Menurut American Society for Dermatologic Surgery, kira-kira setengah juta penduduk negara Paman Sam melakukan liposuction.
Pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Giorgio Fischer, seorang ginekolog asal Italia, di tahun 1974, bedah kosmetik ini bertujuan memperbaiki bentuk tubuh melalui penyedotan lemak yang bersembunyi di bawah kulit.
Rupanya jurus cepat menjadi cantik ini segera diminati di Amerika.
Enam tahun setelah diluncurkan, liposuction menjadi pilihan popular.
Cara ini memang membuat mereka yang mengidamkan tubuh bak model tak usah bersusah-payah mengatur makanan dan berolahraga untuk melenyapkan lemak-lemak yang bertimbun di tubuh.
Cukup masuk ke ruang operasi dan simsalabim, perut jadi mengecil dan rata.
Liposuction tak hanya mampu mengakali bentuk perut. Bagian-bagian lain, seperti payudara, punggung, pinggul, paha bagian luar maupun dalam, pantat, leher dan muka, juga dapat dipermak.
Tapi pada awal sampai pertengahan 1980-an, liposuction kerap menimbulkan kontroversi.
Tak jarang pasien yang sudah bermimpi memiliki tubuh seksi seperti terbangun dari mimpi buruk karena operasi yang tak berlangsung mulus.
Kulit di daerah operasi berkerut akibat penyusutan yang terlalu banyak.
Yang lebih parah lagi, pasien menderita pendarahan sehingga harus dirawat lebih lama di rumah sakit, yang kadang-kadang menyebabkan kematian.
Kasus-kasus itu mendorong para ahli bedah kosmetik untuk menyempurnakan teknik liposuction.
Termasuk Dr. Jeffrey A. Klien, ahli dermatologi yang bermukim di California. Pada 1985, ia memperkenalkan teknik tumescent. Dengan teknik ini, pasien liposuction tak perlu dibius total, cukup bius lokal. J
arum penyedot lemak yang digunakan jauh lebih kecil, hingga pasien tak perlu cemas mengalami pendarahan.
Setelah melakukan bius lokal, dokter bedah mengiris sedikit bagian tubuh pasien yang ingin disedot lemaknya.
Setelah itu cannula (jarum berongga terbuat dari baja anti karat) berukuran kecil masuk ke dalam tubuh melalui irisan tadi sampai ke timbunan lemak. Cannula lalu digerakkan maju-mundur dengan tujuan memecah lemak.
Serpihan lemak itulah yang kemudian disedot.
Teknik ini jauh lebih aman ketimbang teknik-teknik sebelumnya. Risiko kerusakan kulit dapat ditekan, begitu juga dengan kemungkinan komplikasi.
Sejak itu tingkat keberhasilan liposuction meningkat tajam. Peminatnya pun melonjak.
Teknik ini juga memungkinkan seorang pasien melakukan pembetulan lebih dari satu tempat.
Inilah yang justru menimbulkan kasus baru. Mungkin karena ingin cepat rapi, beberapa pasien melakukan pembedahan borongan dalam satu hari. Akibatnya terjadi komplikasi.
Lepas dari itu, liposuction tetap diminati banyak kalangan. Mulai dari orang awam sampai ke selebriti.
Indonesia pun tak ketinggalan. Sejumlah selebriti melakukannya, dan seperti rekannya di mancanegara, tak banyak yang mau mengaku terus terang dan biasanya berdalih operasi yang dilakukannya untuk tujuan kesehatan dan bukan kecantikan. Sekadar informasi, dari sononya liposuction masuk dalam kategori bedah kosmetik.