dan ekspresi luar ini seharusnya tidak boleh dicampuradukkan/dikelirukan (perlu dipisahkan) dengan esensi/inti ajaran-ajaran Sang Buddha.


Perluasan Rumusan

Pada tahun 1981 Y.M. Walpola Sri Rahula mengajukan alternatif rumusan yang mengacu pada 9 dasar dalam rumusan terdahulu. Rumusan tersebut berisi:

1.
Apapun aliran, kelompok atau sistem kami, sebagai Buddhis kami semua menerima Sang Buddha sebagai Guru kami yang memberikan kami ajaranNya.

2.
Kami semua berlindung pada Tiga Permata (Tiratana): Sang Buddha, Guru kami; Dhamma, ajaranNya; dan Sangha, Komunitas para Arya (suciwan). Dengan kata lain, kami berlindung pada Pengajar, Pengajaran, dan Hasil Pengajaran.

3.
Baik Theravada ataupun Mahayana, kami tidak mempercayai bahwa dunia ini diciptakan dan diatur oleh tuhan atas kehendaknya.

4.
Mengikuti keteladanan Sang Buddha, Guru kami yang merupakan perwujudan dari Belas kasih Agung (Maha Karuna) dan Kebijaksanaan Agung (Maha Prajna), kami menyadari bahwa tujuan dari hidup adalah untuk mengembangkan belas kasih bagi semua makhluk hidup tanpa diskriminasi dan untuk bekerja untuk kebaikan, kebahagiaan, dan kedamaian mereka; dan untuk mengembangkan kebijaksanaan yang mengarah pada realisasi Kebenaran Tertinggi.

5.
Kami menerima Empat Kebenaran Mulia yang diajarkan oleh Sang Buddha, yaitu, Dukkha, kebenaran bahwa keberadaan kita di dunia ini berada dalam kesukaran, tidak kekal, tidak sempurna, tidak memuaskan, penuh dengan konflik; Samudaya, kebenaran bahwa kondisi-kondisi ini merupakan hasil dari sifat egois kita yang mementingkan diri sendiri berdasarkan pada ide yang salah mengenai diri; Niroda, kebenaran bahwa adanya kepastian akan kemungkinan pelepasan, pembebasan, kemerdekaan dari kesukaran ini dengan pemberantasan secara total sifat egois yang mementingkan diri sendiri; dan Magga, kebenaran bahwa pembebasan ini dapat dicapai melalui Jalan Tengah yang terdiri dari delapan faktor, yang mendorong ke arah kesempurnaan akan kemoralan (sila), disiplin mental (samadhi), dan kebijaksanaan (panna).

6.
Kami menerima hukum semesta sebab akibat yang terdapat dalam Paticcasamuppada (Skt. Pratityasamutpada, Sebab Musabab Yang Saling Bergantungan), dan oleh karena itu kami menerima bahwa segala sesuatu bersifat relatif, saling berhubungan, saling berkaitan dan tidak ada yang mutlak, tetap, dan kekal di alam semesta ini.

7.
Kami memahami, berdasarkan pada ajaran Sang Buddha, bahwa segala sesuatu yang berkondisi (sankhara) adalah tidak kekal (anicca), tidak sempurna dan tidak memuaskan (dukkha), dan segala sesuatu yang berkondisi dan tidak berkondisi (dhamma) adalah bukan diri/ tanpa inti (anatta).

8.
Kami menerima Tigapuluh Tujuh kualitas yang berguna bagi pencapaian Pencerahan (Bodhipakkhiya Dhamma) sebagai beragam aspek yang berbeda dari Jalan yang diajarkan oleh Sang Buddha yang mendorong ke arah Pencerahan, yaitu:
1.
Empat Bentuk Landasan Perhatian Benar (Pali: satipatthana; Skt. smrtyupasthana);
2.
Empat Daya Upaya Benar (Pali. sammappadhana; Skt. samyakpradhana);
3.
Empat Dasar Kekuatan Batin (Pali. iddhipada; Skt. rddhipada);
4.
Lima Macam Kemampuan (indriya: Pali. saddha, viriya, sati, samadhi, panna; Skt. sraddha, virya, smrti, samadhi, prajna);
5.
Lima Macam Kekuatan (bala: saddha, viriya, sati, samadhi, panna; Skt. sraddha, virya, smrti, samadhi, prajna);
6.
Tujuh Faktor Pencerahan Agung (Pali. bojjhanga; Skt. bodhianga);
7.
Delapan Ruas pada Jalan Mulia (Pali. ariyamagga; Skt. aryamarga).

