• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

[Maitreya]Mengenal Buddha Maitreya

yohan_yek

IndoForum Newbie F
No. Urut
41598
Sejak
24 Apr 2008
Pesan
14
Nilai reaksi
0
Poin
1
BUddha Maitreya paling mengasihi umat manusia

'MI LE" dari bahasa Sankertanya "MAITREYA", dalam bahasa Mandarin berarti "Kasih", yaitu "membawakan sukacita, harapan, dan terang kepada umat manusia."

Buddha Maitreya dikenal umum sebagai Buddha bahagia, Buddha sukacita, Buddha penuh tawa. Buddha pembawa keberuntungan. Senyum Beliau membuat setiap orang yang melihatnya akan merasa bahagia. Senyum Beliau melampaui batas perbedaan kewarganegaraan, suku, budaya, agama, dan kepercayaan.

Buddha Maitreya paling mengasihi umat manusia, Sumpah Agung Beliau adalah
Mengubah dunia yang kacau menjadi Dunia Damai Sentosa!
Mengubah dunia yang kotor menjadi bumi Suci Maitreya!
Menguah dunia yang penuh dengan kegelapan dan kejahatan menjadi Negri Buddha Kerajaan Tuhan!
 
Jejak Kasih Buddha Maitreya

Sejak berkalpa kalpa kehidupan Buddha Maitreya telah menjalon jodoh ilahi, jodoh Buddha, jodoh Ketuhanan dengan umat manusia yang tak terhitung banyaknya. Berikut ini adalah jejak kasih Buddha Maitreya di dunia ini :
 
Orang Suci Prajna Cemerlang

Berkalpa masa yang lalu, hiduplah seorang Buddha dengan nama kesucian Maitreya. Sang Maitreya senantiasa mengajarkan metta, karuna, sukacita, dan rela berkorban untuk membimbing umat manusia. Pada masa itu juga, ada seorang pembina yang bernama Orang Suci Prajna Cemerlang. Pembina ini berkemampuan tinggi dan memiliki kearifan yang luar biasa. Dalam suatu kesempatan beliau dibimbing oleh Sang Maitreya. Dengan penuh ketulusan, beliau mengamalkan ajaran yang disampaikan dan meneguhkan tekad bahwa suatu saat nanti, kalau dirinya mencapai kesempurnaan maka nama kesuciannya juga Maitreya. Kehidupan duniawi pun ditinggalkan dan pergilah ia ke rimba belantara untuk membina diri. Orang-orang di sekitar memanggilnya dengan sebutan "Pembina Suci".

Tibalah pada suatu tahun, hutan tempat Pembina Prajna Cemerlang ini membina dilanda banjir yang dahsyat. Semua tetumbuhan dan palawija rusak dilanda banjir. Dalam keadaan demikian semua orang dan binatang di sekitar hutan tersebut amat kekurangan makanan. Demikian juga dengan Sang Pembina, sudah tujuh hari beliau tak mendapat makanan apapun untuk mengisi perut.

Saat itu dalam hutan hiduplah lima ratus ekor kelinci hutan. Ratu kelinci melihat Sang Pembina sudah hampir mati kelaparan, ia langsung terpanggil untuk berkorban diri demi kelangsungan hidup Sang Pembina dan mempertahankan roda dharma agar dapat terus berputar di dunia. Ratu kelinci pun mulai meninggalkan pesan kepada kelinci-kelinci yang sebentar lagi harus ditinggalkannya, "Aku akan mengorbankan raga demi Buddha Dharma, nanti setelah kita semua berpisah, jagalah diri baik-baik!" Pada waktu yang sama dewa hutan dan dewa pohon langsung datang membantu menyiapkan api unggun. Untuk terakhir kali ratu kelinci meninggalkan pesan kepada anaknya, "Sebentar lagi mama akan meninggalkanmu anakku. Biarlah aku mati demi kelangsungan hidup Pembina dan kelanjutan penyebaran Buddha Dharma. Semoga dengan demikian akan semakin banyak umat manusia yang diberkahi dan mencapai pencerahan. Anakku, jagalah dirimu baik-baik!" Tak disangka anak kelinci menjawab, "Mama, berkorban diri demi seorang Pembina dan Buddha Dharma, sungguh ini adalah perbuatan yang mulia, aku pun ingin melakukannya."

