• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Khusus Untuk Umat Muslim

  • Pembuat thread awal. Pembuat thread awal. ageng
  • Tanggal Mulai Tanggal Mulai

ageng

IndoForum Beginner A
No. Urut
6023
Sejak
4 Sep 2006
Pesan
1.350
Nilai reaksi
175
Poin
63
Aksi Pemurtadan Pendeta Madura
Kristenisasi_madura-b.jpg

28/11/2006 - Sebuah buletin yang diterbitkan kelompok penginjil di bekasi menulis soal kegiatan misionaris yang ngebet menjadikan pulau yang terkenal dengan budaya karapan sapinya itu sebagai ladang Kristenisasi. "Doakan kepada suku Madura agar mata hati mereka terbuka dan firman Tuhan masuk dalam kehidupan mereka. Doakan para penginjil, pendeta yang sedang menyampaikan kebenaran firman Tuhan. Doakan siswa-siswi sekolah Alkitab yang diutus agar diberi kesabaran dan perlindungan...." tulis MIDRASH TALMIDDIN, sebuah buletin yang berisi informasi proyek Kristenisasi dan ajaran-ajaran Kristen tersebut.

Suku Madura menjadi target gerakan Kristenisasi. Selain bergerilya ke pelosok desa, para penginjil juga mengaku aktif berdialog dengan para ustadz pesantren. Mereka menggunakan metode perbandingan agama dan penginjilan yang menggunakan Alkitab dalam bahasa Arab. Dengan pendekatan kultural, mereka menjadikan Madura ladang pemurtadan.

Kristenisasi yang mengincar Madura memang terbilang nekat. Bagaimana tidak, orang Madura yang terkenal taat memegang Islam dan selama ini sulit ditembus gerakan salibis, tiba-tiba dikejutkan dengan fakta adanya upaya pemurtadan.

Sampul depan edisi ke-4 tahun 2006 buletin yang diterbitkan oleh Yayasan Kaki Dian Emas Bekasi itu, memuat foto orang madura yang masih menggenakan kopiah dan sarung tengah didoakan oleh beberapa orang pendeta. Seperti halnya ritual pembaptisan, tangan seorang pendeta memegang kepala orang Madura tersebut, sambil komat-kamit mendoakan. Entah, apakah orang Madura itu sadar atau tidak.

Adalah Edhie Sapto Wedha, pendeta yang menjadi motor penggerak Kristenisasi di wilayah madura. Pria yang mengaku sebagai asli orang madura ini getol menjalankan misinya dengan berbagai cara. Edhie juga yang terlihat sedang membaptis orang madura seperti dalam sampul depan buletin MIDRASH TALMIDDIN tersebut.

Bersama penginjil lainnya, Edhie menerbitkan buletin tersebut. Dari format dan isi buletin yang banyak menggunakan tulisan berbahasa Arab, Edhie dan kawan-kawan jelas ingin mengaburkan akidah umat Islam. Selain bahasa Arab, istilah - istilah yang familiar dalam ajaran Islam juga kerap mereka gunakan. Dalam misinya, Edhie dikenal piawai menggunakan metode perbandingan agama dan pengabaran injil dalam bahasa Arab. Meski tertulis "Untuk kalangan sendiri", buletin dengan lambang Bintang David dan pohon Gorqot ini juga beredar luas di masyarakat. "Ini sduah meresahkan umat Islam," jelas Mulyadi, anggota tim FAKTA.

Dari penelusuran Tim FAKTA, para penginjil ini menjalankan misinya di wilayah Sampang, Madura. Pada beberapa foto yang ada dalam buletin tersebut terlihat jelas, mereka tak sungkan mendatangi masyarakat untuk berdialog dan menjalankan aksi "tipu-tipunya". Bahkan dalam foto itu digambarkan seseorang yang mengenakan kopiah haji terlihat seperti tak sadarkan diri dikelilingi para pendeta yang sedang mendoakan. "Para ustadz minta didoakan dan mereka dijamah Roh Kudus," tulis keterangan dalam foto tersebut.

Meski terbilang berani dan melecehkan orang Madura yang terkenal fanatik terhadap Islam, Edhie mengaku aksinya memurtadkan umat Islam di madura tanpa paksaan ."itu berdasarkan kemauan mereka sendiri. Kita tidak memaksa. Kan orang tidak boleh dipaksa dalam beragama," kilah Edhie saat dikonfirmasi sabili, sambil mengatakan bahwa Islam dan kristen sama-sama sebagai agama misionaris, cuma ada aturan yang tidak membolehkan adanya pemaksaan dalam beragama. "Siapa yang berani maksa orang Madura, Mas?" tambahnya.

