Angela
IndoForum Addict A
- No. Urut
- 88
- Sejak
- 25 Mar 2006
- Pesan
- 41.642
- Nilai reaksi
- 23
- Poin
- 0
Bakal sia-sia memberikan smartphone pada lansia. Aku mengibaratkan mereka sebagai orang-orang yg berada di pinggiran, mereka menonton perkembangan teknologi dari jauh, ya mereka cuma menonton dari jauh, tidak masuk ke lingkaran pengguna teknologi. Tapi mereka harap mencicipi sedikit dari penggunaan teknologi itu.
Aplikasi yg sering dipakai mungkin whatsapp, untuk saling berkabar ke anak/cucu, & youtube untuk menghibur diri dengan video hiburan, video pengajian, dll. Mengaktifkan smartphone & mematikan layar mungkin tergolong tugas yg gampang, juga membuka whatsapp & youtube di layar smartphone gampang jualah.
Ketika berhadapan dengan operasi yg lebih rumit, misal mengirim gambar, mengirim video, membedakan percakapan japri atau grup mereka agak gagap. Apalagi kalau berkutat dengan cupetnya memori penyimpanan smartphone, banyak hal yg sulit mereka kuasai. Misal, menghapus beberapa gambar/video untuk menciptakan memori penyimpanan jadi agak lega, tugas itu butuh usaha yg keras, jadi kerap kali mereka tersiksa & putus asa. Alhasil tugas-tugas tadi diserahkan ke orang yg lebih muda, anaknya atau cucunya.
Masalah terjadi kalau anak/cucu hidup berjauhan, tidak dapat menolong mereka mengoperasikan smartphone-nya. Jadi mereka (lansia) akan terima nasib smartphone jadi lemot.
Belum lagi menghadapi smartphone dengan dual SIM, SIM 1 untuk nelpon/sms, SIM 2 untuk data internet dipake kalau jauh dari wifi. Di rumah pake wifi saja. Waaah itu sungguh tugas maha berat untuk memahaminya. Dan nomer GSM SIM 1 seringnya gosong karena gak tahu kalau harus diisi.
Otak lansia apalagi yg tidak pernah bersentuhan dengan teknologi, mungkin nih ya, sulit untuk memahami logika mesin komputer (smartphone adalah komputer mini). Bahwa di mesin kecil tsb terkandung operasi logika sebab akibat. Kalau banyak apps baru yg terinstall (tanpa sengaja karena suka main sembarang klik) maka gudang penyimpanan akan penuh, itu baru hardware. Nah apalagi software khususnya yg berhubungan dengan algoritma, kalau nonton video tertentu di youtube, pihak youtube akan sering menampilkan video yg mirip. Makanya kalau orang nonton video hoaks sekali, dia akan terjebak dalam video hoaks berikutnya.
Dijelaskan dengan pelan-pelan pun sia-sia. Hari ini mungkin paham, tetapi itu tidak jadi trigger untuk mengubah perilaku. Kebiasaan nonton ya sama aja seperti semula.
Selanjutnya anak/cucu putus asa, sebel, akhirnya dibiarkan saja, smartphone asal masih dapat buat nelpon itu sudah bagus. Tidak perlu berharap banyak.
Buat yg jadi anak/cucu, ya Anda harus sadar bahwa lansia ya punya keterbatasan itu tadi. Kasih apps yg sederhana saja, lainnya uninstall. Hari ini 17:03