Tiba-tiba datanglah dewa hutan dan dewa pohon untuk menyampaikan bahwa api unggun telah siap dan api telah berkobar. Di luar dugaan, anak kelinci langsung, "Wuubb!" Ternyata ia mendahului induk kelinci melompat ke dalam api yang berkobar itu. Induk kelinci segera menyertainya melompat ke dalam kobaran api juga. Tak berapa lama daging dua ekor kelinci pun terbakar matang. Dewa hutan segera pergi menyampaikan peristiwa ini kepada Sang Pembina dan mempersiapkan beliau menyantap daging kelinci bakar.

Begitu mendengar penyampaian dewa hutan, sedih pilu tak terkira dalam hati Sang Pembina. Detik itu juga Sang Pembina berdiri dan meneguhkan ikrar suci yang menggugah semesta, "Biarlah ragaku luluh lantak, biarlah sakit derita menyayat diriku, selama-lamanya aku tak akan tega melahap daging makhluk hidup manapun juga." Yang dimaksud di sini adalah walaupun diri sendiri menderita bahkan kehilangan nyawa, selamanya tetap tak tega melahap daging makhluk hidup manapun. Selanjutnya beliau juga berikrar, "Semoga aku selama berkalpa-kalpa kehidupan tak pernah timbul niat pembunuhan dan selamanya tak melahap daging makhluk hidup. Selamanya aku akan mengamalkan sila pantang daging. Demikianlah aku berjuang memancarkan mahakasih hingga mencapai kesempurnaan." Setelah meneguhkan ikrar yang mahaluhur ini, Sang Pembina langsung melompat ke dalam kobaran api dan wafat bersama kedua ekor kelinci.

Dari kisah kitab Buddhis, Sang Buddha Sakyamuni bersabda, " Saat itu induk kelinci adalah diriku sendiri. Anak kelinci itu adalah anakku Rahula, dan Sang Pembina yang penuh kasih adalah Bodhisatva Maitreya sekarang ini."

Dari kisah ini jelaslah bahwa selama berkalpa kehidupan yang lalu Sang Maitreya membina diri dengan cara tidak melahap daging makhluk hidup. Sampailah kini kita meneladani Buddha Maitreya sebagai Sang Pengasih dan terus memupuk hati inti yaitu hati mahakasih.
 
Bodhisatva Maitreya pada Masa Sang Buddha Gautama

Bodhisatva Maitreya adalah salah seorang murid dari Sang Buddha Gautama. Beliau tidak membina dengan samadhi dan juga tidak memutuskan kilesa. Meskipun demikian Sang Buddha Gautama memastikan Bodhisatva Maitreya bisa mencapai kesempurnaan Buddha. Beliau dinobatkan sebagai Buddha yang terakhir. Maksudnya Beliau adalah orang pertama yang menjadi Mahabuddha stelah Buddha Gautama. Karena itu pada saat itu Beliau disebut juga sebagai Buddha yang akan datang. Bodhisatva Maitreya juga adalah kelahiran lampau dari Buddha Maitreya.

Bodhisatva Maitreya pada waktu itu telah meneguhkan Ikrar Suci, yaitu akan mengubah dunia yang kacau menjadi dunia yang damai sentosa, mengunah dunia yang kotor menjadi Bumi Suci Maitreya, mengubah dunia yang penuh dengan kejahatan dan kegelapan menjadi Kerajaan Tuhan, mengubah dunia yang penuh penderitaan menjadi negri Buddha. Pada saat Buddha Maitreya mencapai kesempurnaan Buddha, dunia telah berubah menjadi dunia damai sentosa, Bumi Suci Maitreya. Karena itu para pembina dan orang suci yang berkebajikan 3000 an tahun yang lalu juga berikrar akan mengikuti jejak langkah Bodhisatva Maitreya, bersama sama hidup di Bumi Suci Maitreya.
 
