• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Menelusuri Jejak Si Burung di Pekanbaru

roughtorer

IndoForum Senior A
No. Urut
44416
Sejak
24 Mei 2008
Pesan
6.755
Nilai reaksi
174
Poin
63
020454p.jpg
020550p.jpg


Kamis, 30 Oktober 2008 | 06:44 WIB

JAKARTA, KAMIS - Belakangan ini nama Hendra menjadi buah bibir masyarakat. Ia adalah korban mutilasi yang dilakukan isterinya, Yati (48). Potongan tubuh Hendra pertamakali ditemukan di Bus Mayasari Bhakti P64 Jurusan Kalideres- Pulogadung.

Dalam penyelidikan terungkap, Yati adalah isteri keempat Hendra. Beberapa nama disebut sebagai isteri Hendra sebelumnya adalah Dewi dan Mega. Hendra memang doyan kawin. Oleh teman-temannya sopir angkutan umum jurusan Kotabumi-Kalideres itu dipanggil "burung".

Sumber-sumber di kepolisian menyebut Hendra berasal dari Riau. Tribun Pekanbaru menyusuri jejak Si Burung di provinsi ini dan berhasil bertemu dengan isteri pertama Hendra yang telah dicerai 20 tahun lalu.
***


Awalnya Kho Tjoe Ping alias Aping (45), istri pertama Hendra, korban mutilasi 13 potong, menolak Tribun saat datang ke rumahnya untuk wawancara, Rabu (29/10). Dengan suara meninggi perempuan berwajah oriental yang sehari-hari berjualan lontong sayur itu melontarkan kekhawatiranya.

"Jangan kaitkan kami dengan kasus kematian Pho (panggilan akrab Hendra). Saya dan anak-anak sudah lebih dari 20 tahun ditinggalkanya," ujar Aping, seraya mempersilakan Tribun untuk keluar dari rumah kontarakan tua yang terletak di Jalan Tamtama Pasar Mambo No. 12 Rt.01/011 Kelurahan Kota Tinggi, Kecamatan Kota Pekanbaru, Pekanbaru.

Namun Tribun tak patah arang. Berulangkali Tribun meyakinkan, dengan adanya wawancara ini, maka posisi Aping dan keluarga dalam masalah itu akan jelas. Apalagi, banyak pembaca yang ingin tahu siapa sebenarnya Pho alias Hendra alias Burung. Lelaki yang memiliki empat istri yang sebagian potongan tubuhnya ditemukan dalam sebuah kantong plastik pada 30 September (satu hari sebelum lebaran-red) di Bus Mayasari Bhakti P-64 jurusan Pulo Gadung Kalideres, Jakarta.

"Iya mami saya adalah istri pertamanya. Bukan Dewi dari Lampung itu, yang ngaku di televisi sebagai istri pertamanya. Papi tidak punya anak lagi, selain kami di Pekanbaru ini," ungkap Cristian (20), putra ke dua pasangan Hendra - Aping.

Pemuda gagah, yang memiliki wajah mirip dengan ayahnya ini, dengan santai dan lancar mulai menceritakan sosok ayahnya, yang telah meninggalkannya saat dirinya berusia 2 tahun.

"Setelah 18 tahun enggak ketemu, baru dua bulan lalu, kami ketemuan. Saya bilang ingin memeluknya, tapi dia menolak. Ayah terlihat begitu stres, pakainnya pun hanya celana pendek saja, " kata Christian yang datang ke Jakarta untuk urusan pekerjaan.

Pertemuan pertama itu hanya berlangsung beberapa menit.
Pada saat itu, Christian sempat dipertemukan dengan Yati, istri ke empat bapaknya yang menjadi tersangka kasus kematian Hendra.

Soal perilaku Hendra yang menurut Yati suka memukul, Aping mengaku heran. Menurut Aping, selama lima tahun pernikahannya dengan Hendra, hingga dikarunia tiga anak, Hendra tak pernah memarahi apalagi memukulnya. "Yang ada saya yang suka memukul dia. Dia baik, pendiam, tak pernah marah dan rajin nyari uang," ungkap Aping.