Menurut Edhie, kedatangannya ke Madura bukan atas kemauannya sendiri. "Kita diundang bersama mereka. madura itu kan orangnya keras, kemudian mereka lihat Kristen itu penuh kasih, kedamaian. Mereka pilih itu," terangnya. Mengenai tudingan terhadap buletin dan gerakan pemurtadan yang dilakukannya dengan menggunakan bahasa Arab, Edhie menjelaskan, "Alkitab diterjemahkan dalam bahasa Arab oleh Waraqah bin Naufal. Itu bukan pelecehan terhadap Islam, sebab Alkitab itu ada dalam bahasa Arab. Kristen itu kan berasal dari Arab." tambahnya lagi. Meski begitu, Edhie mengaku kegiatannya di sampang sudah dihentikan, karena umat Islam disana melakukan aksi penolakan. Bahkan, dua orang pendeta yang melakukan pemurtadan di sana sempat berurusan dengan aparat hukum.

Mengenai gerakan Kristenisasi di Sampang, tokoh masyarakat Madura yang tinggal di Surabaya, KH Abdurrahman Navis, mengakui hal tersebut sempat membuat orang Madura gerah. Dengan alasan akan menawarkan bantuan kemanusiaan bagi korban konflik Sampit, para pengjinjil melakukan aksi Kristenisasi. "Kasus ini sempat masuk pengadilan, bahkan kedua orang pendetanya sudah dipenjara," jelas Kiai Navis.

Bagi Kiai Navis, tak ada ceritanya orang Madura murtad dari Islam. Kalau toh ada, menurutnya itu karena ditipu atau diiming - imingi sesuatu yang besar. "secara kultur orang Madura tidak mungkin masuk Kristen. Lebih baik mati daripada masuk Kristen. kalau ada yang maksa, bisa carok!" ucap kiai yang bersuara teduh ini dengan tegas. Menurutnya, gerakan Kristenisasi yang terjadi di Sampang itu terjadi dengan mengelabui umat Islam bahwa ajaran yang mereka sampaikan bukan Kristen, tapi Islam Ayah atau Islamnya nabi Isa. "Orang awam yang tidak ngerti bisa dikelabui soal ini." tambahnya.

Bukan kali ini saja Edhie membuat ulah. pada tahun 2002 ,pendeta ini terlibat kasus penyekapan puluhan anak yang dipekerjakan sebagai penjaga kandang babi. selain disuruh menjada kandang babi, Edhie juga berusaha memurtadkan anak-anak tersebut. Kasus ini terbongkar berkat laporan masyarakat dan aksi penggerebekan yang dilakukan umat Islam Bekasi.

Saat ini, dengan dalih membuka kursus bahasa Arab, pendeta yang sempat berurusan dengan laskat Ababil pimpinan tokoh Islam Bekasi, KH Sulaeman Zachawerus, ini berusaha memurtadkan umat Islam. Tak tanggung-tanggung, untuk mengelabui masyarakat, pendeta yang mengajar bahasa Arab itu, mengenakan baju koko khas ustadz. "Orang ini tidak kapok. Saya minta Polres Bekasi menindak tegas orang-orang itu," ujar Sulaeman Zachawerus saat diminta pendapatnya soal kembali berkasinya pendeta Edhie dan kawan-kawan.

Saat diminta konfirmasinya soal kursus bahasa Arab itu, Edhie berlepas tangan. " Itu bergerak sendiri. Bukan di luar koordinasi saya. Orangnya sudah ada di Bandung, saya juga kehilangan kontak," ujar lelaki yang tinggal di bilangan Jaka Mulya, Bekasi ini, seolah tak bersalah.

