• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Presiden Non Muslim Dinegara Mayoritas Muslim

@ageng
kayanya sulit kalo di serahin ke individunya, musti balik lagi ke pemimpinnya
walopun maksiat gak bisa ilank tapi bisa di minimalisir.
nah bayangin de kalo pemimpinnya non muslim, sebaek-baeknya dia pasti namanya syariat islam dia gak maw, hudud misalnya, dia pasti bilang itu terlalu kejam gak manusiawi.
lagi....
soal makanan, yang udah jelas di AL Quran haram, dia pasti bilang itu halal, pendapatnya pasti "kan gak berpenyakit dll. sekarang udah jaman teknologi"


soal yang di lebanon wa gak taw, apa bener presiden non muslim??? kasi info tentang tu presiden dunk :D
 
Justru menurutku kalau ke pemimpin juga sulit menurutku, soalnya biasanya ada kepentingan ini itu. Lebih mudah ke individu, soalnya kembali kepada diri masing2. Bukankah diantara muslim juga terdapat perbedaan pendapat dalam penafsiran ayat tertentu.....dan itu kembali kepada diri masing2 mau milih yang mana tentang penafsiran suatu ayat itu.
Soal makanan.....yang haram menurut kita, belum tentu haram buat pemimpin itu (karena non muslim), jadi balik lagi kediri kita masing2. Kita menganggap itu haram jangan dimakan, walaupun misalkan pemimpinnya menganggap makanan itu halal. Lagian pemimpin (yang non muslim) tak harus ngurusin soal2 begituan.
 
Woi baca UUD .. (lupe gw pasal na )
ad tertulis
klu u mw jd presiden? bisa ,siapa aj.. baek cowo or cewe
yg penting lo mesti asli keturunan penduduk indonesia
ga beda2in agama..
 
Hukum suatu negara di pimpin wanita

Ada sebuah hadits sahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam shahihnya. Lengkapnya demikian :

Dari Abi Bakrah ra berkata,"Sungguh aku telah dikaruniai Allah SWT dengan sebuah kalimat yang kudengar dari Rasulullah SAW pada hari Jamal, ketika sampai kabar kepada Rasulullah SAW bahwa penduduk Persia mengangkat puteri Kisra sebagai raja, beliau bersabda?Tidak akan bahagia bangsa yang dipimpin oleh wanita." (HR. Bukhari kitab Al-Maghazi Bab Kitabun Nabi SAW Ila Kisra, juga dalam kitab Al-Fitan bab Al-Fitnah Allati Tamuju kamaujil Bahri)


Selain oleh Bukhari, hadits ini juga diriwayatkan oleh para ulama hadits lainnya seperti At-Tirmizi dalam kitab Al-fitan, An-Nasai dalam kitab adabul Qudhoh, Imam Ahmad bin Hambal Musnadnya dalam bab hadits Abi Bakrah.

Namun sekarang ini akibat serangan Al-ghazwul fikri yang sedemikian gencar, jadilah isu gender mengemuka. Dan umat Islam serta sebagian ulamanya pun sering silau dengan isu ini. Sebagian lainnya berkelit dengan mengatakan bahwa ada wanita jadi presiden di sebuah negeri mayoritas muslim adalah sebuah realitas.

Padahal benarlah Rasulullah SAW ketika bersabda dalam hadits di atas. "Tidak akan bahagia bangsa yang dipimpin oleh wanita."

Kalau kemudian ada sebagian yang berargumen dengan penyebutan seorang pemimpin wanita di dalam Alquran, yaitu Ratu Saba., maka jawabannya sebagai berikut:

1. Pertama

Mengambil hukum dari kisah ratu Saba` yang konon bernama Balqis itu sebenarnya bukan bagian dari cara istimbath hukum yang secara penuh disepakati oleh para ulama. Sebab ini masuk bab syar`u man qablana . Sebagian ulama tidak menerima istimbath hukum dengan cara seperti ini, karena pada prinsipnya setiap ummat telah memiliki syariat sendiri-sendiri. Dan sangat boleh jadi masing-masing syariat itu berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.

