• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Penganggur Terdidik Produk Perguruan Tinggi Tanpa Solusi

kopiname

IndoForum Newbie F
No. Urut
80154
Sejak
14 Sep 2009
Pesan
13
Nilai reaksi
0
Poin
1
Penganggur terdidik, selalu menjadi topik pembahasan yang aktual terkait masalah ekonomi- sosial-pendidikan dan politik di negeri ini, termasuk keprihatinan para orangtua/ wali terkait.
Problem ini telah terjadi bertahun-tahun terus bertambah rumit, adalah sebagai produk yang terlahir dari hampir semua PT" Tanpa Solusi" (adalah sebenarnya pemerintahlah yang paling bertanggung jawab).
Jika ada PT yang menerapkan solusi bagi lulusannya untuk menjadi Entrepreneur, itu merupakan berita baik, walau patut tetap dipertanyakan bagaimana mengenai efektifitas -efisiensi - nilai ekonomis yang dipereoleh/ dikeluarkan dari masing-masing calon sarjana terkait.
Adalah para Pemerhati, Penyelenggara dan Otoritas pendidikan yang berkiprah selama ini, pada dasarnya terbukti tidak mampu mencari Solusi tentang masalah ini, namun mereka/ masing-masing selalu besikeras dengan solusi subyektifitasnya yang tanpa solusi.
Karena itu setujukah jika mulailah kita membuka Nalar-Mata Intelektual, dengan memulai menerima masukan baru yang aspiratif dan obyektif, dan seterusnya dan seterusnya, atau tetap membiarkan mereka (yang berposisi/ berperan/terlibat/ terkait saat ini dan selama ini) memang "kepala batu" untuk selalu senang dengan "Tanpa Solusi" tersebut.
 
mungkin kita dibiasakan manja, dan terlalu berharap bantuan dan solusi dari orang lain, lebih baik instrospeksi diri dan selalu berusaha dengan disertai doa... karena kapan mau mandiri kalau cuman mengharap bantuan dari orang lain... seharusnya, yang terdidik lebih dapat bangkit dan berusaha apapun itu (konteks kebaikan) daripada yang -tidak terdidik-, malahan yang terdidik trlalu merasa -terdidik- yang menjadikannya malas, sombong, dan pemilih...
 
Thq atas sarannya.
Namun maaf ya mas, teori anda gak pas menggunakan asumsinya, dan lagi asumsinya gak sesuai fakta dimana jumlah penganggur terdidik saat ini mencapai lebih dari 500.000 orang.
Karena itu dari pada membiarkan lagi permasalahan, kan baiknya kita cari solusi kongkrit yang aspiratif, dan yakinilah ikhtiar itu akan berhasil ( Insya Allah).
 
Kalau saya melihatnya seperti ini:
  • Jumlah lapangan pekerjaan yg kurang.
  • Requirement yg terlalu tinggi untuk melamar pekerjaan.
  • Kapasitas lulusan yg kurang bagus untuk terjun langsung ke pekerjaan.
  • dll (tapi masih lom ingat)

Tapi memang problem diatas menjadi dilema untuk pemerintah setiap tahunnya. /ok
 
Penganggur terdidik, selalu menjadi topik pembahasan yang aktual terkait masalah ekonomi- sosial-pendidikan dan politik di negeri ini, termasuk keprihatinan para orangtua/ wali terkait.
Problem ini telah terjadi bertahun-tahun terus bertambah rumit, adalah sebagai produk yang terlahir dari hampir semua PT" Tanpa Solusi" (adalah sebenarnya pemerintahlah yang paling bertanggung jawab).
Jika ada PT yang menerapkan solusi bagi lulusannya untuk menjadi Entrepreneur, itu merupakan berita baik, walau patut tetap dipertanyakan bagaimana mengenai efektifitas -efisiensi - nilai ekonomis yang dipereoleh/ dikeluarkan dari masing-masing calon sarjana terkait.
Adalah para Pemerhati, Penyelenggara dan Otoritas pendidikan yang berkiprah selama ini, pada dasarnya terbukti tidak mampu mencari Solusi tentang masalah ini, namun mereka/ masing-masing selalu besikeras dengan solusi subyektifitasnya yang tanpa solusi.
Karena itu setujukah jika mulailah kita membuka Nalar-Mata Intelektual, dengan memulai menerima masukan baru yang aspiratif dan obyektif, dan seterusnya dan seterusnya, atau tetap membiarkan mereka (yang berposisi/ berperan/terlibat/ terkait saat ini dan selama ini) memang "kepala batu" untuk selalu senang dengan "Tanpa Solusi" tersebut.
^
Jadi intinya sih bagaimana kita merubah cara pandank otoritas pendidikan kita,,soal setuju membuka nalar gw rasa dah dari jaman Soekarno hingga sekarank.................................../hmm/hmm/hmm

