notia
IndoForum Senior A
- No. Urut
- 8464
- Sejak
- 4 Nov 2006
- Pesan
- 8.004
- Nilai reaksi
- 473
- Poin
- 83
Suatu hari ada seorang pemuda yang diajukan ke pengadilan. Dia didakwa
melakukan tindakan kekerasan - Menggebuki seorang nenek di KA jurusan
Jakarta - Surabaya.
Hakim yang memimpin persidangan berkata kepada si pemuda yang
bertampang berangasan : " Sekarang saudara ceritakan semuanya, apa
yang sebenarnya terjadi , secara detil, lengkap, berurutan.
Bayangkan... ...kok saudara itu kejam sekali. Tega-teganya memukuli
nenek-nenek, orang yang lemah ...!"
Pemuda sangar itupun memulai ceritanya:
"Begini Pak hakim, hari Minggu sebulan yang lalu, saya menerima kabar
ibu sakit.
Lalu saya naik kereta jurusan Jakarta- Surabaya di Gambir yang
berangkat di pagi hari. Saya duduk bersebelahan dengan seorang
perempuan tua.
Nenek ini membawa tas besar yang di letakkan di bawah kakinya. Saya
menawarkan pertolongan untuk menaruh tas besarnya itu di rak atas,
tapi dia menolak.Tas barang yang besar itu sangat mengganggu
kenyamanan saya, karena kaki saya tidak bisa bebas bergerak.
Kemudian kereta berangkat dan beberapa saat kemudian tiba di stasiun
Jatinegara Di stasiun ini, kereta berhenti untuk pemeriksaan tiket.
Kondektur pun datang ke gerbong tempat saya berada, kemudian
menanyakan tiket. Saya langsung tunjukkan tiket saya ke dia.
Giliran tiket si nenek. Wah ini repot sekali.
Nenek itu mengangkat tas besarnya ke bangku. Dia mengeluarkan handbag
dari tas pakaian itu, lantas dari dalam handbag dia mengeluarkan
dompet besar. Dari dompet besar dia mengeluarkan dompet kecil. Dari
dompet kecil itu ia mengeluarkan tas kain kecil berserut. Di dalam tas
kain itu ada bungkusan yang diikat dengan karet gelang. Bungkusan itu
di buka dan didalamnya ada kotak korek api. Rupanya nenek itu
menyimpan tiketnya di dalam kotak korek api.
Setelah diperiksa kondektur, dia kembali melipat tiketnya dan menaruh
kembali ke kotak korek api. Lalu kotak itu dibungkus, diikat karet.
Dimasukkan ke tas kain. Lalu masuk ke dompet kecil. Dompet kecil masuk
ke dompet besar, lalu di taruh di handbag. Handbag masuk kembali ke
tas besar. Tas besar ditaruh kembali ke bawah kakinya.
Keretapun meneruskan perjalanan.
Perhentian berikutnya di setasiun Bekasi. Di sana juga sama ada
pemeriksaan tiket. Tiket saya dengan cepat di periksa. Sementara si
nenek, kembali mengangkat tas besarnya ke bangku. Keluarkan handbag,
lalu berturut-turut dari dalamnya dompet besar, lalu dompet kecil, tas
kain, lalu ada bungkusan berkaret, di buka ada kotak korek api, ada
tiket di dalamnya. Diperiksa kondektur, lantas tiket masuk lagi ke
kotak korek api, dibungkus, diikat karet, masuk ke tas kain serut, ke
dompet kecil, masuk ke dompet besar, handbag, akhirnya masuk ke tas
besar. Di taruh di bawah kaki, .."
" Kereta jalan terus sampai di stasiun Krawang. Lagi-lagi ada
pemeriksaan tiket . Tiket saya cepat diperiksa, sementara nenek itu
angkat tas besarnya ke bangku, keluarkan handbag, lalu dompet besar,
dompet kecil, lalu keluarkan tas ka.......... ...,"
Belum sempat si pemuda meneruskan ceritanya, pak hakim keburu
membentaknya. " Saudaraaa... .... jangan main-main ya !!!!. Anda itu
melantur atau apa??? Tau enggak ini pengadilan.. ..bukan warung!!!!"
Langsung saja pemuda itu berdiri dan tak kalah gertak juga : " Nah
lihat BENER KAN?!!!!!, bapak hakim yang cuma mendengar cerita saya saja sudah
marah. Padahal baru sampai Krawang. Coba bayangkan, bagaimana rasanya
saya harus mengalami hal ini sepanjang perjalanan dari Jakarta -
Surabaya.... . Bapak tau nggak ada berapa stasiun yg dilewati!!!..Jadi GW BENER KAN kalo ga tahan?!!!!!!..
melakukan tindakan kekerasan - Menggebuki seorang nenek di KA jurusan
Jakarta - Surabaya.
