• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Sejarah natal

netralman

IndoForum Newbie A
No. Urut
24136
Sejak
18 Okt 2007
Pesan
267
Nilai reaksi
5
Poin
18
SEJARAH NATAL


Oleh : Herbert W. Armstrong​


Kata Christmas (Natal) yang artinya Mass of Christ atau disingkat Christ-Mass, diartikan sebagai hari untuk merayakan kelahiran “Yesus”. Perayaan yang diselenggarakan oleh non-Kristen dan semua orang Kristen ini berasal dari ajaran Gereja Kristen Katholik Roma. Tetapi, dari manakah mereka mendapatkan ajaran itu ? Sebab Natal itu bukan ajaran Bibel (Alkitab), dan Yesus pun tidak pernah memerintah para muridnya untuk menyelenggarakannya. Perayaan yang masuk dalam ajaran Kristen Katholik Roma pada abad ke-4 ini berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala.

Karena perayaan Natal yang diselenggarakan di seluruh dunia ini berasal dari Katholik Roma, dan tidak memiliki dasar dari kitab suci, maka marilah kita dengarkan penjelasan dari Katholik Roma dalam Catholic Encyclopedia, edisi 1911, dengan judul : Christmas, Anda akan menemukan kalimat yang berbunyi sebagai berikut :

”Christmas was not among the earliest festivals of Church...the first evidence of the feast is from Egypt. Pagan customs centering around the January calends gravitated to Christmas”.

Artinya : “Natal bukanlah upacara Gereja yang pertama….melainkan ia diyakini berasal dari Mesir. Perayaan yang diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus” [selesai].

Dalam Ensiklopedi itu pula, dengan judul Natal Day; Bapak Katholik pertama mengakui bahwa :

”In the Scriptures, no one is recorded to have kept a feast or held a great banquet on his birthday. It is only sinners (like Pharaoh and Herod) who make great rejoicings over the day in which they were born into this world”.

Artinya : “Di dalam kitab suci, tidak ada seorang pun yang mengadakan upacara atau menyelenggarakan perayaan untuk merayakan hari kelahiran Yesus. Hanyalah orang-orang kafir saja (seperti Fir’aun dan Herodes) yang berpesta-pora merayakan hari kelahirannya di dunia ini” [selesai].

Encyclopedia Britanica yang terbit tahun 1946 menjelaskan sebagai berikut :

”Christmas was not among the earliest festival of the church…. It was not instituted by Christ or the apostles, or by Bible authority, it was picked up afterward from paganism”.

Artinya : “Natal bukanlah upacara gereja abad pertama. Hal ini tidak pernah diselenggarakan oleh Yesus atau para muridnya, ataupun otoritas Bibel. Upacara ini diambil oleh gereja dari kepercayaan penyembah berhala” [selesai].

Encyclopedia Americana terbitan tahun 1944 juga menyatakan berikut :

”Christmas.... It was, according to many authorities, not celebrated in the first centuries of the Christian church, as the Christian usage in general was to celebrate the death of remarkable persons rather than their birth...” (The “Communion”, which is instituted by New Testament Bible authority, is a memorial of the death of Christ). “…A feast was established in memory of this event [Christ’s birth] in the fourth century. In the fifth century the Western Church ordered it to be celebrated forever on the day of the old Roman feast of the birth of Sol, as no certain knowledge of the da of Christ’s birth existed”.

Artinya : “Menurut para ahli, pada abad-abad permulaan, Natal tidak pernah dirayakan oleh gereja Kristen. Pada umumnya, umat Kristen hanya merayakan hari kematian orang-orang terkemuka saja, dan tidak pernah merayakan harikelahrian orang tersebut...”. (”Perjamuan Suci” yang tertera dalam Kitab Perjanjian Baru, hanyalah untuk mengenang hari kematian Yesus). ”...Perayaan Natal yang dianggap sebagai hari kelahiran Yesus, mulai diresmikan pada abad keempat Masehi. Dan pada abad kelima Masehi, Gereja Barat memerintahkan kepada umat Kristen untuk merayakan hari kelahiran Yesus, yang diambil dari hari pesta bangsa Romawi yang merayakan hari Kelahiran Sol (Dewa Matahari). Sebab tidak seorang pun yang mengetahui hari kelahiran Yesus” [selesai].

Sekarang perhatikan ! Fakta sejarah telah membeberkan kepada kita bahwa mulai lahirnya gereja Kristen pertama sampai dua ratus atau tiga ratus tahun kemudian – jarak waktu yang lebih lama dari umur negara Amerika Serikat – upacara Natal tidak pernah dilakukan oleh umat Kristen. Baru setelah abad keempat, perayaan ini mulai diselenggarakan oleh orang-orang Kristen Barat, Kristen Roma, dan Gereja. Menjelang abad kelima, Gereja Roma memerintahkan untuk merayakan sebagai hari raya umat Kristen yang resmi.

YESUS TIDAK LAHIR PADA TANGGAL 25 DESEMBER

Sungguh sangat mustahil jika Yesus dilahirkan pada musim dingin [1]. Sebab Injil Lukas 2:11 menceritakan suasana di saat kelahiran Yesus sebagai berikut :

“Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada mereka : ”Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa : Hari ini telah lahir bagimu Juru selamat, yaitu Kristus, di kota Daud” [selesai].

Tidak mungkin para penggembala ternak itu berada di padang Yudea pada bulan Desember. Biasanya, mereka melepas ternak ke padang dan lereng-lereng gunung. Paling lambat tanggal 15 Oktober, ternak tersebut sudah dimasukkan ke kandangnya untuk menghindari hujan dan hawa dingin yang menggigil. Bibel sendiri dalam Perjanjian Lama, kitab Kidung Agung 2; dan Ezra 10:9,13 menjelaskan bahwa bila musim dingin tiba, tidak mungkin para gembala dan ternaknya berada di padang terbuka di malam hari.

Adam Clarke mengatakan :

”It was an ancient custom among Jews of those days to send out their sheep to the field and desert about Passover (early spring), and bring them home at commencement of the first rain” [Adam Clarke Commentary, Vol. 5, Page 370, New York].

Artinya : “Adalah kebiasaan lama bagi orang-orang Yahudi untuk menggiring domba-domba mereka ke padang menjelang Paskah (yang jatuh awal musim semi), dan membawanya pulang pada permulaan hujan pertama” [selesai].

Adam Clarke melanjutkan :

“During the time they were out, the shepherds watch them night and day. As….the first rain began early in the month of Marchesvan, which answers to part of our October and November (begins sometimes in October), we find that the sheep were kept out in the open country during the whole summer. And, as these shepherd had not yet brought home their flocks, it is presumptive argument that October had not yet commenced, and that, consequently, our Lord was not born on the 25th of December, when no flock were out in the fields; nor could He have been born later than September, as the flocks were still in the fields by night. On this very ground, the Nativity in December should be given up. The feeding of the flocks by night in the fields is a chronological fact… See the quotations from the Talmudists in the Lightfoot”.

Artinya : “Selama domba-domba berada di luar, para penggembala mengawasinya siang dan malam. Bila...hujan pertama mulai turun pada bulan Marchesvan, atau antara bulan Oktober dan Nopember, ternak-ternak itu mulai dimasukkan ke kandangnya. Kita pun mengetahui bahwa domba-domba itu dilepas di padang terbuka selama musim panas. Karena para penggembala belum membawa pulang domba-dombanya, berarti bulan Oktober belum tiba. Dengan demikian dapatlah diambil kesimpulan bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember, ketika tidak ada domba yang berkeliaran di padang terbuka. Juga tidak mungkin dia lahir setelah bulan September, karena di bulan September inilah domba-domba masih berada di padang waktu malam. Dari berbagai bukti yang ada, kemungkinan lahir di bulan Desember itu harus disingkirkan. Memberi makan ternak di malan hari di padang gembalaan adalah fakta sejarah....sebagaimana yang diungkapkan oleh Talmud dalam bab ”Ringan Kaki” [selesai].

Dalam ensiklopedi manapun atau juga dalam kitab suci Kristen sendiri akan mengatakan kepada kita bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember. Catholic Encyclopdia sendiri secara tegas dan terang-terangan mengakui fakta ini.

Tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan hari kelahiran Yesus yang sebenarnya. Jika kita meneliti dari bukti-bukti sejarah dan kitab suci Kristen sendiri, saya bisa mengambil kesimpulan bahwa Yesus lahir pada awal musim gugur – yang diperkirakan jatuh pada bulan September – atau sekitar 6 bulan setelah hari Paskah.