Fu Ta Se pada Dinasti Nan Pei di Tiongkok

Dalam kitab Tri Pitaka tertulis, pada masa Dinasti Nan Pei, Buddha Maitreya terlahir di Tiongkok sebagai Fu Ta Se. Dia dikenal sebagai Fu Shi di Dinasti Selatan ( tahun 497 - 569 ) bernama Siien Feng atau Shan Hui, orang-orang menyebutnya sebagai Fu Ta Se atau Tong Yang Ta Se.

Fu Shi lahir dengan kepribadian yang baik dan pembawaannya sangat tenang, hati lugu polos, tak ada yang tidak dikasihinya. Pada usia 16 tahun menikah dengan Liu Miao Kuang. Pada usia 24 tahun saat sedang menjala ikan di tepi sungai beliau berjumpa dan disadarkan oleh Bhiksu Thien Cu, inilah awal beliau menginsafi identitas diri. Bersama dengan istri tinggal di bawah pohon cemara, membuka lahan di pegunungan, sehari hari bekerja sebagai pembantu, dan malam harinya menyampaikan dharma kepada istrinya.

Agar dapat menyelamatkan umat manusia yang tak terhitung banyaknya, maka terlebih dahulu ia menyelamatkan istrinya sendiri. Inilah panggilan hati awalnya, ia membina melalui jalur bodhisatva. Dia berusaha membujuk istrinya agar ladang dan rumah mereka dijual dan uangnya digunakan untuk membangun kuil, membawakan manfaat besar kepada para pembina dan rakyat biasa bahkan Beliau pun berikrar akan menyelamatkan mereka.

Pada suatu tahun, ketika sedang paceklik, setelah mendermakan sedekah kepada mereka, di rumah tidak ada lagi pangan, maka atas persetujuan istrinya, dia menjual istrinya sebagai buruh tani, agar dapat memberikan pangan kepada umat manusia. Istrinya, Miao Kuang pun berikrar, "Saya berikrar berkorban demi umat manusia, dengan demikian saya sendiri terbebas." Setelah mendapatkan uang dari hasil menjual istrinya sebagai buruh tani, dia pun berikrar, "Hamba, Shan Hui, berguru pada Buddha Sakyamuni, memanjatkan doa kepada laksa Buddha di berbagai penjuru, berjuang membabarkan dharma, memegang teguh trimustika. Kini saya merelakan istri saya untuk membebaskan umat manusia dari penderitaan, melenyapkan kejahatan untuk menunjukkan watak bodhi." Sebulan kemudian, orang yang membeli istrinya tergugah, lalu mengantarkan Miao Kuang kembali kepadanya. Fu Shi dan Miao Kuang tidak pernah berhenti membantu orang lain sehingga semakin banyak orang yang tergugah hatinya. Sesuai dengan kemampuannya ia beramal menyelamatkan umat manusia sehingga semakin banyak kemukjizatan terjadi saat itu.

Fu Shi tidak hanya menyelamatkan diri sendiri tetapi Beliau juga giat menyelamatkan istrinya agar istrinya juga bisa mencapai kesempurnaan. Ini yang ditegaskan dalam era Maitreya yaitu " Keluarga Maitreyani." Setiap anggota keluarga bisa memancarkan perilaku kasih. Setelah Fu Shi memperoleh uang hasil penjualan istrinya, kemudian uang itu didermakan untuk umat manusia yang menderita di tiga alam, agar terbebas dari bencana dab membantu mereka menanam berkah. Beliau juga berharap agar penghuni tiga alam dapat memancarkan watak bodhi. Dari sini dapat diketahui, Buddha Maitreya selama berkalpa kalpa kehidupan menjadikan "Kasih" sebagai pokok untuk menyelamatkan umat manusia.
 
Bhiksu Berkantong pada Akhir Dinasti Tang

Pada akhir Dinasti Tang, Buddha Maitreya pernah terlahir sebagai Bhiksu Berkantong (Tahun ... - 917). Beliau lahir di Distrik Ce Ciang Ming, Kabupaten Feng Hua, nama dan marga Beliau tidaklah jelas, hanya biasa dipanggil Chi Che, juga sering dipanggil Chang Ting Ce.