9.
Ada tiga jalan untuk mencapai Bodhi atau Pencerahan Agung berdasarkan pada kemampuan/kecakapan dan kapasitas dari masing-masing individu, yaitu: sebagai seorang Sravaka (Yang melaksanakan ajaran Sammasambuddha ), sebagai seorang Pratyekabuddha (Buddha Yang tidak memberikan pengajaran) dan sebagai seorang Samyaksambuddha (Buddha Yang Sempurna). Kami menerima jika mengikuti karir seorang Boddhisattva adalah untuk menjadi seorang Samyaksambuddha dalam rangka menyelamatkan yang lain, merupakan sesuatu yang tertinggi, mulia dan paling heroik. Tetapi ketiga kondisi ini berada dalam Jalan yang sama, tidak berada dalam jalan yang berbeda. Sesungguhnya, Sandhinirmocana Sutra, salah satu sutra Mahayana yang penting, secara jelas dan tegas mengatakan bahwa mereka yang mengikuti garis Sravaka-yana (Wahana Sravaka) atau garis Pratyekabuddha-yana (Wahana Pratyekabuddha) atau garis Para Tathagata (Mahayana) mencapai Nibbana tertinggi dengan Jalan yang sama, dan oleh karena itu bagi mereka semua hanya ada satu Jalan Pemurnian (visuddhi-marga) dan hanya satu Pemurnian (visuddhi) dan tidak ada yang lain, dan oleh karena itu mereka bukanlah jalan yang berbeda dan pemurnian yang berbeda, dan oleh karena itu Sravakayana dan Mahayana merupakan Satu Wahana, Satu Yana (eka-yana) dan bukanlah wahana atau yana yang berbeda.

10.
Kami mengakui bahwa dalam negara-negara yang berbeda ada perbedaan mengenai tata cara hidup dari para biarawan Buddhis, kepercayaan dan praktik, upacara dan ritual-ritual, seremonial, adat istiadat dan kebiasaan umat Buddha yang bersifat umum. Bentuk eksternal (luar) dan ekspresi ini semestinya tidak boleh dicampuradukkan/dikelirukan (perlu dipisahkan) dengan esensi/inti ajaran-ajaran Sang Buddha.

Rumusan Lain

Ada beberapa tokoh ataupun sarjana Buddhis yang juga merumuskan persamaan ajaran antara Theravada dan Mahayana yang isinya sebagian besar sama dengan rumusan WBSC.

Y.M. K. Sri Dhammananda memberikan rumusan seperti berikut:

1.
Kedua aliran menerima Buddha Sakyamuni sebagai Guru.
2.
Empat Kebenaran Arya adalah sama persis dikedua aliran.
3.
Jalan Utama Berunsur Delapan adalah sama persis dikedua aliran.
4.
Paticcasamuppada atau ajaran akan Sebab-Musabab Yang Bergantungan adalah sama persis dikedua aliran.
5.
Kedua aliran menolak ide akan “makhluk tertinggi” yang menciptakan dan mengatur dunia ini.
6.
Kedua aliran menerima Anicca, Dukkha, Anatta dan Sila, Samadhi, Panna tanpa adanya perbedaan.


Rumusan dari Oo Maung:

1.
Kesamaan dalam menerima Empat Kebenaran Arya.
2.
Kesamaan dalam menerima Jalan Utama Berunsur Delapan.
3.
Kesamaan dalam menerima Paticcasamuppada atau Sebab-Musabab Yang Bergantungan.
4.
Kesamaan dalam menerima Anicca, Dukkha, Anatta.
5.
Kesamaan dalam menerima Sila, Samadhi, Panna.
6.
Kesamaan dalam menolak konsep tuhan tertinggi.

