• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Jangan Masuk Pake Sandal

JakaLoco

IndoForum Beginner A
No. Urut
32015
Sejak
31 Jan 2008
Pesan
1.188
Nilai reaksi
19
Poin
38
Temen2 yg Hindu, aku maw ngasi informasi berharga nich supaya ketika kita beribadah di Pura, kita dinilai plus/lebih oleh Tuhan. Yg aku sampaikan di sini adalah ketelan pawecana (wahyu) Ida Sesuhunan ring Luhurin Dalem (aku gak main2) :
1. Jangan masuk Utama Mandala pake sandal. Pura sudah kita sucikan melalui Pedudusan Agung/Alit dan Pecaruan lalu sandal kita yg menginjak sesuatu misalnya kotoran hewan masuk ke Utama Mandala (kita yang membersihkan setelah itu kita kotori lagi) padahal kalo kita masuk ke dalam rumah sendiri kita melepas sandal dan membersihkan kaki dengan "WELCOME"..taruh sandal kita di Madya Mandala...
2. Ketika melakukan Panca Sembah gunakan bunga yang segar dan utuh(tidak cacat)..dianjurkan oleh Beliau bunga jepun Bali warna putih, cempaka putih, sandat..Beliau bersabda "Yening cacat keangkat cening..cacat sane katerima cening"..Beliau mengajarkan kalo kita menginginkan yg terbaik maka usahakanlah yg terbaik..
3. Jangan menggunakan bunga mitir..zaman dahulu kala (entah di India ato di Bali) ada orang bernama Sang Kalika yang atheis dan melarang umat manusia untuk memuja Hyang Siwa..Hyang Siwa marah dan membinasakan Sang Kalika dan darahnya dikutuk menjadi bunga mitir..karena itu bunga mitir tdk diperkenankan utk persembahyangan...
4. Ketika sembahyang di Pura jgn memakai busana(baju,kamen,udeng,saput,dll) yg berwarna poleng(hitam putih)..poleng artinya "purun nyelemin sane kabaos putih (berani menghitamkan putih)" secara eksplisit busana poleng artinya "aku tahu segalanya!"..baik sengaja ato gak, sadar ato kag, tahu ato gak..orang yg memakai busana poleng ketika sembahyang seungguhnya menyombongkan diri di hadapan Ida Sesuhunan...

Sekian informasi dari saya..Ida Sesuhunan jg bersabda "Sira ngangkat pemargi puniki ipun luwih (Barangsiapa yg melaksanakan tata aturan tersebut ia Kunilai lebih..)" dan saya sangat berkeinginan agar seluruh umat Hindu luwih
 
Matur suksma ring pewarah-pawarah Ida, ngiring sareng sami ngemargian!

Segala petunjuk dan larangan, mari kita laksanakan bersama!


Sedikit tambahan: Tata Cara Masuk Pura
Memperhatikan akan arti dan kesucian serta fungsi pura sebagai tempat ibadah umat Hindu, secara umum perlu diketahuan sebagai berikut:

1. Larangan masuk pura bagi:
  • Wanita dalam keadaan datang bulan, habis melahirkan dan habis gugur kandungan;
  • Dalam keadaan sedang tertimpa halangan kematian (sebel);
  • Tidak mentaati tata krama masuk pura;
  • Menderita noda- noda lain yang karena sifatnya dapat dianggap menodai kesucian pura;
  • Menodai kesucian pura (berpakaian tidak sopan, berhajat besar/ kecil, bercumbu, berkelahi, mencoret- coret bangunan/ pelinggih).
2. Hanya orang yang terkait langsung dalam suatu upacara / persembahyangan/ piodalan dan atau kegiatan pengayoman pura bersangkutan, diperkenankan masuk pura.

-oOo-
 
Yang pasti pada saat masuk pura: hati dan pikiran kita harus bersih....
 
Bentar2 mo nanya Utamanig mandala itu bagian mana sih,oh iya sama satu lagi madya mandala itu bagian mana?
 