Jika Tuhan menghendaki kita untuk mengingat-ingat dan merayakan hari kelahiran Yesus, niscaya Dia tidak akan menyembunyikan hari kelahirannya.

Proses Natal Masuk ke Gereja

NewSchaff – Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge dalam artikelnya yang berjudul “Christmas” menguraikan dengan jelas sebagai berikut :

“How much the date of the festival depended upon the pagan Brumalia (Dec. 25) following the Saturnalia (Dec. 17-24), and celebrating the shortest day of the year and ‘the new sun’…can not be accurately determined. The pagan Saturnalia and Brumalia were too deeply entrenched in popular custom to be set aside by Christian influence… The pagan festival with its riot and marrymaking was so popular that Christians were glad of an excuse to continue its celebration with little change in spirit and in manner. Christian preachers of the West and the Near East protested against the unseemly frivolity with which Christ’s birthday was celebrated, while Christians of Mesopotamia accused their Western brethren of idolatry and sun worship for adopting as Christian this pagan festival”.

Artinya : “Sunguh banyak tanggal perayaan yang terkait pada kepercayaan pagan/penyembah berhala Brumalia (25 Desember) sebagai kelanjutan dari perayaan Saturnalia (17 – 24 Desember), dan perayaan menjelang akhir tahun, serta perayaan menyambut kelahiran matahari baru….tidak dapat ditentukan secara pasti (jumlahnya). Adat kepercayaan pagan Brumalia dan Saturnalia sudah berurat berakar dan populer tersebut dalam adat istiadat tersebut diambil oleh Kristen. Perayaan ini dilestarikan oleh Kristen dengan sedikit mengubah jiwa dan tata caranya. Para pendeta Kristen di Barat dan Timur Dekat menentang perayaan kelahiran Yesus yang meniru agama berhala ini. Di samping itu, Kristen Mesopotamia menuding Kristen Barat telah mengadopsi model penyembahan terhadap dewa Matahari” [selesai].

Perlu diingat ! Menjelang abad pertama sampai abad keempat Masehi, dunia dikuasai oleh imperium Romawi yang paganis politeisme. Sejak agama Kristen masih kecil sampai berkembang pesat, para pemeluknya dikejar-kejar dan disiksa oleh penguasa Romawi. Setelah Konstantin naik tahta menjadi kaisar, kemudian memeluk agama Kristen pada abad keempat Masehi, dan menempatkan agama sejajar dengan agama kafir Roma, banyak rakyat yang berbondong-bondong memeluk agama Kristen.

Tetapi karena mereka sudah terbiasa merayakan hari kelahiran dewa-dewanya pada tanggal 25 Desember, mengakibatkan adat tersebut sulit dihilangkan. Perayaan ini adalah pesta-pora dengan penuh kemeriahan, dansangat disenangi oleh rakyat. Mereka tidak ingin kehilangan hari kegembiraan seperti itu. Oleh karena itu, meskipun sudah memeluk agama Kristen, mereka tetap melestarikan upacara adat itu. Di dalam artikel yang sama – New Schaff – Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge menjelaskan bagaimana kaisar Konstantin tetap merayakan hari “Sunday” sebagai hari kelahiran dewa matahari. Dan bagaimana pengaruh kepercayaan kafir Manichaeisme yang menyamakan Anak Tuhan (Yesus) identik dengan ”Matahari”. Kemudian pada abad keempat masehi, kepercayaan itu masuk dalam agama Kristen. Sehingga perayaan hari kelahiran Sun-God (Dewa Matahari) yang jatuh pada tanggal 25 Desember, diresmikan menjadi hari kelahiran Son of God (Anak Tuhan – yaitu Yesus).

Demikianlah asal-usul ”Christmas” atau Natal yang dilestarikan oleh dunia barat sampai sekarang. Walaupun namanya diubah menjadi selain Sun-Day, Son of God, Christmas, dan Natal; pada hakekatnya sama dengan merayakan hari kelahiran dewa matahari. Sebagai contoh, kita bisa saja menamakan kelinci itu dengan nama singa, tetapi bagaimanapun juga fisiknya tetap kelinci.

Marilah kita kembali membaca Encyclopedia of Brittanica yang mengatakan sebagai berikut :

“Certain Latins, as early as 354, may have transferred the birthday from January 6th to December 25, which was then a Mithraic feast….. or birthday of the unconquered Sun… The Syrians and Armenians, who clung to January 6th, accused the Romans of suns worship and idolatry, contending…that the feast of December 25th, had been invented by disciples of Cerinthus…”.

Artinya : “Kemungkinan besar bangsa Latin/Roma sejak tahun 354 telah mengganti hari kelahiran dewa Matahari dari tanggal 6 Januari ke 25 Desember, yang merupakan dari kelahiran anak dewa Mitra atau kelahiran dewa Matahari yang tidak terkalahkan. Tindakan ini mengakibatkan orang-orang Kristen Syiria dan Armenia marah-marah. Karena sudah terbiasa merayakan hari kelahiran Yesus pada tanggal 6 Januari, mereka mengecam bahwa perayaan tanggal 25 Desember itu adalah hari kelahiran Dewa Matahari yang dipercayai oleh bangsa Romawi. Penyusupan ajaran ini ke dalam agama Kristen, dilakukan oleh Cerinthus” [selesai].



Diambil dari : The Plain Truth About Christmas oleh Herbert W. Armstrong (1892 - 1986 – Worldwide Church of God, California USA 1984.
 
In Defense of Christmas

by Brother André Marie

Today’s skeptics, who seem to reject something traditional just because it’s traditional, cannot sit still during the holy season of Christmas without mocking the notion that Christ would have been born on December 25th. If it were just the unbelievers who engaged in this mockery, it would be expected, since unbelievers, by their very nature, are not expected to believe. More troubling is the fact that, like evolution and all other modern atheistic fantasies, this one has seeped through the all-too narrow wall separating Catholics from the rest of the world. The anti-Christmas myth, which makes a myth out of Christmas, is being foisted on Catholic children as fact. To benefit these, and any Christian who respects piety, history, Scripture, and Tradition, we present our defense of Christmas.

Since there is no date for the Nativity recorded in Holy Scripture, we rely on the testimony of the Church Fathers and of history to get an answer to the question, “When did Christmas take place?”

First, let us see the essential significance of the Savior’s birth at the time usually attributed to it. The winter solstice, the astronomical event which recurs every year, is traditionally said to be the birthday of the Messias. To elucidate the meaning of this fact, we will turn to Saint Gregory of Nyssa (+ 385 or 386): “On this day, which the Lord hath made, darkness decreases, light increases, and night is driven back again. No, brethren, it is not by chance, nor by any created will, that this natural change begins on the day when He shows Himself in the brightness of His coming, which is the spiritual Life of the world. It is Nature revealing, under this symbol, a secret to them whose eye is quick enough to see it; to them, I mean, who are able to appreciate this circumstance, of our Savior’s coming. Nature seems to me to say: “Know, oh man! that under the things which I show thee, mysteries lie concealed. Hast thou not seen the night, that had grown so long, suddenly checked? Learn hence, that the black night of Sin, which had reached its height, by the accumulation of every guilty device, is this day, stopped in its course. Yes, from this day forward, its duration shall be shortened until at length there shall be naught but Light. Look, I pray thee, on the Sun; and see how his rays are stronger and his position higher in the heavens: Learn from that how the other Light, the Light of the Gospel, is now shedding itself over the whole earth.” (Homily On the Nativity)

Saint Augustine, a Western Father, concurs with Gregory, the Easterner: “Let us, my brethren, rejoice, this day is sacred, not because of the visible sun, but because of the Birth of Him Who is the invisible Creator of the sun. He chose this day whereon to be born, as He chose the Mother of whom to be born, and He made both the day and the Mother. The day He chose was that on which the light begins to increase, and it typifies the work of Christ, who renews our interior man day by day. For the eternal Creator, having willed to be born in time, His birthday would necessarily be in harmony with the rest of creation.” (Sermon On the Nativity of Our Lord iii) Similar sentiments are echoed by St. Ambrose, St. Leo, St. Maximus of Turin, and St. Cyprian.

To further the beauty of this mysterious agreement between grace and nature, Catholic commentators have shown this to be a marvellous fulfilment of the utterance of St. John the Baptist, the Voice who heralded the Word: “He must increase, but I must decrease.” Literally fulfilled by the ending of the Precursor’s mission and the beginning of the Savior’s, this passage had its spiritual fulfillment in the celebration of John’s feast on the 24th of June, three days after the summer solstice. As St. Augustine put it: “John came into this world at the season of the year when the length of the day decreases; Jesus was born in the season when the length of the day increases.” (Sermon In Natali Domini xi).