Bhiksu berkantong senantiasa berwajah kasih, telinga menjulur sampai ke pundak, bertelanjang dada, perut yang maha menampung, tangan-Nya sering membawa tongkat, di pundak-Nya membawa kantong besar, kemanapun pergi selalu nebyadarkan umat manusia.

Pada tahun 917 bulan 3, Bhiksu Berkantong tutup usia di Biara Yue Lin. Sebelum wafat Beliau meninggalkan syair berbunyi : "Maitreya, Oh ... Maitreya, Menjelma dalam sejuta rupa, Senantiasa datang menyadarkan dunia, Manusia sendiri yang tidak mengenali-Nya."

Wujud suci Bhiksu Berkantong menjadi wujud suci Buddha Maitreya yang sekarang ini dikenal oleh umum sebagai Buddha bahagia, Buddha gembira, dan Buddha sukacita.
 
Buddha Cin Kung pada Akhir Dinasti Ching - Awal Dinasti Ming

Pada akhir Dinasti Ching - awal Dinasti Ming, Buddha Maitreya bertepatan masa lahir ke dunia sebagai Maitreya Cin Kung (disebut juga sebagai Buddha Cin Kung, Buddha lugu Cin Kung, tahun 1853-1925), menutup usia di Lan Si, Beliaulah yang merintis penyebaran Maha Tao Maitreya.

Maitreya Cin Kung mewariskan Silsilah Maha Tao Maitreya kepada kedua Guru Agung Nurani - Buddha Thien Ran dan Bodhisatva Yue Hui untuk meneruskan misi penyebaran kepada dunia. Tri Buddha masa pancaran putih yang lahir bertepatan zaman inilah yang membimbing umat manusia di dunia terlepas dari kegelapan dan lautan penderitaan. Tri Buddha adalah nahkoda yang mulia untuk membawa umat manusia menuju tanah yang penuh terang dan harapan! Mereka adalah Guru Agung Nurani yang mengubah dunia yang kacau menjadi dunia damai sentosa! Mereka adalah Guru Suci Tiga Alam yang membimbing umat manusia menuju jalan terang, membangun Bumi Suci Maitreya!
 
oh ternyata begitu toh cerita nya...baru tau gw..hahaha.......


Saat itu dalam hutan hiduplah lima ratus ekor kelinci hutan. Ratu kelinci melihat Sang Pembina sudah hampir mati kelaparan, ia langsung terpanggil untuk berkorban diri demi kelangsungan hidup Sang Pembina dan mempertahankan roda dharma agar dapat terus berputar di dunia. Ratu kelinci pun mulai meninggalkan pesan kepada kelinci-kelinci yang sebentar lagi harus ditinggalkannya, "Aku akan mengorbankan raga demi Buddha Dharma, nanti setelah kita semua berpisah, jagalah diri baik-baik!" Pada waktu yang sama dewa hutan dan dewa pohon langsung datang membantu menyiapkan api unggun. Untuk terakhir kali ratu kelinci meninggalkan pesan kepada anaknya, "Sebentar lagi mama akan meninggalkanmu anakku. Biarlah aku mati demi kelangsungan hidup Pembina dan kelanjutan penyebaran Buddha Dharma. Semoga dengan demikian akan semakin banyak umat manusia yang diberkahi dan mencapai pencerahan. Anakku, jagalah dirimu baik-baik!" Tak disangka anak kelinci menjawab, "Mama, berkorban diri demi seorang Pembina dan Buddha Dharma, sungguh ini adalah perbuatan yang mulia, aku pun ingin melakukannya."

Tiba-tiba datanglah dewa hutan dan dewa pohon untuk menyampaikan bahwa api unggun telah siap dan api telah berkobar. Di luar dugaan, anak kelinci langsung, "Wuubb!" Ternyata ia mendahului induk kelinci melompat ke dalam api yang berkobar itu. Induk kelinci segera menyertainya melompat ke dalam kobaran api juga. Tak berapa lama daging dua ekor kelinci pun terbakar matang. Dewa hutan segera pergi menyampaikan peristiwa ini kepada Sang Pembina dan mempersiapkan beliau menyantap daging kelinci bakar.

