• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Renungan Harian

Kamis, 4 September 2008
Bacaan : Mazmur 92:13-16
GEREJA TEMPAT BERTUMBUH

Ada ungkapan bernada gurau: "Gereja Kristen Jalan-jalan". Istilah itu mengacu pada orang kristiani yang enggan menetap dan bertumbuh di satu gereja tertentu, tetapi berpindah dari satu gereja ke gereja lain. Bila diibaratkan suatu hubungan, mereka hanya ingin menikmati asyiknya berpacaran, tetapi enggan berkomitmen dan membina kehidupan berkeluarga.

Berjalan kaki pada pagi hari secara teratur tentu sangat dianjurkan demi menjaga kebugaran, namun berjalan-jalan dari gereja ke gereja setiap minggu malah akan mengganggu kesehatan rohani kita. Pemazmur antara lain menggambarkan kehidupan orang benar sebagai pohon yang "ditanam di bait TUHAN" (Mazmur 92:14). Supaya bertumbuh dengan baik, sebuah pohon perlu mengembangkan akarnya guna menyerap air dan sari-sari makanan yang tersedia di tanah.

Anda tentu bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau sebuah pohon yang baru ditanam kemudian dicabut, lalu ditanam di tempat lain, lalu dicabut lagi, lalu ditanam di tempat lain lagi. Tidak ayal pohon itu akan layu sebelum berkembang.

Kita tidak hanya dipanggil untuk menjadi percaya, tetapi juga untuk menjadi anggota tubuh Kristus (1Korintus 12:27). Itulah salah satu makna yang terkait dalam gambaran Paulus tentang gereja sebagai "satu tubuh banyak anggota". Maka sudah semestinya kita berkomitmen di dalam gereja lokal. Dengan berkomitmen secara rohani, kita berakar dan menerima asupan makanan rohani secara teratur. Kita juga mendapatkan "tanah tempat bertumbuh", yaitu komunitas orang percaya, untuk saling mengasihi dan melayani menuju kedewasaan rohani -ARS

KOMITMEN TERHADAP GEREJA MENUNJUKKAN TANGGUNG JAWAB
KEPADA KRISTUS, SANG KEPALA GEREJA
 
Sabtu, 6 September 2008
MELIHATNYA DALAM GELAP
Bacaan : Roma 5:1-6

Suatu malam, sebuah gereja yang ada di desa mengadakan kebaktian penyegaran iman dan mereka mengundang seorang pendeta untuk berkhotbah. Desa tersebut baru saja mendapat sambungan aliran listrik sehingga ruang kebaktian gereja mendapat penerangan dari lampu pijar. Ketika sang pendeta tengah berkhotbah, tiba-tiba listrik mati. Ruangan ibadah pun menjadi gelap gulita. Sang pendeta bingung; harus terus berkhotbah atau menunggu listrik menyala. Tiba-tiba seorang anggota majelis berbisik, "Teruslah berkhotbah, Pak Pendeta. Kami masih bisa melihat Yesus di dalam gelap."

Hidup bisa tiba-tiba menjadi gelap saat kita menghadapi kesengsaraan; kehilangan orang terkasih, sakit-penyakit, kegagalan bisnis. Semua itu membuat hari-hari tampak suram. Ibarat mati lampu, keadaan di sekeliling menjadi tampak gelap. Namun, orang yang beriman pada Kristus dapat tetap berdiri, bahkan bermegah. Mengapa? Sebab ada pengharapan. Kita yakin, di tengah gelapnya hidup, Yesus beserta. Kita bisa melihat Dia dalam gelap. Oleh sebab itu, kesengsaraan tidak perlu menjatuhkan iman, tetapi menguji iman kita untuk naik setingkat lebih tinggi. Pengalaman membuktikan, hari-hari gelap justru merupakan saat di mana Tuhan mendekat; saat di mana kita merasakan pertolongan dan kuasa-Nya secara istimewa.

Apakah jalan di depan Anda tampak gelap? Jangan takut, apalagi sampai kehilangan kegembiraan hidup. Percayalah, semakin sulit jalan hidup Anda, semakin nyata Tuhan menyertai Anda. Seperti orangtua yang memberi perhatian khusus saat anaknya sakit, Tuhan pun begitu. Di topan gelap, Anda didekap -JTI

GELAPNYA JALAN TAK PERLU MENGHENTIKAN LANGKAH
SELAMA PELITA ANDA TETAP MENYALA
harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan (Matius 23:23)
 
:D

Suatu malam, sebuah gereja yang ada di desa mengadakan kebaktian penyegaran iman dan mereka mengundang seorang pendeta untuk berkhotbah.

Inikan sangat protestan sekali Bro, pertama kita ngga mengenal yg namanya kebaktian dan lagi untuk penyegaran iman kita ngga ngundang pendeta ;;)

Lebih selektif lah sedikit Bro, kan namanya juga forum Katolik :">
 
maaf, saya ambil dr tetangga sih :">
maaf ya manukdadali, saya ga akan post sembarangan lagi deh, biar yg lbh berpengalaman aja yg post :)
 
:D

.......saya ga akan post sembarangan lagi deh, biar yg lbh berpengalaman aja yg post

Eh jangan gitu Non, kalau soal renungan sih siapa aja mestinya bisa >:D<, cuma yah harus sesuai dengan iman kita, kalau salah salah yah paling di protes orang, yah di perbaiki lagi aja, jadi makin lama makin oke.

Gitu Non, ditunggu renungannya ya....

MGBU
 
Yap,jangan takut untuk berbuat salah

Dan tidak masalah kok salah,namanya jg manusia /gg
 
Right.
Yang penting niatnya non Angel tulus mau share sesuatu yang berharga wat kita smua. Tul ngga? Key deh. Di tunggu post2nya yang laen. Salam damai....>:D<
 
:D



Inikan sangat protestan sekali Bro, pertama kita ngga mengenal yg namanya kebaktian dan lagi untuk penyegaran iman kita ngga ngundang pendeta ;;)

Lebih selektif lah sedikit Bro, kan namanya juga forum Katolik :">

ckckck...orang mah perhatiin message nya.
eh ini sentimen ama istilah2 nya "protestan"

jadi pengen nyanyi lagu anak2 nih:
katak2 dalam tempurung..sudahkah kau melihat
bisakah kau perhatikan
dunia yg lebih luas dsana...

to moderator:
mau tanya nih..kita ga ada ts unt kesaksian2 yah? berhubung Tuhan Yesus kita itu Tuhan yang hidup penuh kuasa dan bekerja sampai sekarang?
kalo ada kesaksian2 ttg kebaikan dan mujizat Tuhan Yesus, pasti iman kita semakin dikuatkan.
Rev 12:11 Dan mereka mengalahkan dia(iblis) oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut.
kapan nih ada ts nampung kesaksian?
 
