• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Kapitalisme Ala Barat yg Tergilas Covid-19

Angela

IndoForum Addict A
No. Urut
88
Sejak
25 Mar 2006
Pesan
41.622
Nilai reaksi
23
Poin
0
Pembahasan mengenai struktur ekonomi, sosial & hubungannya dengan kehidupan kita tidak ada habis-habisnya dikaji selama roda peradaban tetap berputar.

Thread Ini Adalah sebuah suara lonceng dari kegelisahan kita semua, manusia & alam semesta ini.


Selamat Membaca





KETIKAwabah Covid-19 berjangkit & menyebar di wilayah Jabodetabek, tingkat kematian makin banyak. Kemudian Presiden Jokowi memutuskan mengeluarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar.

Implementasinya diserahkan pada Menteri Kesehatan. Yaitu Keputusan Presiden RI No. 11/2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Peraturan Pemerintah RI No. 21/2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.1/2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara & Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yg Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan.

Berbagai pengetatan dilakukan, phsycal distancing, dilarang berkerumun, bekerja, belajar & ibadah dari & di rumah. Kegiatan pemerintah, perkantoran, pendidikan, ibadah, perusahaan & kegiatan social budaya & olah raga dihentikan sementara.

Dampaknya semakin reil & menyedihkan. Semakin banyak pengangguran, tidak dapat bayar kontrakan akibatnya tidur di jalanan, trotar, emperan toko, & tempat tidak layak. Terjadi kemiskinan massal/bersama. Yang sangat menggelisahkan mereka terancam kelaparan.

Selama diberlakukan PSBB mereka dilarang pulang kampung/desa. Sejumlah orang ada yg sudah pulang kampung & lainnya distop di tengah jalan & diminta kembali ke tempat perantauan. Nasibnya semakin ngenes karena bekal hidup sudah ludes. Itulah akibat urbanisasi di tengah hantu belang Covid-19.

Urbanisasi, merupakan arus penduduk desa menuju perkotaan & pusat pertumbuhan ekonomi & industri semakin deras ketika pembanguann di berbagai sektor semakin massif tahun 1980-an, 1990-an & 2000-an. Tujuan urbanisasi khususnya ibukota atau Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, Bekasi & sekitar. Sekarang jumlah penduduk megapolitan Jabodetabek mencapai lebih 30 juta jiwa. Kemudian metropolitan Semarang, Surabaya, Medan, Batam, Makasar, dll.

Jabodetabek & metropolitan di Pulau Jawa tetap jadi magnet. Mereka meninggalkan desa & sektor pertanian sebagai penyedia komoditas yg diperlukan kota. Mereka mencari uang kontan secara cepat. Kota menjajikan hidup lebih baik.

Strategi Pembangunan Indonesia
Sesungguhnya Indonesia sudah menganut berbagai model pembangunan pedesaan, yakni model pertumbuhan ekonomi, model ekonomi politik & ketergantungan, model kesejahteraan, model yg tanggap kepada kebutuhan, model yg menyeluruh.

Pendekatan ini diungkap secara jelas oleh Prof. Solichin Abdul Wahab, MA, Ph.D (1991) dikutip dari John C. Ickis, Structural Responses to New Rural Development Strategies, in David C. Korten and Filipe B. Alfonso (editors), Bureaucracy and the Poor: Closing the Gap. Statement ini diperkuat para pakar, seperti Willian Collier, Gillian Hart, Rice, Mubyarto.

Pergeseran-pergeseran terus berlangsung mengikuti arus tuntutan masyarakat. Namun paradigma pertumbuhan & teknokrasi, yg diklaim dari konsep ekonom Inggris Maynard Keynes yg berkembang perdana kali tahun 1930-an terus berlanjut. Intinya perkembangnya ekonomi kapitalis & neo-kapitalis, bahkan erzat-kapitalis, seperti dikatakan Yahya A. Muhaimin, Bisnis & Politik Kebijaksanaan Ekonomi Indonesia 1950-1980 (1991).

Bahkan kini sudah berkembang pemikiran neo-Keynes (Keynesian), yg mana peran negara (state) dalam pengaturan ekonomi (economic regulation) semakin menguat. Utamanya pengaturan prosedur berbagai fasilitas pembangunan industri pertanian pedesaan diarahkan untuk kebutuhan pembangunan industri & kota, notabene ala kapitalis & komersialis. Dus, dapatlah ditegaskan, bahwa pembangunan di Indonesia & juga strateginya dengan begitu sudah bersifat urban bias, industrialization bias.

