• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Leluhur orang Bali dari Cina(Tionghoa)

JakaLoco

IndoForum Beginner A
No. Urut
32015
Sejak
31 Jan 2008
Pesan
1.188
Nilai reaksi
19
Poin
38
Leluhur orang Bali asli (Baliaga) berasal dari Cina..menurut wahyu Sesuhunan dahulu kala Sang Hyang Pasupati mengutus 3 orang dari Cina untuk datang ke Bali kemudian mereka diberi tugas masing2. Kami tidak begitu jelas tentang orang yang satu lagi..yg kami ingat hanya 2 orang saja. Yang pertama bernama Sang Jaya Rat diberi tugas utk menjaga air suci di daerah Pejeng(Gianyar). Yg satu lagi bernama Sang Kala Tan Ton Tah ditugaskan utk menjaga Taru Menyan yg sekarang berada di desa Terunyan. Ketika menjaga Taru Menyan, Sang Kala Tan Ton Tah merasa kesepian..kemudian beliau memohon kpd Tuhan agar dari 2 buah batu diciptakan putra dan putri..kemudian Tuhan(Hyang Pasupati) mengabulkan permintaannya..2 batu tersebut menjadi manusia dengan ras Mongoloid seperti Sang Kala Tan Ton Tah..kemudian putra dan putri tsb menjadi leluhur orang Bali..maka kita tidak perlu heran jika di Bali ada Barong, upacara menggunakan uang kepeng/pis bolong/uang logam Cina,patung dan wayang orang Bali bermata sipit..begitu juga para ahli sejarah menyebutkan bangsa Melayu berasal dr Yunan Cina (seperti yg kita pelajari dlm pelajaran sejarah di SLTP maupun SMU)..
 
tetapi sayang juga kalau indo yang sebenarnya sebangsa, tp rasis
 
Iseng2 eh malah nemu postingan menarik dr bro @goesdun: dna menguak asal-usul

Desa Trunyan
Taru Menyan sendiri diyakini sebagai asal mula nama Desa Trunyan. Konon, pohon ini pernah menyebarkan bau sangat harum. Keharumannya inilah yang menyerap bau busuk mayat-mayat di kuburan ini.

MENYEBUT Trunyan, ingatan langsung pada sebuah desa kecil yang letaknya terpencil di tepi Danau Batur dan di kaki Bukit Abang. Terbayang pula suasana kehidupan masyarakat Bali tempo dulu dengan tradisi kuat menyelimuti desa ini.

Trunyan adalah salah satu desa Bali Aga (Bali kuna) yang berada di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Hampir serupa dengan desa Bali Aga, yaitu Tenganan di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Trunyan memiliki perbedaan dengan desa-desa di Bali umumnya.

Warga Trunyan menyebut diri mereka sebagai Bali Turunan, yaitu orang yang pertama kali turun dari langit dan menempati tanah Pulau Bali. Sementara penduduk Bali lainnya disebut Bali Suku yang berasal dari Jawa (Majapahit). Antropolog James Danandjaja yang pernah meneliti di Trunyan menyebutkan, masyarakat Trunyan memang memiliki kebanggaan pada ciri-ciri kelompoknya yang berbeda dengan masyarakat Bali lainnya.

Meskipun sama-sama menganut agama Hindu, nilai dan tradisi yang dianut warga Trunyan berbeda dengan desa-desa di Bali lainnya. Dalam upacara kematian, misalnya, warga Trunyan juga mengenal ngaben layaknya masyarakat Bali pada umumnya, namun mayatnya tidak dibakar.

Apabila salah seorang warga Trunyan meninggal secara wajar, mayatnya ditutupi kain putih, diupacarai, kemudian diletakkan tanpa dikubur di bawah pohon besar, Taru Menyan, di Sema Wayah. Namun, apabila penyebab kematiannya tidak wajar, mayatnya dikuburkan di Sema Bantas. Keunikan ini menarik wisatawan untuk berkunjung ke Trunyan.

Keunikan lainnya adalah peninggalan purbakala, Prasasti Trunyan. Tersebutlah pada tahun Saka 813 (891 Masehi), Raja Singhamandawa mengizinkan penduduk Turunan (Trunyan) membangun kuil. Kuil berupa bangunan bertingkat tujuh ini merupakan tempat pemujaan Bhatara Da Tonta.

Kuil bertingkat tujuh ini dinamakan Pura Turun Hyang. Di dalamnya tersimpan arca batu Megalitik yang dipercaya dan disakralkan masyarakat Trunyan sebagai arca Da Tonta. Dikenal pula sebagai Pura Pancering Jagat sebagai istana Ratu Gede Pancering Jagat.

perhatikan yg saya cetak tebal pd postingannya bro @goesdun, lalu perhatikan postingan saya di atas pd thread ini:

Leluhur orang Bali asli (Baliaga) berasal dari Cina..menurut wahyu Sesuhunan dahulu kala Sang Hyang Pasupati mengutus 3 orang dari Cina untuk datang ke Bali kemudian mereka diberi tugas masing2. Kami tidak begitu jelas tentang orang yang satu lagi..yg kami ingat hanya 2 orang saja. Yang pertama bernama Sang Jaya Rat diberi tugas utk menjaga air suci di daerah Pejeng(Gianyar). Yg satu lagi bernama Sang Kala Tan Ton Tah ditugaskan utk menjaga Taru Menyan yg sekarang berada di desa Terunyan. Ketika menjaga Taru Menyan, Sang Kala Tan Ton Tah merasa kesepian..kemudian beliau memohon kpd Tuhan agar dari 2 buah batu diciptakan putra dan putri..kemudian Tuhan(Hyang Pasupati) mengabulkan permintaannya..2 batu tersebut menjadi manusia dengan ras Mongoloid seperti Sang Kala Tan Ton Tah..kemudian putra dan putri tsb menjadi leluhur orang Bali..maka kita tidak perlu heran jika di Bali ada Barong, upacara menggunakan uang kepeng/pis bolong/uang logam Cina,patung dan wayang orang Bali bermata sipit..begitu juga para ahli sejarah menyebutkan bangsa Melayu berasal dr Yunan Cina (seperti yg kita pelajari dlm pelajaran sejarah di SLTP maupun SMU)..

