T!T!~ch@/\/
IndoForum Banned
- No. Urut
- 1035
- Sejak
- 11 Mei 2006
- Pesan
- 21.523
- Nilai reaksi
- 1.324
- Poin
- 113
Sidang Kabinet Indonesia bersatu kemarin lain daripada biasanya. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menghadirkan Umar Hasan Saputra, pencipta nutrisi esensial, formula ajaib yang sudah terbukti mampu meningkatkan produktivitas tanaman pangan.
Setelah sidang, pencipta Nutrisi Saputra (NS) itu diminta mempresentasikan temuannya di depan Wakil Presiden Jusuf Kalla, para menteri, dan gubernur se-Indonesia.
SBY sengaja mengajak Saputra -sapaan Umar Hasan Saputra- memaparkan formula yang diberi nama Nutrisi Saputra (NS) tersebut. Rupanya, SBY terpukau saat sehari sebelumnya melihat langsung nutrisi tersebut. "Saya juga tidak menyangka disuruh presentasi di depan semua menteri dan gubernur. Nervous juga," kata Saputra setelah sidang kabinet kemarin.
Hari itu Saputra ditemani pengusaha nasional Ir Ciputra. Kali ini, selain membawa contoh nutrisi, Saputra juga membawa contoh beras yang dihasilkan dari padi bernutrisi esensial. Beras yang diberi label Saputra Teknologi itu berbiji lebih besar. Pecahannya juga sangat sedikit.
Saputra maupun Ciputra sama sekali tidak menyangka, para menteri dan gubernur begitu antusias. "Semua gubernur tadi minta daerahnya didahulukan untuk mencoba nutrisi Saputra itu," kata Ciputra.
Kekhawatiran Saputra bahwa para menteri dan gubernur sulit memercayai formula ajaib itu ternyata tidak terbukti. Yang dipertanyakan para menteri dan gubernur bukan lagi soal bukti keberhasilan. Tetapi lebih kepada keinginan memakai nutrisi tersebut.
"Kalau presiden sudah percaya, kami tentu percaya," kata Menteri Kehutanan M.S. Ka’ban. Dia juga sempat bertanya, apakah NS bisa dipakai untuk meningkatkan produktivitas tanaman di kawasan hutan.
Keyakinan para gubernur itu semakin bertambah karena Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad kemarin memberikan testimoni atas formula Saputra tersebut. Maklum, nutrisi itu memang pertama dikembangkan di Gorontalo.
"Di tempat saya (Gorontalo, Red), produksi jagung meningkat 300 persen berkat nutrisi ini," kata Fadel. Dia memaparkan, biasanya sehektare tanah menghasilkan 2 ton jagung. Sejak memakai SN, produksinya naik menjadi 6 ton. "Ongkos produksinya juga jauh lebih murah," ujarnya.
Gubernur Daerah Istimewa Jogjakarta (DIJ) Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta NS ini diujicobakan di Gunung Kidul. "Saya ingin tahu apa bisa dipakai di tanah berbatu seperti Gunung Kidul. Nutrisi ini sukses diuji coba di lahan gambut di Bantul," kata Sultan.
Gubernur Papua Barnabas Suebu sempat menanyakan secara detail teknologi yang dipakai Saputra. Dia juga mengharapkan SN bisa dipakai untuk tanaman sagu.
Pjs Gubernur Aceh Mustafa Abubakar meminta Aceh diprioritaskan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di sana.
Yang paling detail bertanya adalah Wakil Presiden Jusuf Kalla. Kepada Saputra, Kalla minta dijelaskan secara rinci bagaimana bentuk dan cara kerja NS tersebut. "Kalau benar, berarti tidak perlu impor beras lagi," kata Kalla.
Kepada para gubernur dan menteri, Saputra menjelaskan, NS bisa diterapkan di semua jenis lahan. Mulai lahan kering, lahan gambut, hingga lahan berpasir. Hanya, produksinya masih terbatas. "Nanti diuji coba di semua provinsi. Tahap pertama 100 ribu hektare," ujar Saputra.
Saputra juga menyampaikan, dia tidak ingin terlalu cepat memproduksi NS secara masal. Bagaimanapun juga, produksi NS harus dilakukan secara gradual. "Tidak bagus kalau terlalu cepat," katanya.
Saat ini, Saputra mengurus hak paten nutrisi temuannya. Karena itu, wajar formula nutrisi itu masih dirahasiakan. "Masih dicari nama yang menonjolkan Indonesia," ujarnya.
Karena itu, NS belum diproduksi secara masal. Meski demikian, Saputra mengaku sudah kebanjiran order. Saat launching perdana 15 Agustus lalu di Hotel Ciputra, Jakarta, dalam dua jam, order NS mencapai Rp 120 miliar. "Sementara, saya masih membatasi sampai Rp 250 miliar," kata Manajer PT Suba Indah Tbk itu.
Tidak hanya Saputra yang gembira. Pak Ci -sapaan Ciputra- juga berbinar-binar usai sidang kabinet kemarin. "Saya semakin optimis Indonesia bisa swasembada beras pada 2008 dan menjadi lumbung padi internasional pada 2009," ujar Pak Ci.
