byakuya
IndoForum Activist C
- No. Urut
- 46894
- Sejak
- 25 Jun 2008
- Pesan
- 14.460
- Nilai reaksi
- 288
- Poin
- 83
Blogger menilai ditjen pajak berlebihan jika menuntut pendiri “Gerakan 1.000.000 Facebooker Dukung Boikot Bayar Pajak untuk Keadilan” di Facebook.
“Itu tindakan berlebihan. Jika mereka tidak bekerja secara optimal atau melakukan kesalahan, tentu saja ada pihak yang merasa dirugikan kemudian mengeluarkan pernyataan tentang itu. Anggap saja ini sebuah teguran. Jangan langsung main tuntut saja,” kata Enda Nasution yang juga disebut sebagai bapak blogger Indonesia, di Jakarta.
Enda menambahkan jika ditjen pajak memperkarakan pendiri “Gerakan 1.000.000 Facebooker Dukung Boikot Bayar Pajak untuk Keadilan” malah menambah pekerjaan lembaga itu.
“Mereka sudah capek-capek mengurusi pajak, masak harus ditambah dengan persoalan hukum. Lebih baik menerima saja segala teguran dari mereka. Kemudian lakukan perbaikan sebisa mungkin agar nanti keluhan-keluhan bisa diminimalisir,” tegas Enda.
Jika benar benar dituntut, maka reaksi masyarakat justru akan bertambah besar. Enda mengatakan yang sebenarnya diinginkan oleh Facebooker di “Gerakan 1.000.000 Facebooker Dukung Boikot Bayar Pajak untuk Keadilan” adalah mencari keadilan serta kerja perpajakan yang efektif.
“Kalau malah balik menuntut, apa yang diharapkan masyarakat sendiri kan tidak selesai. Jadi nanti malah timbul masalah lagi. Sebaiknya memang semua pihak yang dikritik menerima saja dengan lapang dada, jangan terlalu dibesar-besarkan,” tegasnya.
Menurut Enda “Gerakan 1.000.000 Facebooker Dukung Boikot Bayar Pajak untuk Keadilan” adalah wajar saja. Hal itu salah satu respon masyarakat menyangkut kinerja aparat pemerintah, khususnya soal pajak.
“Itu mencuat karena kasus Gayus. Saya rasa masyarakat mulai merasa kecewa dengan kinerja serta pelanggaran hukum yang terjadi. Lalu menumpahkan kekesalan itu ke media, Facebook misalnya. Itu Wajar,” kata Enda.
“Mau gak mau kita harus menyadari bahwa penggunaan media dengan apresiasi masyarakat adalah sebuah hal yang sangat berhubungan. Pelayanannya buruk masyarakat kecewa. Seharusnya pihak-pihak yang disalahkan atau dikritik menerima saja. Memang toh terbukti masih banyak kekurangan. Memang banyak yang telah dilakukan ditjen pajak. Tapi masih banyak juga yang harus diperbaiki. Anggap saja ini sebuah bentuk pembelajaran bagi mereka untuk terus memperbaiki. Kritik yang membangun,” timpalnya.
“Itu tindakan berlebihan. Jika mereka tidak bekerja secara optimal atau melakukan kesalahan, tentu saja ada pihak yang merasa dirugikan kemudian mengeluarkan pernyataan tentang itu. Anggap saja ini sebuah teguran. Jangan langsung main tuntut saja,” kata Enda Nasution yang juga disebut sebagai bapak blogger Indonesia, di Jakarta.
Enda menambahkan jika ditjen pajak memperkarakan pendiri “Gerakan 1.000.000 Facebooker Dukung Boikot Bayar Pajak untuk Keadilan” malah menambah pekerjaan lembaga itu.
“Mereka sudah capek-capek mengurusi pajak, masak harus ditambah dengan persoalan hukum. Lebih baik menerima saja segala teguran dari mereka. Kemudian lakukan perbaikan sebisa mungkin agar nanti keluhan-keluhan bisa diminimalisir,” tegas Enda.
Jika benar benar dituntut, maka reaksi masyarakat justru akan bertambah besar. Enda mengatakan yang sebenarnya diinginkan oleh Facebooker di “Gerakan 1.000.000 Facebooker Dukung Boikot Bayar Pajak untuk Keadilan” adalah mencari keadilan serta kerja perpajakan yang efektif.
“Kalau malah balik menuntut, apa yang diharapkan masyarakat sendiri kan tidak selesai. Jadi nanti malah timbul masalah lagi. Sebaiknya memang semua pihak yang dikritik menerima saja dengan lapang dada, jangan terlalu dibesar-besarkan,” tegasnya.
Menurut Enda “Gerakan 1.000.000 Facebooker Dukung Boikot Bayar Pajak untuk Keadilan” adalah wajar saja. Hal itu salah satu respon masyarakat menyangkut kinerja aparat pemerintah, khususnya soal pajak.
“Itu mencuat karena kasus Gayus. Saya rasa masyarakat mulai merasa kecewa dengan kinerja serta pelanggaran hukum yang terjadi. Lalu menumpahkan kekesalan itu ke media, Facebook misalnya. Itu Wajar,” kata Enda.
“Mau gak mau kita harus menyadari bahwa penggunaan media dengan apresiasi masyarakat adalah sebuah hal yang sangat berhubungan. Pelayanannya buruk masyarakat kecewa. Seharusnya pihak-pihak yang disalahkan atau dikritik menerima saja. Memang toh terbukti masih banyak kekurangan. Memang banyak yang telah dilakukan ditjen pajak. Tapi masih banyak juga yang harus diperbaiki. Anggap saja ini sebuah bentuk pembelajaran bagi mereka untuk terus memperbaiki. Kritik yang membangun,” timpalnya.