Bentar2 mo nanya Utamanig mandala itu bagian mana sih,oh iya sama satu lagi madya mandala itu bagian mana?

Konsep Tri Mandala (tiga areal) yaitu:
  1. Utama Mandalanya adalah Parhyangan atau tempat suci;
  2. Madya Mandalanya adalah halaman tengah yang meliputi bangunan bale gong, bale kulkul, dan lumbung;
  3. Nista Mandalanya adalah areal luar Pura atau jaba atau pekarangan sebelum Madya Mandalanya.
Konsep Tri Mandala juga dipakai dalam menentukan areal suatu wilayah desa pekraman atau areal tempat tinggal yang kita kenal dengan Tri Hita Karana.

Tri Hita Karana adalah tiga sebab yang memberikan kebahagiaan, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama dan hubungan manusia dengan lingkungannya.

-oOo-
 
yang jadi pertanyaan kenapa di setiap upacara keagamaan yg dilaksanakan di pura sedikit orang yg melaksanakannya(untuk urusan bunga ma sandal)???? bahkan untuk urusan melepas sandal selama gw sembahyang ke pura ga ada satupun yg melepasnya.
apa kurang sosialisasi ato kurang pengetahuan ato apa yg jelas gw ga tau.
ato KOH NGOMONG???
 
yang jadi pertanyaan kenapa di setiap upacara keagamaan yg dilaksanakan di pura sedikit orang yg melaksanakannya(untuk urusan bunga ma sandal)???? bahkan untuk urusan melepas sandal selama gw sembahyang ke pura ga ada satupun yg melepasnya.
apa kurang sosialisasi ato kurang pengetahuan ato apa yg jelas gw ga tau.
ato KOH NGOMONG???

Saudara Bedoe, betul sekali, mungkin belum ada sosialisasi atau hal ini belum diketahui sama sekali.
Mengingat informasi ini disampaikan oleh saudara JakaLoco dan perlu disebarluaskan.

Dari beberapa pura yang mamasang papan pengumuman Tata Tertib Masuk Pura yang termuat seperti yang saya sampaikan diatas.

Hal ini semestinya tipertegas dengan memasukkan Larangan Menggunakan Alas Kaki.
 
simple tp mengena.
dr sisi logika,sangat masuk di akal.
mohon pencerahan dari sisi dasar hukum agamanya (khususnya ttg bunga gemitir,bunga jepun tanpa cacat&sandal)..

ketika memulai perubahan besar,mulailah dr yg kecil.
makanya mo sedikit melakukan perubahan tata cara masuk ke pure utk pure klrg dulu.

cuma kita yg masih muda akan bertemu dgn para penglingsir yg mungkin kurang bs menerima.makanya saya perlu pencerahan dr sisi dasar hukum agamamnya..hehehhe...
matur suksme..
 
Betul bro.....
Yen pura di jakarta n di luar bali lainnya (setau sy), alas kaki memang selalu dilepas sebelum masuk utama mandala. Kebiasaan ini memang sudah sejak lama dilakukan, tapi kenapa di bali belum ya!
Sepertinya harus mulai disosialisasikan, ada bagusnya semeton yang sudah biasa melepas alas kaki kalau masuk utama mandala (semeton sane merantau), mulai memeloporinya saat tangkil ke sebuah pura di bali.

@bro Jaka...
terimakasih sms pencerahannya
 
Salah satu pura di Bali yang sudah menerapkan aturan wajib melepas alas kaki sebelum masuk utama mandala adalah Pura Goa Gong.
...dan berharap di pura yang lain juga demikian.
 
Setuju,
Secara batin, tanpa alas kaki seolah napak pertiwi. Sejuk di telapak kaki, "hangat" di rasa. Secara lahiriah, rada was-was ketusuk semat bambu dan bahkan ketusuk staples trus berdarah-darah. Nah...staples ini yang sampe skr ga bisa diterima akal saya. Staples sbg ganti semat kok makin "ngetrend" aja (di Bali).
Solusinya,ya.... kembali ke bahan alam lalu masing-masing pamedek memungut kembali canang bekas pakai, natar pura jadi bersih, saluran air lancar, natar pura tidak becek, lalu lahir batin merasa nyaman tanpa alas kaki.
Salut untuk sameton Jakarta dan luar Bali lainnya yang udah bisa membangun disiplin menjadi kebiasaan.
 