Umat Islam Bekasi meminta aparat penegak hukum bertindak tegas terhadap para perusak akidah kaum Muslimin. Jika aparat lembek, bukan tidak mungkin, seperti kata Sulaeman Zachawerus, "Umat Islam akan bikin perhitungan sendiri!". (Artawijaya/sabili/al-islahonline.com)
 
Edhie Sapto Weda Pendeta Radikal Mantan Pembunuh Bayaran : Wajibkan Kristenisasi

Waspadalah!! Gerakan pemurtadan semakin agresif, kasar dan membabi buta. Dua orang pendeta radikal berasal dari dua suku, bersatu dalam misi meng­kristenkan umat Islam. Mereka adalah Edhie Sapto, pendeta asal Sumenep Madura dan Yosua Adhie, pendeta asal Lamongan Jawa Timur yang mengaku mantan ustadz sebuah pesantren. Alih-alih mendapat mandat dari Yesus berupa amanat agung, mereka bertekad untuk mengkristenkan umat Islam sebanyak-banyaknya. Cara radikal ditempuh agar umat Islam dipertobatkan menjadi Kristen, sebagai hadiah kepada Yesus Kristus.

Cara kerja kedua pendeta itu cukup unik. Edhie Sapto yang lebih senior mendirikan sekaligus menjadi ketua Yayasan Kaki Dian Emas (YKDE), berlokasi di rumahnya, Kom­pleks Galaksi Jl Palem F-844 kelurahan Jaka Mulya, Bekasi Selatan. Sedangkan Yosua Adhie adalah pendeta yunior yang dimurtad­kan Edhie Sapto tahun 2003.

Dalam tempo dua tahun, matanglah kekristenan Yosua. Maka mereka mendirikan Sekolah Alkitab Terampil dan Terpadu (SATT) dan menerbitkan majalah Midrash Talmiddim. Pendeta Edhie Sapto menjadi penasihat, sedangkan Pendeta Yosua menjabat sebagai Kepala Sekolah SATT dan Ketua Redaksi Midrash Talmiddim. Sedangkan penanggung jawabnya adalah Pendeta Juanda Senen.

Secara terang-terangan, Edhie dan Yosua mewajibkan para mahasiswa SATT untuk memurtadkan umat Islam minimal 5 orang dari daerah Madura, Cilacap, Lampung, Madura dan Riau. Jika tidak berhasil, mereka tidak memenuhi syarat kelulusan. Program ini diumumkan secara terbuka di majalah:
Midrash Talmiddim
"Program SATT: Pengutusan siswa/siswi SATT dalam rangka mencari jiwa minimal lima jiwa dari saudara sepupu sebagai salah satu syarat kelulusan yang ada di Manado, Cilacap, Madura, Lampung dan Riau" (Midrash Talmiddim edisi 4/2006, hal. 44).

Hasil misi pemurtadan ini dipublikasikan di majalah Midrash Talmiddim. Yang paling menonjol dalam majalah ini adalah publikasi foto-foto full colour seputar aksi pemurtadan oreng Madure. Foto Edhie Sapto yang sedang duduk beralas tikar bersama masyarakat Madura dengan ciri khas sarung dan peci putih­nya, diberi keterangan, "Bersama kiyai di Sampang Madura, di mana para ustadz serius mendengarkan Firman Tuhan" (edisi kedua/2005, hal. 20).

Dari sekian banyak gambar, foto yang paling heboh ditampilkan di sampul depan majalah edisi 4/2006. Tampak para lelaki paruh baya yang memakai baju shalat, bersarung dan berpeci hitam, dipegang kepalanya untuk didoakan secara Kristen oleh Edhie Sapto. Para bapak ini nampak khusyuk mengikuti ritual sang pendeta. (hal. 39).

Nampak pula wanita Madura berkerudung dan beberapa pria paruh baya lengkap dengan busana shalat khas penampilan Madura. Dengan khidmat mereka duduk bersila, pandangannya tertunduk ke bawah. Sementara Pendeta Edhie Sapto berdoa dalam nama Yesus seraya mengangkat tangannya di hadapan orang-orang Madura yang sedang didoakannya. Telapak tangannya terbuka diarahkan ke kepala orang-orang Madura, seolah-olah sedang memancarkan energi tertentu. Setelah didoakan, nampak seorang bapak tak sadarkan diri seperti orang kesu­rupan suatu roh. Foto-foto ini diberi keterangan "Para Ustadz minta didoakan dan mereka dijamah oleh Roh Kudus."

Dalam kesaksiannya di majalah tersebut, Yosua memamerkan prestasi pemurtadan yang dilakukannya. Dalam satu tahun ia berhasil memurtadkan lebih dari 50 orang.