Dan kembali lage ke awal,,para pihak yang berperan dan terlibat ini yang mesti di ubah,,karena yang gw tahu kebanyakan mereka masih mengikuti apa yang di teruskan pendahulunya yang di anggap melindungi atau lebih aman bua mereka ketimbank mencari solusi baru.............................../hmm/hmm/hmm


mungkin kita dibiasakan manja, dan terlalu berharap bantuan dan solusi dari orang lain, lebih baik instrospeksi diri dan selalu berusaha dengan disertai doa... karena kapan mau mandiri kalau cuman mengharap bantuan dari orang lain... seharusnya, yang terdidik lebih dapat bangkit dan berusaha apapun itu (konteks kebaikan) daripada yang -tidak terdidik-, malahan yang terdidik trlalu merasa -terdidik- yang menjadikannya malas, sombong, dan pemilih...
^
Gw setuju mah pendapat loe,,cuma mungkin baeknya di bilank sebagian dari mereka,,karena yang gw tahu sih banyak yang tetap tekun tapi karena memank gak ada kesempatan dan lapangan kerja,,mereka tidak bisa menunjukkan keahliannya........................../hmm/hmm/hmm


Thq atas sarannya.
Namun maaf ya mas, teori anda gak pas menggunakan asumsinya, dan lagi asumsinya gak sesuai fakta dimana jumlah penganggur terdidik saat ini mencapai lebih dari 500.000 orang.
Karena itu dari pada membiarkan lagi permasalahan, kan baiknya kita cari solusi kongkrit yang aspiratif, dan yakinilah ikhtiar itu akan berhasil ( Insya Allah).
^
Itu sebabnya Cimohai di atas menyebutkan bahwa "terlalu di manja",,kalo memank dah sebanyak itu,,apakah mereka sendiri tidak bisa mencari solusi ide baru yang lebih segar untuk membuka lapangan kerja................................../hmm/hmm/hmm

Yang gw tahu kebanyakan di Indonesia "Belajar untuk jadi PNS",,dan hal ini telah diketahui bahwa jumlah PNS yang dibutuhkan itu tak mungkin mengambil seluruh lulusan yang ada............................./hmm/hmm/hmm


Kalau saya melihatnya seperti ini:
  • Jumlah lapangan pekerjaan yg kurang.
  • Requirement yg terlalu tinggi untuk melamar pekerjaan.
  • Kapasitas lulusan yg kurang bagus untuk terjun langsung ke pekerjaan.
  • dll (tapi masih lom ingat)

Tapi memang problem diatas menjadi dilema untuk pemerintah setiap tahunnya. /ok
^
Yap,,dan memank bagi gw para pengangguran yang "berkualitas" ini ada baiknya memikirkan lapangan kerja baru.........................../hmm/hmm/hmm

Dan sebagian lulusan,,apa mereka betul "bermutu" kalo memank tidak silahkan mencari sesuatu yang pas bagi mereka,,mungkin membuka bengkel,,warunk dll................................................................./hmm/hmm/hmm
 
yah tapi kok diliat2 klo dikoran itu banyak bgt lamaran pekerjaan tiap harinya..?
apa emang kitanya yang terlalu memilih2 pekerjaan ya...?
 