Khusus buat agama kita ini, para ulama ushul mengatakan selama tidak ada penguatan dari Rasulullah SAW tentang kebolehan kita menggunakan hukum dari umat sebelum kita, maka pada dasrnya tidak boleh dilakukan. Bahkan dahulu ketika Umar bin Al-Khattab mencoba mencari jawban hukum dari Taurat, langsung ditegur oleh Rasulullah SAW karena hukum Taurat itu tidak untuk umat Islam dan keasliannya sudah tidak bisa dipertanggung-jawabkan lagi.

2. Kedua

Ratu Saba` yang diriwayatkan di dalam Al-Quran Al-Kariem itu bukanlah seorang pemimpin dari sebuah negeri Islam. Bahkan sebaliknya secara tegas dalam rangkaian kisah ratu Saba` disebutkan bahwa mereka itu menyembah matahari. Silahkan simak baik-baik ayat tersebut dimana burung Hud-hud milik Nabi Sulaiman as menceritakan penemuannya atas sebuah negeri kafir :

Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan , sehingga mereka tidak dapat petunjuk. agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. (QS. An-Naml : 23-25)


Jadi jelas sekali bahwa baik Ratu Saba` maupun kaumnya adalah masyarakat kafir jahiliyah yang kerjanya menyembah matahari. Oleh sebab itu misi burung Hud-hud membawa surat ajakan masuk Islam dari Nabi Sulaiman.

Bagaimana mungkin umat Islam hari ini mengambil hukum fiqih dari sebuah bangsa kafir, syirik dan penyembah matahari ?

3. Ketiga

Kalaulah disebutkan bahwa akhirnya Ratu Saba` yang wanita itu masuk Islam bersama Sulaiman, kita tidak menemukan dalil yang pasti tentang apakah dia tetap memerintah di negerinya atau tidak. Sebagian cerita menyebutkan bahwa Ratu ini menikah dengan Nabi Sulaiman as. Kalaulah cerita itu benar, maka tidak mungkin Nabi Sulaiman pensiun dari menjadi raja lalu menyerahkan kerajaannya itu kepada istrinya. Ini bukanlah cerita yang pernah kita dengar.

Demikian pula bila tidak menikah, yang pasti kerajaan Saba` itu sudah takluk di bahwa kekuatan yang jauh leibh tinggi lagi yaitu kerajaan Nabi Sulaiman di Palestina. Maka yang lebih tepat Saba` menjadi sebuah wilayah di bawah kekuasaan negara lain.

4. Keempat

Tentang ungkapan yang sering kita dengar dari Al-Quran Al-Kariem tentang negeri Saba` yaitu Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun ghafur , ini tidak ada dalam rangkaian ayat yang menceritakan kisah Ratu Saba`.

Ungkapan ini memang benar tentang negeri Saba`, tetapi kalau memperhatikan ada ungkapan Wa Rabbun Ghafur yang mengisyaratkan negeri itu diridhai Allah Subhanahu Wata`ala, tentu asumsi kita tidak bisa menerima kalau ungkapan itu diberikan Allah Subhanahu Wata`ala pada masa kekuasaan ratu Saba`. Sebab bertentangan dengan ayat pada surat An-Naml yang menceritakan bahwa di masa berkuasanya sang Ratu, bangsa itu menyembah matahari.

Bagaimana Allah Subhanahu Wata`ala meridhai atau tepatnya memberi ampunan kepada suatu bangsa yang menyembah matahari ? Pastilah ungkapan Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun ghafur itu bukan diberikan pada masa kekuasaan ratu Saba`, melainkan masa yang lain dimana negeri itu beriman kepada-Nya. Mungkin pernah terjadi sebelumnya atau mungkin juga sesudahnya. Yang jelas bukan pada saat sang Ratu berkuasa.

Dan itu artinya, berkuasanya ratu Saba` sama sekali tidak bisa dijadikan dalil bahwa Islam membolehkan sebuah negara di pimpin oleh seorang wanita. Ini sebuah istimbath yang terlalu dipaksakan.

