apa maksudnya proses Bhuta Yadnya?
maksudnya kurban tsb sudah didoakan dsj? biasanya hewannya apa dan tujuannya apa?
oya, trims jg ats jwbn dr bro jacaloco
apa maksudnya proses Bhuta Yadnya?
yang dimaksud adalah rangkaian penyelesaian upacara Bhuta Yadnya/Caru. Dan Pandita yang memuput upacara inipun disesuaikan dengan tingkatannya upacara Bhuta Yadnya.
Upacara Bhuta Yadnya sangat terkait dengan Panca Bhuta, yaitu
Lima macam makhluk halus ciptaan Tuhan yang bisa mengganggu ketentraman hidup manusia, tetapi jika dilakukan Bhuta Yadnya, mereka akan melindungi. Kelima Bhuta itu ialah:
1. Sang Kursika berwarna putih, kemudian menjadi Bhuta Dengen berwujud Yaksa bertempat di Timur;
2. Sang Garga berwarna merah, kemudian menjadi Bhuta Abang berwujud Mong, bertempat di Selatan;
3. Sang Metri berwarna kuning, menjadi Bhuta Kuning berwujud Ular, bertempat di Barat;
4. Sang Kursya berwarna Hitam, menjadi Bhuta Hireng, berwujud Buaya bertempat di Utara;
5. Sang Pretanjala berwarna brumbun (Wiswa Warna) berwujud Bhuta disebut Durga Dewi, bertempat di Tengah bersama Betari Uma.
Adapun upacara Bhuta Yadnya:
1. Eka Dasa Rudra, merupakan upacara "Bhuta Yadnya" yang paling besar yang ditujukan kepada kesebelas "Rudra" dilaksanakan setiap seratus tahun sekali di Pura Besakih.
2. Panca Wali Krama, yang merupakah salah satu jenis Caru / Bhuta Yadnya. Pecaruan ini dilaksanakan bila telah 5 kali berturut-turut melakukan salah satu dari pecaruan, seperti:
a. Panca Kelud;
b. Panca Sanak;
c. Panca Sata;
d. Resi Gana;
e. Tawur Agung.
Hewan yang dipergunakan sama dengan waktu Resi Gana ditambah 5 ekor kerbau, yang warna bulunya: Merah, Putih, Kuning, Hitam dan yang seekor lagi warnanya lain dari yang keempat ekor tadi.
Upacara ini dipuput oleh 5 orang Pendeta dan seorang Sengguhu dan memakai bangunan Sanggar Tawang 5 buah.
3. Eka Sata dimaksudkan adalah upacara "Bhuta Yadnya" yang menggunakan seekor ayam, misalnya:
- Caru Pengruak memakai ayam brumbun;
- Caru Dengen, memakai ayam putih mulus;
- Caru Prete, memakai ayam wiring (merah);
- Caru Ananta Suksma, mempergunakan ayam putih siyungan;
- Caru Bicaruk, mempergunakan ayam hitam.
Dan yang sering kita juga dengar atau saksikan adalah prosesi 'Tabuh Rah" yang merupakan Bhuta Yadnya berupa "penyambleh", disertai Upakara Yadnya. Dan disajikan dalam bentuk "perang sata" / adu ayam dan dalam pelaksanaannya sering dilakukan hanya dengan penyambleh".
Tentu saja prosesi upacara Bhuta Yadnya yang boleh disertai "perang sata" adalah :
1. Caru Panca Kelud (Pancasanak madurgha).
2. Caru Rsi Ghana.
3. Caru Balik Sumpah.
4. Tawur Agung.
5. Tawur Labuh Gentuh.
6. Tawur Pancawalikrama.
7. Tawur Eka Dasa Rudra.
2. Pelaksanaannya dilakukan di tempat upacara pada saat mengakhiri upacara itu.
3. Diiringi dengan adu tingkih, adu pangi, adu taluh, adu kelapa, andel- andel serta upakaranya.
4. Pelaksanaannya adalah sang Yajamana dengan berpakaian upacara.
5. Perang sata maksimum dilakukan "tiga parahatan" (3 sehet) tidak disertai taruhan apapun.
4. Selain dari yang tersebut dalam butir, l, 2, 3, di atas adalah merupakan suatu penyimpangan.
4. Dan upacara Bhuta Yadnya yang sering ditunggu-tunggu karena ada iringan OGOH2 ngiterin desa/kota. Upacara Tawur Kesanga merupakan salah satu rangkaian prosesi menyambut Nyepi. Pelaksanaanya dilaksanakan di perempatan jalan di pusat kota propinsi, kabupaten, kecamatan, dan desa. Tawur Kesanga merupakan upacara sehari sebelum menjelang hari suci Nyepi.
Pada umumnya dipropinsi, kabupaten, dan kecamatan upacara ini dilaksanakan pada siang hari jam 12:00, sedangkan di desa-desa dilaksanakan sore hari jam 5 atau 6 yang mengambil tempat di perempatan desa.
Tawur yang lebih kecil disebut caru.
Tingkat caru ini dilaksanakan di desa-desa dan di kecamatan.
Tujuan tawur atau caru ini dimaksudkan untuk mengembalikan keseimbangan bhuwana agung dan bhuwana alit.
Yang disebut bhuana agung adalah alam sekitarnya (alam semesta), sedangkan bhuwana alit adalah manusia itu sendiri (umat manusia).
Selama setahun, dari sejak Nyepi yang lampau manusia terlalu banyak mengambil isi dunia berupa air, minyak, gas bumi, bahan makanan, bahan pakaian, perlengkapan, dan sebagainya, maka terjadilah ketidakseimbangan / tidak harmoni lagi.
Isi dunia terlalu banyak yang terambil dari yang terkembalikan. Lebih-lebih jika pengambilan didasarkan atas keserakahan, maka pincanglah geraknya alam, tidak harmoni lagi.
Tawur yang berarti mengembalikan, mengandung pengertian agar kita mengembalikan apa yang terlalu banyak kita ambil dan nikmati di dunia dengan jalan mengorbankan harta milik serta kesenangan berwujud sarana upacara yadnya agar pikiran kita tidak karatan oleh harta benda duniawi.
Upacara Tawur Kesanga merupakan perlambang keikhlasan berkorban agar hidup kita seimbang, maka keesokan pada hari suci Nyepi melaksanakan empat berata (Catur Berata), yakni amati geni (berpantang menyalakan api), amati karya (berpantang melakukan aktivitas kerja), amati lelanguan (berpantang menghibur diri dan tidak menikmati kesenangan), dan amati lelungan (berpantang bepergian).
... demikian semoga saudara lain dapat melengkapinya!