Begitu mendengar penyampaian dewa hutan, sedih pilu tak terkira dalam hati Sang Pembina. Detik itu juga Sang Pembina berdiri dan meneguhkan ikrar suci yang menggugah semesta, "Biarlah ragaku luluh lantak, biarlah sakit derita menyayat diriku, selama-lamanya aku tak akan tega melahap daging makhluk hidup manapun juga." Yang dimaksud di sini adalah walaupun diri sendiri menderita bahkan kehilangan nyawa, selamanya tetap tak tega melahap daging makhluk hidup manapun. Selanjutnya beliau juga berikrar, "Semoga aku selama berkalpa-kalpa kehidupan tak pernah timbul niat pembunuhan dan selamanya tak melahap daging makhluk hidup. Selamanya aku akan mengamalkan sila pantang daging. Demikianlah aku berjuang memancarkan mahakasih hingga mencapai kesempurnaan." Setelah meneguhkan ikrar yang mahaluhur ini, Sang Pembina langsung melompat ke dalam kobaran api dan wafat bersama kedua ekor kelinci.

Dari kisah kitab Buddhis, Sang Buddha Sakyamuni bersabda, " Saat itu induk kelinci adalah diriku sendiri. Anak kelinci itu adalah anakku Rahula, dan Sang Pembina yang penuh kasih adalah Bodhisatva Maitreya sekarang ini."
koq ga ada di tripitaka(theravada) cerita begini?.....bagian mana?.barang kali gw bukanya ter-lewat.
 
oh ternyata begitu toh cerita nya...baru tau gw..hahaha.......

koq ga ada di tripitaka(theravada) cerita begini?.....bagian mana?.barang kali gw bukanya ter-lewat.

Karena banyak yang bertanya, maka ts mencoba mengumpulkan sumber2 yang ada, untuk bukti dan kebenaran sumber, tolong di check lagi, karena orang yang ingin tahu biasanya akan melakukan penelitian dan tidak akan mudah puas bila tidak mencari, melakukan dan meneliti sendiri. :)

Be pro active :D Kalo dalam pencariannya ditemukan lagi, bole sharing disini ;)
 
se-tahu gw itu cerita mungkin versi mahayana....tgg saja yang merasa mahayana post...hihihi
 
Pada akhir Dinasti Ching - awal Dinasti Ming, Buddha Maitreya bertepatan masa lahir ke dunia sebagai Maitreya Cin Kung (disebut juga sebagai Buddha Cin Kung, Buddha lugu Cin Kung, tahun 1853-1925), menutup usia di Lan Si, Beliaulah yang merintis penyebaran Maha Tao Maitreya.

Maitreya Cin Kung mewariskan Silsilah Maha Tao Maitreya kepada kedua Guru Agung Nurani - Buddha Thien Ran dan Bodhisatva Yue Hui untuk meneruskan misi penyebaran kepada dunia. Tri Buddha masa pancaran putih yang lahir bertepatan zaman inilah yang membimbing umat manusia di dunia terlepas dari kegelapan dan lautan penderitaan. Tri Buddha adalah nahkoda yang mulia untuk membawa umat manusia menuju tanah yang penuh terang dan harapan! Mereka adalah Guru Agung Nurani yang mengubah dunia yang kacau menjadi dunia damai sentosa! Mereka adalah Guru Suci Tiga Alam yang membimbing umat manusia menuju jalan terang, membangun Bumi Suci Maitreya!

Mao tanya bro...
1) kenapa disebut Buddha Cinkung?
2) kenapa bisa diketahui beliau Bodhisattva maitreya? apa buktinya?
3) siapa Buddha Thien Ran & Yue Hui?
4) apa bukti/certifikasi 'kebuddhaan' tersebut?
5) apa itu Tribuddha?
6) 'masa pancaran putih' apa yg dimaksud di sini?

saya tunggu jawabannya... :D
 
Bung Kano..
Ada ya badan sertifikasi kebudhaan.... kok ngak pernah kenal...
atau maksudmu pernah dijelaskan oleh Buddha Gautama sendiri....
Anda pernah mempertanyakan sertifikatnya sang Buddha..???
 