Hakim yang memimpin persidangan berkata kepada si pemuda yang
bertampang berangasan : " Sekarang saudara ceritakan semuanya, apa
yang sebenarnya terjadi , secara detil, lengkap, berurutan.
Bayangkan... ...kok saudara itu kejam sekali. Tega-teganya memukuli
nenek-nenek, orang yang lemah ...!"
Pemuda sangar itupun memulai ceritanya:
"Begini Pak hakim, hari Minggu sebulan yang lalu, saya menerima kabar
ibu sakit.
Lalu saya naik kereta jurusan Jakarta- Surabaya di Gambir yang
berangkat di pagi hari. Saya duduk bersebelahan dengan seorang
perempuan tua.
Nenek ini membawa tas besar yang di letakkan di bawah kakinya. Saya
menawarkan pertolongan untuk menaruh tas besarnya itu di rak atas,
tapi dia menolak.Tas barang yang besar itu sangat mengganggu
kenyamanan saya, karena kaki saya tidak bisa bebas bergerak.
Kemudian kereta berangkat dan beberapa saat kemudian tiba di stasiun
Jatinegara Di stasiun ini, kereta berhenti untuk pemeriksaan tiket.
Kondektur pun datang ke gerbong tempat saya berada, kemudian
menanyakan tiket. Saya langsung tunjukkan tiket saya ke dia.
Giliran tiket si nenek. Wah ini repot sekali.
Nenek itu mengangkat tas besarnya ke bangku. Dia mengeluarkan handbag
dari tas pakaian itu, lantas dari dalam handbag dia mengeluarkan
dompet besar. Dari dompet besar dia mengeluarkan dompet kecil. Dari
dompet kecil itu ia mengeluarkan tas kain kecil berserut. Di dalam tas
kain itu ada bungkusan yang diikat dengan karet gelang. Bungkusan itu
di buka dan didalamnya ada kotak korek api. Rupanya nenek itu
menyimpan tiketnya di dalam kotak korek api.
Setelah diperiksa kondektur, dia kembali melipat tiketnya dan menaruh
kembali ke kotak korek api. Lalu kotak itu dibungkus, diikat karet.
Dimasukkan ke tas kain. Lalu masuk ke dompet kecil. Dompet kecil masuk
ke dompet besar, lalu di taruh di handbag. Handbag masuk kembali ke
tas besar. Tas besar ditaruh kembali ke bawah kakinya.
Keretapun meneruskan perjalanan.
Perhentian berikutnya di setasiun Bekasi. Di sana juga sama ada
pemeriksaan tiket. Tiket saya dengan cepat di periksa. Sementara si
nenek, kembali mengangkat tas besarnya ke bangku. Keluarkan handbag,
lalu berturut-turut dari dalamnya dompet besar, lalu dompet kecil, tas
kain, lalu ada bungkusan berkaret, di buka ada kotak korek api, ada
tiket di dalamnya. Diperiksa kondektur, lantas tiket masuk lagi ke
kotak korek api, dibungkus, diikat karet, masuk ke tas kain serut, ke
dompet kecil, masuk ke dompet besar, handbag, akhirnya masuk ke tas
besar. Di taruh di bawah kaki, .."
" Kereta jalan terus sampai di stasiun Krawang. Lagi-lagi ada
pemeriksaan tiket . Tiket saya cepat diperiksa, sementara nenek itu
angkat tas besarnya ke bangku, keluarkan handbag, lalu dompet besar,
dompet kecil, lalu keluarkan tas ka.......... ...,"
Belum sempat si pemuda meneruskan ceritanya, pak hakim keburu
membentaknya. " Saudaraaa... .... jangan main-main ya !!!!. Anda itu
melantur atau apa??? Tau enggak ini pengadilan.. ..bukan warung!!!!"
Langsung saja pemuda itu berdiri dan tak kalah gertak juga : " Nah
lihat BENER KAN?!!!!!, bapak hakim yang cuma mendengar cerita saya saja sudah
marah. Padahal baru sampai Krawang. Coba bayangkan, bagaimana rasanya
saya harus mengalami hal ini sepanjang perjalanan dari Jakarta -
Surabaya.... . Bapak tau nggak ada berapa stasiun yg dilewati!!!..Jadi GW BENER KAN kalo ga tahan?!!!!!!..