Yosua Adhie menekankan pentingnya bahasa Arab dalam proses pengkristenan umat Islam. Ia menulis: "Dan puji Tuhan, dalam tahun 2004, lebih dari 50 jiwa yang bisa saya hadiahkan untuk tuhan Yesus... Untuk mempermudah dalam penginjilan, saya menggunakan Bahasa Arab untuk memberitakan Firman Tuhan. Selain itu, saya juga mulai menciptakan beberapa lagu yang berbahasa Arab untuk sarana penginjilan." (Midrash Talmiddim edisi 3/2006, hal. 15).

Lagu yang dimaksud Yosua adalah qasidah berirama padang pasir yang biasa digemari umat Islam. Syairnya berisi tentang ajaran dan doktrin ketuhanan Yesus dalam bahasa Arab.Beberapa judul lagu Qasidah gubahan Yosua adalah: Isa Almasih Qudro­tulloh, Allahu Akbar, Laukanallohu Aba’akum, Isa Kalimatullah, Ahlan Wasahlan Bismi­robbina, Nahmaduka Ya Allah, dll.
Kristenisasi_madura2.jpg

Kajian perbandingan agama yang dituangkan di Midrash Talmiddim, sarat pelecehan terhadap Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, misal­nya: menyatakan Allah dalam Al-Quran itu tidak memberi ampunan (tidak Maha Pengampun) dan membiarkan orang yang sesat dalam kesesatan (tidak memberikan petunjuk); memfitnah Nabi Muhammad dengan tuduhan pernah jadi orang kafir karena pernah beribadah dengan cara semedi di goa; Muhammad adalah seorang pemarah yang membuat ayat Al-Qur‘an untuk melampiaskan kemarahan kepada orang Yahudi; Nabi Muhammad tidak memiliki mukjizat; dll.
Aksi kedua pendeta radikal itu sungguh berbahaya bagi kerukunan umat beragama. Setiap saat umat Islam beribadah dan berdoa kepada Allah SWT. Setiap waktu kaum muslimin mengamalkan sunnah Nabi Muhammad SAW. Lantas, jika Allah dan Nabi Muhammad dihina secara terbuka, tentunya ini bisa memicu kerusuhan umat beragama. Di­tambah dengan menjadikan orang Madura sebagai target Kristenisasi, sungguh sangat berbahaya bagi stabilitas keamanan. Karena orang Madura punya slogan "Mateh odik paggun Islam" (mati dan hidup tetap Islam). Jika kehormatan agama mereka dilecehkan, maka jawaban mereka adalah carok. (lihat: Pengkristenan Madura Pancing Amarah).

KH Kholil Ridwan, salah satu ketua MUI Pusat tidak kaget terhadap ulah Pendeta Edhie Sapto dan Pendeta Yosua. Menurutnya, ulah kedua pendeta ini hampir sama dengan apa yang dilakukan oleh Pendeta Suradi beberapa tahun silam. Pendeta Suradi dan orang-orang sepertinya sudah difatwa mati oleh para ulama karena melecehkan Allah dan Nabi Muham­mad.

Abu Deedat mengaminkan hal ini. Maka ketua umum FAKTA ini mengimbau agar Komite Penganggulangan Bahaya Pemurtadan MUI Pusat melaporkan kasus ini secara hukum ke pihak yang berwenang.
Semua pihak keberatan dengan ulah Pendeta Edhie Sapto dan Pendeta Yosua. Mereka sepakat agar polisi menangani kasus penodaan agama ini. Aksi kedua pendeta radikal itu semakin merajalela dan memakan banyak korban pemurtadan. Sebelum polisi bergerak, Ustadz Arsyad Sulthon berangkat dari pulau garam untuk mengadili kedua pendeta itu. Ia merasa perlu berbuat demi­kian karena salah seorang murid­nya dimurtadkan. Ketika menjalankan misi pemurtadan di Bandung, Pendeta Yosua dibunuhnya. Kini Arsyad mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan polisi (Pikiran Rakyat 5/12/2006; Tribun Jabar 12/12/2006).

Di mata hukum positif, tindakan Arsyad adalah perbuatan anarkhis yang tidak bisa dibenarkan. Tapi dalam kacamata Islam, tindakan Arsyad ini tidak bisa disalahkan. KH Sulaiman Zachawerus menyebutkan bahwa dalam pandangan Islam, pelaku penghinaan terhadap Islam, Allah dan Nabi-Nya hukumnya dibunuh. Akan tetapi, jika umat Islam merasa terhina kemudian melakukan pembunuhan, jelas melanggar hukum positif. Masalahnya, kalau rasa keberagamaan sudah tersinggung, kadang-kadang orang membuat keputusan tanpa memandang hukum lagi.