Kelemahan Pendapat Yang Membolehkan Wanita Menduduki Jabatan Wilayah Uzhma

Secara umum, pendapat yang membolehkan wanita boleh menduduki jabatan tertinggi dalam sebuah negara berdaulat mengandung banyak kelemahan dalam beristidlal. Selain itu juga harus berhadapan dengan dalil-dali yang berlawanan.

1. Dalil Pertama

Jumhur ulama sepakat mengatakan bahwa wanita tidak boleh menduduki wilayah `uzhma atau puncak kekuasaan tertnggi. Dalam masa sekarang, istilah jabatan itu memang presiden.

2. Dalil Kedua

Sanggahan bahwa Ibnu Jarir membolehkan wanita menjadi pemimpin sebenarnya bukan pada wilayah `uzhma, melainkan jabatan tinggi dalam kenegaraan, seperti qadhi, hakim atau menteri. Maka bisa dikatakan bahwa tidak ada khilaf di kalangan ulama tentang ketidak-bolehan wanita menduduki wilayah `uzhma. Semua sepakat melarangnya.

3. Dalil Ketiga

Selain itu sering juga dikatakan bahwa hadits Rasulullah SAW yang mengatakan bahwa tidak akan beruntung suatu kaum yang dipimpin wanita adalah hanya terkait dengan ketidakmampuan ratu Persia saat itu. Pendapat ini terlalu lemah dan bisa dengan mudah dipatahkan.

Pertama, hadits ini adalah hadits shahih yang Al-Bukhari mencantumkannya di dalam shahihnya. Diriwayatkan oleh Abi Bakrah pada level shahabat. Selain itu hadits ini juga diriwayatkan oleh para perawi hadits lainnya. Maka derajat hadits ini memang shahih.

Kedua, semua dalil yang ada di dalam Al-Quran Al-Kariem mapun As-Sunah An-Nabawiyah harus dipahami bukan semata-mata karena sebab turunnya atau sebab wurudnya saja. Ada ungkapan yang tepat untuk masalah ini yaitu Al-`Ibratu bi `Umumil Lafzhi Laa Bi Khushushis Sabab .

Katakanlah bila sebab Rasulullah SAW mengungkapkan hal itu karena terkait dengan Ratu Buran yang memimpin Persia, namun ungkapan Rasulullah SAW tidak boleh hanya dikaitkan semata-mata karena peristiwa itu saja, melainkan secara umum memang demikian makna hadits itu dan tetap harus diterapkan dalam hal-hal lainnya.

Ketiga, bila dikatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda demikian karena konon Ratu Buran yang memimpin Persia itu kurang cakap dalam memimpin, maka seharusnya bunyi hadits beliau tidak perlu menyebutkan masalah kewanitaannya. Mungkin tepatnya hadits itu berbunyi [tidak beruntung suatu kaum yang dipimpin oleh pemimpin yang tidak becus].

Tetapi jelas dan nyata Rasulullah SAW menyebutkan gender, jadi ketidakberuntungan mereka memang semata-mata karena jenis kelamin pemimpinnya wanita. Apakah dia becus atau tidak dalam memimpin, sungguh tidak ada kaitannya dengan lafaz hadits itu.

www.syariahonline.com
 
Kriteria Pemimpin Negara Menurut Islam

# Beraqidah yang bersih dari syirik, khurafat, tahayyul serta percaya atau menggantungkan diri kepada jin, syetan dan dukun. Juga penganun mazhab ahli sunnah wal jamaah yang tekun dengan manhaj salafus shalih.

# Minimal dia seorang muslim yang baik, tidak pernah tinggal shalat wajib 5 waktu, tidak pernah tinggalkan puasa Ramadhan, tidak pernah lupa atau pura-pura lupa bayar zakat dan pernah pergi haji bila mampu.

# Fasih membaca Al-Quran Al-Karim dan tahu bahwa Al-Quran Al-Karim adalah sumber dari segala sumber hukum. Sehingga tidak ada hukum baginya kecuali yang berdasarkan Al-Quran Al-Karim. Maka setiap masalah selalu dirujuknya kepada kitab dari Allah SWT ini.

Kalau pemimpin negara ini baca Al-Quran Al-Karim saja tidak becus, maka kita harus sadar bahwa kiamat sudah dekat. Jadi bukan sekedar senyum-senyum membuka MTQ.