hahaha..sertifikat yah...wkwkkwwk

kalau sertifikat TAMAT SD,SMP,SMA gw ada semua...S3 loh^^]

@yang terakhir
jikadi tanya tentang sertifikat sang buddha tentu semua kita d sini sudah mengetahui dengan jelas...tidak ada penjelasan sang buddha yang asal-asalan..semua nya di landasi dengan PENGERTIAN dan PEMBUKTIAN.

masalah nya sewaktu sang buddha gotama hidup tidak pernah ada yang namanya BUDDHA thian rang dan yue hui / atau istilah TRIBUDDHA..
mungkin ini di campur adukkan dengan tradisi.....makanya pilih yang original jgn yang asal-asalan..hehehe....promo anti-bajakan gw..hahaha.

saat ini sangat sulit mengetahui yang mana ajaran sang buddha dan yang mana ajaran tradisi....jadi kembali lagi ke diri sendiri.hahaha
 
@marce..
ha..ha.hha.. kamu pilih yang ori ya...

Tapi apa kamu bener-bener sudah setangguh itu, mampu membuktikan dan mempunyai pengertian yang sempurna bahwa yang kamu punya ori...
Jangan-jangan awal paragrafnya juga : " Demikianlah dikatakan...."

Zaman ini ...ya..
mau yang di claim ori, mau yang kamu bilang tradisi...
tergantung pinter-pinter yang makai lah....

Ada tuh orang, sakit... Maunya dokter 'ori', rumah sakit kelas 'ori', treatment minta yang 'ori' juga... eih memang sudah waktunya mungkin, ngak sembuh-sembuh.
Eeeeh, tetangga satu lagi, sakitnya sama, orangnya sederhana, ya obatnya juga sederhana, pake obat tradisional, ngikutin anjuran para tua-tua, malah sembuh.
Walah... parahnya, orang yang pertama itu tetap ngak terima kalo yang kedua udah sembuh duluan..... ckckck.
(cerita di atas khayalan saya sih.. tapi kayanya ada tuh kejadian seperti itu)

Marce,
kita itu sakit
mau obatnya ori, mau tradisi, hanya dipromosiin ngak guna...
yang penting kita berdua perlu pinter2 makai OBAT (dharma)

Kalo ngak pinter-pinter makai OBAT,
obat yang kita pegang ditangan ya tetap obat yang bagus,
kitanya mati, karena ngak bisa makai obat, yang cuma bisa kita promosiin, kita bangga-banggain, pegang erat-erat, tapi ngak dipakai

Tuuuh .. jadi ngelantur.
malah ngobrol ama kamu...

Selamat malam minggu Marce.
 
ngelantur?hihihi

hahaha..sertifikat yah...wkwkkwwk

kalau sertifikat TAMAT SD,SMP,SMA gw ada semua...S3 loh^^]

@yang terakhir
jikadi tanya tentang sertifikat sang buddha tentu semua kita d sini sudah mengetahui dengan jelas...tidak ada penjelasan sang buddha yang asal-asalan..semua nya di landasi dengan PENGERTIAN dan PEMBUKTIAN.

masalah nya sewaktu sang buddha gotama hidup tidak pernah ada yang namanya BUDDHA thian rang dan yue hui / atau istilah TRIBUDDHA..
mungkin ini di campur adukkan dengan tradisi.....makanya pilih yang original jgn yang asal-asalan..hehehe....promo anti-bajakan gw..hahaha.

saat ini sangat sulit mengetahui yang mana ajaran sang buddha dan yang mana ajaran tradisi....jadi kembali lagi ke diri sendiri.hahaha

gw ga pernah bilang punya gw original....salah baca kale. hihihi
tapi yang jelas punya gw bisa di pertanggung jawabkan.