Menurut Pak Ci, dukungan para menteri dan gubernur sangatlah penting. Ke depan, pemerintah memang harus membuka jalan bagi ilmuwan yang ingin mengembangkan inovasinya di Indonesia. "Banyak ilmuwan Indonesia yang mengembangkan inovasinya di luar negeri karena merasa terhambat di Indonesia," kata Pak Ci. "Akibatnya, yang maju justru negara lain," sambungnya
Setelah sidang, pencipta Nutrisi Saputra (NS) itu diminta mempresentasikan temuannya di depan Wakil Presiden Jusuf Kalla, para menteri, dan gubernur se-Indonesia.
SBY sengaja mengajak Saputra -sapaan Umar Hasan Saputra- memaparkan formula yang diberi nama Nutrisi Saputra (NS) tersebut. Rupanya, SBY terpukau saat sehari sebelumnya melihat langsung nutrisi tersebut. "Saya juga tidak menyangka disuruh presentasi di depan semua menteri dan gubernur. Nervous juga," kata Saputra setelah sidang kabinet kemarin.
Hari itu Saputra ditemani pengusaha nasional Ir Ciputra. Kali ini, selain membawa contoh nutrisi, Saputra juga membawa contoh beras yang dihasilkan dari padi bernutrisi esensial. Beras yang diberi label Saputra Teknologi itu berbiji lebih besar. Pecahannya juga sangat sedikit.
Saputra maupun Ciputra sama sekali tidak menyangka, para menteri dan gubernur begitu antusias. "Semua gubernur tadi minta daerahnya didahulukan untuk mencoba nutrisi Saputra itu," kata Ciputra.
Kekhawatiran Saputra bahwa para menteri dan gubernur sulit memercayai formula ajaib itu ternyata tidak terbukti. Yang dipertanyakan para menteri dan gubernur bukan lagi soal bukti keberhasilan. Tetapi lebih kepada keinginan memakai nutrisi tersebut.
"Kalau presiden sudah percaya, kami tentu percaya," kata Menteri Kehutanan M.S. Ka’ban. Dia juga sempat bertanya, apakah NS bisa dipakai untuk meningkatkan produktivitas tanaman di kawasan hutan.
Keyakinan para gubernur itu semakin bertambah karena Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad kemarin memberikan testimoni atas formula Saputra tersebut. Maklum, nutrisi itu memang pertama dikembangkan di Gorontalo.
"Di tempat saya (Gorontalo, Red), produksi jagung meningkat 300 persen berkat nutrisi ini," kata Fadel. Dia memaparkan, biasanya sehektare tanah menghasilkan 2 ton jagung. Sejak memakai SN, produksinya naik menjadi 6 ton. "Ongkos produksinya juga jauh lebih murah," ujarnya.
Gubernur Daerah Istimewa Jogjakarta (DIJ) Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta NS ini diujicobakan di Gunung Kidul. "Saya ingin tahu apa bisa dipakai di tanah berbatu seperti Gunung Kidul. Nutrisi ini sukses diuji coba di lahan gambut di Bantul," kata Sultan.
Gubernur Papua Barnabas Suebu sempat menanyakan secara detail teknologi yang dipakai Saputra. Dia juga mengharapkan SN bisa dipakai untuk tanaman sagu.
Pjs Gubernur Aceh Mustafa Abubakar meminta Aceh diprioritaskan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di sana.
Yang paling detail bertanya adalah Wakil Presiden Jusuf Kalla. Kepada Saputra, Kalla minta dijelaskan secara rinci bagaimana bentuk dan cara kerja NS tersebut. "Kalau benar, berarti tidak perlu impor beras lagi," kata Kalla.
Kepada para gubernur dan menteri, Saputra menjelaskan, NS bisa diterapkan di semua jenis lahan. Mulai lahan kering, lahan gambut, hingga lahan berpasir. Hanya, produksinya masih terbatas. "Nanti diuji coba di semua provinsi. Tahap pertama 100 ribu hektare," ujar Saputra.
Saputra juga menyampaikan, dia tidak ingin terlalu cepat memproduksi NS secara masal. Bagaimanapun juga, produksi NS harus dilakukan secara gradual. "Tidak bagus kalau terlalu cepat," katanya.
Saat ini, Saputra mengurus hak paten nutrisi temuannya. Karena itu, wajar formula nutrisi itu masih dirahasiakan. "Masih dicari nama yang menonjolkan Indonesia," ujarnya.
Karena itu, NS belum diproduksi secara masal. Meski demikian, Saputra mengaku sudah kebanjiran order. Saat launching perdana 15 Agustus lalu di Hotel Ciputra, Jakarta, dalam dua jam, order NS mencapai Rp 120 miliar. "Sementara, saya masih membatasi sampai Rp 250 miliar," kata Manajer PT Suba Indah Tbk itu.
Tidak hanya Saputra yang gembira. Pak Ci -sapaan Ciputra- juga berbinar-binar usai sidang kabinet kemarin. "Saya semakin optimis Indonesia bisa swasembada beras pada 2008 dan menjadi lumbung padi internasional pada 2009," ujar Pak Ci.
Menurut Pak Ci, dukungan para menteri dan gubernur sangatlah penting. Ke depan, pemerintah memang harus membuka jalan bagi ilmuwan yang ingin mengembangkan inovasinya di Indonesia. "Banyak ilmuwan Indonesia yang mengembangkan inovasinya di luar negeri karena merasa terhambat di Indonesia," kata Pak Ci. "Akibatnya, yang maju justru negara lain," sambungnya