• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

My Lovely Santa [Part 1]

An0nym0us

IndoForum Newbie F
No. Urut
88144
Sejak
29 Des 2009
Pesan
3
Nilai reaksi
0
Poin
1
Tokyo, 24 Desember 2009

Selama musim dingin, hampir seluruh kota Tokyo ditutupi salju. Tidak terkecuali distrik Roppongi yang penuh dengan tempat – tempat hiburan, walau tidak setebal daerah – daerah lain, namun suhunya mampu mencapai 7 derajat celcius.

Hingga pagi hari ini, salju terus turun menyelimuti seluruh kota Tokyo, termasuk jalan setapak yang biasa digunakan untuk ke sekolah oleh Risa Mizunashi, salah satu siswi Shounen Private High School.

“Hatchi…! Huaah…! Dingin sekali…!” keluh Risa yang bersin karena kedinginan.

Sambil menjinjing tas kecilnya yang berwarna pink, Risa menyusuri jalan setapak yang terus diselimuti salju.

“Sudah pakai seragam panjang, stocking, sarung tangan, juga syal, masih saja terasa dinginnya, huh…” keluh Risa lagi sambil menutupi pipinya yang putih mulus dengan kedua telapak tangannya.

Di tengah perjalanan yang terus ditemani oleh rasa dingin yang menusuk, terdengar sebuah suara yang memanggil Risa dari belakang.

“Risa…! Risa…!”

Seiring dengan suara panggilan yang merambat, terdengar pula suara lari yang semakin dekat berlari menuju Risa.

“Risa, pagi!” kata seorang anak laki – laki yang kira – kira seumuran dengan Risa.

“Pagi, Aikawa” balas Risa pada teman sekelasnya, Aikawa Kuroshima.

“Seperti biasa ya, Mizunashi selalu yang paling pagi ke sekolah” kata Aikawa tersenyum.

“Bukan aku yang pagi, tapi kamu yang kesiangan” kata Risa sambil tertawa menyindir Aikawa.

“Huh? Kamu tahu? Hari ini adalah hari paling pagi aku berangkat ke sekolah dalam sejarah hidupku”

“Weks!? Keajaiban…” kata Risa sambil tertawa mendengar canda Aikawa.

Melihat Risa tertawa, Aikawa pun kembali dengan canda – canda lainnya, yang membuat wajah Risa terlihat semakin berseri.

Beberapa saat kemudian, tibalah mereka di depan gerbang sekolah mereka, Shounen Private High School, salah satu sekolah menengah atas swasta yang sangat terkenal di Tokyo. Selain terkenal dari segi elitenya, siswa - siswi Shounen Private High School juga merupakan siswa – siswi unggulan.

“Huah…! Sampai pohon sakura sekolah pun jadi pohon salju” kata Risa saat melihat pohon sakura yang biasanya selalu menghiasi perkarangan sekolah ditutupi oleh salju.

Aikawa melihat sebentar pohon sakura tersebut, kemudian berjalan mendekatinya.
“Huah…! Kamu pasti kedinginan ya? Kasihan....” canda Aikawa meniru ekspresi Risa sambil melepaskan syalnya yang kemudian dilingkari ke batang pohon sakura.

“Hahaha….! Dasar Aikawa jelek…! Huh…!” tawa Risa melihat aksi konyol Aikawa.

Tidak lama kemudian, bel tanda masuk sekolah pun berbunyi. Terlihat siswa – siswi yang masih jauh dari gerbang sekolah berlarian agar tidak terlambat sebelum gerbang ditutup.

“Yuk masuk” kata Risa sambil tersenyum, lalu diikuti Aikawa yang berjalan di belakangnya.

***

Hari semakin siang, namun salju masih terus turun menyelimuti semua permukaan distrik Roppongi.

Sinar matahari yang terlihat redup pun tidak mampu memancarkan panasnya di tengah musim dingin yang menusuk.

Sementara itu, seorang gadis SMA duduk termenung sambil melihat ke arah luar jendela, tidak menghiraukan pelajaran yang telah lama dimulai oleh gurunya.

“Risa…Risa…” panggil Aikawa pelan yang duduk di sebelahnya.

Perhatian Risa tetap beku mengarah ke luar jendela, menatap jauh ke luar seolah dinginnya salju membawa terbang kesadarannya.

Sampai Aikawa menepuk pundaknya, barulah Risa kembali sadar bahwa dirinya sedang berada dalam kelas.

“Eh maaf Aikawa, aku tidak mendengarmu” kata Risa spontan saat dikagetkan Aikawa.

“Kamu belakangan suka termenung. Ada masalah?” tanya Aikawa.

“Hm? Tidak ada, haha…” jawab Risa sambil tertawa.

“Oh… Kalau ada masalah jangan disimpan sendiri ya. Akan selalu ada pahlawan Aikawa yang membantu, hoho…!” hibur Aikawa sambil menepuk dadanya dan tertawa keras.