Rumusan dari Tan Swee Eng:

1.
Buddha Sakyamuni merupakan pendiri Buddhisme yang asli dan berdasarkan sejarah.
2.
Tiga Corak Universal (Dukkha, Anica, dan Anatta), Empat Kebenaran Arya, Jalan Utama Berunsur Delapan, dan 12 rantai Sebab-Musabab Yang Bergantungan, merupakan fondasi dasar bagi seluruh aliran Buddhisme termasuk aliran Tibet dari Vajrayana.
3.
Tiga unsur latihan yaitu Kemoralan (sila), Meditasi (samadhi) dan Kebijaksanaan (prajna) adalah hal yang universal bagi semua aliran.
4.
Pengorganisasian Ajaran Buddha / Dharma terbagi menjadi tiga klasifikasi (Sutra/Sutta, Vinaya, dan sastra) terdapat pada kanon Buddhis di berbagai negara.
5.
Konsep pikiran melampaui materi. Pikiran sebagai hal yang mendasar dari penjinakan dan kontrol adalah hal yang fundamental bagi semua aliran.


Penutup

Dengan rumusan pokok-pokok dasar pemersatu ini, diharapkan kita dapat memahami ciri khas ajaran yang ada dalam Buddhisme yang membedakan agama besar ini dengan agama atau kepercayaan lainnya yang ada di dunia. Kita dapat memahami bahwa meskipun terdapat perbedaan antar aliran, namun memiliki ajaran pokok yang sama yang apabila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dapat mengarahkan kita pada akhir penderitaan, Nibbana / Nirvana.

--End--



Catatan:

1.
Berlindung dalam Ti Ratana bukan berarti berserah diri. Buddha dalam pengertian Guru pembimbing, dimana Sakyamuni Buddha adalah Buddha Sejarah. Dan Buddha dalam pengertian Kesadaran. Dhamma dalam pengertian Kebenaran ataupun Ajaran Buddha. Sangha dalam pengertian persaudaraan / perkumpulan para Bhikkhu Arya.
2.
tuhan yang dimaksud adalah yang memiliki definisi: berpersonal, pencipta semesta, prima causa, ayah/ibu dari semua makhluk, paramatman, yang maha segalanya.
3.
Savakabuddha: pencapaian Pencerahan melalui mendengar ajaran dari Sammasambuddha. Paccekabuddha: pencapaian Pencerahan dengan usaha sendiri tanpa mengajar. Sammasambuddha: pencapaian pencerahan dengan usaha sendiri dan mengajar.

Literatur:

1.
The Heritage of the Bhikkhu; Walpola Rahula; New York, Grove Press, 1974; hal. 100, 137-138.
2.
Two Main Schools of Buddhism; K. Sri Dhammananda; Brickfields, Kuala Lumpur.
3.
Common Ground Between Theravada and Mahayana Buddhism; Tan Swee Eng; www.buddhanet.net
4.
Theravada Versus Mahayana; Oo Maung, 2006

Disusun oleh: Bhagavant.com
 
Bagi yang INGIN BERDEBAT maka silahkan ke FA bro JOKE sudah MEMBUKA LAPAK disana :D

Dengan judul: Lu Shen Yen master buddha ,apa bener???

Linknya: https://www.forum.or.id/showthread.php?t=75353

Jangan biarkan FR TERCEMAR dengan AMARAH dan KEBENCIAN,,, luapkan di FA >:D<

Entah kenapa BRO JOKE tidak MEMNGUMUMKAN hal ini,,,, apa karena pengetahuan BUDDHA di FA sedikit :P
 
salam bro semua

ini agak aneh yah,sangha dunia bikin pernyataan bahwa dunia tidak diatur oleh tuhan dan diciptakan tuhan,padahal kita tau di indo tuh menjunjung tuhan yang maha esa,so kalau sampai budhist sendiri dikalangan agama di indo tidak mengakui maka niscaya apa yang akan terjadi????
----------------------------------------------------------
tolong lah pernyataan yang kira2 bisa memojokkan agama budha sendiri di indonesia ini jangan pernah dikemukan,karena bisa jadi artinya berlawanan dengan prinsip ketuhanan yang maha esa
----------------------------------------------------------
makanya,ini sori aja,kalo pernyataan sangha dunia saya nilai tidak berbobot dan bisa menyebabkan permusuhan terhadap agama budha di indonesia ini,karena kita diindonesia ini biar beragama budha tetap mengakui ketuhanan yang maha esa,karena kita berasaskan pancasila,ingat ituuuuuuuuu
----------------------------------------------------------------------