Para lulusan baru, biasanya punya pengharapan yg besar akan pekerjaan. biasanya masih idealis, tp lama lama luntur deh /ok

Dan jeleknya ada sebagian orang yg memanfaatkan mereka para pencari kerja untuk diperas uangnya dengan iming2 pekerjaan yg bagus, sering kejadian seperti ini.
Kerja baru dijanjiin tapi sudah diminta bayar ini-itu. minimal administrasi. atau klau setuju, bayar biaya training. tapi ujung2nya jadi direct sales /wah
 
Jadi intinya sih bagaimana kita merubah cara pandank otoritas pendidikan kita,,soal setuju membuka nalar gw rasa dah dari jaman Soekarno hingga sekarank.

Dan kembali lage ke awal,,para pihak yang berperan dan terlibat ini yang mesti di ubah,,karena yang gw tahu kebanyakan mereka masih mengikuti apa yang di teruskan pendahulunya yang di anggap melindungi atau lebih aman bua mereka ketimbank mencari solusi baru.

Orang bijak, orang tua bahkan mereka pemegang otoritas pendidikan/ sekolah/ perguruan tinggi, mengatakan "Tuntutlah ilmu/ pendidikan karena anda siswa-mahasiswa adalah asset sekaligus investasi bangsa", karena itu terlepas dari kualitas mereka (pintar, biasa, kurang bahkan belet), sepantasnya bagi mereka yang terkendala tetaplah harus diapresiasi atas perjuangannya yang panjang dan melelahkan tersebut.
Itulah sepatutnya cara pandang kita (saat ini) termasuk mereka yang punya otoritas, untuk dijabarkan dalam bentuk solusi obyektif.

Gw setuju mah pendapat loe,,cuma mungkin baeknya di bilank sebagian dari mereka,,karena yang gw tahu sih banyak yang tetap tekun tapi karena memank gak ada kesempatan dan lapangan kerja,,mereka tidak bisa menunjukkan keahliannya.
Itu sebabnya Cimohai di atas menyebutkan bahwa "terlalu di manja",,kalo memank dah sebanyak itu,,apakah mereka sendiri tidak bisa mencari solusi ide baru yang lebih segar untuk membuka lapangan kerja.

Selamat dan Hormat pantas disampaikan buat yang pintar dan beruntung, namun apakah yang berkualitas (tersisa dari orang yang pintar),yang paspasan bahkan tang belet serta yang tidak beruntung, kemudian mereka harus dibebani lagi untuk mencari solusi obtektif? terbayangkah jika satu diantara mereka itu adalah diri kita-anak kita-saudara/ kerabat kita-sahabat kita atau tetangga kita yang lemah finansial?

Yang gw tahu kebanyakan di Indonesia "Belajar untuk jadi PNS",,dan hal ini telah diketahui bahwa jumlah PNS yang dibutuhkan itu tak mungkin mengambil seluruh lulusan yang ada.
Yap,,dan memank bagi gw para pengangguran yang "berkualitas" ini ada baiknya memikirkan lapangan kerja baru.

Setuju, namun keberatankah bagi kita yang beruntung dan berkepedulian, jika ikut prihatin dan sekaligus turut mencari solusi obyektif (menjadikan entrepreneurs), tanpa harus menanti "solusi kepentingan" dari otoritas pendidikan/ perguruan tinggi.

Dan sebagian lulusan,,apa mereka betul "bermutu" kalo memank tidak silahkan mencari sesuatu yang pas bagi mereka,,mungkin membuka bengkel,,warunk dll.
Sepertinya itu bukan solusi mas, walau untuk sangat sementara bisa dipahami dan dapat diterima.
Dukunglah bangkitnya (saudara kita) para penganggur terdidik termotivasi, agar mareka menjadi pengusaha berdaya guna,agar mereka bisa berperan sebagai pelaku pembangunan untuk turut memperkokoh ekonomi bangsa, itulah makna dari Solusi Aspiratif.
Salam.
 