“Aikawa Kuroshima! Apa kamu tahu sekarang kita dalam jam pelajaran!?” teriak guru kelas yang daritadi sibuk membawakan materi pelajaran.

“Weqs? Maaf Pak…! Maaf…Maaf…Maaf…!” kata Aikawa sambil membungkukkan badannya berkali – kali.
Karena kekonyolan Aikawa, suasana kelas pun menjadi ramai dengan tawa murid – murid.

“Dasar idiot, hihi…” kata Risa dalam hati sambil tertawa kecil.

Setelah beberapa saat, suasana kelas pun tenang kembali. Guru kelas melanjutkan pelajarannya hingga bel tanda istirahat makan siang berbunyi.

Seiring dengan bunyi bel, murid – murid berhamburan keluar dari kelas masing – masing. Namun tidak bagi beberapa siswi kelas 2 – A. Mereka justru terlihat asik dengan obrolan mereka. Penasaran dengan apa yang dibicarakan, Risa menghampiri teman – temannya dan menanyakannya.

“Hei…, kalian sedang sibuk gosip apa?” tanya Risa dengan sedikit canda.
“Eh Risa, apa kamu pernah dengar tentang [email protected]?” tanya temannya spontan ketika Risa tiba di meja mereka.

[email protected]?” pikir Risa.

“Tidak pernah. Memangnya apa itu [email protected]? Email?” tambah Risa setelah berpikir lama.

“Itu email organisasi yang kabarnya menyediakan layanan kencan untuk gadis – gadis single SMA” jawab salah satu teman Risa, Nisaki.

“Huh? Layanan kencan untuk gadis – gadis single SMA?” kata Risa sambil mengerutkan keningnya dengan ekspresi tidak percaya.

“Iya. Awalnya kita juga tidak percaya, tapi setelah menanyakan sana sini, ternyata organisasi seperti itu memang ada” kata salah satu teman Risa lagi mengiyakan, Haibara.

“Kabarnya lagi, organisasi itu dibentuk oleh sekelompok anak muda yang tampan – tampan dan manis – manis. Huaa… Aku juga ingin kencan dengan mereka…!” tambah salah satu temannya lagi sambil berkhayal, Mai.

“HA!? Kamu tidak salah Mai? Ingin ikut kencan begituan?” tanya Risa kaget.

“Atau jangan – jangan kalian juga ingin ikut?” tambah Risa sambil melirik ke Nisaki dan Haibara dengan tatapan mata yang mencurigakan.

Dengan malu – malu mereka pun menjawab iya secara bersamaan.

“Aduh…! Buat apa kalian ikut kencan yang begituan?” tanya Risa dengan ekspresi seperti menuntut kebenaran akan diri teman – temannya.

“Soalnya besok kan sudah natal, sedangkan kita masih belum punya teman untuk kencan malam natal” kata Mai memberi alasan.

“Iya. Kamu sendiri juga belum punya teman kencan untuk malam natal besok kan?” tanya Haibara.

“Huff… Belum juga sih” jawab Risa menghela napas.

“Sip! Kalau begitu sudah sepakat. Kita berempat akan kencan dengan sweetboys!” teriak Mai kegirangan.

“Weqs!? Ssst…! Jangan keras – keras, memalukan saja kamu Mai” kata Risa menenangkan.

“Lagipula, siapa yang mau ikut kencan begituan? Aku tidak ikut” kata Risa sambil beranjak dari tempat duduknya dan berjalan keluar kelas.

“Hum… Risa tidak mau ikut” kata Mai sedih.

“Sudah, biarkan saja. Yang penting kita bertiga ikut. Ok?” kata Nisaki menghibur.

“Ok!” jawab Mai dan Haibara serentak.

***

“Sedang memikirkan tentang kencan untuk malam natal?”

Sebuah suara membuyarkan lamunan Risa yang sedang berdiri di atap sekolah.

“Aikawa…”

“Kenapa tidak mencoba saja?”

“Maksudmu?”

“Iya. Kencan itu, [email protected], kenapa tidak mencobanya saja?”

“Apa kamu tidak percaya kalau mereka ada?”

“Bukan begitu. Tapi…, alangkah indahnya bisa kencan dengan orang kita sayangi, bukankah begitu?”

Aikawa berpikir sejenak, sambil mengeluarkan 2 gelas cappuccino panas dari kantong plastik.

“Ada benarnya juga sih” kata Aikawa sambil menawarkan cappuccino yang dibelinya tadi.

“Berarti kamu sudah ada pacar ya. Dimana dia?” lanjut Aikawa sambil menegukkan minumannya.

“Em…, belum ada” jawab Risa sambil membuka penutup cappuccinonya.