Mereka pun bercerai baik-baik karena Hendra ingin menikahi wanita lain dan Aping tak ingin dimadu. Aping lalu memilih membawa tiga anaknya, dan mengizinkan suaminya itu menikahi wanita lain asal Pekanbaru juga.

"Setelah cerai, saya tak tahu kabar dia. Tahu dia punya istri empat saja baru sekarang. Itu pun dari televisi, karena melihat perkembangan kasus pembunuhannya itu," ujar Aping yang tidak pernah absen mengikuti perkembangan kasus mantan suaminya dari tayangan berita kriminal di televisi.

Aping dan ketiga anaknya mengetahui kematian Hendra yang sadis itu dari keluarga Hendra di Jakarta. Ibu dan anak ini awalnya sangat syok dan sempat tak percaya. Mereka pun langsung mencari tahu kebenarannya dengan menelepon anggota keluarga lainnya.

"Meskipun bukan lagi istrinya tapi perasaan sedih dan kehilangan itu ada," ungkap Aping pelan.

Wajahnya tampak sedih hingga Tribun meninggalkan rumah itu sambil membawa dua lembar foto kenangan Aping dengan Hendra.


Polisi Minta Bantuan Masyarakat Cari Potongan Tubuh Hendra

abu, 29 Oktober 2008 | 18:38 WIB

JAKARTA, RABU - Kepolisian meminta agar masyarakat membantu penyelidikan terkait kasus mutilasi Mayasari Bhakti. Sejumlah potongan tubuh Hendra, korban mutilasi hingga kini belum ditemukan.

"Saya minta pada bantuan rekan-rekan media jika ada masyarakat yang menemukan potongan-potongan tubuh seperti kepala dan dada yang belum kita temukan bisa menginformasikan ke kami," kata Kepala Satuan Kejahatan Dengan Kekerasan Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Fadhil Imran, di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (29/10).

Diduga, potongan tubuh yang belum ditemukan itu dibuang tersangka mutilasi, Yati di atas bus jurusan Cirebon. Fadhil mengatakan bagi masyarakat yang menemukan potongan tubuh tersebut dapat menghubungi call center Polda Metro Jaya untuk kasus mutilasi di 08129508877.

"Barangkali ada masyarakat yang menemukan dapat membantu kami melalui call center. Jika dia ada di Jakarta, kami akan menghubungi dan mendatangi," ujar Fadhil.


Yati Membunuh Karena Sering Disiksa

Rabu, 29 Oktober 2008 | 16:37 WIB

JAKARTA, RABU - Yati (48) mengaku membunuh dan memutilasi suamunya Henda karena sering disiksa. Hal tersebut disampaikan kuasa hukum Yati, Haposan Hutagalung, di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (29/10).

Pengakuan Yati tersebut terungkap saat menjalani serangkaian tes psikologis, tadi, Rabu (29/10).. Haposan mengatakan, dalam pemeriksaan tersebut Yati mengaku sering mengalami kekerasan seperti dipukul, disulut rokok, dan disiram minyak tanah. "Dia (Yati) mengalami kekerasan. Di pahanya banyak biru-biru," kata Haposan.

Hendra juga pernah menyiram Yati dengan minyak tanah dan ingin membakarnya. Namun, tidakan tersebut sempat dicegah oleh tetangganya. Lebih lanjut Haposan mengatakan selama pemeriksaan Yati memberikan keterangan termasuk kronologis kejadian saat mutilasi dilakukan. "Dia memberikan keterangan meski terpotong-potong dan banyak yang lupa," ujar Haposan.

Sementara itu, Kepala Bagian Psikolog Kepolisian Mabes Polri, Kombes Pol Untung Leksono, mengatakan, Yati memiliki motif untuk melakukan mutilasi tersebut. "Motif-motif ada. Tersangka punya alasan," tutur Untung.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.