Kalo ngak pinter-pinter makai OBAT,
obat yang kita pegang ditangan ya tetap obat yang bagus,
kitanya mati, karena ngak bisa makai obat, yang cuma bisa kita promosiin, kita bangga-banggain, pegang erat-erat, tapi ngak dipakai
wah bagus-bagus....gw setuju..hahaha
 
Mao tanya bro...
1) kenapa disebut Buddha Cinkung?
2) kenapa bisa diketahui beliau Bodhisattva maitreya? apa buktinya?
3) siapa Buddha Thien Ran & Yue Hui?
4) apa bukti/certifikasi 'kebuddhaan' tersebut?
5) apa itu Tribuddha?
6) 'masa pancaran putih' apa yg dimaksud di sini?

saya tunggu jawabannya... :D

Maaf TS ga akan jawab disini :D Kalo bro Kano bener2 mau tau jawaban ini, bisa cari tau dan hadir di kelas bimbingan dharma Vihara Maitreya, kalo mau pergi ke vihara ts bisa bantu dengan senang hati :) Dari sini akan kliatan ketulusan saudara Kano utk mencari jawaban ;)
 
Mao tanya bro...
1) kenapa disebut Buddha Cinkung?

Cin=emas
kong=kakek
jadi CinKong=Kakek Emas/cahaya.
2) kenapa bisa diketahui beliau Bodhisattva maitreya? apa buktinya?

buktinya aku pakai mesin waktu kemasa lalu,
pergi ketemu si Cinkong, lalu aku tanya,
benarkah kamu ini dari Bodhisatva Maitreya?
Dia bilang ha ha ha ha,

3) siapa Buddha Thien Ran & Yue Hui?

Thien Ran, itu Gelar bagi Bapak Guru Agung, setelah wafat, Ia diberi Gelar itu oleh Bunda Alam.
Ye Hui, Gelar bagi Ibu Guru Agung.


4) apa bukti/certifikasi 'kebuddhaan' tersebut?

sertifikatnya ada divihara, kok kamu tak lihat ya?
sertifatnya digantung didinding vihara2,
dengan gelar Kakek Guru Lu zongyi, S,MB
(Sarjana Manusia Buddha):D

5) apa itu Tribuddha?

TriBuddha berasal dari bahasa Snskerta, yaitu Tiga Buddha.
(Kakek Guru, Bapak Guru dan Ibu Guru)


6) 'masa pancaran putih' apa yg dimaksud di sini?

Masa Pancaran Putih adalah Masa memasuki Abad Baru,
Abad dimana Kasih sayang menjadi Raja bagi semua pnghuni bumi.
saat itu tidak ada lagi perbedaan.
menjadikan Nurani sebgai Tuan.
sehingga seisi bumi menjadi Tanah murni.
dengan manusia-manusia yang penuh dengan
hwa kebenaran dan cinta kasih.
tidak ada peperangan pembunuhan
dansbagainya.
dan Cinta Kasih menjadi Raja.
sehingga dunia aman sentosa selamnya,
berbahagia selamanya, sukacita selamanya.
tiada lagi sakit penyakit,
bumi kembali indah berseri.
tiada lagi tangisan, yang ada hyna suka cita, masyarakat dan penduduk bumi masa pancaran putih saling mengasihi
bagaikan seorang ayah atau ibu mengasihi anaknya demikian pula
sebaliknya anak yang mengasihi ayah dan ibunya.
jadi penduduk bumi masa pancaran putih,
saling mengasihi antara engkau, aku dan dia.
dan umur manusia masa pancaran putih
jauh lebih panjang dan sulit dihitung dengan angka.
MUNGKIN msa Pancaran Putih, inilah hari
yang dinantikan oleh seluruh umat manusia
sejak purbakala.
Mungkin Masa Pancaran Putih inilah Hari yang
dijanjikan dan dinantikan.

cmiiw:D :D :D
 
budha cing kung, itu gelar patriah ke 17 versi sekte - i kwan tao/ mie lek da dao. dari beliau itulah ajaran transmisi rahasia boleh di sebarkan secara umum. sebelum beliau , umat hanya boleh dengar dharma, upacara sembahyang dan meditasi, setelah mau pengganti tongkat estafet , baru diturunkan ajaran trasmisi rahasia itu kepada pengganti patriah.