Lest anyone find all this Astronomy to reek of paganism, we remind him that in Genesis, it is recorded: “And God said: Let there be lights made in the firmament of heaven, to divide the day and the night, and let them be for signs, and for seasons, and for days and years: To shine in the firmament of heaven, and to give light upon the earth. ” Further, the Magi, those holy men from the East, who came to greet the Expectation of the Nations, were led thence by a star.

“But,” you may say, “the winter solstice is on the 21st of December, not the 25th.” Correct. But if, from the time of the Council of Nicea (325) to that of Gregory XIII’s reform of the calendar (1582), there was a 10 day discrepancy between the calendar and the actual astronomical pattern governing it, then it is entirely possible that a four-day discrepancy had occurred between our Lord’s birth and the Council. We illustrate this possibility as follows: The calendar that many of the Greek schismatics still follow (the Julian calendar), is presently fourteen days off from the Gregorian. This additional four day discrepancy from Gregory’s time has happened over about 400 years.

But now for the meat of the issue: when did it happen? According to St. John Chrysostom, the foundation for the Nativity occurring on the 25th of December is a strong one. In a Christmas Sermon, he shows that the Western Chruches had, from the very commencement of Christianity, kept the Feast on that day. This fact bears great weight to the Doctor, who adds that the Romans, having full access to the census taken by Augustus Caesar (Luke 2, 1) — which was in the public archives of the city of Rome — were well versed in their history on this point. A second argument he adduces thusly: The priest Zachary offered incense in the month of Tisri, the seventh of the Hebrew calendar, corresponding with the end of our September or the beginning of our October. (This he most likely knew from details of the temple rites which were transmitted to him by a living tradition, supported by Holy Scripture.) At that same time, St. Luke tells us that Elizabeth conceived John the Baptist. Since, according to the Bible, Our Blessed Lady conceived in the sixth month of Elizabeth’s pregnancy (the end of March: when we celebrate the Feast of the Incarnation), then she gave birth nine months later: the end of December.

Having no reason to doubt the great Chrysostom, or any of the other Fathers mentioned; in fact, seeing objections issued only by heretics and cynics, we agree with the learned Doctor and conclude that, by God’s Providence, His Church has correctly commemorated the Feast of His Nativity.

Further, as the continuity of the Old Testament with the New Testament was preserved in two of the principal feasts of the New: Easter corresponding to the Pasch and Pentecost to Pentecost (same name in both dispensations), it would have been unlikely for the Birth of the Eternal God into our world not to have had a corresponding feast in the Old Testament. Until the time of the Machabees, when the temple was re-dedicated after its desecration by the Greek Antiochus IV, Antiochus Epiphanes (see 1 Machabees 4). One hundred and sixty-seven years before Jesus, the commemoration was instituted according to what was written: “And Judas, and his brethren, and all the church of Israel decreed, that the day of the dedication of the altar should be kept in its season from year to year for eight days, from the five and twentieth day of the month of Casleu, with joy and gladness.” (I Macc. 4, 59) To this day, Jews celebrate the twenty-fifth of Casleu (or Kislev, as they say) as the first night of Hannukah. This year (5757 in the Jewish calendar), 25 Casleu was on December 12. Even though the two calendars are not in sync, Christmas and Hannukah are always in close vicinity. With the Festival of Lights instituted less than two centuries before Our Lord’s advent, the Old Testament calendar joined nature in welcoming the Light of the world on his birthday.

As for the objection, “Jesus couldn’t have been born in the winter, since the shepherds were watching their flocks, which they couldn’t have done in winter”: This is really no objection. Palestine has a very mild climate, and December 25 is early enough in winter for the flocks and the shepherds to be out. The superior of our monastery, Brother Francis Maluf, grew up 30 miles from Beirut, which has the same climate as Bethlehem, both being near the Mediterranean coast, and he has personally testified to this fact.

Source : http://www.catholicism.org/defense-of-christmas.html]

Link tambahan
Calculating Christmas
 
Kata Christmas (Natal) yang artinya Mass of Christ atau disingkat Christ-Mass, diartikan sebagai hari untuk merayakan kelahiran “Yesus”. Perayaan yang diselenggarakan oleh non-Kristen dan semua orang Kristen ini berasal dari ajaran Gereja Kristen Katholik Roma. Tetapi, dari manakah mereka mendapatkan ajaran itu ? Sebab Natal itu bukan ajaran Bibel (Alkitab), dan Yesus pun tidak pernah memerintah para muridnya untuk menyelenggarakannya. Perayaan yang masuk dalam ajaran Kristen Katholik Roma pada abad ke-4 ini berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala.

Iman Katolik tidak hanya didasarkan pada kitab suci saja. Silakan baca link dan artikel yang aku berikan tentang pembahasan perayaan natal berasal dari upacara penyembah berhala.

Karena perayaan Natal yang diselenggarakan di seluruh dunia ini berasal dari Katholik Roma, dan tidak memiliki dasar dari kitab suci, maka marilah kita dengarkan penjelasan dari Katholik Roma dalam Catholic Encyclopedia, edisi 1911, dengan judul : Christmas, Anda akan menemukan kalimat yang berbunyi sebagai berikut :

”Christmas was not among the earliest festivals of Church...the first evidence of the feast is from Egypt. Pagan customs centering around the January calends gravitated to Christmas”.

Artinya : “Natal bukanlah upacara Gereja yang pertama….melainkan ia diyakini berasal dari Mesir. Perayaan yang diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus” [selesai].

Mari kita melihat apa yang dikatakan Catholic Encylopedia : Christmas

Early celebration

Christmas was not among the earliest festivals of the Church. Irenaeus and Tertullian omit it from their lists of feasts; Origen, glancing perhaps at the discreditable imperial Natalitia, asserts (in Lev. Hom. viii in Migne, P.G., XII, 495) that in the Scriptures sinners alone, not saints, celebrate their birthday; Arnobius (VII, 32 in P.L., V, 1264) can still ridicule the "birthdays" of the gods.

Alexandria

The first evidence of the feast is from Egypt. About A.D. 200, Clement of Alexandria (Stromata I.21) says that certain Egyptian theologians "over curiously" assign, not the year alone, but the day of Christ's birth, placing it on 25 Pachon (20 May) in the twenty-eighth year of Augustus. [Ideler (Chron., II, 397, n.) thought they did this believing that the ninth month, in which Christ was born, was the ninth of their own calenda.]…

Ini adalah kutipan yang lebih lengkap pada kalimat pertama dan kalimat kedua(lihat yang dibold). Sang penulis hanya mengutip sebagian, sehingga mengaburkan makna yang sesungguhnya.Dari kutipan diatas, memang dikatakan bahwa Natal [tidak ada] diantara festival pada masa awal Gereja. Irenaeus dan Tertullian mengabaikan dari daftar feast mereka. Namun setelah ditelusuri lebih jauh, terlihat bahwa kutipan tersebut memiliki makna yang berbeda dari yang dimaksudkan.

Kalimat kedua bisa dibaca lebih lengkap di link CE. Konteks kalimat tersebut berbeda dan tampaknya penulis sengaja menggabungkan bagian kalimat tersebut untuk mendukung pernyataannya (i.e. bahwa Natal berasal dari perayaan pagan)

Liturgy and custom

Cards and presents


Pagan customs centering round the January calends gravitated to Christmas. Tiele (Yule and Christmas, London, 1899) has collected many interesting examples. The strenæ (eacute;trennes) of the Roman 1 January (bitterly condemned by Tertullian, de Idol., xiv and x, and by Maximus of Turin, Hom. ciii, de Kal. gentil., in P.L., LVII, 492, etc.) survive as Christmas presents, cards, boxes.

Kutipan diatas tepatnya membicarakan tentang budaya hadiah, natal, kartu (mungkin maksudnya kartu natal). Lalu terjemahan yang diberikan dalam kutipan tadi rasanya tidak tepat, jadi silakan bandingkan sendiri dengan bahasa inggrisnya.

Dalam Ensiklopedi itu pula, dengan judul Natal Day; Bapak Katholik pertama mengakui bahwa :

”In the Scriptures, no one is recorded to have kept a feast or held a great banquet on his birthday. It is only sinners (like Pharaoh and Herod) who make great rejoicings over the day in which they were born into this world”.