# Tahu batas halal dan haram yang bentuknya adalah penerapan dalam diri, keluarga dan lingkungannya. Sehingga degnan mudah dia bisa membedakan mana praktek haram dan mana halal.

Untuk itu dia harus dekat dengan para ulama bukan untuk meminjam lidah mereka demi kepentingan pribadinya, melainkan untuk duduk bersimpuh mengaji dan belajar syariat Islam secara seksama.
# Tidak pernah mencuri, berzina, minum khamar, berjudi, menipu rakyat, makan uang negara, manipulasi, korupsi, kolusi dan tidak makan uang riba. Karena itu dia tidak punya account di bank ribawi.

# Menegakkan selalu amar makruh dan nahi mungkar dalam setiap kesempatan. Sebab sebagai penguasa, di tangannya ada kekuatan. Bila tidak dimanfaatkannya untuk amar makruf nahi mungkar, maka dia harus bertanggung-jawab di akhirat.

# Siap menerima teguran kapan dan dimana saja, tidak pura-pura pergi dinas atau malah shopping keluar negeri bila ada masalah yang menuntut penangan yang cepat. Juga tidak mengorbankan anak buah bila menghadapi masalah, tetapi secara jantan berani menyatakan mundur sebab itu menunjukkan bahwa dirinya masih punya urat malu. Tidak seperti gaya para pemimpin yang ada di sekeliling kita sekarang ini.

# Tidak menggunakan fasilitas negara untuk masalah yang bersifat pribadi atau pun kepentingan di luar negara secara langsung. Sebab semua fasilitas negara itu adalah amanat yang harus dipertanggung-jawabkan di akhirat nanti.

# Tidak akan makan atau mengisi perutnya sebelum yakin bahwa semua rakyatnya sudah makan. Tidak pernah berani tidur malam hari sebelum yakin rakyatnya tentram dan sejahtera. Dan tidak enak-enakan berpesta sebelum anak yatim terjamin masa depannya atau pun fakir miskin punya sumber rezeki yang jelas.

# Cinta kepada ilmu pengetahuan dan menggratiskan semua bentuk sekolah dan fasilitas pendidikan. Tidak ada istilah sekolah atau kuliah itu bayar, yang ada justru para siswa dan mahasiswa itu dibayar oleh negara.
# Tidak menjual aset negara ini kepada pihak asing, sebab negeri ini sudah demikian kaya dan sebenarnya berlimpah dengan uang. Semua demi kepentingan anak bangsanya, bukan demi kepentingan penguasanya.

# Bersikap adil kepada semua pemeluk agama dan memberikan jaminan dan hak-hak mereka untuk bisa hidup dengan damai di bawah jaminan dirinya. Tetapi bersikap tegas bila terjadi kecurangan dan pelanggaran antara sesama pemeluk agama.

# Tidak turun dari jabatannya sebelum menghukum semua koruptor baik di masa lalu maupun di masa jabatannya. Sebab membiarkan koruptor berkeliaran sama saja memberikan izin syetan untuk berpesta. Dan sama saja dengan kita tidak punya negara.

# Tidak memberikan ruang gerak sedikitpun kepada para penjahat, maling, rampok untuk bisa melakukan aksinya kembali sebelum dipotong tangannya sesuai dengan syariat Islam. Demikian juga dengan para pezina, peminum khamar dan pembunuh. Meski yang melakukannya adalah anak kandungnya sendiri.

# Memanfaatkan jabatannya ini untuk ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan untuk cari kekayaan baik buat diri, keluarga atau kroni.

# Bercita-cita untuk bisa mati dalam keadaan syahid. Karena itu satu-satunya pilihan


www.syariahonline.com
 
@da_vivos
ga perlu bergantung ke presidennya.
 