semua kedudukan gelar budha atau bodhisatva itu untuk orang yang telah berhasil dalam pembinaan dan melaksanakan misi suci yang diamanatkan , gelar itu adalah versi sekte i kwan tao / mi lek da dao. gelar itu hanya untuk diyakini oleh umat yang telah menjadi anggota i kwan tao/ mi lek da dao.

dalam sekte i kwan tao/ mi lek da dao , ada sebuah teknik mediumisasi, di mana 3 orang yang belum berusia 12 thn digembleng ketat dengan meditasi cakra rahasia/ mustika pertama, di isolasi dari kontak dunia luar, vegetarian murni, mempelajari 3 ajaran, konghucu, taois dan budhist. hasil nya orang tersebut bisa menjadi medium penghubung dan roh2 suci, para budha, bahkan yang maha maha segalanya. medium ini akan berhenti sendirinya jika umur medium semakin bertambah dewasa.

jadi gelar budha , bodhisatva, atau malaikat dewa < tentunya semua gelar ada beberapa tingkat > dalam versi i kwan tao/ mi lek da dao itu sepenuhnya datang dari yang maha segala maha melalui mediumisasi penulisan pasir dan tidak seorang pun yang berani atau mau merekayasa gelar kesucian tersebut, dan itu juga tidak berfaedah sedikitpun dengan menyandang gelar tingkat kesucian rekayasa.

dalam sekte i kwan tao / mi lek da dao , mereka sangat sensitip dan sangat menjaga kemurnian mediumisasi dari waktu ke waktu dan dari patriah ke patriah, karena ini adalah tulang punggung sekte tersebut untuk mengetahui apakah jalur sekte mereka itu masih didukung oleh kuasa firman yang maha maha itu atau tidak. dari mediumisasi inilah mereka tahu bahwa organisasi dan ajaran masih boleh dilanjutkan atau harus ditutup.

Masa pancaran putih versi mi lek da dao / i kwan tao , ini menurut perhitungan waktu i-cing / 64 pa kua. Masa pancaran putih ini hanya mengingatkan bahwa waktu manusia2 sudah sampai di mana ,yakni ada di masa keemasan / the golden age. Masa pancaran putih lamanya 10.800 tahun, jadi tidak perlu dianggap serius karena lama sekali, sebab kita tidak dapat hidup cukup lama untuk melihatnya berakhir.
Kita mesti pikirkan diri kita sendiri, masih berapa banyak waktu kita tersisa sebelum akhirnya kita menutup lembaran hidup kita ini ?

Seperti yang dikatakan sang budha, hidup adalah penderitaan. asal penderitaan itu dari keinginan kita yang berlebihan/ tidak tepat/ tidak terkendali, cara mengatasinya dengan 8 jalan utama dan perhatian murni. Dalam berinteraksi dengan kehidupan/ sesama/ peristiwa/... agar bisa meminimalkan penderitaan, kita bisa mengamalkan ajaran konghucu. Yang lebih serius mau mengexplorasi kedalaman hidup dan kehidupan bisa menerapkan prinsip2 taois.
 
dalam ritual i kuan tao umatnya kan harus bersujud ratusan kali.
kenapa maitreya dan lao mu itu sangat pamrih ya?
apa yg akan terjadi apabila tidak disembah, apakah akan mendapatkan hukuman?
 
dalam ritual i kuan tao umatnya kan harus bersujud ratusan kali.
kenapa maitreya dan lao mu itu sangat pamrih ya?
apa yg akan terjadi apabila tidak disembah, apakah akan mendapatkan hukuman?

>:D< syujud ratusan kali capek da. itu buat menundukkan ego, melatih kepasrahan, melatih konsentrasi juga. kalo soal pamrih, ya pamrih aja agar kita manusia mau berjalan di jalan yang benar, mau berlatih dengan sungguh2, mau membina dengan serius. kalo ga sembah ya jangan berada di dalam aula sembahyang,keluar ruangan atau turun kebawah biar ga malu aja, kalo hukuman sih ga perlu kwatir, para budha dan laomu itu maha kasih. menyayangi kita saja tak cukup2 apalagi menghukum. jgn punya prasangka buruk, jgn dengar dari orang yg tak mengerti. haha... kayaknya gw lbh ngerti x ya. tak tau malu.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.