pinnacullata
IndoForum Activist C
- No. Urut
- 24506
- Sejak
- 24 Okt 2007
- Pesan
- 13.034
- Nilai reaksi
- 224
- Poin
- 63
KESAN banci yang sering dilekatkan masyarakat kepada para penari berjenis kelamin lelaki dibantah keras oleh Andi Supardi, penari Betawi yang sudah menari sejak tahun 1973.
Andi adalah generasi ketiga dari pendiri Topeng Betawi, yaitu kelompok kesenian Betawi yang didirikan kakek dan neneknya, Raden Djiun bin Dorak dan Ibu Kinang pada tahun 1918.
Sejak remaja, dirinya sudah dilatih menguasai berbagai kesenian Betawi, mulai dari lenong, teater, tari dan juga musik. Menurut Andi, kesan banci mungkin muncul dari sikap dan gerak lemah gemulai yang dimiliki oleh setiap penari pada umumnya dan lemah gemulai biasanya melekat sekali dengan identitas perempuan. Namun, tidak demikian menurut Andi.
"Dalam tari Betawi, lelakinya kan juga harus melakukan gerak silat yang gagah. Saya juga bisa melakukannya. Disesuaikan aja. Jadi penari lelaki bukan banci," ujar Andi.
Andi mengungkapkan memang akibat stigma tersebut, anak-anak asuhannya di Sanggar Tari Betawi Setu Babakan yang laki-laki lebih sering menekuni musik daripada tari. Namun, Andi mengaku telah mengingatkan enam anak lelaki tersebut hingga mereka juga mencoba belajar menari. "Saya bilang, kalau kalian mau menekuni seni Betawi harus belajar menari juga," tutur Andi.
Menurut Andi, menari jangan langsung didefinisikan sebagai pekerjaan perempuan atau wanita. Lantas, lelaki yang terlibat di dalamnya langsung dianggap memiliki sisi kewanitaan. "Yang penting hatinya sendiri, pribadinya. Datang dari sini," ujar pria yang lahir tahun 1961 ini sambil menepuk dadanya.
Andi sendiri menikah dengan seorang wanita Betawi bernama Maimunah dan sudah dikaruniai tiga orang putra-putri, yaitu Maulana, Suci dan Nia. Si sulung sekarang sudah bekerja sementara si bungsu masih duduk di kelas 4 SD.
============
sumber: kompas
Andi adalah generasi ketiga dari pendiri Topeng Betawi, yaitu kelompok kesenian Betawi yang didirikan kakek dan neneknya, Raden Djiun bin Dorak dan Ibu Kinang pada tahun 1918.
Sejak remaja, dirinya sudah dilatih menguasai berbagai kesenian Betawi, mulai dari lenong, teater, tari dan juga musik. Menurut Andi, kesan banci mungkin muncul dari sikap dan gerak lemah gemulai yang dimiliki oleh setiap penari pada umumnya dan lemah gemulai biasanya melekat sekali dengan identitas perempuan. Namun, tidak demikian menurut Andi.
"Dalam tari Betawi, lelakinya kan juga harus melakukan gerak silat yang gagah. Saya juga bisa melakukannya. Disesuaikan aja. Jadi penari lelaki bukan banci," ujar Andi.
Andi mengungkapkan memang akibat stigma tersebut, anak-anak asuhannya di Sanggar Tari Betawi Setu Babakan yang laki-laki lebih sering menekuni musik daripada tari. Namun, Andi mengaku telah mengingatkan enam anak lelaki tersebut hingga mereka juga mencoba belajar menari. "Saya bilang, kalau kalian mau menekuni seni Betawi harus belajar menari juga," tutur Andi.
Menurut Andi, menari jangan langsung didefinisikan sebagai pekerjaan perempuan atau wanita. Lantas, lelaki yang terlibat di dalamnya langsung dianggap memiliki sisi kewanitaan. "Yang penting hatinya sendiri, pribadinya. Datang dari sini," ujar pria yang lahir tahun 1961 ini sambil menepuk dadanya.
Andi sendiri menikah dengan seorang wanita Betawi bernama Maimunah dan sudah dikaruniai tiga orang putra-putri, yaitu Maulana, Suci dan Nia. Si sulung sekarang sudah bekerja sementara si bungsu masih duduk di kelas 4 SD.
============
sumber: kompas