Bagi kami yang namanya malu itu harus dibayar tunai. Kalau gara-gara itu terjadi kekerasan oleh umat Islam terhadap mereka, ya tidak boleh disalahkan. Tapi kita tidak gegabah. Kita akan menempuh jalur hukum supaya orang-orang yang sengaja menebar fitnah dan penghinaan terhadap Islam ini ditangani oleh hukum. Kalau hukum juga berlagak nggak tahu, ya.. apa boleh buat?" tegasnya. mai, mag, hbj (majalah Tabligh)
 
PENDETA YOSUA ADHIE, MTH. :
Mengaku Mantan Ustadz Pesantren
yosua_adhie.jpg

KESAKSIAN pendeta kelahiran Lamongan Jawa Timur tanggal 6 April 1982 ini sungguh spektakuler. Ia mengaku sejak kecil sampai dewasa dididik di lingkungan Islam, dari sekolah di Madrasah sampai lulus kuliah di perguruan tinggi Islam. Katanya, pada usia 16 tahun, Yosua sudah menjadi Ustadz yang mengajar di beberapa pondok pesantren sambil sekolah di SMA Islam. Tamat SMA, Yosua kuliah keperawatan di Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya tanpa menanggalkan tugasnya sebagai ustadz di pesantren. Profesi ini terus dilakoninya selama 7 tahun sampai bulan Desember 2003.

Pada tahun 2003, Yosua berkenalan dengan Pendeta Edhie Sapto di Lampung dalam sebuah acara natalan. Akidah Yosua guncang ketika Edhie menyampaikan khotbah menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an dan Bibel. Ia menyimpulkan, Bibel dan Kristen tidak ada bandingannya di muka bumi ini.

Usai kebaktian Natal, Yosua berdialog selama 30 menit dengan Edhie seputar perbandingan Islam dan Kristen. Setelah pertemuan itu, pada tidur malamnya Yosua mimpi bertemu seseorang yang mengatakan bahwa ia telah diselamatkan oleh Yesus Kristus.

Dua hari kemudian (29/12), Yosua mendatangi rumah Edhie di Bekasi. Resmilah ia menjadi Kristen sambil berguru teologi kepada Edhie. Betapa dangkalnya wawasan Islam Yosua. Sebagai orang yang mengaku pernah jadi ustadz pesantren selama 7 tahun, begitu gampangnya ia dikristenkan oleh Edhie tanpa perlawanan sama sekali dalam beberapa jam. Pengakuan Yosua bahwa ia pernah jadi ustadz pesantren patut diragukan kebenarannya.

Setelah kekristenannya mapan, Yosua dinobatkan sebagai Kepala SATT. Sisa-sisa dialeg Arab yang dimiliki Yosua dipertahankan bahkan dipelihara dalam rangka menarik umat Islam yang lain. Untuk menyalurkan bakatnya dalam hal mengajar, Yosua dimanfaatkan sebagai dosen baca-tulis huruf Arab di beberapa Sekolah Tinggi Teologi (STTT) di Jakarta.

Untuk memuluskan misinya, Yosua menerbitkan qasidah Arab yang berisi syair-syair tentang doktrin Kristen. Hanya orang awam saja yang tertipu qasidah ini.

Terang-terangan Yosua menyatakan bahwa qasidah ini diperuntukkan bagi semua umat beragama –termasuk Islam. Dalam pengantar album berdurasi 40 menit itu, Yoshua menyatakan: “Syukron Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yesus karena begitu besar kasih karunia-Nya sehingga album ini bisa terselesaikan dengan baik tanpa halangan suatu apapun…. Kami sangat berharap, dengan album bahasa Arab ini, bisa menjadi berkat untuk semua kalangan dan dapat dimengerti serta diterima oleh semua masyarakat. Selain daripada itu, dengan lagu bahasa Arab ini semoga bisa merubah paradigma masyarakat akan kekristenan secara benar.”

Merasa belum lengkap dengan sarana penginjilan yang ada, Yosua dan Edhie menerbitkan majalah Midrash Talmiddim sebagai corong misi kepada umat yang lebih luas. Di majalah ini, Yosua menempati posisi yang sangat menentukan, yakni Ketua Redaksi, sedangkan Edhie bertindak selaku Penasihat. Majalah ini kerap mendiskreditkan Allah, Nabi Muhammad dan Islam.

