byakuya
IndoForum Activist C
- No. Urut
- 46894
- Sejak
- 25 Jun 2008
- Pesan
- 14.460
- Nilai reaksi
- 288
- Poin
- 83
Nestle menghadapi tekanan di dunia digital setelah video Greenpeace muncul di YouTube. Nestle dituduh menggunakan minyak sawit dari area pembalakan hutan Indonesia.
Video aktivitas Greenpeace sedang menggigit lembut jari orang utan dan bukannya coklat KitKat telah ditonton lebih dari 750 ribu kali dalam sepekan terakhir. Serangan pada Nestle itu mengikuti serangan lain di Twitter dan Facebook.
Video tersebut diposting sebagai bagian kampanye Greenpeace untuk mengingatkan Nestle yang terus melanjutkan mengambil minyak kelapa sawit dari salah satu perusahaan asal Indonesia, Sinar Mas yang dituduh melakukan pembalakan hutan liar secara ilegal dan pengrusakan lahan.
Nestle mengeluarkan petisi kepada YouTube untuk menghapus video yang merujuk kepada pelanggaran hak cipta yang menampilkan logo KitKat yang dibaca sebagai pembunuh. Sementara halaman Facebook Nestle dipenuhi dengan posting beraroma negatif dari pembenci perusahaan.
“Kami menyambut komentar Anda, tetapi tolong jangan posting menggunakan versi modifikasi logo kami dalam foto profil Anda, atau akan dihapus,” tulis moderator Nestle.
Perusahaan saat ini tengah menghadapi boikot produknya. Sehari setelah video itu muncul, Nestle disebut membatalkan kontrak mengambil minyak kelapa sawit secara langsung dari Sinar Mas.
Tetapi kekecewaan Greenpeace terus berlanjut karena Nestle akan terus menerima pasokan minyak melalui penyalurnya Cargill.
Belinda Fletcher, juru kampanye Greenpeace mengatakan sensor Nestle telah membakar semangat kampanye lebih besar, bukan memadamkannya.
Analis Reputasi dan Risiko Online SR7 mengatakan bahwa jumlah warga Australia di media sosial jumlahnya ribuan dan lebih dari 4 ribu orang telah masuk ke halaman Facebook Nestle sejak Jumat (26/03).
“Mereka semua mengatakan hal negatif,” ujar Direktur SR7 James Griffin.
“Hal tersebut berarti 92 ribu fans yang ada di sana sekarang membaca banyak hal negatif tentang perusahaan,” ujar Griffin. “Akan menjadi isu besar bagi Nestle jika orang mulai memboikot produk mereka seperti yang telah dijanjikan.”
Scott Rhodie, Direktur Agensi Relasi Publik Digital House Party mengatakan bahwa sangat jelas bahwa Nestle tidak memiliki rencana komunikasi pada tempatnya dan mengabaikan peraturan media sosial.[
Video aktivitas Greenpeace sedang menggigit lembut jari orang utan dan bukannya coklat KitKat telah ditonton lebih dari 750 ribu kali dalam sepekan terakhir. Serangan pada Nestle itu mengikuti serangan lain di Twitter dan Facebook.
Video tersebut diposting sebagai bagian kampanye Greenpeace untuk mengingatkan Nestle yang terus melanjutkan mengambil minyak kelapa sawit dari salah satu perusahaan asal Indonesia, Sinar Mas yang dituduh melakukan pembalakan hutan liar secara ilegal dan pengrusakan lahan.
Nestle mengeluarkan petisi kepada YouTube untuk menghapus video yang merujuk kepada pelanggaran hak cipta yang menampilkan logo KitKat yang dibaca sebagai pembunuh. Sementara halaman Facebook Nestle dipenuhi dengan posting beraroma negatif dari pembenci perusahaan.
“Kami menyambut komentar Anda, tetapi tolong jangan posting menggunakan versi modifikasi logo kami dalam foto profil Anda, atau akan dihapus,” tulis moderator Nestle.
Perusahaan saat ini tengah menghadapi boikot produknya. Sehari setelah video itu muncul, Nestle disebut membatalkan kontrak mengambil minyak kelapa sawit secara langsung dari Sinar Mas.
Tetapi kekecewaan Greenpeace terus berlanjut karena Nestle akan terus menerima pasokan minyak melalui penyalurnya Cargill.
Belinda Fletcher, juru kampanye Greenpeace mengatakan sensor Nestle telah membakar semangat kampanye lebih besar, bukan memadamkannya.
Analis Reputasi dan Risiko Online SR7 mengatakan bahwa jumlah warga Australia di media sosial jumlahnya ribuan dan lebih dari 4 ribu orang telah masuk ke halaman Facebook Nestle sejak Jumat (26/03).
“Mereka semua mengatakan hal negatif,” ujar Direktur SR7 James Griffin.
“Hal tersebut berarti 92 ribu fans yang ada di sana sekarang membaca banyak hal negatif tentang perusahaan,” ujar Griffin. “Akan menjadi isu besar bagi Nestle jika orang mulai memboikot produk mereka seperti yang telah dijanjikan.”
Scott Rhodie, Direktur Agensi Relasi Publik Digital House Party mengatakan bahwa sangat jelas bahwa Nestle tidak memiliki rencana komunikasi pada tempatnya dan mengabaikan peraturan media sosial.[
