kis
IndoForum Junior E
- No. Urut
- 281032
- Sejak
- 23 Mei 2013
- Pesan
- 1.661
- Nilai reaksi
- 36
- Poin
- 48
Mereka sopir-sopir mikrolet tidak gratis untuk mencari penumpang di Kawasan Tanah Abang. Mulai dari depan Jalan Mas Mansyur, Jalan Abdul Muis, kemudian belok kiri ke arah stasiun Tanah Abang Jalan Jati Baru Raya.
"Kita masuk sini (Tanah Abang) bayar mas, kalau mikrolet ditarik Rp 3 ribu rata-rata per pos," ujar salah satu sopir mikrolet, Suprapto kepada merdeka.com, Jakarta, Jumat (2/8).
Menurut Prapto, berbeda dengan bus Mayasari Jurusan Tanah Abang-Bekasi atau bus ukuran besar, mereka bayar ke timer atau penguasa lahan berkisar Rp 10.000-Rp 15.000 per ngetem.
"Hitung aja berapa yang didapat, misalnya di atas 200 armada. Itu jam-jaman lagi," terang Prapto.
Jika dihitung kasar uraian Prapto, dari pagi sampai sore bisa ada perputaran 500 mikrolet. Sementara untuk bus besar 200 armada. Jika mikrolet 500 dikalikan Rp 3 ribu maka akan terkumpul Rp 1.500.000 untuk mikrolet dan Rp 2 juta untuk bus. Satu pos dalam sehari bisa mengumpulkan Rp 3,5 juta.
Untuk Kawasan Tanah Abang sendiri, Prapto menambahkan, ada sejumlah titik dirinya harus setor uang masuk atau bisa dikatakan uang keamanan.
"Kita mulai dari Stasiun Tanah Abang Jalan Jati Baru itu sekali bayar, di bawah kolong jembatan fly over itu loh," katanya.
Kemudian, lanjut Prapto, mulai masuk Jalan Kebon Jati tepat di pojokan Pasar Tanah Abang Blok G juga ditarik kembali Rp 3.000 untuk jenis mikrolet.
"Lantas keluar Jalan Kebon Jati mutar mau masuk Jalan Mas Mansyur juga ditarik. Mereka biasanya bantu cari penumpang dan bantu memberi aba-aba," jelas Prapto.
Prapto mengaku dirinya masuk Kawasan Tanah Abang untuk mencari penumpang bolak balik sekitar 15 kali dalam sehari.
"Ya kita tahu sama tahu, kalau gak gitu gak dapat penumpang. Saya sangat setuju jika ditertibkan," tandasnya.