@da_vivos...
Jika wanita tidak boleh jadi pemimpin, bagaimana dengan Aisyah yang memimpin pasukan pada perang jamal (perang jamal bukan ya??lupa lagi)????
Apakah itu membuktikan bahwa wanita memang tidak bisa memimpin sehingga terjadi perang antara Aisyah dengan Ali??
Apakah itu membuktikan bahwa ternyata pada perang jamal, Aisyah yang salah??
 
bunyi sabda Rasulullah kan uda jelas "Tidak akan bahagia bangsa yang dipimpin oleh wanita."

ya kalo maw dipimpin wanita ya gak masala, kan cuman gak dapet kebahagiaan
mungkin yang laen dapet
 
menurut saya sih knp wanita ga diperbolehkan memimpin suatu negara karena wanita diciptakan dengan tugas membina kluarga dan anak2nya..apabila wanita memimpin suatu negara..lalu siapa yg menjaga kehormatan kluarganya??sementara kluarga itu tempat laki2 dari kelelahan dalam mencari nafkah.
saya sungguh ga bisa bayangin klo kluarga pun udah mulai individualistis..mementingkan ego masing2,ga menyadari apa yg menjadi hak dan kewajiban mereka.

sesungguhnya Allah dengan Mahaindah menciptakan tugas dan fungsi masing2 bagi pria dan wanita..kita yg dengan "sombongnya"-menurut saya-mengatakan ada pembedaan antara pria dan wanita..dan juga moral dari para pria sendiri sekarang yg mulai ga bener yg menyebabkan wanita "memberontak" dengan mempertanyakan kesamaan hak.

jika dalam sebuah kluarga,,masing2 anggota mengerti dan menjalani tugasnya masing2,,sungguh kluarga akan menjadi indah.ini yg sedang coba saya jalani..tapi berat ngasih pengertian keistri../sob
 
Kalau mengeni pemimpin, saya lebih melihat kepada ilmunya....
Soal memasak dalam keluarga...mungkin saya akan jadikan ibu saya sebagai pemimpinnya, karena apa??? dia lebih tau tentang permasakan.
kalau soal jahit menjahit, saya serahkan sama adik saya....karena memang dia ahlinya. Trus kalau soal permesinan kendaraan, saya serahkan sama Ayah saya, karena memang dia lebih ahli akan hal itu..... dan saya merasa bahwa saya mendapatkan kebahagiaan....
Jadi apapun jenis kelaminnya, apapun agamanya, saya akan jadikan dia sebagai pemimpin, tapi syaratnya memang ahli dalam bidangnya.
Mengenai mendapatkan kebahagiaan, setau saya dalam al-qur'an dikatakan bahwa berbuat baik itu akan mendapatkan kebahagiaan.
 
nah...
jadi, biarkan wanita menjadi pemimpin di bidangnya, dan jadikan laki-laki pemimpin dalam bidangnya.

wanita apakah bisa semampu laki-laki dalam bidang laki-laki??? dan sebaliknya
apakah laki-laki bisa semampu wanita dalam bidang wanita???

laki-laki dengan wanita berbeda jangan di samakan.
 
Bener sekali.....
tapi tak smua wanita hanya bisa memasak saja, dan tak smua lelaki hanya ahli di luar rumah saja.
Misalkan saja, Rudy Hairudin, dia ahli memasak, padahal dia laki2, dan banyak lagi laki2 yang ahli memasak.
Begitu juga wanita, ada juga kan yang ahli memimpin negara atau mungkin pasukan berperang (seperti Aisyah). Contoh kecil saja, kalau saya dibandingin dengan Megawati, saya yakin beliau lebih ahli soal kepemimpinan suatu partai dibandingkan saya.....
 
Kalau mengeni pemimpin, saya lebih melihat kepada ilmunya....
Soal memasak dalam keluarga...mungkin saya akan jadikan ibu saya sebagai pemimpinnya, karena apa??? dia lebih tau tentang permasakan.
kalau soal jahit menjahit, saya serahkan sama adik saya....karena memang dia ahlinya. Trus kalau soal permesinan kendaraan, saya serahkan sama Ayah saya, karena memang dia lebih ahli akan hal itu..... dan saya merasa bahwa saya mendapatkan kebahagiaan....
Jadi apapun jenis kelaminnya, apapun agamanya, saya akan jadikan dia sebagai pemimpin, tapi syaratnya memang ahli dalam bidangnya.
Mengenai mendapatkan kebahagiaan, setau saya dalam al-qur'an dikatakan bahwa berbuat baik itu akan mendapatkan kebahagiaan.