Sejak kapan di Katolik ada yg namanya kebaktian ?

Jangan nge Flame lah - lagu kodok sebetulnya lebih tepat untuk kamu sendiri

ha ha ha .............
 
@ImmanuelJc & manukdadali

dimohon untuk tidak melakukan Flame di Forum Religi....
 
Renungan dari Romo Maryo...

[size=+2]“Sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!"[/size]

(Yun 3:1-10; Luk 11:29-32)



“Ketika orang banyak mengerumuni- Nya, berkatalah Yesus: "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini. Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo! Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!"(Luk 11:29-32), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Penjahat pada umum peka terhadap lingkungan hidup dimana ia hendak berbuat jahat, namun kiranya mereka buta terhadap aneka macam sentuhan, bisikan atau sapaan untuk berbuat baik atau hal-hal yang bersifat spiritual atau berbudi pekerti luhur. “Orang-orang Ninive bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih besar dari pada Yunus”, demikian sabda Yesus. Dalam tatanan atau aturan moral ada tiga tingkatan: sopan santun -> hukum -> moral , sedangkan dalam psiko-religius juga ada tiga tingkatan atau taraf: psiko-phisik -> psiko-sosial -> psiko spiritual rational. Orientasi hidup dan cara bertindak kebanyakan orang kiranya berada dalam tatanan hukum dan taraf psiko-sosial; dalam tingkat atau taraf hidup ini orang dapat berkembang naik ke tingkat atau taraf moral atau psiko-spiritual rational , tetapi juga dapat turun ke tingkat atau taraf sopan santun atau psiko-phisik Sebagai orang beriman kita diharapkan tumbuh berkembang dalam hal hidup dan bertindak ke taraf moral atau psiko-spiritual rational, peka terhadap kehendak Tuhan atau bisikan Roh Kudus yang antara lain menggejala dalam mereka yang berkehendak baik serta berbudi pekerti luhur, antara lain dalam bentuk keutamaan-keutamaan seperti “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (gal 5:22-23) .Maka marilah kita membuka hati, jiwa, akal budi dan tubuh kita terhadap aneka penghayatan keutamaan dalam diri saudara-saudari kita, dan kemudian meneladan atau mengikutinya agar kita tidak menjadi ‘angkatan yang jahat’. Hemat saya keutmaan-keutamaan tersebut dihayati oleh saudara-saudari kita semua, tanpa pandang bulu atau SARA, usia, jabatan atau kedudukan.

· “Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan- Nya terhadap mereka, dan Ia pun tidak jadi melakukannya.” (Yun 3:10). Kutipan ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi bagi siapapun yang masih berbuat jahat dalam bentuk apapun. Aneka malapetaka atau bencana seperti banjir, tanah longsor dst..yang sering terjadi pada masa kini kiranya antara lain disebabkan oleh cara hidup atau cara bertindak para penjahat atau orang-orang serakah yang cara hidup dan cara bertindaknya berorientasi pada hal-hal phisik atau harta benda atau uang alias materialistis. Para pengusaha dengan mengandalkan dana atau uang serta backing dari pejabat tertentu melakukan pembabatan hutan, pengeringan lahan sawah menjadi perumbahan, situs-situs penampungan air menjadi gedung berbeton, pengambilan air tanah tanpa aturan atau tanpa batas dst..hemat saya merupakan bentuk kejahatan structural. Kolusi pada para pejabat di badan publik dengan para pengusuha atau bisnis juga merupakan bentuk kejahatan structural. Kejahatan struktural rasanya lebih sulit untuk didobrak atau ditobatkan daripada kejahatan pribadi Mereka yang sering dseibut penjahat seperti pencopet, pendong, pencuri dst.. hemat saya bertindak demikian karena kejahatan struktural yang terjadi; mereka pada dasarnya adalah orang-orang baik dan harus berbuat jahat karena terpaksa harus mempertahankan hidup yang dianugerahkan oleh Tuhan dan tiada yang memberi kesempatan dan kemungkinan untuk bekerja sebagaimana mestinya. Mereka adalah korban-korban keserakahan sementara orang. Sekali lagi kami berharap semoga para penjahat bertobat dan rasanya harus disponsori dan dimulai oleh para penjahat struktural serta menghindarkan atau memberantas aneka macam bentuk keserakahan atau mencari keuntungan diri sendiri maupun kelompok atau golongannya.



“Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku “ (Mzm 51:3-4.12-13)




Jakarta, 4 Maret 2009
 
Renungan dari Romo Maryo...

“Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepadaNya."

(Est.4:10a.10c-12.17-19; Mat 7:7-12)



"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” (Mat 7:7-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.



Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Orangtua atau bapak-ibu pasti akan memberikan apa yang baik kepada anak-anaknya serta tidak akan mencelakakan anak-anaknya. Kita, manusia, adalah ciptaan Allah, dan Allah menghendaki agar hidup kita di dunia ini bahagia, selamat dan sejahtera serta kelak ketika dipanggil Tuhan/meninggal dunia hidup mulia kembali bersama Allah di sorga. Agar apa yang menjadi kehendak Allah ini menjadi nyata atau terwujud kepada kita dianugerahi aneka kemampuan dan keterampilan untuk mengusahakannya, maka selain harus bekerja keras kiranya kita juga sering berdoa, ‘ora et labora’. Hanya mengandalkan kemampuan manusia belaka kiranya apa yang menjadi kehendak Allah akan sulit terlaksana, maka kita tidak boleh meninggalkan atau mengabaikan hidup doa. Berdoa berarti mengarahkan hati sepenuhnya kepada Allah dan mungkin juga disertai ungkapan isi hati berupa permohonan, syukur atau pujian kepadaNya. Yang perlu kita perhatikan kiranya isi permohonan dalam berdoa: hendaknya mohon kepada Allah ‘apa yang baik’ dan apa yang disebut baik senantiasa berlaku umum atau universal, maka hendaknya jangan hanya mohon demi kepentingan diri sendiri atau kelompok sendiri. Di dalam doa umat dalam Perayaan Ekaristi, sebagaimana tertulis dalam buku liturgi, dapat kita lihat ada 4 (empat) isi doa, yaitu: berdoa bagi para pemimpin Negara atau bangsa serta masyarakat, bagi para pimimpin agama/Gereja, bagi mereka yang miskin dan berkekarangan dan bagi diri kita sendiri. Apa yang dimohon dalam doa-doa tersebut adalah demi keselamatam dan kebahagiaan umum, maka hendaknya jika kita berdoa juga mohon bagi 4 (empat) kepentingan tersebut. Kita mohon agar para pemimpin masyarakat maupun agama senantiasa mengusahakan keselamatan dan kebahagiaan rakyat atau umatnya, mohon agar mereka yang miskin dan berkekurangan memperoleh perhatian yang memadai dan baru mohon bagi kepentingan diri kita sendiri.

· "Semua pegawai raja serta penduduk daerah-daerah kerajaan mengetahui bahwa bagi setiap laki-laki atau perempuan, yang menghadap raja di pelataran dalam dengan tiada dipanggil, hanya berlaku satu undang-undang, yakni hukuman mati. Hanya orang yang kepadanya raja mengulurkan tongkat emas, yang akan tetap hidup. Dan aku selama tiga puluh hari ini tidak dipanggil menghadap raja.” (Est 4:11). Emas merupakan logam termulia, ketika dibakar tidak musnah melainkan semakin murni dan sejati. “Hanya orang yang kepadanya raja mengulurkan tongkat emas, yang akan tetap hidup”, kata-kata ini kiranya merupakan symbol bahwa siapapun yang menerima anugerah atau rahmat Allah pasti akan hidup selama-lamanya. Apa yang disebut ‘menerima’ hemat saya tidak hanya pasif atau menunggu saja, melainkan kreatif dan proaktif dengan membuka hati, jiwa, akal budi dan tubuh alias ‘mendengarkan dengan sepenuh hati’. Sikap inilah yang dibutuhkan dalam berdoa, dimana pertama-tama dan terutama orang menghadirkan diri sepenuhnya di hadirat llahi/Allah dengan sikap penyerahan diri. Memang untuk itu perlu persiapan yang baik dan memadai. Dalam bahasa Latihan Rohani St.Ignatius Loyola hal ini disebut ‘compositio loci’ Compositio antara lain berarti berarti menyusun, maka mengawali doa kita diharapkan menempatkan diri dalam susunan lingkungan di mana kita berada, fungsi kita masing-masing di dalam lingkungan hidup. Kita menyadari dan menghayati kehadiran Allah di dalam lingkungan hidup kita dan kemudian mendengarkan apa kehendak Allah bagi kita dalam lingkungan hidup tersebut. “Deus semper maior es” = Tuhan Allah senantiasa lebih besar dari segalanya, maka ketika kita dapat mendengarkan kehendak Tuhan Allah pasti akan dipengaruhiNya, dan mau tidak mau harus melaksanakan kehendakNya, yaitu hidup dan bertndak demi keselamatan jiwa saya sendiri maupun sesama manusia.



“Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah aku akan bermazmur bagi-Mu. Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu. Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku.” (Mzm 138:1-3)

.

Jakarta, 5 Maret 2009
 
Saya mengambil dari sini, dia seorang romo Xaverian P. La Nike Joanes SX.

YESUS TAK PUNYA TANGAN LAGI,

TANGAN KITALAH ......




Suatu hari saya mengadakan sebuah retret yang lazim dilakukan seorang frater Xaverian menjelang tahun ajaran baru. Ketika saya memasuki lingkungan rumah retret itu, saya dikagetkan oleh salib dengan corpus Yesus yang tak memiliki kaki dan tangan. Aku merasa aneh dengan pemandangan tesebut. “Apa yang tejadi sehingga corpus Yesus itu puntung?”, tanyaku dalam hati. Karena penasaran, aku mendekatkan diri untuk membaca tulisan yang menempel, tepat dibawah salib itu. Kucondongkan badanku dan kubaca tulisan itu pelan-pelan; “Yesus tak punya tangan lagi , tangan kitalah perpanjangan tangaNya, untuk melakukan perkerjaanNya di masa kini, Yesus tak punya kaki lagi, kaki kitalah perpanjangan kakiNyya, untuk berjalan diantara orang-orang masa kini, Yesus tak punya suara lagi, suara kitalah penyambung suaraNya, untuk menuntun orang-orang kepada-Nya, Yesus tak punya tenaga lagi, tenaga kitalah penyambung kekuaranNya untuk menuntun orang-orang kepadaNya. Yesus tak punya.......”

Pada renungan malam, pikiranku masih disibukkan dengan sekitar corpus puntung itu serta tulisan yang tertera di bawahnya. Berdasarkan ini, kiranya banyak hal yang hendak disapaikan: Yesus membutuhkan partisipasi kita sebagai umat manusia dalam mewujudkan karya keselamatan. Mengapa? Apakah Ia tak mampu dengan tugasNya ini? Saya kira bukan karena tak mampu. Jika Ia selama hidupnya membuat banyak mujizat, dan apalagi Dia adalah Tuhan, tentu mampu menjalankan misi yang dipercayakan Bapa kepada-Nya. Jadi bukan Yesus tidak mampu, tetapi sungguh Ia mau mengikutsertakan kita. Mengikutsertakan, berarti menghargai dan mengembangkan diri kita sesuai dengan bakat dan telenta yang kita miliki. Itulah bagian dari panggilan kristiani.