“HA!? Terus tadi kamu bilang indah kencan dengan orang yang kamu sayangi?”

“Aku bilang begitu bukan berarti aku sudah punya pacar. Lagipula tentu lebih indah melewati malam natal bersama pacar dibandingkan dengan orang sewaan. Iya kan?”

“Hmm… Benar juga” kata Aikawa mengangguk.

“Memangnya kamu mau jadi teman kencanku untuk malam natal besok?” lanjut Risa.

Perkataan Risa yang spontan itu, membuat Aikawa kaget sehingga cappuccino panas yang diminumnya hampir semuanya terteguk.

“Panas....! Panas….! Waaa….! Panasssss……..!!” teriak Aikawa sambil memuntahkan sebagian cappuccino yang telah diteguknya.

“Haha… Kamu ini ada – ada saja. Masa minum saja belum lulus, hihi…” tawa Risa meledek.
“Kata – kataku jangan dianggap serius, haha…” tambah Risa.

“Kamu juga yang bilangnya tiba – tiba begitu. Untung aku tidak punya penyakit jantung, huh…” kata Aikawa sambil membersihkan sebagian syalnya yang basah karena tumpahan cappuccino.

“Haha…, aku kan hanya bercanda. Emm…, terima kasih ya cappuccinonya” kata Risa setelah menghangatkan badannya dengan cappuccino pemberian Aikawa.

“Kelas sudah mau dimulai, yuk masuk” lanjut Risa.

Beberapa saat kemudian, bel tanda waktu istirahat selesai pun berbunyi. Aktivitas belajar – mengajar kembali dimulai. Risa yang duduk di sebelah jendela kembali melamun ke luar sisi jendela, melihat tiap – tiap salju yang turun menghiasi langit yang sedikit mendung.

***

“Hey… Yuk pulang” kata Aikawa saat kelas selesai.

“Oh… Iya, yuk” jawab Risa sambil membereskan buku – bukunya.

“Kamu banyak melamun hari ini. Tidak seperti biasanya”

“Huh? Tidak apa – apa kok”

“Kamu tenang saja. Aku benar tidak apa – apa” tambah Risa meyakinkan.

“Ya sudah. Yuk pulang” ajak Aikawa sambil tersenyum.

Saat kelas usai, Risa dan Aikawa pun pulang bersama. Seperti hari – hari biasanya, berjalan melewati jalan setapak yang biasa mereka gunakan untuk pergi dan pulang sekolah.

“Jalan – jalan ke kota sebentar yuk” ajak Aikawa di tengah perjalanan pulang.

“Ke kota?”

“Iya. Mau lihat suasana kota sebelum natal?”

“Oh… Boleh” jawab Risa sambil merapikan syalnya.

Usulan Aikawa yang berharap bisa menghibur Risa akhirnya membawa mereka berdua ke pusat hiburan distrik Roppongi.

Dari jalan yang biasa digunakan untuk ke sekolah, kira – kira 15 menit dengan berjalan kaki, mereka pun tiba di kota.

Suasananya terlihat berbeda sekali dengan suasana sekitar sekolah yang terasa sunyi. Walau sedang musim dingin, suasana kota masih terlihat ramai sekali, apalagi hari natal yang semakin dekat.

“Huah….! Lihat!” teriak Risa sambil menunjuk pada sebuah Natal besar yang menghiasi pusat kota, setiba di sana.

“Besar sekali……! Aikawa sini…sini…!” kata Risa sambil berlari ke arah salah satu pohon Natal tersebut.

“Cepat ambil foto untukku!” tambah Risa sambil berpose imut bersama pohon Natal.

Melihat Risa yang kembali ceria seperti biasanya, membuat Aikawa merasa tenang. Kemudian dikeluarkannya ponsel kamera berwarna hitam miliknya.

“Ayo…Cheese…!” kata Aikawa bersiap – siap mengambil foto Risa.

Namun…

“Huh!?”

Ponsel yang digunakan untuk mengambil foto itu mati karena kehabisan baterai.

“Ponselku….”

“Kenapa ponselmu?”

“Mati karena kehabisan baterai”

“Weqs!? Dasar, tidak pernah di charge sih”

“Kalau begitu pakai saja punyaku” kata Risa sambil membuka tas kecilnya, kemudian sibuk mencari ponselnya.

“Hooaa….! Ponselku tertinggal di rumah, lupa kubawa. Hiks…”

“Dasar pelupa, haha…”

“Hiks…hiks…”

“Sudah jangan sedih. Yuk kita keliling saja” ajak Aikawa menghibur Risa.

“Belikan aku es krim”

“Huh?”

“Kenapa malah jadi aku yang keluar uang?” keluh Aikawa dalam hati.

“Dasar… Ya sudah, kamu tunggu di sini.”

“Asik…! Es krim…es krim… Punyaku vanilla ya!”