Artinya : “Di dalam kitab suci, tidak ada seorang pun yang mengadakan upacara atau menyelenggarakan perayaan untuk merayakan hari kelahiran Yesus. Hanyalah orang-orang kafir saja (seperti Fir’aun dan Herodes) yang berpesta-pora merayakan hari kelahirannya di dunia ini” [selesai].

Mungkin yang dimaksud adalah kutipan dari Origen yang ini :

of all the holy people in the Scriptures, no one is recorded to have kept a feast or held a great banquet on his birthday. It is only sinners (like Pharaoh and Herod) who make great rejoicings over the day on which they were born into this world below" (Origen, in Levit., Hom. VIII, in Migne P.G., XII, 495)
Dulu, orang-orang lebih merayakan hari kematian mereka daripada hari kelahiran mereka di dunia ini. Nah, hari kematian tersebut merupakan hari kelahiran mereka di dunia yang baru. Silakan dibaca kutipan dari Catholic Encyclopedia : Natal Day dibawah ini

In Greek genesia came to be frequently used in connection with the annual commemoration of a dead person by sacrifices and other rites (cf. Herodotus IV, 26). This commemoration is said to have taken place not upon the anniversary of the day of death but upon the actual birthday of the defunct person (C.I.G. 3417, and Rhode, Psyche, 4th ed., I, 235). When, therefore, the Christians of Smyrna about A.D. 150 write to describe how they took up the bones of St. Polycarp, "which are more valuable than precious stones and finer than refined gold and laid them in a suitable place, where the Lord will permit us to gather ourselves together, as we are able, in gladness and joy and to celebrate the birthday of his martyrdom" (epitelein ten tou martyriou autou hemeran genethlion), it is not easy to say how far they were influenced by pre-existing pagan usages. This phrase "the birthday of his martyrdom" certainly seems to indicate the commemoration of the day on which he died, and all the subsequent history of the Church confirms the practice of keeping this as the usual feast of any saint or martyr.



None the less a certain stress was often laid in Christian sermons and in mortuary inscriptions upon the idea that the day of a man's death was his birthday to a new life. Thus St. Ambrose (Serm. 57, de Depos. St. Eusebii) declares that "the day of our burial is called our birthday (natalis), because, being set free from the prison of our crimes, we are born to the liberty of the Saviour", and he goes on "wherefore this day is observed as a great celebration, for it is in truth a festival of the highest order to be dead to our vices and to live to righteousness alone." And we find such inscriptions as the following

PARENTE FILIO MERCURIO FECE
RUNT QUI VIXIT ANN V ET MENSES VIII
NATUS IN PACE ID FEBR​

Where "natus in pace" clearly refers to eternal rest. So again Origen had evidently some similar thought before him when he insists that "of all the holy people in the Scriptures, no one is recorded to have kept a feast or held a great banquet on his birthday. It is only sinners (like Pharaoh and Herod) who make great rejoicings over the day on which they were born into this world below" (Origen, in Levit., Hom. VIII, in Migne P.G., XII, 495)

Jadi kutipan dari Origen tersebut mendukung pemikiran dari St. Amborse : the day of our burial is called our birthday dan and all the subsequent history of the Church confirms the practice of keeping this as the usual feast of any saint or martyr. Karena itu tepatlah apa yang dikatakan Bapa Gereja Origen.

Encyclopedia Britanica yang terbit tahun 1946 menjelaskan sebagai berikut :

”Christmas was not among the earliest festival of the church…. It was not instituted by Christ or the apostles, or by Bible authority, it was picked up afterward from paganism”.

Artinya : “Natal bukanlah upacara gereja abad pertama. Hal ini tidak pernah diselenggarakan oleh Yesus atau para muridnya, ataupun otoritas Bibel. Upacara ini diambil oleh gereja dari kepercayaan penyembah berhala” [selesai].
Semua benar kecuali kalimat yang terakhir

Encyclopedia Americana terbitan tahun 1944 juga menyatakan berikut :

”Christmas.... It was, according to many authorities, not celebrated in the first centuries of the Christian church, as the Christian usage in general was to celebrate the death of remarkable persons rather than their birth...” (The “Communion”, which is instituted by New Testament Bible authority, is a memorial of the death of Christ). “…A feast was established in memory of this event [Christ’s birth] in the fourth century. In the fifth century the Western Church ordered it to be celebrated forever on the day of the old Roman feast of the birth of Sol, as no certain knowledge of the da of Christ’s birth existed”.

Artinya : “Menurut para ahli, pada abad-abad permulaan, Natal tidak pernah dirayakan oleh gereja Kristen. Pada umumnya, umat Kristen hanya merayakan hari kematian orang-orang terkemuka saja, dan tidak pernah merayakan harikelahrian orang tersebut...”. (”Perjamuan Suci” yang tertera dalam Kitab Perjanjian Baru, hanyalah untuk mengenang hari kematian Yesus). ”...Perayaan Natal yang dianggap sebagai hari kelahiran Yesus, mulai diresmikan pada abad keempat Masehi. Dan pada abad kelima Masehi, Gereja Barat memerintahkan kepada umat Kristen untuk merayakan hari kelahiran Yesus, yang diambil dari hari pesta bangsa Romawi yang merayakan hari Kelahiran Sol (Dewa Matahari). Sebab tidak seorang pun yang mengetahui hari kelahiran Yesus” [selesai].

Kutipan yang sepotong-sepotong seperti ini bisa diambil keluar dari konteksnya (seperti yang dilakukan pada kutipan dari Catholic Encyclopedia), lalu dijadikan satu kesatuan untuk mendukung posisi penulis. Lebih baik hadirkan kutipan yang secara utuh.

Sekarang perhatikan ! Fakta sejarah telah membeberkan kepada kita bahwa mulai lahirnya gereja Kristen pertama sampai dua ratus atau tiga ratus tahun kemudian – jarak waktu yang lebih lama dari umur negara Amerika Serikat – upacara Natal tidak pernah dilakukan oleh umat Kristen. Baru setelah abad keempat, perayaan ini mulai diselenggarakan oleh orang-orang Kristen Barat, Kristen Roma, dan Gereja. Menjelang abad kelima, Gereja Roma memerintahkan untuk merayakan sebagai hari raya umat Kristen yang resmi.

Menurut Catholic Encyclopedia, pesta Natal pertama kali di sebut dalam “Depositio Martyrum” dalam Roman Chronograph 354 [edisi Valentini-Zucchetti (Vatican City, 1942) 2:17). Dan karena Depositio Marrtyrum ditulis sekitar tahun 336, maka disimpulkan bahwa perayaan Natal dimulai sekitar pertengahan abad ke-4. Kita juga tidak tahu secara persis tanggal kelahiran Kristus, yang diperkirakan sekitar 8-6 BC. St. Yohanes Chrysostom berargumentasi bahwa Natal memang jatuh pada tanggal 25 Desember, dengan perhitungan kelahiran Yohanes Pembaptis. Karena Zakaria adalah iman agung dan hari Atonement jatuh pada tanggal 24 September, maka Yohanes lahir tanggal 24 Juni dan Kristus lahir enam bulan setelahnya, yaitu tanggal 25 Desember. (sumber: New Catholic Encyclopedia, Vol. 3: Can-Col, 2nd ed. (Gale Cengage, 2002), p.655-656.) (Jawaban dikutip dari katolisitas.org)

YESUS TIDAK LAHIR PADA TANGGAL 25 DESEMBER

Sungguh sangat mustahil jika Yesus dilahirkan pada musim dingin [1]. Sebab Injil Lukas 2:11 menceritakan suasana di saat kelahiran Yesus sebagai berikut :

“Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada mereka : ”Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa : Hari ini telah lahir bagimu Juru selamat, yaitu Kristus, di kota Daud” [selesai].

Tidak mungkin para penggembala ternak itu berada di padang Yudea pada bulan Desember. Biasanya, mereka melepas ternak ke padang dan lereng-lereng gunung. Paling lambat tanggal 15 Oktober, ternak tersebut sudah dimasukkan ke kandangnya untuk menghindari hujan dan hawa dingin yang menggigil. Bibel sendiri dalam Perjanjian Lama, kitab Kidung Agung 2; dan Ezra 10:9,13 menjelaskan bahwa bila musim dingin tiba, tidak mungkin para gembala dan ternaknya berada di padang terbuka di malam hari.

Adam Clarke mengatakan :

”It was an ancient custom among Jews of those days to send out their sheep to the field and desert about Passover (early spring), and bring them home at commencement of the first rain” [Adam Clarke Commentary, Vol. 5, Page 370, New York].

