• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Keindahan di Balik Keangkeran Pulau Seraya

yan raditya

IndoForum Addict E
No. Urut
163658
Sejak
31 Jan 2012
Pesan
24.461
Nilai reaksi
72
Poin
48
HbcIp.jpg

Lautan sebening kaca terpancar ketika kapal-kapal yang membawa wisatawan makin mendekat ke Pulau Seraya Kecil, di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Selasa (14/8/2012). Gerombolan ikan mungil beraneka warna menari di antara terumbu karang. Elok nian suasana yang alami itu.

Sejumlah bintang laut terlihat beria-ria di dasar pantai dengan pasir yang putih bersih memesona. Seolah semua penghuni dasar laut kala itu memberi sambutan hangat kepada wisatawan yang datang.

Di pulau itu terdapat 18 bungalo bernuansa alami, dengan atap dari alang-alang, serta berdinding anyaman bambu. Alam sekitar Pulau Seraya memang sangat teduh dan bertambah indah dengan adanya bukit berhiaskan sabana.

Deretan pohon nyiur melambai-lambai di pinggir pantai yang berhiaskan hamparan pasir putih nan lembut. Embusan semilir angin membuat siapa pun di pulau itu akrab dengan alam.
Pulau Seraya Kecil, atau yang lebih akrab dikenal dengan Pulau Seraya, merupakan salah satu obyek wisata bahari unggulan di Manggarai Barat. Kabupaten ini mempunyai 162 pulau dengan keindahan taman laut yang memukau, salah satunya Seraya.

Pulau ini juga menjadi salah satu obyek wisata favorit, terutama bagi wisatawan asing yang berkunjung ke Manggarai Barat. Umumnya, tujuan utama mereka melihat reptilia purba, komodo (Varanus komodoensis), menyelam (diving), dan snorkeling.

”Pulau ini menyenangkan, indah, dan tenang. Kita dapat rileks di sini,” kata Remo Luftus, wisatawan asal Swiss, yang pertengahan Agustus silam berkunjung ke Pulau Seraya bersama tiga kawannya, Oli Fudlidus, Dave Arschkuss, dan Luki Hodus.

Mereka hari itu menghabiskan waktu dari pagi hingga siang dengan berbagai kegiatan, dari membaca buku, bernyanyi, memetik gitar, berjemur di pantai, berolahraga sambil bercanda ria, hingga berenang dan snorkeling.

Kondisi di Seraya memang sangat cocok untuk snorkeling. Ketika Kompas mencobanya memang ada sensasi tersendiri. Ketika laut surut, kita bahkan dapat berjalan ke tengah laut hingga radius sekitar 500 meter dari bibir pantai, tanpa khawatir tenggelam. Pasalnya, ketinggian permukaan air laut hanya setinggi paha orang dewasa.

Yang menggemaskan pula, ikan-ikan laut dengan warna cantik tak berlarian untuk bersembunyi ketika manusia mendekat. Kita juga dapat menyaksikan terumbu karang dengan berbagai bentuk dan warna yang menarik.
Relatif murah

Pulau ini boleh dikatakan layak menjadi referensi tempat berlibur. Letaknya tidak terlalu jauh dengan Kota Labuan Bajo. Dengan perahu motor dapat dijangkau hanya dengan sejam. Biaya sewa kapal pun relatif murah, yakni Rp 300.000- Rp 500.000 pergi-pulang (PP).

Bahkan kalau kita ingin menginap di bungalo, oleh pihak pengelola tidak dikenai biaya sewa kapal. Pengunjung hanya dikenai biaya kamar per malam Rp 250.000.

Soal asupan dan logistik, pengunjung juga tak perlu khawatir. Di pulau tersebut tersedia restoran yang melayani dari pagi hingga malam hari.

Rasanya ketika berlibur ke pulau ini tidak puas kalau hanya sehari. Apalagi biaya sewa kamar juga relatif murah.

Namun, jangan salah pula, karena kalau pengunjung ramai, pihak pengelola membatasi lama tinggal pengunjung untuk menginap.

