Peluang sukses calon gubernur/ wakil gubernur cari jalur independen pada Pilkada Jabar 2013 sangat tipis dan berat, kata Pakar Politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Affan Sulaeman di Bandung, Jumat.
"Pilkada 2013 di Jabar mungkin pertama kalinya terbuka bagi calon independen, namun peluang mereka dipastikan sangat tipis dan persyaratan 1,4 juta lembar dukungan yang dibuktikan KTP sangat berat," kata Affan Sulaeman kepada ANTARA di Bandung, Jumat.
Affan mengapresiasi munculnya pasangan calon independen yang telah mendaftarkan diri secara resmi ke KPU dan merupakan bagian dari dinamika politik di Jawa Barat.
Menurut Affan, lembar dukungan untuk calon independen dipastikan terbanyak di Indonesia, melebihi lembar dukungan yang harus dikumpulkan calon independen darah lainnya.
"Setelah berhasil mengumpulkan dukungan dengan bukti KTP, maka KPU perlu melakukan verifikasi secara obyektif. KPU perlu mengecek sendiri KTP dari lembar dukungan jangan sampai ada istilah `tulis tonggong`," kata Affan.
Ia menyebutkan tahapan ini akan menunjukan kadar kejujuran dari proses Pilkada, dan membuktikan dukungan jalur independen benar-benar murni tanpa ada rekayasa dalam pengumpulan surat dukungan.
"Verifikasi KPU secara faktual harus dilakukan, meski dipastikan lebih melelahkan dibandingkan daerah lain yang jumlah pemilihnya sedikit," katanya.
Terkait peluang kemenangan calon independen, kata Affan sangat tipis. Tanpa mengurangi optimisme calon independen, ia menyampaikan beberapa contoh calon independen yang gagal meraih simpati pemilih meski di daerah berpenduduk lebih sedikit.
Ia mencontohkan Pilkada DKI Jakarta, di daerah yang berpenduduk tujuh juta jiwa. Calon Independen gagal meraih simpatik rakyat, dan kalah jauh dari calon yang didukung partai politik.
"Pilkada 2013 di Jabar mungkin pertama kalinya terbuka bagi calon independen, namun peluang mereka dipastikan sangat tipis dan persyaratan 1,4 juta lembar dukungan yang dibuktikan KTP sangat berat," kata Affan Sulaeman kepada ANTARA di Bandung, Jumat.
Affan mengapresiasi munculnya pasangan calon independen yang telah mendaftarkan diri secara resmi ke KPU dan merupakan bagian dari dinamika politik di Jawa Barat.
Menurut Affan, lembar dukungan untuk calon independen dipastikan terbanyak di Indonesia, melebihi lembar dukungan yang harus dikumpulkan calon independen darah lainnya.
"Setelah berhasil mengumpulkan dukungan dengan bukti KTP, maka KPU perlu melakukan verifikasi secara obyektif. KPU perlu mengecek sendiri KTP dari lembar dukungan jangan sampai ada istilah `tulis tonggong`," kata Affan.
Ia menyebutkan tahapan ini akan menunjukan kadar kejujuran dari proses Pilkada, dan membuktikan dukungan jalur independen benar-benar murni tanpa ada rekayasa dalam pengumpulan surat dukungan.
"Verifikasi KPU secara faktual harus dilakukan, meski dipastikan lebih melelahkan dibandingkan daerah lain yang jumlah pemilihnya sedikit," katanya.
Terkait peluang kemenangan calon independen, kata Affan sangat tipis. Tanpa mengurangi optimisme calon independen, ia menyampaikan beberapa contoh calon independen yang gagal meraih simpati pemilih meski di daerah berpenduduk lebih sedikit.
Ia mencontohkan Pilkada DKI Jakarta, di daerah yang berpenduduk tujuh juta jiwa. Calon Independen gagal meraih simpatik rakyat, dan kalah jauh dari calon yang didukung partai politik.