Kitab Suci menceriterakan banyak kisah tentang orang-orang yang ada disekitar Yesus. Para murid, misalnya, selalu menyertai Yesus dalan perjalananNya keluar – masuk desa dan kota. Nampaknya ada juga sekelompok ibu-ibu sibuk menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan Yesus. (bdk. Mat. 27;55). Lukas menuliskan; “perempuan-perempuan itu melayani rombongan (Yesus dan para muridNya) dengan kekayaan mereka” (Luk.8;3). Perempuan itu sebenarnya orang-orang yang telah merasakan cinta Tuhan; mengalami kesembuhaan. Jadi mereka terdorong melayani Yesus dan para muridNya, sebagai ungkapan syukur dan terimakasih atas cinta Tuhan. Kita ingat apa yang dibuat ibu mertua Petrus setelah disembuhkan oleh Yesus dari penyakit demam: “Perempuan itu segera bagun dan melayani mereka.” (Luk.4;39)

Gereja menegaskan bahwa berkat sakramen Baptis, seluruh umat kristiani, dengan cara mereka sendiri mengembang tugas sebagai imam, nabi dan raja. Dengan demikian sesuai dengan kemampuan, mereka diharapkan berparitisipasi dalam tugas perutusan umat kristiani di dalam Gereja dan di dunia.( bdk LG.31). Dibandingkan dengan para pastor dan suster serta bruder atau frater, umat kristiani pada umumnya dipanggil cenderung mengurusi hal-hal yang fana, tapi diharapkan mengaturnya seturut kehendak Allah. Yang fana pun bisa menjadi sarana yang perlu dan penting untuk menunjang karya para pewartaan.

Pengalaman p. Agustinus Utomo,sx dalam bermisi di Kolombia dan pelayanan mba Martivi, yang anda temukan dalam bulettin ini, adalah ungkapan dari suatu keputusan untuk ambil bagian dalam karya misi universal Gereja. Mereka telah memutuskan untuk menjadi tangan, kaki, suara Yesus pada zaman ini. Memang tidak selalu berjalan mulus. Harus bergulat dengan tawaran dunia, tetapi ada keyakinan bahwa Tuhan tidak akan mebiarkan anak-anaknya berjuang sendirian. Bagaimana dengan keterlibatan anda? Maukah anda menjadi perpanjangan tangan, kaki, suara Yesus? Sekecil apapun keterlibatan kita, tapi bisa sangat bernilai bagi Gereja.

Beato Conforti, pendiri SX, sangat menganggumi keterlibatan kaum awan dalam karya misioner. Hampir setiap kali mengutus para misionarisnya ke Cina, dia mengundang umat untuk menyaksikan acara yang mengharukan itu dan mengajak mereka agar terlibat dalam tugas perutusan itu dalam bentuk doa dan materi sekali pun. Dia menyampaikan syukur dan terimakasih atas penderma yang murah hati menyisihkan rejekinya bagi karya misioner. Menurut Beato Conforti, mereka itu adalah pelayan-pelayan Penyelengaraan Ilahi, yang memberi pakaian kepada bunga bakung di padang dan.... terlebih memelihara mereka yang mengabdikan diri kepada perluasan Kerajaan Allah (pidato perpisahan P. Alessandro Chiarel,sx dkk.). Para misionarisnya diajak agar dalam doa mereka tidak melupakan semua orang yang telah bermurah hati. Dengan demikian terjalin suatu kesatuan: saling mendukung. Entah tangan, atau kaki, ataupun suara, semua adalah anggota tubuh. Sama dengan kita, entah status kita sebagai pastor, suster, bruder, frater atau awam, kita adalah anggota Gereja, dengan cara masing-masing, kita ikut mendukung karya misi gereja.

Maka marilah, berkat partisipasi itu, kita menjadikan dunia satu keluarga yang damai dan tentram. Semoga!

P. La Nike Joanes SX
 
Mendobrak Mitos

- Jawaban.com -
View: 1569 times
Yohanes 8:31-32
Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 10; Matius 10; 2 Tawarikh 22

Para gamers (orang-orang yang hobi main game), pasti tahu bahwa pengetahuan itu penting untuk menang. Tahu memilih senjata yang sesuai, kendaraan yang baik, menemukan bonus-bonus, dan lain-lain. Dengan pengetahuan yang baik, kita dapat mengeruk keuntungan untuk memenangkan permainan. Jelas dalam permainan video game, pengetahuan lebih diperlukan dibandingkan dengan kekuatan yang hanya membuat kita bisa main game lebih lama.

Kebenaran Alkitab memberikan kita banyak informasi dan pengetahuan untuk memenangkan ‘game-game' kehidupan. Ketidaktahuan kita merupakan peluang bagi iblis untuk menipu dan menghancurkan kita. Salah satu senjata iblis yang paling berbahaya ialah tipu muslihat. Di dalam bahasa Yunani, kata tipu muslihat berasal dari kata Yunani ‘methodeia' atau ‘methodos' (method / metode) yang artinya mengejar pengetahuan. Jadi, iblis memulai pekerjaannya dengan mengejar dan mengumpulkan pengetahuan terlebih dahulu. Lebih tepatnya lagi, ia mengumpulkan pengetahuan untuk disembunyikan sehingga manusia hidup di bumi dengan informasi yang salah.

Informasi yang salah sering disebut juga sebagai mitos. Ada mitos-mitos tentang pelayanan, uang, seks dan lain-lain. Hidup dengan informasi yang salah akan membawa kita pada perbudakan paradigma (perbudakan perspektif dan pola pikir). Perbudakan paradigma berarti hidup dengan pola pikir yang sempit. Dengan pola pikir yang sempit kita hidup dengan pilihan-pilihan yang terbatas, tidak bisa melihat peluang dan alternatif yang lain, tidak kreatif, ketakutan, kebingungan dan membawa pada tindakan-tindakan yang hanya menghasilkan solusi sementara.

Tetapi sewaktu kita mengetahui kebenaran Allah sebagai informasi yang original, maka hidup kita dibebaskan dari pola pikir yang sempit, sehingga berakibat kita pun bisa melihat banyak peluang, kreatif, berani, memiliki kepastian yang membawa pada tindakan-tindakan yang kekal.

Hanya orang berpola pikir sempitlah yang akan menganggap mitos sebagai kebenaran. Peganglah Firman sebagai kebenaran hakiki dalam hidup Anda.
 
Rabu, 21 Oktober 2009
Hari Biasa Pekan XXIX


Rm 6:12-18; Mzm 124:1-8; Luk 12:39-48.