”Kalau pengunjung banyak, kami hanya memberikan waktu menginap bagi pengunjung maksimal 3 hari. Kasihan pengunjung lain yang antre,” ujar Paulus Chung, pengelola bungalo Pulau Seraya.

Biasanya masa padat kunjungan itu pada bulan Juli-Agustus, terutama dari kalangan wisatawan asing.

Uniknya, pihak pengelola hanya akan menyalakan genset dari pukul 18.00-22.30 Wita. Maklum, tempat itu belum terjangkau jaringan listrik PLN.

”Pada pukul 22.30 genset kami padamkan karena umumnya wisatawan asing meminta itu, tak ada lagi aktivitas atau kegaduhan. Mereka ingin beristirahat dengan suasana tenang,” kata Paulus.

Di sisi lain, Pulau Seraya juga menyimpan kisah agak menyeramkan. Hal itu sebagaimana dituturkan oleh Andi Anwar (47), warga Pulau Seraya Kecil, yang tinggal di balik bukit dari bungalo berdiri.

”Dulu pulau ini dikenal sepi dan angker. Tidak ada orang yang berani tinggal di sini. Saya ke sini waktu itu berumur 11 tahun, diajak oleh almarhum ayah saya. Saat kami datang, baru ada tiga-empat rumah,” ungkap Andi.

Menurut Andi, awal mula yang singgah di pulau berpasir putih itu adalah para punggawa Bajo yang mencari ikan dan teripang. Mereka kemudian tinggal di pulau tersebut.

Keangkeran yang dimaksud, warga yang tinggal di situ dulu sering kerasukan roh halus. Untuk menyadarkannya harus dilakukan penyembelihan seekor kambing. Kepala kambing itu digantung di pohon asam yang tumbuh di tengah kampung itu.

Mase (almarhum), ayah Andi dari Sulawesi Tengah, yang dikenal memiliki kemampuan supranatural semacam tabib, lalu diminta tinggal di pulau tersebut guna menyembuhkan warga setempat yang sakit atau pun yang kerasukan roh jahat.

”Keunikan pulau ini juga mempunyai batu hias berwarna biru di dasar laut. Arus laut di perairan pulau ini pun tenang. Pada musim barat, yang terjadi umumnya angin saja yang kencang, gelombang pun relatif landai.

Antibom ikan
Masyarakat di sini juga memegang teguh aturan untuk tidak mencari ikan dengan potas atau bom ikan. Dengan demikian, lingkungan bawah laut di sini benar-benar lestari. ”Kami memancing di pinggir pantai saja mudah mendapat ikan,” kata Andi.

Seiring berjalannya waktu, dengan pertambahan penduduk dan kemajuan zaman, kini gangguan yang aneh-aneh seperti dulu tidak pernah ada lagi di Pulau Seraya. Yang tampak dan terasa di pulau ini hanyalah keindahan, keteduhan, dan ketenangan.

Yang lebih memuaskan lagi, biasanya pengunjung Pulau Seraya dalam perjalanan pulang ke Labuan Bajo, kapten kapal akan menawari untuk singgah di Pulau Bidadari, yang saat ini dikelola oleh warga Inggris, Ernest Lewan Dowsky.

Pulau Bidadari juga berpasir putih dan memiliki pemandangan bawah laut yang tak kalah menarik dengan Pulau Seraya.

Yang pasti, bagi Anda yang ingin menenangkan diri, berbulan madu, atau sekadar berlibur merilekskan diri dari segala rutinitas dan kepenatan, Pulau Seraya layak menjadi pilihan…
 
wahhh...cantik banget pulaunya.. apalagi bisa jalan sampe ketengah laut gitu... pengennnn kesanaaaa :">
 
manteeppppp....

pengen dh pengen :D :p
 
padahal indah bgt gt ea,.. kok bisa angker.. gimana ceritanya...
tempat seindah itu jadi angker...

jadi pengen kesana dan ngliat sendiri..
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.