Sambil mengeluarkan selembar 1000 yen, Aikawa berjalan menuju salah satu toko es krim terdekat.
Beberapa saat kemudian, Aikawa pun kembali dengan es krim vanilla pesanan Risa. Namun ia tidak menemukan Risa.

“Hilang… Nih anak kemana lagi?”

Dengan bermodalkan warna dan model seragam sekolahnya, Aikawa pun mencari Risa di tengah keramaian kota itu.

Setelah beberapa lama mencari Risa, akhirnya Aikawa menemukannya. Dilihatnya Risa sedang berdiri di sebuah toko yang banyak menjual aksesoris untuk Natal.

Perasaan marah dan kesal yang daritadi terus menggebu akhirnya redup saat melihat wajah Risa yang sama seperti dalam kelas tadi.

“Hey~” tegur Aikawa dari belakang.

“Eh… Aikawa” jawab Risa, pendek.

“Sudah tidak mau es krimnya?” tanya Aikawa.

“Es krim? Mau…! Sini” kata Risa langsung menyambar salah satu es krim dari tangan Aikawa.
Sambil menikmati es krim vanilla kesukaannya, Risa terus menatap ke arah sepasang kostum santa yang terpajang di balik kaca toko aksesoris.

“Baju santa itu bagus ya”

“Huh? Aikawa juga berpikir begitu?”

“Iya. Tapi harganya… Hoaa…! 3000 ribu yen!?” teriak Aikawa kaget saat melihat label harga yang terpasang pada salah satu kostum santa tersebut.

“Mungkin maksudnya 3000 ribu yen untuk sepasang” kata Risa menjelaskan.

Melihat sepasang anak muda yang berdiri di depan tokonya, maka pemilik toko pun keluar.
“Kalian tertarik dengan sepasang kostum santa?” tanya pemilik toko yang sudah hampir berumur 60 tahun itu.

“Huh? Em… Tidak, hanya melihat – lihat saja” jawab Aikawa.

“Lagipula, harganya mahal begitu” tambah Aikawa.

“Itu sudah terbilang murah, sepasang 6000 ribu yen. Di tempat lain tidak ada yang menjual lebih murah dari ini” jelas pemilik toko itu sambil tersenyum.

“HA!? 6000 ribu yen!? Yang benar saja, dengan 6000 ribu yen aku bisa makan okonomiyaki sepuasnya”
Mendengar perkataan Aikawa, pemilik toko itu tertawa kecil.

“Bagaimana dengan nona cantik ini? Anda tertarik dengan kostum itu?” tanya pemilik toko kepada Risa.

“Emh… Sebenarnya aku tertarik, tapi itu kan kostum untuk sepasang. Aku tidak punya pasangan untuk memakai kostum itu” jelas Risa.

“Oo… Anda tidak punya pasangan…” kata pemilik toko sambil melirik curiga ke arah Aikawa.
“Terus anak muda ini?” tambahnya menatap Aikawa.

“Huh? Kita hanya teman, tidak lebih dari itu!” tegas Aikawa spontan.

“Haha…! Iya. Mungkin tahun depan saja yah kek aku belinya” kata Risa sambil tertawa kecil.
“Permisi Kek. Yuk keliling lagi” lanjut Risa pamit.

Sambil menarik tangan Aikawa, Risa meninggalkan toko aksesoris tersebut. Dan melanjutkan kunjungannya dari satu toko ke toko lain bersama Aikawa.

Waktu terus berjalan, dan tidak terasa hari semakin gelap. Bulan siap menggantikan matahari yang berangsur - angsur terbenam di balik awan - awan, dan salju juga mulai berhenti turun. Sedangkan pusat kota terasa semakin ramai dengan kunjungan warga – warga dan turis.

“Sudah mulai gelap” kata Risa.

“Iya. Sudah mau pulang?” tanya Aikawa.

“Yup” jawab Risa pendek sambil tersenyum.

“Aikawa… Terima kasih ya untuk hari ini. Menyenangkan”

“Baguslah kalau menyenangkan”

“Iya. Kalau begitu aku pulang dulu ya”

“Bisa pulang sendiri? Mau kuantar?”

“Tidak perlu. Aku bisa sendiri. Lagipula untuk hari ini, aku sudah banyak merepotkan kamu. Dan juga, rumahmu berbeda jalan dengan rumahku. Jadi lebih baik, kita pisah di sini saja”

“Hm… Baiklah. Kalau begitu, hati – hati di jalan ya. Jangan tabrak tiang listrik”

“Enak saja, aku jalan kan pakai mata”

“Semua orang itu jalan pakai kaki, mana ada yang pakai mata. Haha… Bye~” ledek Aikawa sambil membalikkan badannya meninggalkan Risa.

“Dasar jelek….! Week….!” teriak Risa ke arah punggung Aikawa.

“Hm… Bye~”

***
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.