@all

Terima kasih atas pendapat rekan2 semua..
kitalah yg mesti mempeloporinya(masuk ke Utama Mandala tanpa alas kaki)..
perlahan tapi pasti semeton2 di Pura Dalem (Kahyangan Tiga desa gw) mengikuti
sopan santun kami sebelum masuk Utama Mandala bahkan tanpa kami bicarakan,
kami memberi contoh dengan tindakan..hehehe..
Ingat piteket Ida Sesuhunan >> "Sira sane ngangkat pemargi puniki, ipun luwih!"
Gilaaaaa apa rekan2 semua gak maw disebut luwih oleh Ida Sesuhunan??
Ehm untuk dasar2 sastra agama emang gak ada yg nulisin sich,..
tapi ingat yg namanya agama itu ada unsur etikanya, jadi unsur etikanyalah yg mesti kita jabarkan kepada semeton Hindu yang lainnya bukan unsur sastranya,..
hehehehe....
 
adinda jaka lama ga jumpa.. nih

soal ga pake sandal masuk ke areal Pura itu ide yang bagus dan perlu dibiasakan dari sekarang, mulailah dari lingkungan terkecil aja dulu.
3 tahun yang lalu saya pernah tangkil ke Geria Ida Pedanda Made Gunung , ketika memasuki Merajan Beliau semua Sisya melepas sandal, lalu saya menerapkannya di rumah saya waktu masuk ke Pemerajan Alit.

soal tidak diperbolehkannya penggunaan bunga tertentu saya kira masih ada perbedaan, dulu di sebuah Purana (maaf saya lupa Purana yang mana) ada kisah yang menceritakan tentang dilarangnya penggunaan bunga cempaka untuk memuja Shiva.
mungkin kita perlu mengkaji lagi dari sumber sastra yang lain.
 
soal tidak diperbolehkannya penggunaan bunga tertentu saya kira masih ada perbedaan, dulu di sebuah Purana (maaf saya lupa Purana yang mana) ada kisah yang menceritakan tentang dilarangnya penggunaan bunga cempaka untuk memuja Shiva.
mungkin kita perlu mengkaji lagi dari sumber sastra yang lain.

kakanda sakradeva...
soal penggunaan bunga justru bunga cempaka sangat dianjurkan oleh Dewa Siwa..terus terang gw gak terlalu yakin ama ketepatan sastra agama yg mana penulis sastra itu sendiri sudah gak hidup..jadi kita gak bisa2 nanya2 ama doi..
tapi kalo gw sendiri berpegang teguh ama piteket Sesuhunan..tapi yah terserah kalian sendiri maw pake sekar mitir ato gak..yg penting sekar yg digunakan sempurna,harum,bersih, dan tidak layu...
 
iya juga ya, dulu waktu odalan di Bali. Saya masuk pura pakai sandal, terus sandalnya dijadiin alas duduk. Termasuk waktu sembahyang di pura keluarga. Kok beda ya sama di luar Bali. Kalau di luar Bali kayanya semua emang lepas sendal...

terus waktu odalan ( kayanya, saya lupa ada event apa maklum dari luar Bali) di pura rambut siwi. Sembahyang-nya cuma panca sembah... mungkin karena pura di Bali banyak kali ya.

Sama, kalau saya di luar bali itu tirta (habis panca sembah) yang dikasih itu 6 kali(3 buat minum, 3 buat cuci muka). Tapi waktu saya di Bali cuman 4 kali. Pas liat sebelah, 3 minum 1 buat cuci muka tapi diusap ke muka sebanyak 3 kali. Hehehehe.... cuman mau sharing doang.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.