klo udah berumah tangga,,apa masih tergantung gitu sama ortu??gmn mau ngedidik istri anak??apa kata mertua??tetangga??lalu tanggung jawab nya mana sebagai suami??
bener liat ilmu,,tapi skrg gini deh kk,,klo cewe karir(kerja kantoran),,lalu berapa banyak lelaki yg nganggur??tempat mereka diambil wanita.lalu muncul lah yg namanya perceraian karena suami ga bisa kasih nafkah..bukan kah sebaiknya istri mendukung suami dengan ilmu2nya??saling melengkapi,,saling menjaga.
 
@gie
sebaiknya tidak lagi bergantung kepada ortu kalau dah nikah, trus mendidik anak, ya berdualah (suami istri), kalau menafkahi, itu masalah berdua saja, kalau dua2nya dapet kerja dan belum punya anak, gpp seh mnrt ku.
tapi kalau dah punya anak, mungkin salah satunya harus mengalah untuk mengurusi anak.
Pengangguran, menurut saya, bukan hanya disebabkan oleh adanya para wanita yang bekerja (wanita karir), penyebabnya bermacam2. Lagian banyak juga kok lowongan kerja buat cewe dan cowo. Trus kalau perceraian juga, bukan menafkasi saja yang jadi penyebabnya.

back to presiden non muslim di negara mayoritas muslim
menurutku ayat2 yang udah dibeberkan oleh da_vivos, belum ada penjelasan detilnya. Misalkan, dalam hal apakah kita dilarang menjadikan nasrani dan yahudi sebagai pemimpin??? apakah dalam segala hal???? mungkin sebaiknya dimasukin tafsir ayat2 itu.
 
@gie
sebaiknya tidak lagi bergantung kepada ortu kalau dah nikah, trus mendidik anak, ya berdualah (suami istri), kalau menafkahi, itu masalah berdua saja, kalau dua2nya dapet kerja dan belum punya anak, gpp seh mnrt ku.
tapi kalau dah punya anak, mungkin salah satunya harus mengalah untuk mengurusi anak.
Pengangguran, menurut saya, bukan hanya disebabkan oleh adanya para wanita yang bekerja (wanita karir), penyebabnya bermacam2. Lagian banyak juga kok lowongan kerja buat cewe dan cowo. Trus kalau perceraian juga, bukan menafkasi saja yang jadi penyebabnya.

back to presiden non muslim di negara mayoritas muslim
menurutku ayat2 yang udah dibeberkan oleh da_vivos, belum ada penjelasan detilnya. Misalkan, dalam hal apakah kita dilarang menjadikan nasrani dan yahudi sebagai pemimpin??? apakah dalam segala hal???? mungkin sebaiknya dimasukin tafsir ayat2 itu.


segala hal maksud kk ky gmn?klu misal ky pemimpin suatu perusahaan sih,kyknya g papa..tapi klu memimpin umat/rakyat,baru g boleh...
 
@tenkawa_akito
Maksudnya teh gini....apakah kita dilarang menjadikan pemimpin dari kalangan yahudi dan nasrani teh dalam smua hal, seperti pimpinan perusahaan, pimpinan organisasi dll , atau dalam hal2 tertentu saja.
Kalau dalam hal2 tertentu, dalam hal apa saja??? Kalau bisa, disertai dalil atau tafsir tentang ayat tersebut....
 
Sebenarnya saya pribadi masih bingung jika menghubungkan apa yang al-Qur'an katakan dengan hadist,misal di Q.S. An-nisa d jelaskan bahwa kita tidak boleh memilih pemimpin yang bukan dari golongan kita...
sedangkan hadist(H.R Bukhori),rosulullah bersabda bahwa "apabila suatu urusan dipercayakan kepada seseorang yang bukan ahlinya,maka tunggulah waktu kehancurannya."

dari penjelasan al-Qur'an dan hadist,dapat disimpulkan bahwa kita harus mencari pemimpin yang memnuhi kriteria,yaitu seorang MUSLIM,dan Seorang yang dapat diserahi AMANAT...
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.