Terus terang saya tidak pernah tahu kalo ada arca Da Tonta di Terunyan,tp wahyu dr Ida Sesuhunan memperkuat bukti bahwa Da Tonta atau Tan Ton Tah adalah seorang tokoh yg pernah hidup di Bali dan berasal dr China..dr sini kita tahu bahwasannya orang2 China zaman dulu ternyata jg sebenarnya Hindu walau mungkin mereka menyebut Hindu dengan istilah mereka sendiri,mungkin jg mereka menyebut Hindu dengan Tao,mungkin saja...dan Guru Penuntun saya pernah mengungkapkan ke-siddhi-an dr Tan Ton Tah yg dr sebuah batu bisa mencipta manusia dengan seizin Sang Hyang Pasupati..
 
Sumber/ buku-buku tentang babad bali dan sejenisnya sangat jarang bisa ditemui...apa peminatnya yang sedikit kali...
Kayaknya hal2 seperti ini bisa dimulai dari lembaga pendidikan sekolah, yang menyelipkan materi tentang babd bali dan sejenisnya
 
Sumber/ buku-buku tentang babad bali dan sejenisnya sangat jarang bisa ditemui...apa peminatnya yang sedikit kali...
Kayaknya hal2 seperti ini bisa dimulai dari lembaga pendidikan sekolah, yang menyelipkan materi tentang babd bali dan sejenisnya

Sebenarnya buku babad bali kalo tidak salah banyak beredar di masyarakat,
memang sebaiknya "babad" dimasukkan dalam kurikulum pelajaran sekolah,namun tidak boleh dipaksakan,karena babad bali cenderung utk orang bali dan jawa maka murid2 yg non-Bali dan non-Jawa tidak berkewajiban utk mempelajarinya,selain itu babad cenderung berbau "agama" karena itu sebaiknya pelajaran babad disisipkan ke dalam pelajaran agama terutama agama Hindu sebagai bagian dari "bakti kpd leluhur" karena dengan belajar ttg babad maka kita belajar ttg leluhur,dgn mengenal leluhur maka kita akan lebih mencintai leluhur kita..
 
Wah,Bro.Saya tulis untuk gurauan saja ya,misal saya nyari jodoh orang Tionghoa dan menikah,di hari pernikahan,teman teman baik saya tidak akan ngeledekin saya dengan bilang kalo saya sedang memperbaiki keturunan?hehe
 
Wah,Bro.Saya tulis untuk gurauan saja ya,misal saya nyari jodoh orang Tionghoa dan menikah,di hari pernikahan,teman teman baik saya tidak akan ngeledekin saya dengan bilang kalo saya sedang memperbaiki keturunan?hehe

namun orang bali nikah dengan orang keturunan china ada beberapa orang bilang rada "panas". Gimana menurut jakaloco tentang ini ?
 
@tuing3x



Gimana maksudnya? saya tumben mendengar tentang ini . . .

coba aja liat dilapangan... kalau bicara teori sih sih ngak papa karena memakai ajaran manusiapada tapi kenyataannya disetiap keluarga berbeda dan ini salah satu contoh nyatanya. ini pada umumnya ya bukan seluruhnya tapi dominan merasakan efek begitu. saya disini bicara kenyataan dilapangan yang telah terjadi seperti anak jaba menikahi putri anak agung. kalau kita bisa sih menasehati manusiapada tapi dilapangan setiap keluarga mempunyai kepentingan sendiri senderi ngak semudah itu dulz
 
coba aja liat dilapangan... kalau bicara teori sih sih ngak papa karena memakai ajaran manusiapada tapi kenyataannya disetiap keluarga berbeda dan ini salah satu contoh nyatanya. ini pada umumnya ya bukan seluruhnya tapi dominan merasakan efek begitu. saya disini bicara kenyataan dilapangan yang telah terjadi seperti anak jaba menikahi putri anak agung. kalau kita bisa sih menasehati manusiapada tapi dilapangan setiap keluarga mempunyai kepentingan sendiri senderi ngak semudah itu dulz

Itu yg menjadi masalah sepertinya bukan pada "ras" tetapi pada "kesenjangan ekonomi" dan "kesenjangan sosial" antara kedua pasangan termasuk juga antara kedua keluarga. Saya sendiri punya beberapa kerabat yg menikah dengan orang Tionghoa dan pernikahan mereka lancar dan langgeng
 
Angaturaken Angayu bagyo, Swasti nyangra warsa anyar: appy Lunar Chinese New Year 2562 !! Gong Xie Fat Choi !! Selamat Tahun Baru Imlek 2652

---Rahayu, Dumugi Para leluhur sane rawuh saking panegari Cina ngemanggihin kerahejangen----

Tidak bisa dipungkiri bahwa leluhur kita juga berasal dari negeri Cina, di kabupaten Buleleng banyak desa2 yang masih menyandang nama cina: Bungkulan (wangsa lan), Tajun, Krobokan, dan banyak lagi. juga ditemukan candi Bhuda abad ke 8 yang sekarang sudah dipugar di Kalibukbuk Lovina.

Semoga kesadaran membuat tali persaudaraan diantara kita semakin erat
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.