makanya kumpulan shangha dunia ini rada ngaco dan ngawur kalau bikin semacam fatwa,karena ini dampaknya luas dan pengaruhnya besar terhadap umat dan ajaran beragama di indonesia,seharusnya mereka menyatakan kepercayaan ketuhanan itu disesuaikan dengan prinsip-prinsip setiap negara yang mengakui adanya keragaman umat beragama,termasuk agama budha di dalam negara2 yang mengakui
----------------------------------------------------------------------

jadi ingat lah,bahwa budha sakyamuni sendiri pun tidak pernah mengeluarkan semacam fatwa,dan dimasa sekarang ini kenapa harus para pengikut ajaran budha mengeluarkan fatwa,yang diembel-embeli oleh bahwa ada semacam segala sesuatu ajaran yang menyangkut ajaran budha harus wbc atau apalah itu sebutannya melalui dan harus sesuai dengan fatwa yang mereka keluarkan?:-O
----------------------------------------------------------------------

ingat juga kata2 dari sakyamuni budha guru agung kita semua,bahwa dharma yang diajarkan hanya lah segenggam ditangannya saja,masi banyak dharma yang belum diajarkan dan belum terjawab..... lalu dimasa sekarang,begitu banyak sekte yang masi mengakui ajaran dari sakyamuni budha,tetapi cara menginterpretasikannya berbeda tetapi masi dalam koridor budha dharma yaitu: tidak berbuat kejahatan,berusaha berbuat kebajikan,berusaha menyucikan hati dan pikiran,dan menjalankan sepenuh hati ajaran para budha,lalu harus yah melalui fatwa dan keputusan sekumpulan para shangha yang diwakilkan dari masing-masing shangha tiap negara?????
---------------------------------------------------------------------
ingat lah,para sangha tidak boleh terlibat politik apapun juga,termasuk mempolitisir ajaran budha sakyamuni,ini menurut saya sekarang ini sudah dipolitisir oleh yang "berkepentingan" untuk menyatakan ini murni dan itu sesat ajarannya,apa dasarnya bilang suatu ajaran itu sesat dan murni???
tripitaka,sutra,sutta,dhammapada??????
----------------------------------------------------------------------
ingat para saudara ku yang beragama budha,kita lihat,kita dengar,kita pikirkan,kita praktekkan,kita dapatkan manfaat nya untuk semua mahluk dan diri kita,itu lah ajaran budha yang sejati dan tidak berpihak,setuju????????

:D:D:D>:D<>:D<>:D<
 
Di Indonesia ada tiga aliran yang sudah membuka center:

Nyingma, Kagyu dan Gelug.

Di Jakarta:

Pusat Dharma Zurmang Kagyud Jakarta [Kagyu]
Jl. Cideng Barat No.8
Jakarta Pusat 10140
Tlp. (+62)(21) 93026889

Yayasan Serlingpa [Gelug]
d/a Jl. Hasyim Ashari 27
10130 Jakarta
Indonesia

Habis gini di Jakarta ada center Karma Kagyu baru.....

Kalau anda mau ikut yang Allen Hou ya gapapa, karena dia udah keluar dari Zen Fo Zong. Tapi jauh lebih baik apabila anda pergi ke Yayasan Serlingpa atau Pusat Dharma Zurmang Kagyud Jakarta.
 
Ajaran buddha dhamma

Banyak aliran yang menyatakan dirinya sebagai salah satu aliran Agama Buddha. Tetapi kalau kita teliti, ternyata perbedaan antara satu aliran dan aliran yang lain sangat besar. Bahkan, ada yang mengajarkan hal yang bertentangan dengan yang diajarkan aliran lain. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Kriteria apa yang bisa kita jadikan pedoman untuk menentukan mana ajaran yang benar dan yang salah?
Pangeran Sidhartta dilahirkan pada abad ke 6 S.M. Sejak mencapai Penerangan Agung pada usia 35 tahun sampai wafat pada usia 80 tahun, Beliau mengisi hidupnya dengan memberi khotbah dan mengajar. Selama 45 tahun Buddha berbicara kepada semua lapisan masyarakat: raja dan putri, brahmin, petani, pengemis, kaum terpelajar dan rakyat biasa.