Akibat ulahnya yang membabi buta, Yosua terkena batunya. Salah seorang muslim yang dimurtadkan adalah murid seorang ustadz dari Madura. Dalam aksinya di jalan Kolonel Masturi Desa Gudangkahuripan Lembang, Bandung, Yosua dimartil kepalanya oleh Ustadz Arsyad (Pikiran Rakyat 5/12/2006; Tribun Jabar 12/12/2006).

Usai sudah petualangan kristenisasi Yosua. Sementara Ustadz Arsyad sulit dikonfirmasi karena sekarang masih ditahan polisi. Cita-citanya untuk menjaga akidah dibayar mahal dengan cap “teroris” yang harus mendekam di balik jeruji besi. Meski tak ada statemen apapun dari Ustadz Arsyad, namun kita bisa menangkap sinyal, “Wahai pendeta, stop pemurtadan dan penghujatan terhadap agama Islam, atau kukepruk kepalamu.”
Oleh karena itu, umat berharap penuh kepada aparat kepolisian agar bertindak cepat dan profesional terhadap segala ancaman stabilitas keamanan. Satu hal yang mudah memicu pertikaian sesama anak bangsa adalah gerakan kristenisasi dan pelecehan agama. Jika aparat tidak tegas dan kurang tanggap terhadap benih-benih konflik agama, maka umat tidak bisa berpangku tangan melihat kemungkaran dan kezaliman yang menodai agama dan Tuhannya.

Konflik agama hanya menyebabkan kerugian pada semua pihak. Stabilitas negara akan terganggu, wibawa kepolisian jelas tercoreng, para mujahid yang bercita-cita mulia ingin membela agama Allah akan dicap sebagai “teroris,” dan umat Kristen akan semakin tidak disukai oleh penganut agama lain lantaran label kristenisasi.

Peristiwa pembunuhan Pendeta Yosua tak boleh terulang lagi. Maka jangan ada lagi tindakan yang memancing-mancing masalah dengan mewajibkan murid-muridnya untuk memurtadkan umat Islam minimal 5 orang di Madura. mai, mag, hbj

Sumber : Majalah Tabligh
 
ya Allah banyak bener >.< murtad smua jadi pendeta pula :(
entah adzab apa yang telah menanti
 
masukan yg bagus ,apalagi bagi org2 yg imannya ga kuat kyk gw
 
sebenarnya ini ( kalo gw pikir) adl pencucian umat islam.......
dr kristen yg otoriter menjadi islam yg keukeuh.......
dr islam yg asal KTP,jd umat kristen keukeuh.....
jd yg rusak dibuang,diganti sama org2 yg kompeten utk menjalankan islam...
semoga saya salah satunya(yg dianggap Allah kompeten utk menjalankan islam)

kalo salah mohon koreksinya. :D
 
sebenarnya ini ( kalo gw pikir) adl pencucian umat islam.......
dr kristen yg otoriter menjadi islam yg keukeuh.......
dr islam yg asal KTP,jd umat kristen keukeuh.....
jd yg rusak dibuang,diganti sama org2 yg kompeten utk menjalankan islam...
semoga saya salah satunya(yg dianggap Allah kompeten utk menjalankan islam)
kalo salah mohon koreksinya. :D

Amin

Iya sebagai masukan bwt temen2 IF muslim yg lain juga. Mari sama-sama kita majukan Islam
 
pertebalah iman teman2 semua....!!!dan kasihilan sesamamu. supaya mereka bahagia
dan tidak mudah di-iming-imingi macam2 yang ujung2nya nyuruh pindah agama
 
sebenarnya ini ( kalo gw pikir) adl pencucian umat islam.......
dr kristen yg otoriter menjadi islam yg keukeuh.......
dr islam yg asal KTP,jd umat kristen keukeuh.....
jd yg rusak dibuang,diganti sama org2 yg kompeten utk menjalankan islam...
semoga saya salah satunya(yg dianggap Allah kompeten utk menjalankan islam)

kalo salah mohon koreksinya. :D
ga ada yang salah kok :)
 
