Setiap orang bernapas sebagai refleks tubuh untuk bertahan hidup. Tapi, tidak bagi Yosua Herron. Bocah sembilan bulan asal Oelwein, Iowa, ini bisa mendadak lupa bernapas. Sepanjang 2010, ia mengalami serangan lupa bernapas 19 kali, saat tidur.
Gangguan pernapasan itu terdeteksi sejak Yosua lahir. Tim dokter Mercy Hospital, yang menangani kelahirannya, menemukan kadar laktat tak normal di tubuh Yosua. Ini membuat kondisinya seperti bayi di ujung kematian.
Dari rumah sakit itu, Yosua kemudian ditransfer ke Royal Children Hospital dan menjalani perawatan selama 11 hari. Dokter sulit mendiagnosis penyakitnya. Dugaan sementara, ia mengalami ketidakmatangan otak dan pusat pernapasan saat di dalam kandungan.
Meski belum sembuh, putra pasangan Susie dan Damien Herron ini diperbolehkan pulang. Orangtuanya memasang alat pernapasan neo-natal setiap Yosua tidur. Alat itu dilengkapi monitor dan alarm yang akan berbunyi jika sang bocah lupa bernapas selama 20 detik.
Namun, alat itu tak lantas membuat orangtuanya tenang. Mereka selalu khawatir tak mendengar bunyi alarm ketika putranya berhenti bernapas. "Aku bahkan tidak bisa tidur setiap malam. Aku takut jika kami tidur, kami tidak mendengar alarm," kata Susie, seperti dikutip dari news.com.au.
Rasa panik juga selalu menghantui setiap kali alarm berbunyi. Tapi, hal yang lebih menakutkan adalah ketika Susie melihat langsung Yosua berhenti bernapas. Perut kecilnya turun dan tak naik lagi. "Anda tidak tahu apakah ia akan mengambil napas lagi atau tidak," katanya.
Jika napasnya terhenti hingga satu menit, Yosua harus diingatkan untuk bernapas. Caranya, dengan menekan perutnya dan memukul punggung belakang, lalu memberinya napas buatan. Mungkin terdengar brutal, tapi ini satu-satunya cara untuk membuatnya bertahan hidup.
Yosua mengalami serangan pertama dua bulan sepulang dari rumah sakit. Pada 2010, dari total 19 kali serangan, bocah itu pernah mengalami serangan sebanyak enam kali dalam jangka waktu 10 hari.
Artikel Menarik Lainnya DISINI gan
Gangguan pernapasan itu terdeteksi sejak Yosua lahir. Tim dokter Mercy Hospital, yang menangani kelahirannya, menemukan kadar laktat tak normal di tubuh Yosua. Ini membuat kondisinya seperti bayi di ujung kematian.
Dari rumah sakit itu, Yosua kemudian ditransfer ke Royal Children Hospital dan menjalani perawatan selama 11 hari. Dokter sulit mendiagnosis penyakitnya. Dugaan sementara, ia mengalami ketidakmatangan otak dan pusat pernapasan saat di dalam kandungan.
Meski belum sembuh, putra pasangan Susie dan Damien Herron ini diperbolehkan pulang. Orangtuanya memasang alat pernapasan neo-natal setiap Yosua tidur. Alat itu dilengkapi monitor dan alarm yang akan berbunyi jika sang bocah lupa bernapas selama 20 detik.
Namun, alat itu tak lantas membuat orangtuanya tenang. Mereka selalu khawatir tak mendengar bunyi alarm ketika putranya berhenti bernapas. "Aku bahkan tidak bisa tidur setiap malam. Aku takut jika kami tidur, kami tidak mendengar alarm," kata Susie, seperti dikutip dari news.com.au.
Rasa panik juga selalu menghantui setiap kali alarm berbunyi. Tapi, hal yang lebih menakutkan adalah ketika Susie melihat langsung Yosua berhenti bernapas. Perut kecilnya turun dan tak naik lagi. "Anda tidak tahu apakah ia akan mengambil napas lagi atau tidak," katanya.
Jika napasnya terhenti hingga satu menit, Yosua harus diingatkan untuk bernapas. Caranya, dengan menekan perutnya dan memukul punggung belakang, lalu memberinya napas buatan. Mungkin terdengar brutal, tapi ini satu-satunya cara untuk membuatnya bertahan hidup.
Yosua mengalami serangan pertama dua bulan sepulang dari rumah sakit. Pada 2010, dari total 19 kali serangan, bocah itu pernah mengalami serangan sebanyak enam kali dalam jangka waktu 10 hari.
Artikel Menarik Lainnya DISINI gan