Ajaran yang diberikan disesuaikan dengan pengalaman, tingkat pengertian, kemampuan pikiran dan kematangan batin para pendengarnya. Karena itu sangatlah wajar jika terjadi banyak perbedaan. Karena satu orang dengan yang lain mendengar ajaran yang berbeda. Pemahamannyapun berbeda. Meskipun, semua ajaran itu mengalir menuju tempat yang sama.

Buddha mendirikan persamuan para Bhikkhu dan Bhikkhuni, dan menetapkan peraturan disiplin yang disebut VINAYA untuk membimbing persamuan tersebut. Ajaran-ajaran Buddha sendiri disebut DHAMMA. Dharma berasal dari percakapan-percakapan dan khotbah-khotbah yang diberikan kepada para bhikkhu, bhikkhuni, dan masyarakat awam.

Tiga bulan setelah Buddha parinirvana, para murid dekatnya mengadakan pertemuan di Rajagaha. Y.A.Maha Kasyapa, bhikkhu tertua yang paling dihormati, memimpin pertemuan tersebut. Dua tokoh penting yang ahli dalam dua bidang yang berbeda : DHAMMA dan VINAYA juga hadir. Y.A.Ananda, teman dan pengikut terdekat Buddha selama 25 tahun, dengan bakat ingatan yang luar biasa, dapat mengucapkan kembali apa yang telah dikhotbahkan oleh Buddha. Seorang lagi adalah Y.A.Upali, yang mengingat semua peraturan Vinaya.

Sebelum Buddha mencapai parinirvana, Beliau memberitahu Y.A.Ananda bahwa jika SANGHA (persamuan bhikkhu) menghendaki, beberapa peraturan yang kurang penting dapat diubah. Tetapi pada waktu itu Y.A.Ananda diliputi oleh kesedihan yang sangat menekan karena Buddha hampir wafat, sehingga tidak terpikir untuk menanyakan kepada Sang Guru peraturan mana yang termasuk dalam peraturan yang kurang penting itu.

Karena tidak tercapai kesepakatan mengenai apa yang disebut sebagai peraturan yang kurang penting, akhirnya Y.A.Maha Kasyapa menetapkan bahwa tidak satupun dari peraturan disiplin yang dibuat oleh Buddha boleh diubah dan tidak ada peraturan baru yang boleh dibuat. Tiada alasan yang hakiki yang diberikan. Namun Y.A.Maha Kasyapa pernah mengatakan satu hal: “Jika kita merubah peraturan ini, orang akan berkata bahwa murid-murid Yang Ariya Gotama merubah peraturan bahkan sebelum api perabuan jenazahnya berhenti menyala.”

Memang, tiga bulan setelah Buddha parinirvana tidak dirasa perlu untuk merubah peraturan, sebab perubahan-perubahan politik, ekonomi atau sosial dalam masa yang singkat itu hampir tidak ada. Tetapi 100 tahun berikutnya, saat diadakan pertemuan yang kedua, beberapa bhikkhu merasa perlu untuk mengadakan perubahan atas peraturan yang kurang penting tersebut.

Para bhikkhu yang ortodoks mengatakan bahwa tidak ada perubahan yang perlu diadakan, sedangkan yang lainya mendesak adanya perubahan beberapa peraturan. Akhirnya kelompok bhikkhu yang ingin mengadakan perubahan meninggalkan persamuan dan membentuk MAHASANGHIKA - Persamuan Agung -. Sekalipun disebut Mahasanghika, himpunan ini tidak dikenal sebagai Mahayana.

Pada pertemuan kedua ini hanya hal-hal yang berhubungan dengan Vinaya saja yang dibahas dan tidak dilaporkan adanya perdebatan mengenai Dhamma.

Pada abad ke-3 S.M. selama pemerintahan Raja Asoka, pertemuan ketiga dilangsungkan untuk membicarakan perbedaan-perbedaan pendapat diantara para bhikkhu dari berbagai sekte. Dalam pertemuan ini perbedaan-perbedaan itu tidak hanya dibatasi pada Vinaya tetapi juga berkenaan dengan Dhamma. Ajaran buddha kemudian berkembang dan terbagi menjadi banyak sekte.