Renungan

Hamba yang baik harus selalu siap sedia karena majikannya akan datang tanpa disangka-sangka. Selama majikannya pergi ia harus tetap menjalankan tugasnya. Kesetiaannya tidak tergantung lagi pada hadir atau tidaknya sang majikan. Hamba yang baik selalu membawa kehadiran sang majikan dalam hatinya.

Bila kita menjadi baik hanya selama kita merasakan kehadiran Tuhan setelah kesempatan-kesempatan istimewa, kita hanyalah hamba yang tidak tahu diri. Kesetiaan bukanlah soal perasaan yang bisa berubah-ubah, melainkan soal pilihan.

Penebusan Kristus atas diri kita tidak terjadi di awang-awang, melainkan dalam kenyataan diri kita yang memiliki tubuh. Karena itulah Paulus mengingatkan bahwa tubuh kita bisa menjadi tempat rahmat sekaligus tempat dosa. Semuanya tergantung pada pilihan bebas kita. Pada kenyataannya, tubuh kita ini begitu mudah kita biarkan untuk menjadi budak dosa. Maka, kemerdekaan dari dosa harus juga menyangkut secara nyata kemerdekaan dari kebiasaan menggunakan tubuh kita untuk hal-hal yang berdosa.

Doa: Yesus, pertolonganku ada dalam nama-Mu. Mampukan aku untuk menggunakan tubuhku dalam kekudusan-Mu. Bimbing aku untuk selalu siap sedia bagi-Mu. Amin.



Ziarah Batin 2009, Renungan dan Catatan Harian
 
Kamis, 22 Oktober 2009
Hari Biasa Pekan XXIX

Roma (6:19-23); Mzm (1:1-2.3.4.6) ; Lukas (12:49-53)


Renungan

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
• Ketika terjadi kebakaran rumah atau gedung kiranya hampir semua jenis barang dan bahan material bangunan dapat luluh lantak atau menjadi abu, kecuali logam emas murni. Emas murni terbakar berarti semakin nampak kemurnian atau keasliannya. Sabda Yesus hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk mawas diri: sejauh mana kita setia pada charisma atau spiritualitas atau visi kita masing-masing, entah secara pribadi maupun organisatoris. Berbagai tantangan, hambatan, masalah maupun godaan kiranya sedikit banyak telah membuat kita kurang setia pada charisma, spiritualitas atau visi yang pernah kita ikrarkan, bahkan ada kecenderungan sementara orang untuk hidup dan berindak hanya mengikuti selera pribadi alias seenaknya sendiri serta mengesampingkan aneka aturan dan tatanan hidup yang berfungsi sebagai pendukung penghayatan charisma, spiritualitas atau visi. Maka dengan ini kami mengajak kita semua: Marilah kita setia pada charisma, spiritualitas atau visi kita masing-masing, dan sekiranya telah mengalami erosi dalam penghayatan, marilah kita memperbaharui diri, back to basic. Sebagai suami-isteri hendaknya setia pada pasangan masing-masing, saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, serta meninggalkan semangat kekanak-kanakan, sebagai religius marilah kita setia pada charisma pendiri serta meninggalkan cara hidup dan cara bertindak menurut adapt-istiadat keluarga yang tidak sesuai dengan charisma, dst.. Bagi kita semua orang beriman, hendaknya kita hidup dan bertindak sesuai dengan iman kita, hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Orgnanisasi-organisasi politik, kemasyarakatan, social dst.. hendaknya setia pada visi dasar organisasi, meskipun perwujudan strategi cara bertindak senantiasa dapat berubah sesuai tuntutan zaman, situasi dan kondisi.

"Aku mengatakan hal ini secara manusia karena kelemahan kamu. Sebab sama seperti kamu telah menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan yang membawa kamu kepada kedurhakaan, demikian hal kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan." (Rm 6:19), demikian kesaksian iman Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua umat beriman. Kita semua dipanggil untuk "menyerahkan anggota-anggota tubuh kita menjadi hamba kebenaran yang membawa kita kepada pengudusan atau kesucian". Anggota-anggota tubuh yang mungkin perlu kita perhatikan antara lain: pancaindera (mata, telinga, hidung, dst..), kaki dan tangan, dan yang tak boleh dilupakan tentu saja alat kelamin. Hendaknya memfungsikan anggota-anggota tubuh tersebut untuk berbuat benar atau melakukan apa-apa yang baik, yang membawa kita menuju ke kesucian atau pengudusan diri kita. Pada masa kini mungkin baik saya angkat masalah anggota tubuh yang cukup vital yaitu alat kelamin, entah penis atau vagina. Banyaknya pengguguran kandungan yang dilakukan oleh para remaja kita yang belum menikah menunjukkan bahwa cukup banyak remaja atau generasi muda memfungsikan alat kelamin demi kenikmatan diri sendiri, bukan demi kehendak Tuhan dalam rangka partisipasi karya penciptaan manusia. Tuhan menganugerahi kenikmatan hubungan seksual bukan untuk berfoya-foya atau cari enak sendiri, melainkan sebagai sarana atau bantuan bagi manusia dalam berpartisipasi dalam karya penciptaan manusia. Maha hendaknya hubungan seksual hanya dilakukan dengan suami atau isterinya sendiri alias dengan pasangan hidup masing-masing, tidak sebelum menikah maupun dengan berselingkuh dengan orang lain. Pengendalian mata dan telinga juga penting bagi kita semua, lebih-lebih bagi anak-anak kecil, yang belum dapat membedakan mana yang baik dan buruk.