Jujur ya, kalau menurut Q setiap masalah pengangguran itu berpulang pada mental setiap pengangguran itu sendiri. Masalah yang paling dasar sebetulnya cuma gara-gara mereka merasa terdidik dan memilih-milih pekerjaan yang ada, padahal ini justru menjadi bumerang bagi mereka sendiri.

Lagipula istilah berpendidikan itu juga hanya sebatas istilah saja, istilah itu hanya berarti mereka punya sertifikat perguruan tinggi and only that. IP pas-pas an dan prestasi di kampus enggak ada...

Enggak sedikit orang yang (terkadang) cuma lulusan SD tapi bisa lumayan sukses... Yang penting justru mental, moral dan yang terakhir baru intelektual...

Solusi yang paling bagus sih jangan mempersempit pandangan, jangan hanya memfokuskan diri mencari pekerjaan di kota-kota besar saja... Justru daerah2 yang belum terjamah terkadang memiliki potensi yang luar biasa.
 
Orang bijak, orang tua bahkan mereka pemegang otoritas pendidikan/ sekolah/ perguruan tinggi, mengatakan "Tuntutlah ilmu/ pendidikan karena anda siswa-mahasiswa adalah asset sekaligus investasi bangsa", karena itu terlepas dari kualitas mereka (pintar, biasa, kurang bahkan belet), sepantasnya bagi mereka yang terkendala tetaplah harus diapresiasi atas perjuangannya yang panjang dan melelahkan tersebut.
Itulah sepatutnya cara pandang kita (saat ini) termasuk mereka yang punya otoritas, untuk dijabarkan dalam bentuk solusi obyektif.
^
Nah gw tanya,,apakah semua elite politik sekarank memiliki pandangan seperti itu................................/?/?/?

Tanyakan lage ke diri masink-masink siswa,,apakah mereka memikirkan hal itu............................/?/?/?

Gw tanya lage apakah kualitas pendidikan yang mereka terima itu terjamin,,dan apakah para siswa sendiri menerima pendidikan itu dengan baek.........................../?/?/?


Selamat dan Hormat pantas disampaikan buat yang pintar dan beruntung, namun apakah yang berkualitas (tersisa dari orang yang pintar),yang paspasan bahkan tang belet serta yang tidak beruntung, kemudian mereka harus dibebani lagi untuk mencari solusi obtektif? terbayangkah jika satu diantara mereka itu adalah diri kita-anak kita-saudara/ kerabat kita-sahabat kita atau tetangga kita yang lemah finansial?
^
Gw dengan yakin mengatakan "YA",,untuk apa di bilank berkualitas kalo untuk hal seperti itu saja tidak mampu................................/?/?/?

Gunakan akal yang telah anda katakan berkualitas itu,,jangan malah alasan finansial menjadi kendala.............................../swt/swt/swt


Setuju, namun keberatankah bagi kita yang beruntung dan berkepedulian, jika ikut prihatin dan sekaligus turut mencari solusi obyektif (menjadikan entrepreneurs), tanpa harus menanti "solusi kepentingan" dari otoritas pendidikan/ perguruan tinggi.
^
Gw nanya lage nih,,para era ini berapa persen orank berkepedulian yang bertindak,,bilank peduli hanya dimulut................................./hmm/hmm/hmm


Sepertinya itu bukan solusi mas, walau untuk sangat sementara bisa dipahami dan dapat diterima.
Dukunglah bangkitnya (saudara kita) para penganggur terdidik termotivasi, agar mareka menjadi pengusaha berdaya guna,agar mereka bisa berperan sebagai pelaku pembangunan untuk turut memperkokoh ekonomi bangsa, itulah makna dari Solusi Aspiratif.
Salam.
^
Gw gak pernah katakan itu "SOLUSI" tapi itu adalah tindakan yang harus dilakukan setiap orank yang merasa kurank beruntunk itu............................./hmm/hmm/hmm
 
intinya....................