Istilah Urban Bias jadi semakin memasyarakat ketika Michael Lipton dengan bukunya Urban Bias (1977a) & Judith Hart (1977) saling mendiskusikan the genesis of ideologies of urban bias dalam kertas kerja tradisi klasik sebagai penerus ekonomi politik Marxian. Notion tersebut bermuara dari ide Sir James Stuart (1967) yg banyak mengulas rural-urban relations. Kemudian Adam Smith dalam Wealth of Nations (1776) membangun teori sectoral bias atau urban bias tersebut.

Mick Moore, Political Economy and the Rural-Urban Divide, 1767-1981, in John Harris and Mick Moore, eds., Development and the Rural-Urban Divide (1984) menulis, bahwa sektor industri & perkotaan lebih menguntungkan dalam investasi modal ketimbang sektor pertanian pedesaan.

Klaim Smith diperkuat Mick Moore, bahwa peranan pertanian akan memberikan surplus kepada pembangunan manufaktur kota, & division of labour & semua kemajuan teknik serta output pertumbuhannya adalah lebih akbar dalam manufaktur ketimbang pertanian.

Bagi Lipton memperluas ide-ide sebelumnya itu, urban bias model berimplikasi kepada kelesuan harga pertanian yg direkayasa, rendahnya harga itu justru diterima para patron/orang kaya perkasa, mendorong pola saving, investasi, income & konsumsi tidak adil, beban pajak semakin berat, kekuatan-kekuatan dalam masyarakat petani dikooptasi, negara memonopoli berbagai kegiatan, sebagaimana pendapat Frank Ellis.

Berkembangnya kapitalisme barat bukan sesuatu yg baru, sejak zaman Belanda & VOC-nya sudah banyak mempengaruhi struktur pertanian di Indonesia. Tahun 1920-an & 1930-an Boeke menceritakan berlangsungnya ekspansi kapitalisme barat atas ekonomi petani massif pribumi yg rentan.

Praktek-praktek eksploitasi kapitalisme atas petani mencapai puncaknya pada zaman yg disebut zaman perkebunan besar, yg menyebabkan shared poverty, economical stagnation di Jawa. Pandandan Boeke diperkuat MacCawley, eds., Indonesia: Dualism, Growth and Poverty, The Australian National University (ANU, 1980).

Ketika zaman Orde Baru kapitalisme pun berkembang dengan pesatnya. Dimana Richard Robinson, Yahya Muhaimin menulis perkembangan isme tersebut & menghebohkan penguasa domestik khususnya keluarga dekat Presiden di masa itu. Richard Robinson, Indonesia: The Rice of Capital (ANU, 1986), mengerjakan riset & mengeluarkan suatu laporan yg cukup detail dalam format buku.

Kecenderungan kearah kapitalisme diperkuat dengan ketentuan spesifik lembaga & negara donor seperti IMF, World, IGGI/CGI serta Amerika Serikat & Jepang. Syaratnya adalah harus dilaksanakan restrukturisasi & rehabilitasi ekonomi-politik, dijalankannya diregulasi, liberalisasi & kapitalisasi pembangunan di semua sektor (Harolh Crouch), implisit pembangunan pedesaan (pertanian) yg diwakili oleh revolusi hijau sangat bergantung pada kota & industri.

Semakin tahun ketergantungan Indonesia pada lembaga keuangan internasional & negara-negara maju semakin kuat, akibatnya terjerat hutang & impor berbagai komoditas semakin besar, seperti komiditas pertanian hingga peralatan kesehatan.

Kondisi sekarang, para pelaku urbanisasi ada yg sukses, & beberapa akbar hidup serba pas-pasan karena mereka bergerak sebagai pelaku sektor informal, buruh pabrik, kuli kasar, pemulung, tukang becak, pembantu rumah tangga, penjaga toko, tukang parkir, & lain-lain. Mestinya sektor informal jadi basis penguat ekonomi daerah & nasional. Meskipun secara bertahap Indonesia pernah jadi salah satu macan Asia.

Ketika wabah Covid-19 semakin klimaks mereka tidak memperoleh penghasilan. Sebelumnya ada kerja harian, kerja borongan & kerja bulan dengan upah di bawah UMR, kertika terkena PHK atau kegiatan produksi berhenti dampaknya hidup menggelandang. Hidup tanpa arah tujuan, hidup tanpa mimpi. Semuanya jadi buruk & gelap gulita.


Sumur : https://www.kedaipena.com/kapitalism...ilas-covid-19/

Silahkan di rate agan-aganwati
emoticon-Blue Guy Peace
Hari ini 21:22
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.