Angela
IndoForum Addict A
- No. Urut
- 88
- Sejak
- 25 Mar 2006
- Pesan
- 43.447
- Nilai reaksi
- 32
- Poin
- 0

Di sebuah padang luas yg gersang, berdirilah satu-satunya pohon yg masih hidup. Pohon itu akbar & kokoh, batangnya tebal, akarnya menjalar ke segala arah, & daunnya tetap hijau meski mentari membakar tanah sekitarnya setiap hari. Warga desa menyebutnya "Pohon Penjaga", karena konon pohon itu sudah berdiri di sana sebelum desa itu ada.
Tak ada yg tahu bagaimana pohon itu dapat hidup sendiri di tengah-tengah tanah kering itu. Tidak ada sumber air, tidak ada tanaman lain yg tumbuh di sekitarnya. Namun setiap musim kemarau, orang-orang dari desa datang untuk berteduh, membawa anak-anak mereka, bahkan terkadang berdoa di bawah naungan rantingnya.
Salah satu anak yg paling sering duduk di bawah pohon itu adalah Dira, seorang gadis kecil berumur sembilan tahun. Ia kehilangan ibunya saat kecil & tinggal bersama ayahnya yg bekerja sebagai penambang batu. Setiap sore, Dira akan duduk di bawah pohon itu sambil menulis di buku kecil miliknya buku yg diberikan almarhum ibunya.
"Kalau anda harap berbicara dengan Ibu, tulislah di buku ini," begitu pesan terakhir ibunya. Sejak itu, Dira rajin menulis: tentang sekolahnya, teman-temannya, bahkan tentang mimpi-mimpinya yg paling rahasia. Anehnya, setiap kali Dira menulis, ia merasa tenang. Seolah-olah ibunya membacanya dari suatu tempat.
Suatu hari, padang itu dilanda kekeringan parah. Pemerintah daerah mengumumkan akan membangun pabrik akbar di atas tanah itu. Penduduk desa tidak dapat menolak karena tanah itu bukan milik siapa-siapa secara hukum. Pohon satu-satunya itu akan ditebang.
Warga desa protes, tetapi suara mereka tak dianggap. Mereka cuma segelintir orang di desa kecil. Ketika alat berat mulai berdatangan, Dira pergi ke pohon itu lebih awal dari biasanya, membawa buku kecilnya. Ia duduk diam & menulis halaman terakhirnya.
*"Ibu, kalau memang Pohon Penjaga ini adalah tempat terakhir yg dapat mendengarkan kita, mohon biarkan dia tetap berdiri. Ini satu-satunya tempat saya dapat merasa dekat denganmu."*
Dira mencium batang pohon itu, lalu pulang.
Keesokan harinya, saat alat berat mulai menggali tanah, sebuah keanehan terjadi. Tanah di sekitar pohon mulai retak, & dari dalamnya menyembur air bukan sedikit, tetapi cukup banyak untuk menciptakan para pekerja panik. Air terus menyembur seperti mata air akbar yg terpendam lama. Beberapa hari kemudian, tanah itu berubah jadi basah, & tumbuhan liar mulai tumbuh di sekitarnya.
Ilmuwan datang & menyimpulkan bahwa ternyata pohon itu tumbuh tepat di atas kantong air bawah tanah yg sangat besar. Pohon itu, selama ini, adalah "penjaga" alami yg menjaga air tetap tersembunyi. Jika ditebang, mungkin mata air itu tidak akan pernah muncul ke permukaan.
Pemerintah membatalkan proyeknya & menjadikan letak itu sebagai taman konservasi. Warga desa mengadakan syukuran. Pohon Penjaga tetap berdiri, & kini tidak lagi sendirian. Di sekitarnya tumbuh rerumputan, kembang liar, & suara tawa anak-anak.
Dira masih sering duduk di bawah pohon itu, tetapi kini tak lagi sendiri. Ia tahu, tidak cuma ibunya yg mendengarnya sekarang, tetapi seluruh desa sudah mendengar kisah yg selama ini cuma ia tulis dalam diam.
---