Artinya : “Adalah kebiasaan lama bagi orang-orang Yahudi untuk menggiring domba-domba mereka ke padang menjelang Paskah (yang jatuh awal musim semi), dan membawanya pulang pada permulaan hujan pertama” [selesai].

Adam Clarke melanjutkan :

“During the time they were out, the shepherds watch them night and day. As….the first rain began early in the month of Marchesvan, which answers to part of our October and November (begins sometimes in October), we find that the sheep were kept out in the open country during the whole summer. And, as these shepherd had not yet brought home their flocks, it is presumptive argument that October had not yet commenced, and that, consequently, our Lord was not born on the 25th of December, when no flock were out in the fields; nor could He have been born later than September, as the flocks were still in the fields by night. On this very ground, the Nativity in December should be given up. The feeding of the flocks by night in the fields is a chronological fact… See the quotations from the Talmudists in the Lightfoot”.

Artinya : “Selama domba-domba berada di luar, para penggembala mengawasinya siang dan malam. Bila...hujan pertama mulai turun pada bulan Marchesvan, atau antara bulan Oktober dan Nopember, ternak-ternak itu mulai dimasukkan ke kandangnya. Kita pun mengetahui bahwa domba-domba itu dilepas di padang terbuka selama musim panas. Karena para penggembala belum membawa pulang domba-dombanya, berarti bulan Oktober belum tiba. Dengan demikian dapatlah diambil kesimpulan bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember, ketika tidak ada domba yang berkeliaran di padang terbuka. Juga tidak mungkin dia lahir setelah bulan September, karena di bulan September inilah domba-domba masih berada di padang waktu malam. Dari berbagai bukti yang ada, kemungkinan lahir di bulan Desember itu harus disingkirkan. Memberi makan ternak di malan hari di padang gembalaan adalah fakta sejarah....sebagaimana yang diungkapkan oleh Talmud dalam bab ”Ringan Kaki” [selesai].

Ah..Adam Clarke adalah seorang methodis yang mengidentifikasi Gereja Katolik = anti Kristus. Silakan cari sumber lain yang lebih kredibel. Lalu pernyataan tentang para gembala dan ternak tidak mungkin berada diluar pada musim dingin di malam hari, sudah terjawab di artikel yang diberikan, terutama di bagian ini :

As for the objection, “Jesus couldn’t have been born in the winter, since the shepherds were watching their flocks, which they couldn’t have done in winter”: This is really no objection. Palestine has a very mild climate, and December 25 is early enough in winter for the flocks and the shepherds to be out. The superior of our monastery, Brother Francis Maluf, grew up 30 miles from Beirut, which has the same climate as Bethlehem, both being near the Mediterranean coast, and he has personally testified to this fact.

Dan sebagai tambahan :

http://thesplendorofthechurch.blogspot.com/2008/12/did-sheep-eat-halo-halo-during.html

It is very true that December is winter time in Bethlehem or in Jerusalem. In fact, John 10:22 says that it was winter during the Feast of Dedication or Feast of the Light. The said feast is celebrated by the Jews during the 25th day of Chislev or December (1 Macc. 5:52); it marks the cleansing of the temple under the Maccabees and re-dedicating it to God and hence, it coincides with Christmas. But the problem with our Protestant friends is that, when they read that it was winter, they immediately concluded that the place must have been covered with snow! In logic, this fallacy is called the Confusion of the Absolute and Qualified Statement, that is, using a principle that is restricted in its applicability as though it were absolutely universal principle, and thus applying it to cases for which it was not intended [1] In America for example, though it is winter time during December, there are places which do not experience snow such as California. The same thing can be said about Bethlehem that although it is winter and cold, there is no snow covering the area during December. According to the International Station Meteorological Climate Summary (ISMCS,) the average temperature in Bethlehem is 49 Fahrenheit[2]. The average low i.e. during nighttime is 43 Fahrenheit[3] Therefore it is a mild winter, and not an icy winter, that occurs in Bethlehem during the month of December; so to our dearly separated brethren, the HALO-HALO argument is now a melted argument!

The issue that it is too cold for shepherds to go out during December night is partially addressed above. The temperature, as mentioned earlier, is tolerable for shepherds to withstand the coldness of the night. Moreover, Harper's Encyclopedia of Bible Life [(C) 1971, pg. 7] explains that what is unique about Israel’s weather is that, winter season is NOT the “dead” season when plants die because of low temperature. On the contrary, it is the time of year when dormant vegetations are revived after the “dead” season of summer by the intermittent winter rains starting in mid-October and ending in mid-March. This being the case, and considering that the surrounding land just went through the dry season, depriving the sheep of sufficient food for months, it is very likely and logical that the shepherds would let their sheep out in the field during this season of revived vegetation so as to feed their flock.


Dalam ensiklopedi manapun atau juga dalam kitab suci Kristen sendiri akan mengatakan kepada kita bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember. Catholic Encyclopdia sendiri secara tegas dan terang-terangan mengakui fakta ini.

Namun dari Catholic Encyclopedia kita juga dapat mempelajari bagaimana tanggal 25 Desember dijadikan sebagai hari kelahiran Yesus Kristus

Tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan hari kelahiran Yesus yang sebenarnya. Jika kita meneliti dari bukti-bukti sejarah dan kitab suci Kristen sendiri, saya bisa mengambil kesimpulan bahwa Yesus lahir pada awal musim gugur – yang diperkirakan jatuh pada bulan September – atau sekitar 6 bulan setelah hari Paskah

Jika Tuhan menghendaki kita untuk mengingat-ingat dan merayakan hari kelahiran Yesus, niscaya Dia tidak akan menyembunyikan hari kelahirannya.

Silakan baca dan pelajari semua artikel dan link yang diberikan

Proses Natal Masuk ke Gereja

NewSchaff – Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge dalam artikelnya yang berjudul “Christmas” menguraikan dengan jelas sebagai berikut :

“How much the date of the festival depended upon the pagan Brumalia (Dec. 25) following the Saturnalia (Dec. 17-24), and celebrating the shortest day of the year and ‘the new sun’…can not be accurately determined. The pagan Saturnalia and Brumalia were too deeply entrenched in popular custom to be set aside by Christian influence… The pagan festival with its riot and marrymaking was so popular that Christians were glad of an excuse to continue its celebration with little change in spirit and in manner. Christian preachers of the West and the Near East protested against the unseemly frivolity with which Christ’s birthday was celebrated, while Christians of Mesopotamia accused their Western brethren of idolatry and sun worship for adopting as Christian this pagan festival”.

Artinya : “Sunguh banyak tanggal perayaan yang terkait pada kepercayaan pagan/penyembah berhala Brumalia (25 Desember) sebagai kelanjutan dari perayaan Saturnalia (17 – 24 Desember), dan perayaan menjelang akhir tahun, serta perayaan menyambut kelahiran matahari baru….tidak dapat ditentukan secara pasti (jumlahnya). Adat kepercayaan pagan Brumalia dan Saturnalia sudah berurat berakar dan populer tersebut dalam adat istiadat tersebut diambil oleh Kristen. Perayaan ini dilestarikan oleh Kristen dengan sedikit mengubah jiwa dan tata caranya. Para pendeta Kristen di Barat dan Timur Dekat menentang perayaan kelahiran Yesus yang meniru agama berhala ini. Di samping itu, Kristen Mesopotamia menuding Kristen Barat telah mengadopsi model penyembahan terhadap dewa Matahari” [selesai].

Perayaan Natal tidak diperoleh dari Saturnalia

Catholic Encylopedia : Christmas

Other theories of pagan origin

The origin of Christmas should not be sought in the Saturnalia (1-23 December) nor even in the midnight holy birth at Eleusis (see J.E. Harrison, Prolegom., p. 549) with its probable connection through Phrygia with the Naasene heretics, or even with the Alexandrian ceremony quoted above; nor yet in rites analogous to the midwinter cult at Delphi of the cradled Dionysus, with his revocation from the sea to a new birth (Harrison, op. cit., 402 sqq.).

Baca juga Catholic Encyclopedia : Mithraism terutama bagian Relation to Christianity.

Perlu diingat ! Menjelang abad pertama sampai abad keempat Masehi, dunia dikuasai oleh imperium Romawi yang paganis politeisme. Sejak agama Kristen masih kecil sampai berkembang pesat, para pemeluknya dikejar-kejar dan disiksa oleh penguasa Romawi. Setelah Konstantin naik tahta menjadi kaisar, kemudian memeluk agama Kristen pada abad keempat Masehi, dan menempatkan agama sejajar dengan agama kafir Roma, banyak rakyat yang berbondong-bondong memeluk agama Kristen.