Dengan perjalanan waktu yang panjang, variasi antar satu sekte dengan sekte yang lain semakin luas. Sekte-sekte dalam Agama Buddha ibarat agama-agama kecil dalam satu agama besar. Dewasa ini banyak yang dibingungkan oleh kehadiran kelompok-kelompok yang mengajarkan suatu ajaran dengan mengatasnamakan Buddhisme. Orang bertanya-tanya, Apakah kelompok ini adalah salah satu aliran Buddhisme? Apakah aliran ini merupakan aliran sesat? Apakah ajaran ini merupakan ajaran yang diajarkan oleh Sang Buddha? Dan sebagainya.

Timbullah kebutuhan untuk membuat pokok-pokok pemersatu antara 2 aliran besar Theravada dan Mahayana. Perlu ada definisi, ajaran seperti apa yang bisa disebut sebagai ajaran Buddha yang benar. Definisi ini mempersatukan berbagai aliran Buddhis sekaligus menjaga kemurnian ajaran Buddha. Supaya orang tidak salah mengerti tentang apa yang sesungguhnya diajarkan oleh Buddha. Biarpun, tentu saja, pedoman itu hanya mencakup garis besar ajaran saja.

Ada banyak versi pokok-pokok pemersatu yang pernah dilontarkan. Tetapi dari semuanya itu, bisa dirangkum bahwa semua aliran Agama Buddha mengajarkan:
1. Menerima Sakyamuni Buddha sebagai Guru.
2. Empat Kesunyataan Mulia.
3. Jalan Mulia Beruas Delapan.
4. Pratitya Samutpadda atau sebab musabab yang saling bergantungan.
5. Menolak gagasan adanya Dewa tertinggi yang menciptakan dan menguasai dunia.
6. Menerima Anitya, Dukkha dan Anatman dan Sila, Samadhi dan Prajna.
Aliran Theravada mengajarkan ke-enam pokok ajaran tersebut. Aliran Mahayana menambahkan penekanan pada ajaran tentang bodhicitta. Aliran Tantrayana atau Tibetan mengajarkan ke-enam pokok ajaran tersebut ditambah bodhicitta dan meditasi tantra.

Rambu-rambu ini sangat berguna. Jika tidak ada rambu-rambu, dengan mudahnya orang tersesat saat mempelajari ajaran Buddha. Akan ada banyak orang yang menyatakan bahwa ia mengajarkan ajaran Buddha padahal yang ia ajarkan bertentangan dengan ajaran Buddha yang sesungguhnya. Bukan tidak mungkin seorang yang berjubah bhikkhu/bhiksu memberikan ajaran yang bertentangan dengan kitab suci karena ketidaktahuannya atau karena mempunyai tujuan yang tidak baik. Jika ini terjadi, masyarakat akan memandang rendah Agama Buddha.

Akan tetapi, saat Y.A. Anna Kondanna mendapatkan mata dharma, memahami sepenuhnya ajaran Buddha, beliau tidak mendengar banyak teori dan doktrin-doktrin yang dipelajari oleh banyak umat buddha. Bhante Anna Kondanna hanya mendengar inti ajaran yang menjadi fondasi seluruh ajaran Buddha yaitu tentang penderitaan atau dukkha. Dengan pemahaman tentang dukkha, bhante Anna Kondanna memahami seluruh pokok utama ajaran Buddha.

Ini membuktikan bahwa meskipun doktrin-doktrin atau pokok-pokok ajaran itu cukup penting, tetapi bukan doktrin yang bisa membawa seseorang pada pemahaman dharma yang sejati. Doktrin atau pokok-pokok ajaran hanyalah alat bantu. Penembusan dharma hanya bisa dicapai dengan perkembangan batin. Kemampuan untuk membebaskan diri dari kemelekatan. Kemampuan untuk melenyapkan keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin. Kemampuan untuk melepas.

Sebelum parinibbana, Buddha pernah berkata: “Ada kemungkinan, bahwa di antara kalian ada yang berpikir: `Berakhirlah kata-kata Sang Guru; kita tidak mempunyai seorang Guru lagi.` Tetapi, Ananda, hendaknya tidak berpikir demikian. Sebab apa yang telah Aku ajarkan sebagai Dhamma dan Vinaya, Ananda, itulah kelak yang menjadi Guru-mu, ketika Aku pergi.” (Mahaparinibbana Sutta, Digha Nikaya 16)

Dengan demikian setelah Buddha parinibbana, tidak ada pengganti diriNya selain Dhamma dan Vinaya.