ahahahaha gue ga tau mo ngomong apa misi gue berakhir di forum ini teori gue lebih tepatnya teori umum yang ada di kalangan islam udah gue buktikan sendiri....berbahagialah kita yang mendapat petunjuk langsung........itu bukan ustadz kali.......dia baca Al-Qur`an tanpa membaca artinya..........dia membaca injil tanpa memperhatikan.........sungguh dangkal bila manusia berpegang hanya pada mimpi sedangkan pada saat tidur sunggu bila kamu tidak berdoa ke padanya sebelum tidur niscaya kamu tidak akan di jaga...........(ngingetin bagi yang udah lupa doa sebelum tidur)
 
emang misi kamu apaan bro, janganlah berakhir.!kita saling berbagi ilmu agama disini
 
/wah

jadi serem gw bacanya

waspadalah waspadalah
 
PENDETA YOSUA ADHIE, MTH. :
Mengaku Mantan Ustadz Pesantren
yosua_adhie.jpg

KESAKSIAN pendeta kelahiran Lamongan Jawa Timur tanggal 6 April 1982 ini sungguh spektakuler. Ia mengaku sejak kecil sampai dewasa dididik di lingkungan Islam, dari sekolah di Madrasah sampai lulus kuliah di perguruan tinggi Islam. Katanya, pada usia 16 tahun, Yosua sudah menjadi Ustadz yang mengajar di beberapa pondok pesantren sambil sekolah di SMA Islam. Tamat SMA, Yosua kuliah keperawatan di Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya tanpa menanggalkan tugasnya sebagai ustadz di pesantren. Profesi ini terus dilakoninya selama 7 tahun sampai bulan Desember 2003.

Pada tahun 2003, Yosua berkenalan dengan Pendeta Edhie Sapto di Lampung dalam sebuah acara natalan. Akidah Yosua guncang ketika Edhie menyampaikan khotbah menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an dan Bibel. Ia menyimpulkan, Bibel dan Kristen tidak ada bandingannya di muka bumi ini.

Usai kebaktian Natal, Yosua berdialog selama 30 menit dengan Edhie seputar perbandingan Islam dan Kristen. Setelah pertemuan itu, pada tidur malamnya Yosua mimpi bertemu seseorang yang mengatakan bahwa ia telah diselamatkan oleh Yesus Kristus.

Dua hari kemudian (29/12), Yosua mendatangi rumah Edhie di Bekasi. Resmilah ia menjadi Kristen sambil berguru teologi kepada Edhie. Betapa dangkalnya wawasan Islam Yosua. Sebagai orang yang mengaku pernah jadi ustadz pesantren selama 7 tahun, begitu gampangnya ia dikristenkan oleh Edhie tanpa perlawanan sama sekali dalam beberapa jam. Pengakuan Yosua bahwa ia pernah jadi ustadz pesantren patut diragukan kebenarannya.

Setelah kekristenannya mapan, Yosua dinobatkan sebagai Kepala SATT. Sisa-sisa dialeg Arab yang dimiliki Yosua dipertahankan bahkan dipelihara dalam rangka menarik umat Islam yang lain. Untuk menyalurkan bakatnya dalam hal mengajar, Yosua dimanfaatkan sebagai dosen baca-tulis huruf Arab di beberapa Sekolah Tinggi Teologi (STTT) di Jakarta.

Untuk memuluskan misinya, Yosua menerbitkan qasidah Arab yang berisi syair-syair tentang doktrin Kristen. Hanya orang awam saja yang tertipu qasidah ini.

Terang-terangan Yosua menyatakan bahwa qasidah ini diperuntukkan bagi semua umat beragama –termasuk Islam. Dalam pengantar album berdurasi 40 menit itu, Yoshua menyatakan: “Syukron Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yesus karena begitu besar kasih karunia-Nya sehingga album ini bisa terselesaikan dengan baik tanpa halangan suatu apapun…. Kami sangat berharap, dengan album bahasa Arab ini, bisa menjadi berkat untuk semua kalangan dan dapat dimengerti serta diterima oleh semua masyarakat. Selain daripada itu, dengan lagu bahasa Arab ini semoga bisa merubah paradigma masyarakat akan kekristenan secara benar.”

Merasa belum lengkap dengan sarana penginjilan yang ada, Yosua dan Edhie menerbitkan majalah Midrash Talmiddim sebagai corong misi kepada umat yang lebih luas. Di majalah ini, Yosua menempati posisi yang sangat menentukan, yakni Ketua Redaksi, sedangkan Edhie bertindak selaku Penasihat. Majalah ini kerap mendiskreditkan Allah, Nabi Muhammad dan Islam.