Pertobatan Constantine menjadi Kristen mendorong pertobatan banyak rakyatnya menjadi Kristen. Tentu saja ini dikarenakan Constantine adalah seorang Kaisar yang disegani dan dipanuti oleh rakyat. Tidaklah aneh, bahkan sangat wajar, bila rakyat satu pemerintahan mengikuti perpindahan agama dari pemimpin mereka.

Tetapi karena mereka sudah terbiasa merayakan hari kelahiran dewa-dewanya pada tanggal 25 Desember, mengakibatkan adat tersebut sulit dihilangkan. Perayaan ini adalah pesta-pora dengan penuh kemeriahan, dansangat disenangi oleh rakyat. Mereka tidak ingin kehilangan hari kegembiraan seperti itu. Oleh karena itu, meskipun sudah memeluk agama Kristen, mereka tetap melestarikan upacara adat itu.

Ini didapat dari mana?

Di dalam artikel yang sama – New Schaff – Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge menjelaskan bagaimana kaisar Konstantin tetap merayakan hari “Sunday” sebagai hari kelahiran dewa matahari. Dan bagaimana pengaruh kepercayaan kafir Manichaeisme yang menyamakan Anak Tuhan (Yesus) identik dengan ”Matahari”. Kemudian pada abad keempat masehi, kepercayaan itu masuk dalam agama Kristen. Sehingga perayaan hari kelahiran Sun-God (Dewa Matahari) yang jatuh pada tanggal 25 Desember, diresmikan menjadi hari kelahiran Son of God (Anak Tuhan – yaitu Yesus).

Konstantin baru dibaptis menjelang kematiannya.

Catholic Encyclopedia : Constantine

When at last he felt the approach of death he received baptism, declaring to the bishops who had assembled around him that, after the example of Christ, he had desired to receive the saving seal in the Jordan, but that God had ordained otherwise, and he would no longer delay baptism.

Karena itu semasa hidupnya adalah wajar bila konstantin merayakan kelahiran dewa matahari karena saat itu ia belum menjadi Kristen. Agamanya saat itu sama dengan ayahnya.

THE CHURCH IN CRISIS: A History of the General Councils: 325-1870
CHAPTER 1.

The First General Council of Nicaea, 325


His own personal religion at the time was that of his pagan father, the cult suddenly promoted to the supreme place as the official religion about the time that Constantine was born, by the then emperor, Aurelian (269-75). This was the cult of Sol Invictus (the Unconquered Sun),

Constantine's father remained faithful to this cult of Sol Invictus even when his seniors, Diocletian and Maximian, reverted to the old cults of Jupiter and Hercules

Demikianlah asal-usul ”Christmas” atau Natal yang dilestarikan oleh dunia barat sampai sekarang. Walaupun namanya diubah menjadi selain Sun-Day, Son of God, Christmas, dan Natal; pada hakekatnya sama dengan merayakan hari kelahiran dewa matahari. Sebagai contoh, kita bisa saja menamakan kelinci itu dengan nama singa, tetapi bagaimanapun juga fisiknya tetap kelinci.

Perayaan Natal tidak sama dengan Peryaan hari kelahiran dewa matahari. Kristus juga tidak sama dengan dewa matahari. Bahkan Bapa Gereja pun sepakat dengan hal ini. Tertullian (Apol., 16; cf. Ad. Nat., I, 13; Orig. c. Cels., VIII, 67, etc) had to assert that Sol was not the Christians' God; Augustine (Tract xxxiv, in Joan. In P.L., XXXV, 1652) denounces the heretical identification of Christ with Sol.

Marilah kita kembali membaca Encyclopedia of Brittanica yang mengatakan sebagai berikut :

“Certain Latins, as early as 354, may have transferred the birthday from January 6th to December 25, which was then a Mithraic feast….. or birthday of the unconquered Sun… The Syrians and Armenians, who clung to January 6th, accused the Romans of suns worship and idolatry, contending…that the feast of December 25th, had been invented by disciples of Cerinthus…”.

Artinya : “Kemungkinan besar bangsa Latin/Roma sejak tahun 354 telah mengganti hari kelahiran dewa Matahari dari tanggal 6 Januari ke 25 Desember, yang merupakan dari kelahiran anak dewa Mitra atau kelahiran dewa Matahari yang tidak terkalahkan. Tindakan ini mengakibatkan orang-orang Kristen Syiria dan Armenia marah-marah. Karena sudah terbiasa merayakan hari kelahiran Yesus pada tanggal 6 Januari, mereka mengecam bahwa perayaan tanggal 25 Desember itu adalah hari kelahiran Dewa Matahari yang dipercayai oleh bangsa Romawi. Penyusupan ajaran ini ke dalam agama Kristen, dilakukan oleh Cerinthus” [selesai].

Silakan baca ini :

Catholic Encyclopedia : Epiphany

The reason why our fathers changed the solemnity celebrated on 6 January, and transferred it to 25 December follows: it was the custom of the heathens to celebrate the birthday of the sun on this very day, 25 December, and on it they lit lights on account of the feast. In these solemnities and festivities the Christians too participated. When, therefore, the teachers observed that the Christians were inclined to this festival, they took counsel and decided that the true birth-feast be kept on this day, and on 6 Jan., the feast of the Epiphanies. Simultaneously, therefore, with this appointment the custom prevailed of burning lights until the sixth day."

Tentang Cerinthus, menurut Catholic Encyclopedia : Cerinthus, ia adalah A Gnostic-Ebionite heretic, contemporary with St. John; against whose errors on the divinity of Christ the Apostle is said to have written the Fourth Gospel...

Cerinthus was an Egyptian, and if not by race a Jew, at least he was circumcised. The exact date of his birth and his death are unknown. In Asia he founded a school and gathered disciples. No writings of any kind have come down to us. Cerinthus's doctrines were a strange mixture of Gnosticism, Judaism, Chiliasm, and Ebionitism. He admitted one Supreme Being; but the world was produced by a distinct and far inferior power. He does not identify this Creator or Demiurgos with the Jehovah of the Old Testament. Not Jehovah but the angels have both made the world and given the law. These creator-angels were ignorant of the existence of the Supreme God. The Jewish law was most sacred, and salvation to be obtained by obedience to its precepts. Cerinthus distinguished between Jesus and Christ.....

Scarcely anything is known of Cerinthus's disciples; they seem soon to have fused with the Nazareans and Ebionites and exercised little influence on the bulk of Christendom, except perhaps through the Pseudo-Clementines, the product of Cerinthian and Ebionite circles. They flourished most in Asia and Galatia.


Terlihat bahwa Cerinthus bukanlah orang Kristen, melainkan seorang gnostic-ebionite. Dan tidak ada sumber (sejauh yang aku cari) yang mengatakan bahwa the feast of December 25th, had been invented by disciples of Cerinthus…
 
Yang terpenting dalam perayaan Natal bukan pada tanggalnya (karena kita tahu secara persis tanggal kelahiran Yesus), melainkan pemahaman serta persiapan hari Natal, sehingga setiap tahun, hati kita dapat diperbaharui dengan Yesus yang juga lahir di hati kita masing-masing.
 
Kasihan sekali betapa banyaknya umat Tuhan yang disesatkan secara tidak sadar oleh Lucifer.

Yesus sudah jelas memerintahkan untuk melakukan Perjamuan Kudus untuk mengenangNya bukan dengan merayakan Natal maupun Paskah.

Berikut ini alasan tidak merayakan Natal:
1. Yesus tidak memintanya.
2. Tidak ada satu ayat pun di Alkitab yang menuliskan tanggal kelahiran Yesus yang pasti.
3. Tanggal 25 Desember adalah hari kelahiran dewa matahari.
4. Musim di Betlehem pada tanggal 25 Desember adalah winter silahkan llihat di link netral berikut ini http://en.wikipedia.org/wiki/Bethlehem

Jadi jelas, perayaan natal adalah budaya kekafiran roma yang dimasukkan kedalam gereja yang merupakan tipu muslihat setan sama seperti perubahan hari kudus Sabat/Sabtu ke hari Minggu untuk menyesatkan umat-umat Tuhan yang tersisa setelah MASA PENYIKSAAN yang dilakukannya juga melalui ORGANISASI GEREJA YANG SAMA.

Silahkan baca juga link berikut ini http://christmasxmas.xanga.com/395124709/item/
 
Kasihan sekali betapa banyaknya umat Tuhan yang disesatkan secara tidak sadar oleh Lucifer.