Jauh sebelum Parinibbana, Buddha juga telah memberikan batasan mengenai apa-apa saja yang termasuk dalam Dhamma dan Vinaya. Tetapi Buddha mempunyai penekanan yang berbeda ketika memberikan pedoman untuk membedakan mana yang merupakan ajaran Sang Buddha dan mana yang bukan, yang mana Dhamma dan yang mana Vinaya.

Dalam Gotami Sutta (Anguttara Nikaya VIII. 53), Buddha menjelaskan kepada Y.A. Mahapajapati Gotami:

Bila, Gotami, engkau mengetahui hal-hal secara pasti hal-hal ini:
1. Menuju pada nafsu, bukan pada tanpa-nafsu.
2. Menuju pada kemelekatan, bukan pada tanpa-kemelekatan.
3. Menuju pada pengumpulan, bukan pada pelepasan.
4. Menuju pada memiliki banyak keinginan, bukan pada memiliki sedikit keinginan.
5. Menuju pada ketidakpuasan, bukan pada kepuasan.
6. Menuju pada suka berkumpul, bukan pada kesendirian.
7. Menuju pada kelambanan, bukan pada kebangkitan semangat.
8. Menuju pada kehidupan yang mewah, bukan pada kesederhanaan`
- tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti:
`Ini bukanlah Dhamma; ini bukanlah Vinaya; ini bukanlah Ajaran Sang Guru.`

Tetapi, Gotami, bila engkau mengetahui hal-hal secara pasti hal-hal ini:
1. Menuju pada tanpa-nafsu, bukan pada nafsu.
2. Menuju pada tanpa-kemelekatan, bukan pada kemelekatan.
3. Menuju pada pelepasan, bukan pada pengumpulan.
4. Menuju pada memiliki sedikit keinginan, bukan pada memiliki banyak keinginan.
5. Menuju pada kepuasan, bukan pada ketidakpuasan.
6. Menuju pada kesendirian, bukan pada suka berkumpul.
7. Menuju pada kebangkitan semangat, bukan pada kelambanan.
8. Menuju pada kesederhanaan, bukan pada kehidupan mewah
- tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti:
`Ini adalah Dhamma; ini adalah Vinaya; ini adalah Ajaran Sang Guru.`

Begitu juga dalam SatthuSasana Sutta (Anguttara Nikaya VII. 80), Sang Buddha menjelaskan kepada Y.A. Upali :

Upali, jika engkau mengetahui tentang hal-hal tertentu: `Hal-hal ini tidak membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana` - dari ajaran-ajaran seperti itu engkau bisa merasa yakin: Ini bukan Dhamma; ini bukan Vinaya; ini bukan Ajaran Sang Guru.`

Tetapi Upali, jika engkau mengetahui tentang hal-hal tertentu: `Hal-hal ini membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana` - dari hal-hal semacam itu engkau bisa merasa yakin: Inilah Dhamma; inilah Vinaya; inilah Ajaran Sang Guru.`

Dari petunjuk Buddha berupa kriteria Dhamma dan Vinaya dalam Gotami Sutta maupun SatthuSasana Sutta kita bisa menganalisa, meneliti berbagai macam ajaran yang kita temui dewasa ini, sehingga kita bisa menemukan mana yang menyimpang dari ajaran Buddha, mana yang tidak. Semoga kebingungan kita akan pembedaan antara mana yang merupakan ajaran Sang Guru Buddha atau bukan, yang merupakan Dhamma dan Vinaya atau bukan, serta yang merupakan aliran Buddhisme atau bukan, dapat kita ketahui dan pahami.
 
"Mereka yang menganggap tercela terhadap apa yang sebenarnya tidak tercela dan
menganggap tidak tercela terhadap apa yang sebenarnya tercela, maka orang yang menganut
pandangan salah seperti itu akan masuk ke alam sengsara". (Dhammapada, Niraya Vagga no. 13)
"Mereka yang mengetahui apa yang tercela sebagai tercela, dan apa yang tidak tercela
sebagai tidak tercela, maka orang yang menganut pandangan benar seperti itu akan masuk ke alam bahagia" (Dhammapada, Niraya Vagga no. 14)
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.