Akibat ulahnya yang membabi buta, Yosua terkena batunya. Salah seorang muslim yang dimurtadkan adalah murid seorang ustadz dari Madura. Dalam aksinya di jalan Kolonel Masturi Desa Gudangkahuripan Lembang, Bandung, Yosua dimartil kepalanya oleh Ustadz Arsyad (Pikiran Rakyat 5/12/2006; Tribun Jabar 12/12/2006).

Usai sudah petualangan kristenisasi Yosua. Sementara Ustadz Arsyad sulit dikonfirmasi karena sekarang masih ditahan polisi. Cita-citanya untuk menjaga akidah dibayar mahal dengan cap “teroris” yang harus mendekam di balik jeruji besi. Meski tak ada statemen apapun dari Ustadz Arsyad, namun kita bisa menangkap sinyal, “Wahai pendeta, stop pemurtadan dan penghujatan terhadap agama Islam, atau kukepruk kepalamu.”
Oleh karena itu, umat berharap penuh kepada aparat kepolisian agar bertindak cepat dan profesional terhadap segala ancaman stabilitas keamanan. Satu hal yang mudah memicu pertikaian sesama anak bangsa adalah gerakan kristenisasi dan pelecehan agama. Jika aparat tidak tegas dan kurang tanggap terhadap benih-benih konflik agama, maka umat tidak bisa berpangku tangan melihat kemungkaran dan kezaliman yang menodai agama dan Tuhannya.

Konflik agama hanya menyebabkan kerugian pada semua pihak. Stabilitas negara akan terganggu, wibawa kepolisian jelas tercoreng, para mujahid yang bercita-cita mulia ingin membela agama Allah akan dicap sebagai “teroris,” dan umat Kristen akan semakin tidak disukai oleh penganut agama lain lantaran label kristenisasi.

Peristiwa pembunuhan Pendeta Yosua tak boleh terulang lagi. Maka jangan ada lagi tindakan yang memancing-mancing masalah dengan mewajibkan murid-muridnya untuk memurtadkan umat Islam minimal 5 orang di Madura. mai, mag, hbj

Sumber : Majalah Tabligh


INI BENAR ADANYA,WA TAU MELALUI PENGAKUAN YOSHUA SENDIRI DIDALAM VCD DEBAT LINTAS AGAMA YG DIADAKAN SEBUAH FORUM.VCD INI BERISI DEBAT ANTARA 3 ORANG MURTAD YG TELAH MENJADI PDT DG 3 ORANG MUALAF YG TLH MENJADI PENCERAMAH DAN USTAD.TAPI MENGENAI SI YOSHUA DAH MATI WA BARU TAU NIH.THANKS INFONYA YA AKHI:) :)

NB:EDHI SAPTO ADALAH SEORANG MURTAD JUGA,DIA SEORANG MANTAN RESIDIVIS DIJAMAN REZIM SUHARTO,DIA JUGA TARGET PETRUS(PENEMBAK MISTERIUS)PADA ZAMAN ITU.SIALNYA NIH ORANG MALAH KETANGKEP SEBELUM DI TEMBAK MATI,YG AKHIRNYA MNJADI MURTAD.
KEMURTADAN EDI BERMULA DIDALAM PENJARA,KETIKA ITU DIA MERASA TDK ADA SEORANGPUN YG PEDULI PADA DIRINYA,BAHKAN SANAK SAUDARANYA JG G PEDULI.DIPENJARA EDI BERKENALAN DENGAN SEORANG KRISTEN,DARI SINILAH EDI MULAI BELAJAR TENTANG KRISTEN&akhirnya menjadi pemeluk agama itu(menurut pengakuan PDT.EDHIE SAPTO
Didalam vcd tsb)
 
KESESATAN DIMANA MANA Dan KENISTAAN DIMANA MANA....







inikah TANDA TANDA KIAMAT????
 
Ya Allah Selamat Kan Lah Aku, Keluarga, Dan Saudara2 Seiman Ku Dalam Agamu-mu
Tetapkan Lah Kami Semua Dalam Agamu-mu
Dan Matikan Lah Kami Dalam Keimanan Kepada-mu Dalam Keadaan Khusnul Khatimah..
Amiiiinn
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.