Yesus sudah jelas memerintahkan untuk melakukan Perjamuan Kudus untuk mengenangNya bukan dengan merayakan Natal maupun Paskah.

Maaf, katolik tidak menganut paham sola scriptura. Tuduhan kamu tidak tepat untuk dikatakan disini.

Berikut ini alasan tidak merayakan Natal:
1. Yesus tidak memintanya.

Ini tidak menjadi masalah bagi orang katolik.

2. Tidak ada satu ayat pun di Alkitab yang menuliskan tanggal kelahiran Yesus yang pasti.

Katolik tidak menganut paham sola scriptura

3. Tanggal 25 Desember adalah hari kelahiran dewa matahari.
4. Musim di Betlehem pada tanggal 25 Desember adalah winter silahkan llihat di link netral berikut ini http://en.wikipedia.org/wiki/Bethlehem

Silakan baca postingku sebelum ini diatas.

Jadi jelas, perayaan natal adalah budaya kekafiran roma yang dimasukkan kedalam gereja yang merupakan tipu muslihat setan sama seperti perubahan hari kudus Sabat/Sabtu ke hari Minggu untuk menyesatkan umat-umat Tuhan yang tersisa setelah MASA PENYIKSAAN yang dilakukannya juga melalui ORGANISASI GEREJA YANG SAMA.

Sebaiknya kamu baca dan pahami postingku diatas sebelum berkomentar.

PS

Terdapat tiga teori mengapa hari Natal dirayakan tanggal 25 Desember.

The first theory is the simplest. An old story says that, in about the year 350, Pope Julius I looked up the date of Jesus’ birth in the census records. Certainly there is nothing outlandish in the idea of census records holding that information even three and a half centuries later. We know from Luke’s Gospel that Jesus was born during a census. The Romans, with their almost compulsive love of order, might well have kept those records forever in some bureaucratic hole in Rome.

The second theory has it that Christians, unable to stamp out a pagan midwinter celebration, simply took it over. Throughout history, people have celebrated the passing of the shortest day in the year, the solstice. When the days begin to lengthen again, it means that the death of winter will certainly pass, and the world will be reborn in spring.

...

The third theory to account for the specific date December 25 is that it corresponded with the early Church’s notion of Jesus’ perfect life. Tradition had it that Jesus died on March 25. In order for His life to be appealingly perfect, the theologians reasoned, He must also have been conceived on March 25, then born exactly nine months later - (Source)
 
Terima kasih atas penjelasannya, pada intinya kami sudah berusaha memberitahukan kebenaran yang lebih akurat (Alkitab, Fakta Alam, Sejarah Umum), jika anda lebih memilih teori karangan ???? dibawah ini silahkan.

Coba anda baca kembali Alkitab anda mengenai proses kelahiran Yohanes Pembaptis, kemudian proses mengungsinya Yusuf & Maria ke Mesir.

Coba anda bertanya kepada diri anda sendiri secara jujur, siapa sebenarnya dibelakang layar munculnya perayaan Natal ini, apakah Yesus dan para murid-murid Yesus pernah mengajarkan ini, apakah Yesus ditinggikan dengan perayaan ini atau malah Santa Clausenya, apa yang dilakukan orang pada perayaan Natal.

Jika anda jujur anda akan menemukan bahwa SETANlah dibelakang semua ini yang berusaha menyesatkan UMAT-UMAT TUHAN YANG SISA secara halus, karena SETAN sudah gagal untuk menghilangkan UMAT-UMAT TUHAN dengan cara kekerasan seperti yang sudah dilakukan oleh kekaisaran roma maupun gereja roma katolik pada saat reformasi Kekristenan.


Salam,
Tyven Bong.


Terdapat tiga teori mengapa hari Natal dirayakan tanggal 25 Desember.

The first theory is the simplest. An old story says that, in about the year 350, Pope Julius I looked up the date of Jesus’ birth in the census records. Certainly there is nothing outlandish in the idea of census records holding that information even three and a half centuries later. We know from Luke’s Gospel that Jesus was born during a census. The Romans, with their almost compulsive love of order, might well have kept those records forever in some bureaucratic hole in Rome.

The second theory has it that Christians, unable to stamp out a pagan midwinter celebration, simply took it over. Throughout history, people have celebrated the passing of the shortest day in the year, the solstice. When the days begin to lengthen again, it means that the death of winter will certainly pass, and the world will be reborn in spring.

...

The third theory to account for the specific date December 25 is that it corresponded with the early Church’s notion of Jesus’ perfect life. Tradition had it that Jesus died on March 25. In order for His life to be appealingly perfect, the theologians reasoned, He must also have been conceived on March 25, then born exactly nine months later - (Source)
 
Terima kasih atas penjelasannya, pada intinya kami sudah berusaha memberitahukan kebenaran yang lebih akurat (Alkitab, Fakta Alam, Sejarah Umum), jika anda lebih memilih teori karangan ???? dibawah ini silahkan.

Ini membuktikan bahwa kamu tidak bisa menyanggah apa yang sudah aku katakan di postingku yang terdahulu, juga kurasa kamu juga tidak mau membaca ataupun mengerti penjelasan dari pihak Katolik.

Coba anda baca kembali Alkitab anda mengenai proses kelahiran Yohanes Pembaptis, kemudian proses mengungsinya Yusuf & Maria ke Mesir.

Kalau sudah dibaca, lalu mau diapakan?

Coba anda bertanya kepada diri anda sendiri secara jujur, siapa sebenarnya dibelakang layar munculnya perayaan Natal ini, apakah Yesus dan para murid-murid Yesus pernah mengajarkan ini, apakah Yesus ditinggikan dengan perayaan ini atau malah Santa Clausenya, apa yang dilakukan orang pada perayaan Natal.

Yesus sudah memberikan kuasa kepada Gereja katolik yang dipimpin Petrus dan para penerusnya untuk mengikat dan melepaskan (Mat 16 : 18-20), terlebih lagi Yesus sudah berjanji menyertai Gereja Katolik sampai akhir zaman (Mat 28 : 20).

Bagi umat Katolik, Yesus tetap kami tinggikan baik itu dalam perayaan Natal dan Paskah. TItik.

Pertanyaanmu itu coba kamu tujukan pada dirimu sendiri, sudahkah kamu secara jujur untuk memahami penjelasan yang ditawarkan pihak Katolik?

Jika anda jujur anda akan menemukan bahwa SETANlah dibelakang semua ini yang berusaha menyesatkan UMAT-UMAT TUHAN YANG SISA secara halus, karena SETAN sudah gagal untuk menghilangkan UMAT-UMAT TUHAN dengan cara kekerasan seperti yang sudah dilakukan oleh kekaisaran roma maupun gereja roma katolik pada saat reformasi Kekristenan.

Mt 16:18
And I say to thee: That thou art Peter; and upon this rock I will build my church, and the gates of hell shall not prevail against it.


"Wherever the bishop shall appear, there let the multitude [of the people] also be; even as, wherever Jesus Christ is, there is the Catholic Church" - Epistle to the Smyrneans 8:2 (Ignatius of Antioch)

Lihatlah apa yang dikatakan Yesus, alam maut tidak akan menguasai Gereja yang didirikan Yesus diatas Petrus, dan Gereja itu adalah Gereja Katolik.

Apakah Yesus juga berkata demikian pada gerejamu?

Kalau aku sih lebih memilih untuk mengikuti Gereja yang didirikan Tuhan Yesus daripada gereja buatan manusia.
 
Di doktrin dasar itulah kesalahan Gereja Katolik, tapi kita akan terus berputar-putar dihal itu. Coba anda baca komentar dibawah ini yang sebenarnya sangat gampang mematahkan doktrin dasar itu (sudah pernah kita diskusikan, tapi mungkin perlu berulang-ulang supaya anda bisa bertobat):

I. Dari segi pengudusan hari Sabat.
a. Petrus tidak pernah menguduskan hari Minggu/hari Pertama, ia selalu menguduskan hari Sabat/Sabtu/Hari Ketujuh.
b. Yesus tidak pernah menguduskan hari Minggu/hari Pertama, IA selalu menguduskan hari Sabat/Sabtu/Hari Ketujuh.
c. Dalam Yesaya 66:22,23 dikatakan bahwa dalam dunia baru pun Sabat hari ketujuh itu akan dipeliharakan terus seperti semula.