Jakarta, 22 Oktober 2009


Ign Sumarya, SJ

 
Minggu, 01 November 2009

HARI RAYA SEMUA ORANG KUDUS:



Why 7:2-4.9-14; 1Yoh 3:1-3; Mat 5:1-12a
“Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga”
Pada hari raya Semua Orang Kudus hari ini kita diajak untuk mengenangkan kembali para santo-santa, khususnya santo atau santa yang menjadi pelindung kita masing-masing. Maka baiklah saya mengajak anda sekalian untuk membaca dan merenungkan kembali riwayat santo atau santa yang menjadi pelindung, sambil mencermati spiritualitas atau semangat yang menjiwai hidupnya. Mungkin kutipan Warta Gembira hari ini, Sabda Bahagia, dapat membantu kita semua dalam mawas diri atau mengenangkan santo atau santa pelindung kita masing-masing dan kemudian meneladan cara hidup atau cara bertindaknya. Maka baiklah secara sederhana saya coba merefleksikan ayat-ayat dari Sabda Bahagia hari ini:

"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Mat 5:3)

Miskin di hadapan Allah berarti terbuka atas kehendak Allah, Penyelenggaraan Ilahi, terbuka terhadap aneka kemungkinan dan kesempatan untuk berubah atau bertobat alias memperbaharui diri. Harapan atau dambaan utama adalah Allah, dan tentu saja hal itu juga dihayati dengan dan dalam hidup mendunia, berpartisipasi dalam seluk-beluk duniawi. Ia menyikapi dan menempatkan aneka macam bentuk harta benda atau sarana-prasarana duniawi sebagai wahana atau sarana untuk semakin memperembahkan diri seutuhnya kepada Allah, semakin dirajai atau dikuasai oleh Allah. Ia mengusahakan kesucian hidup dengan mendunia, terlibat atau berpartisipasi dalam kesibukan sehari-hari sebagaimana dihayati oleh para pekerja; ia tidak ada rasa lekat tak teratur terhadap aneka macam bentuk harta benda atau sarana-prasarana. Kebahagiaan sejati adalah “menemukan Allah dalam segala sesuatu atau menghayati segala sesuatu dalam Allah

Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur” (Mat 5:4)

Yang dimaksudkan berdukacita disini kiranya adalah bekerja keras tanpa kenal lelah dalam rangka menghayati panggilan serta melaksanakan tugas pengutusan atau kewajiban yang terkait dengan panggilannya. Segala tugas pekerjaan atau apapun yang ditugaskan kepadanya selesai pada waktunya dan baik hasilnya, sebagaimana diharapkan. Meskipun harus bekerja keras dan kurang memperoleh perhatian orang lain, ia tetap dinamis, ceria dan bahagia; ia tidak akan merasa sendirian, meskipun secara phisik sendirian, karena Allah bersamanya, hidup dan bekerja dalam dirinya yang lemah dan rapuh. Bukankah ketika usaha keras berhasil baik pada akhirnya akan memperoleh hiburan besar? Maka dengan ini kami mengharapkan kita semua, entah yang belajar atau bekerja, untuk bekerja keras dalam melaksanakan tugas panggilan atau kewajibannya; hendaknya tidak bermalas-malasan. “Wong keset ikut dadi bantaling setan” = “Pemalas menjadi tempat kediaman setan”.

Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi” (Mat 5:5).

Orang lemah lembut pada umumnya juga rendah hati, ia lebih ‘melihat ke bawah’ daripada ‘melihat ke atas’, lebih menunduk daripada menengadah, lebih melihat realitas daripada impian, lebih melihat bumi daripada langit. “Memiliki bumi” berarti mampu menguasai bumi, sebagaimana diperintahkan Allah kepada manusia :"Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi” (Kej 1:26). Bukankah untuk menguasai atau merawat ikan, burung maupun ternak harus lembah lembut, rendah hati, dalam dan oleh kasih, agar mereka tumbuh berkembang dengan baik?. Jika kepada binatang atau tanaman saja kita harus lemah lembut dan rendah hati, apalagi terhadap manusia atau sesama kita. Maka marilah kita saling lemah lembut dalam hidup kita sehari-hari.

Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan (Mat 5:6).

Apa yang dimaksudkan dengan ‘lapar dan haus akan kebenaran’ kiranya kesadaran dan penghayatan diri sebagai yang berdosa dan dipanggil oleh Tuhan untuk berkarya dalam karya penyelamatanNya. Dengan kata lain penghayatan hidup belajar terus-menerus, ‘ongoing formation/ongoing education’. Sikap hidup belajar terus-menerus perlu dijiwai keutamaan kerendahan hati, kesiap-sediaan dan kerelaan untuk terus dibina, dididik, dikembangkan, didewasakan, dst.. Orang senantiasa bersikap ‘magis’, yaitu melebihi atau mengalahkan diri terus menerus. Sikap mental yang demikian ini hendaknya dibiasakan sedini mungkin bagi anak-anak dan tentu saja dengan teladan konkret dari orangtua/bapak-ibu.

Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan” (Mat 5:7).

Murah hati berarti hatinya dijual murah alias memberi perhatian kepada siapapun sesuai dengan kesempatan, kemungkinan dan keterbatasan yang ada. Jika kita berani mawas diri dengan jujur kiranya kita dapat mengakui dan menghayati bahwa masing-masing dari kita telah memperoleh kemurahan hati Allah secara melimpah ruah melalui orang-orang yang telah berbuat baik kepada kita, tentu saja pertama-tama dan terutama adalah orangtua atau bapak-ibu kita masing-masing. Maka ajakan untuk bermurah hati terhadap orang lain tidak sulit asal rela menyalurkan apa yang telah kita terima secara melimpah ruah tersebut. Marilah kita saling bermurah hati alias saling memperhatikan dimanapun dan kapanpun kita berada serta dengan siapapun. .

Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.”(Mat 5:8)

Suci hatinya berarti hatinya bersih, tanpa cacat cela atau noda sedikitpun, hatinya sepenuhnya dikuasai atau dirajai oleh Allah, Yang Ilahi. Mata hatinya juga dapat melihat dengan cermat, tajam dan tepat segala sesuatu: siapa itu Allah, siapa itu sesama manusia dan apa itu harta benda/ciptaan-ciptaan lainnya di dunia ini. Dunia seisinya, yaitu bumi dan laut, flora dan fauna serta manusia diciptakan oleh Allah, dalam kuasa Allah, tergantung dari Allah. Maka orang yang suci hatinya mampu melihat Allah yang hidup dan berkarya dalam seluruh ciptaanNya tersebut, dan dengan demikian ia akan menghormati dan menjunjung tinggi seluruh ciptaanNya di bumi dan laut ini. Sebagai orang yang suci hatinya kiranya menghayati apa yang dikatakan oleh Yohanes ini: “Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya” (1Yoh 3:2).

Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Mat 5:9)

Mengakui diri dan menghayati diri sebagai orang beriman berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah alias menjadi ’anak kesayangan’ Allah. Karena Allah hanya satu maka selayaknya semua umat beriman hidup bersatu dalam damai, penuh persahabatan dan persaudaraan sejati, hidup dalam damai sejahtera. Masing-masing dari kita adalah ‘anak kesayangan’ atau ‘yang terkasih’ Allah, maka bertemu dengan orang lain atau siapapun berarti ‘yang terkasih’ bertemu dengan ‘yang terkasih’ dan dengan demikian secara otomatis saling mengasihi, dan dengan saling mengasihi terjadilah perdamaian sejati. Damai merupakan idaman atau dambaan semua orang, namun sayang sering terjadi kesalah-fahaman karena paradigma maupun strategi yang berbeda. Ada yang mengusahakan perdamaian dengan menghancurkan yang lain.. ‘There is no peace without justice, there is no justice without forgiveness” = “Tiada perdamaian tanpa keadilan, tiada keadilan tanpa kasih pengampunan”, demikian pesan perdamaian dari Paus Yohanes Paulus II memasuki millennium ketiga yang sedang kita telusuri saat ini. “Kasih pengampunan” itulah senjata atau kekuatan untuk mengusahakan dan membawa damai, maka marilah kita hidup dan bertindak saling mengasihi dan mengampuni.

Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.”(Mat 5:10)

Kebohongan, manipulasi, pemalsuan, permainan sandiwara kehidupan, dst.. masih marak di sana-sini dalam kehidupan bersama, maka untuk hidup dan bertindak benar pasti akan menghadapi aneka macam tantangan, hambatan atau aniaya. Mereka yang seharusnya menjadi penegak kebenaran hukum juga dengan mudah melakukan kebohongan atau sandiwara kehidupan demi dan karena uang. Harta benda/uang, pangkat/kedudukan/jabatan dan kehormatan duniawi merupakan godaan untuk berbohong atau melakukan manipulasi, pemalsuan dst.. Meskipun harus menghadapi aneka macam tantangan, hambatan dan aniaya, kami harapkan kepada para pejuang dan pembela kebenaran tetap setia, teguh dan tanpa takut terus memaklumkan kebenaran. Hidup dan bertindak benar hemat saya perlu dibiasakan atau dididikkan pada anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga dan tentu saja dengan teladan orangtua atau bapak-ibu.

Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat “(Mat 5:11)

Orang jujur, benar dan baik sering mengalami aneka macam fitnah dari mereka yang kurang senang atas kejujuran dan kebaikannya. Di kantor-kantor tertentu orang jujur selalu diamat-amati untuk dicari kelemahan dan kekurangannya dan kemudian difitnah. Hidup dan bertindak jujur di tempat-tempat atau kantor-kantor tertentu bagaikan berada di ujung duri atau tanduk, begitulah yang sering dialami beberapa orang jujur. Para pemfitnah pada umumnya harus memboroskan waktu dan tenaga atau memperhatikan terus menerus kepada yang difitnah sebelum menyampaikan fitnahnya. Dengan kata lain fitnah yang disampaikan merupakan hasil atau buah perhatian (pemborosan waktu dan tenaga) yang cukup besar, maka fitnah rasanya juga merupakan perwujudan kasih. Maka kepada siapapun yang difitnah saya harapkan mengucapkan terima kasih atau berterima kasih kepada yang memfitnah. Berbahagialah karena hidup dan bertindak jujur, setia pada iman dan janji-janji yang pernah diikrarkan, ketika sedang mengalami celaan, aniaya maupun fitnah. Jadikanlah celaan, aniaya dan fitnah sebagai bentuk penggemblengan atau pembinaan kita agar kita semakin tumbuh berkembang sebagai pribadi yang cerdas beriman.

“TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai."Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu” (Mzm 24:1-4)​


Jakarta, 1 November 2009


Ignatius Sumarya, SJ
 
Senin, 09 Nov 2009

Pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran:

Yeh 47:1-2.8-9.12; 1Kor 3:9b-11.16-17; Yoh 2:13-22


"Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan."
Beberapa dari anda kiranya masih ingat perihal ‘Kisah Penampakan Bunda Maria’ di tempat-tempat peziarahan Bunda Maria di wilayah Keuskupan Agung Semarang, Jawa Tengah, yaitu di Sendang Sono dan Sendang Sriningsih, yang ‘dikomandani’ oleh seseorang bernama Bapak Thomas, almarhum.. Pada masa itu setiap bulan kegiatan tersebut diselenggarakan, dan umat yang berpartisipasi atau hadir pun luar biasa banyaknya. Gerakan tersebut di satu sisi menggembirakan yaitu semakin banyak orang berdevosi kepada Bunda Maria, tetapi di sisi lain menggelisahkan juga, yaitu ada kecurigaan tertentu yang muncul dalam benak hati kami. Gejala yang mencurigakan kami antara lain: seluruh kolekte pada upacara tersebut ‘dibawa semuanya’ oleh kelompok Bapak Thomas dan tiada sedikit ditinggalkan untuk kepentingan tempat peziarahan terkait, peristiwa penampakan dapat direncanakan dan ditentukan waktunya, dst.. Dengan kata lain terjadi komersialisasi ibadat dan tempat ibadat, dimana sekelompok umat mencari keuntungan/uang sebesar-besarnya untuk memperkaya diri sendiri melalui kegiatan ibadat. Kami, yang berwenang, ambil kebijakan sebagaimana tertulis dalam Injil: “Jika gerakan mereka berasal dari Roh Kudus pasti akan jalan terus, tetapi jika tidak berasal dari Roh Kudus dalam waktu singkat pasti berhenti sendiri”, serta dengan akal sehat mengusahakan pencerahan. Akhirnya dengan bantuan seorang paranormal yang baik dapat diketahui bahwa ada kemungkinan kegiatan tersebut didukung oleh beberapa paranormal yang tidak baik alias komersial. Dengan bantuan seorang paranormal yang baik itu akhirnya tercerahkan bahwa kegiatan tersebut bukan beralal dari Roh Kudus, melainkan dari manusia yang materilistis, pada suatu saat gagallah usaha ‘penampakan Bunda Maria’ tersebut dan seterusnya berhenti total.

"Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan."(Yoh 2:16)

Tempat-tempat suci ialah tempat yang dikhususkan untuk ibadat ilahi atau pemakaman kaum beriman dengan pengudusan atau pemberkatan yang ditetapkan dalam buku-buku liturgi untuk itu” (KHK kan 1205). Mengacu pada aturan hukum ini apa yang disebut tempat suci antara lain: tempat ibadah (gereja, kapel dll), tempat peziarahan, dll. Tempat tinggal hemat saya sedikit banyak juga dapat dikategorikan ‘tempat suci’, mengingat dan mempertimbangkan bahwa rumah telah diberkati untuk tempat tinggal. Di tempat-tempat suci dilarang ‘berjualan’ atau berbisnis, dimana ada pribadi atau organisasi berusaha mencari keuntungan demi diri sendiri. Maka jika para pedagang atau penjual souvenir atau makanan hendaknya tidak di lingkungan tempat suci, tetapi berada di luar lingkungan, kecuali keuntungan diperuntukkan bagi karya amal atau sosial.

Harta benda atau uang yang dipersembahkan atau diterima selama ibadat dan di tempat ibadat menjadi milik Umat Allah atau Gereja dan demikian harus digunakan sesuai dengan aturan Gereja antara lain untuk “mengatur ibadat ilahi, memberi penghidupan yang layak kepada klerus serta pelayan-pelayan lainnya, melaksanakan karya-karya kerasulan suci serta karya amal-kasih, terutama terhadap mereka yang berkekurangan” (KHK kan 1254). Dengan kata lain harta benda atau uang yang diterima selama beribadat dan tempat ibadat difungsikan untuk pelayanan umat, terutama terarah kepada mereka yang miskin dan berkekurangan, yang tentu saja mengandaikan pembinaan umat pada umumnya tak terabaikan. Para klerus beserta para pembantunya, entah dalam hidup sehari-hari maupun organisasi gerejawi, hendaknya memperoleh perhatian yang memadai sehingga mereka dapat menyelenggarakan pembinaan iman umat dengan baik dan memadai. Pada umumnya semakin beriman juga semakin sosial.

Kami ingatkan juga sedikit banyak tempat tinggal kita juga tempat suci karena telah diberkati, maka hendaknya juga tidak ada sikap mental bisnis atau jualan di tempat tinggal atau rumah, dengan kata lain hendaknya di dalam keluarga juga terjadi kegiatan pembinaan iman anggota keluarga, entah dengan doa atau ibadat maupun cara hidup dan cara bertindak. Doa bersama setiap hari di dalam keluarga, entah doa pagi atau doa malam, akan sangat mendukung kehidupan iman anggota keluarga. Karena rumah bagaikan tempat ibadat, maka semua anggota keluarga bagaikan sedang beribadat, sarana-prasarana hidup berkeluarga dirawat bagaikan merawat sarana-prasarana ibadat, dst.. Tempat kerja hendaknya juga disikapi bagaikan tempat ibadat, sehingga bekerja bagaikan sedang beribadat, rekan kerja bagaikan rekan ibadat, perawatan sarana-prasarana kerja bagaikan perawatan sarana-prasarana ibadat, sikap mental semua orang bagaikan sikap mental sedang beribadat, dst..

“Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu” (1Kor 3:16-17)

Dalam rangka mengenangkan “Pemberkatan Gereja Basilik Lateran”, gereja atau katedral resmi Paus, kita juga diingatkan bahwa sebagai umat Allah atau umat beriman juga menjadi bait Allah dan Roh Allah diam di dalam diri kita. Karena Roh Allah diam di dalam diri kita, maka dari diri kita memancarlah keutamaan-keutamaan seperti “ kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.”(Gal 5:22-23) atau sebagaimana diilustrasikan oleh nabi Yeheskiel bahwa diri kita bagaikan tanah subur dimana “tumbuh bermacam-macam pohon buah-buahan, yang daunnya tidak layu dan buahnya tidak habis-habis; tiap bulan ada lagi buahnya yang baru, sebab pohon-pohon itu mendapat air dari tempat kudus itu. Buahnya menjadi makanan dan daunnya menjadi obat."(Yeh 47:12)


Cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun diharapkan berbuah keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan yang menyelamatkan dan membahagiakan. Dengan kehadiran dan sepak terjang kita, mereka yang sakit menjadi sembuh, yang lesu dan frustrasi menjadi bergairah, yang sedih menjadi gembira dan ceria, yang miskin diperkaya, yang egois menjadi sosial, yang bodoh menjadi cerdas, dst.. Dan tentu saja kita sendiri senantiasa dalam keadaan sehat wal’afiat, segar bugar baik secara jasmani maupun rohani, phisik maupun spiritual. Cara hidup dan cara bertindak kita membuat diri kita semakin dikasihi oleh Allah dan sesama manusia.

Jika masing-masing dari kita sungguh menjadi ‘bait Allah’, maka kebersamaan hidup layak disebut sebagai keluarga Allah, Allah hidup dan bekerja dalam kebersamaan hidup kita, dan tentu saja dalam dan melalui diri kita sebagai ‘bait Allah’. Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak kita semua untuk menjaga dan merawat diri sendiri sebaik dan seoptimal mungkin sehingga layak sebagai ‘bait Allah’. Cara untuk itu antara lain tidak melupakan hidup doa atau ibadat harian serta senantiasa berbuat baik kepada orang lain; semakin kita banyak berbuat baik maka kita juga semakin baik, sebaliknya jika kita enggan atau malas berbuat baik maka kita juga akan menjadi pribadi kerdil, frustrasi, penakut dst.. Ketika kita terbiasa berbuat baik kepada orang lain, kita juga akan berkembang menjadi pribadi yang proaktif dan kreatif. Maka marilah kita saling mendoakan dan berbuat baik, dan dengan rendah hati saya mohon doa anda sekalian agar saya setia pada panggilan dan tugas pengutusan, menghayati panggilan Yesuit maupun imamat dengan meneladan Yesus yang datang untuk melayani bukan dilayani, yang menyelamatkan dan membahagiakan siapapun juga dan dimanapun juga.

Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut” (Mzm 46:2-3)​

Jakarta, 9 November 2009



Ign Sumarya, SJ
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.