Lulusan harus memiliki jiwa kewirausahaan, tuh dia makanya usaha kecil2an dulu, dan dimajukan dengan Manajemen dan Usaha utk maju /no1

kendala utama dalam usaha biasanya berletak kpd modal yang berbentuk uang, kalau meminjam atau menggunakan obligasi bisa, hanya saja bunga pinjaman/ bunga obligasi yang sangat mengganggu, dan belum lagi beban2 lainnya.

yang terpenting pertama2 memiliki akhlaq yang baik, jiwa kewirausahaan, Manajemen yang baik, lalu usaha utk maju, nah tinggal modalnya, kalau sukses otomatis membuka lapangan pekerjaan yang baru, kalau berkempbang dan Badan Usaha sudah naik hingga ketingkat PT, otomatis membutuhkan karyawan banyak, nah toh semakin lebar utk calon tenaga kerja akan masuk ke sana /no1, jika berkembang lagi, buka saja cabang2 ke seluruh daerah, peluang kesempatan membuka lap. pekerjaan semakin besaar /no1

nah, biasanya orang melupakan/memojokan akhlaq yang baik, salah satunya kejujuran, inilah kendala pd masyarakat utk berusaha. makanya penting dalam usaha utk sukses karena akan mendapat aksen yang baik, sehingga disegani masyarakat terutama konsumen /no1


sayank, kebanyakan belum meliliki jiwa kewirausahaan dan manajemen yang belum baik jadi, masih ingin menjadi pekerja... /hmm
 
iyah jadi inget lagu bnag iwan fals.....Sarjana Muda...!!!!!!
yah begitulah Indonesia.........
 
mental dulu benerin..

jgn tiap ada masalah cm bisa ngeluh dan nyalahin orang lain (pemerintah)

negara jepang juga dulu miskin, makan aja susah...

tapi mereka ga nyalahin pemerintah dsb, mereka malah mendukung pemerintah..
berpikir utk maju, nyiptain lapangan usaha, kreatif, dan kerja keras..
makanya jepang bisa maju kayak sekarang..


ingat pepatah :

cuma PECUNDANG yang terus mengeluh dan menyalahkan..
PEMENANG selalu mencari solusi dan meraih keberhasilan..



kalau soal solusi, tiap orang bisa berbeda..

untuk contoh :
bob sadino pun bkn orang kaya pada awalnya,dia sendiri hidup di indonesia ( yg dikatakan kurang lapangan kerja ? yg dibilang sulit cari kerja ? )

tapi dia bisa sukses dan berhasil.. kenapa ?

berpikirlah kesana.. !! jgn cuma mengeluh..
 
mental dulu benerin..

jgn tiap ada masalah cm bisa ngeluh dan nyalahin orang lain (pemerintah)

negara jepang juga dulu miskin, makan aja susah...

tapi mereka ga nyalahin pemerintah dsb, mereka malah mendukung pemerintah..
berpikir utk maju, nyiptain lapangan usaha, kreatif, dan kerja keras..
makanya jepang bisa maju kayak sekarang..


ingat pepatah :

cuma PECUNDANG yang terus mengeluh dan menyalahkan..
PEMENANG selalu mencari solusi dan meraih keberhasilan..



kalau soal solusi, tiap orang bisa berbeda..

untuk contoh :
bob sadino pun bkn orang kaya pada awalnya,dia sendiri hidup di indonesia ( yg dikatakan kurang lapangan kerja ? yg dibilang sulit cari kerja ? )

tapi dia bisa sukses dan berhasil.. kenapa ?

berpikirlah kesana.. !! jgn cuma mengeluh..

betul... manteb...

sebenarnya bukannya tanpa solusi, masa otak sudah terdidik tapi ga bisa buat solusi untuk diri sendiri... manja dong.. tapi mungkin lebih tepat kepada kemauan dari individu masing2xi, banyak ko yang sudah terdidik (S1) jualan gorengan di pinggir jalan, sambil menunggu panggilan.. solusi bukan...?

Cari dan buat solusi, bukan menunggu solusi... gitu aja repot...
 
menurut gue ad 3 hal: - Talent (hrs menyesuaikan dgn bakat)
- Hard Work
- Mental
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.