Matius 12:8 "Karena anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat"
Markus 2:28 "Jadi Anak Manusia adalah juga tuhan atas hari Sabat"

II. Dari segi baptisan.
Yesus mengajarkan baptisan diselamkan.

Sebenarnya masih banyak lagi, tapi coba anda lihat dari dua hal diatas, bahwa GEREJA KATOLIK mengajarkan hal yang berbeda dari yang sudah jelas tertulis di ALKITAB, bagaimana mungkin anda mengatakan bahwa GEREJA KATOLIK didirikan oleh Yesus diatas Petrus dan meninggikan Yesus.

Sadarlah, SETAN sudah menguasai GEREJA KATOLIK sebagai alatnya untuk menjatuhkan/menyesatkan umat-umat Tuhan di dunia ini.

Regards,
Tyven.
 
Di doktrin dasar itulah kesalahan Gereja Katolik, tapi kita akan terus berputar-putar dihal itu. Coba anda baca komentar dibawah ini yang sebenarnya sangat gampang mematahkan doktrin dasar itu (sudah pernah kita diskusikan, tapi mungkin perlu berulang-ulang supaya anda bisa bertobat):

I. Dari segi pengudusan hari Sabat.
a. Petrus tidak pernah menguduskan hari Minggu/hari Pertama, ia selalu menguduskan hari Sabat/Sabtu/Hari Ketujuh.
b. Yesus tidak pernah menguduskan hari Minggu/hari Pertama, IA selalu menguduskan hari Sabat/Sabtu/Hari Ketujuh.
c. Dalam Yesaya 66:22,23 dikatakan bahwa dalam dunia baru pun Sabat hari ketujuh itu akan dipeliharakan terus seperti semula.

Matius 12:8 "Karena anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat"
Markus 2:28 "Jadi Anak Manusia adalah juga tuhan atas hari Sabat"

II. Dari segi baptisan.
Yesus mengajarkan baptisan diselamkan.

Sebenarnya masih banyak lagi, tapi coba anda lihat dari dua hal diatas, bahwa GEREJA KATOLIK mengajarkan hal yang berbeda dari yang sudah jelas tertulis di ALKITAB, bagaimana mungkin anda mengatakan bahwa GEREJA KATOLIK didirikan oleh Yesus diatas Petrus dan meninggikan Yesus.

Sadarlah, SETAN sudah menguasai GEREJA KATOLIK sebagai alatnya untuk menjatuhkan/menyesatkan umat-umat Tuhan di dunia ini.

Regards,
Tyven.

Maaf, dengan mengatakan hal-hal diatas, kamu sebenarnya berusaha untuk membelokkan fokus dari topik utama ini, yaitu tentang Natal.

Dengan berkata demikian kamu juga menunjukkan bahwa sebenarnya kamu tidak mampu memberi sanggahan poin demi poin terhadap apa yang sudah aku tulis diatas. Kamu mencoba mengaburkan pembahasan utama kita, dan, tentu saja, strategi semacam itu tidak berpengaruh terhadapku.

Kalau memang kamu mau membahas seputar hari Sabat dan baptisan, silakan buka topik baru.

PS
Kamu juga masih menyisakan beberapa topik yang belum terselesaikan, diantaranya :

Tanda Binatang = 666

Yesus Adalah Pemelihara Hari Sabat Yang Setia

Baptisan Yesus=Baptisan Diselamkan

Apakah kamu masih berusaha untuk melarikan diri?

Oh iya, kalau bisa tolong berikan tanggapan poin demi poin terhadap apa yang aku tulis.
 
@ Catholic, apakah kamu beragama katolik karena terlahir di keluarga yang beragama Katolik?

Maaf sebelumnya, karena semua diskusi kita mengenai Tanda Binatang = 666, Yesus Adalah Pemelihara Hari Sabat Yang Setia, Baptisan Yesus=Baptisan Diselamkan, Perayaan Natal, Perayaan Paskah, Makanan Haram & Halal sudah seperti berputar-putar dan mengarah ke debat kusir.

Informasi dari saya mengenai kebenaran tersebut sudah saya sampaikan, bahkan sudah saya rangkumkan dengan singkat seperti sebelumnya dan berikut ini saya ulangi lagi untuk bisa saudara pahami bahwa doktrin dasar gereja katolik mengenai pendirian gereja dan pengudusan hari Minggu gantinya hari Sabat/Sabtu/Ketujuh serta Baptisan ADALAH SALAH.

I. Dari segi pengudusan hari Sabat.
a. Petrus tidak pernah menguduskan hari Minggu/hari Pertama, ia selalu menguduskan hari Sabat/Sabtu/Hari Ketujuh.
b. Yesus tidak pernah menguduskan hari Minggu/hari Pertama, IA selalu menguduskan hari Sabat/Sabtu/Hari Ketujuh.
c. Dalam Yesaya 66:22,23 dikatakan bahwa dalam dunia baru pun Sabat hari ketujuh itu akan dipeliharakan terus seperti semula.

Matius 12:8 "Karena anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat"
Markus 2:28 "Jadi Anak Manusia adalah juga tuhan atas hari Sabat"

II. Dari segi baptisan.
Yesus mengajarkan baptisan diselamkan.


Coba anda lihat dari dua hal diatas, bahwa GEREJA KATOLIK mengajarkan hal yang berbeda dari yang sudah jelas tertulis di ALKITAB, bagaimana mungkin anda mengatakan bahwa GEREJA KATOLIK didirikan oleh Yesus diatas Petrus dan meninggikan Yesus.

Sampai disini saja saya bisa memberikan komentar, saya bukan melarikan diri, karena saya merasa sudah memberikan pendapat dan penjelasan disertai dengan referensi Alkitab + sejarah, sekarang biarlah roh kudus yang menerangi hati dan pikiran kita serta pembaca yang lain untuk memilih jalan yang benar.


Salam,
Tyven.
 
@ Catholic, apakah kamu beragama katolik karena terlahir di keluarga yang beragama Katolik?

Apakah aku beragama katolik karena terlahir di keluarga yang beragama katolik atau tidak itu irrelevan dengan topik ini.

Maaf sebelumnya, karena semua diskusi kita mengenai Tanda Binatang = 666, Yesus Adalah Pemelihara Hari Sabat Yang Setia, Yesus Adalah Pemelihara Hari Sabat Yang Setia, Perayaan Natal, Perayaan Paskah, Makanan Haram & Halal sudah seperti berputar-putar dan mengarah ke debat kusir.

1. Pada topik Tanda Binatang = 666, kamu hanya melemparkan materi diskusi dan kami pun sudah memberikan tanggapan. Dan diskusi di topik ini tidak mengarah ke debat kusir, karena kamu sama sekali tidak memberikan jawaban ataupun sanggahan.

2.Topik Yesus Adalah Pemelihara Hari Sabat Yang Setia menunjukkan bahwa yang berputar-putar adalah kamu.

3.Topik Perayaan Natal serta pada topik ini kami dari pihak katolik sudah memberikan jawaban dan penjelasan, hanya saja anda tidak tertarik untuk menanggapi atau memberikan jawaban.

4. Mengenai topik Makanan Haram & Halal, lihat nomor 2.

5. Pada topik Perayaan Paskah aku juga sudah memberikan jawaban (mungkin nanti akan dilengkapi), hanya saja kamu tetap diam dan tidak mau mengerti.

Kesimpulannya, ada beberapa topik yang kamu hindari dengan alasan "mengarah ke debat kusir", padahal hal ini jelas menunjukkan ketidakmampuan kamu dalam menjawab fakta-fakta dari pihak katolik.

bagaimana mungkin anda mengatakan bahwa GEREJA KATOLIK didirikan oleh Yesus diatas Petrus dan meninggikan Yesus.

Ayat Kitab Suci yang ini dibaca tidak?

Mt 16:18
And I say to thee: That thou art Peter; and upon this rock I will build my church, and the gates of hell shall not prevail against it.


yang ini apakah sudah dibaca?

"Wherever the bishop shall appear, there let the multitude [of the people] also be; even as, wherever Jesus Christ is, there is the Catholic Church" - Epistle to the Smyrneans 8:2 (Ignatius of Antioch)

Sampai disini saja saya bisa memberikan komentar, saya bukan melarikan diri, karena saya merasa sudah memberikan pendapat dan penjelasan disertai dengan referensi Alkitab + sejarah, sekarang biarlah roh kudus yang menerangi hati dan pikiran kita serta pembaca yang lain untuk memilih jalan yang benar.

Itu terserah kamu saja, kalau kamu tidak melarikan diri, tentu saja kamu akan berusaha sekuat tenaga untuk "meluruskan" orang-orang yang menurutmu "disesati oleh Lucifer" dengan memberikan tanggapan dan jawaban.

Itu saja.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.