• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Jalan/cara menuju Surga versi Buddhis !!!

lauzart

IndoForum Newbie A
No. Urut
14768
Sejak
27 Apr 2007
Pesan
273
Nilai reaksi
5
Poin
18
Empat Jalan Ke Surga
Di dunia ini ia bergembira, di dunia sana ia bergembira; pelaku kebajikan bergembira di kedua dunia itu. Ia bergembira dan bersuka cita karena melihat perbuatannya sendiri yang bersih. (Dhammapada I, 16)

Dalam Anguttara Nikaya IV, 288 disebutkan ada beberapa hal yang perlu dimiliki agar seseorang dapat hidup bahagia di dunia serta terlahir di surga setelah kehidupan ini.

Pertama, ia hendaknya memiliki keyakinan yang dalam Dhamma disebut sebagai Saddhasampada . Dalam bahasa sederhana, ia memiliki agama. Mengapa seseorang perlu memiliki agama? Karena agama inilah yang dapat dijadikan pegangan hidup. Apalagi bila seseorang mengenal Buddha Dhamma sebagai agamanya. Dhamma bukan hanya sekedar mengajarkan tata cara sembahyang, bukan pula hanya dengan mempercayai kepada Sang Buddha kemudian segalanya akan beres. Bukan demikian. Namun, Dhamma mengajarkan kepada umat manusia bahwa orang harus melakukan sesuatu. Menanam kebajikan tumbuh kebahagiaan, menanam kejahatan tumbuh penderitaan. Kalau seseorang ingin memperoleh kebahagiaan, tanamlah banyak kebajikan. Itulah yang menjadi keyakinan dalam Dhamma. Keyakinan kepada Buddha, keyakinan kepada Dhamma, keyakinan kepada Sangha, keyakinan pada Hukum Kamma yaitu keyakinan bahwa segala suka dan duka yang diterima adalah buah dari perbuatan yang telah pernah dilakukan sebelumnya. Dengan memiliki keyakinan ini, orang akan memperoleh ketenangan dalam menghadapi segala bentuk suka dan duka.

Setelah memiliki Saddhasampada , berikutnya seseorang hendaknya juga memiliki Silasampada yaitu mempunyai tekad untuk mengendalikan diri, paling tidak pada lima hal: tidak membunuh, tidak mencuri, tidak melanggar kesusilaan, tidak bohong dan tidak mabuk-mabukan. Apalagi kalau ia dapat melatih lebih banyak sila atau latihan kemoralan dengn melaksanakan delapan sila (atthasila) , atau bahkan mungkin menjadi samanera dengan sepuluh sila atau bahkan menjadi bhikkhu yang melaksanakan 227 sila.

Sebagai umat Buddha yang hidup dalam masyarakat, bisa juga ia melaksanakan lima sila setiap hari, namun pada pada hari-hari tertentu misalnya tanggal 1, 8, 15, dan 23 menurut penanggalan Imlek, ia dapat melatih delapan sila. Mungkin juga dapat menggunakan hari lahirnya yang seminggu sekali untuk melaksanakan delapan sila. Dengan melaksanakan sila atau kemoralan inilah yang lama kelamaan akan membuat seseorang lebih mampu mengendalikan dirinya sendiri.

Tentang pelaksanaan sila ini ada sebuah cerita. Terdapatlah sekelompok anak-anak yang dengan senangnya berlari kesana kemari. Apa yang membuat mereka berbahagia dan berseri-seri seperti itu? Anak-anak ini ternyata sedang bermain dengan capung. Mereka mengikat ekor capung itu dengan benang. Mereka membiarkan capung itu terbang dengan mengulur dan menarik benangnya sambil tertawa bahagia. Mereka ternyata berbahagia di atas penderitaan mahluk lain. Hal ini sungguh memprihatinkan. Kalau sejak kecil anak-anak tersebut sudah dibiasakan berbahagia di atas penderitaan mahluk lain seperti itu, maka bagaimana jadinya apabila mereka telah dewasa nantinya? Jadi, masalahnya bukan pada obyek permainannya yang berupa capung itu, melainkan pada mental anak yang suka menyakiti mahluk lain.

Bagaimana dengan pelaksanaan lima sila yaitu tidak melakukan pembunuhan, tidak mencuri, tidak melanggar kesusilaan, tidak berbohong dan tidak mabuk-mabukan? Ada orang yang mengetahui tentang lima latihan kemoralan ini lalu mengatakan bahwa sungguh sulit untuk menjadi seorang umat Buddha, membunuh nyamuk saja tidak boleh. Membunuh semut juga tidak boleh. Sebetulnya masalahnya bukan pada pembunuhan nyamuk, semut, kecoa ataupun mahluk yang lain. Bukan itu. Pelaksanaan sila atau kemoralan adalah sarana untuk mendidik agar orang tidak merasa bahagia terhadap penderitaan mahluk lain, sekalipun kepada mahluk kecil. Sebab, apabila seseorang dapat menghargai kehidupan mahluk yang kecil, maka ia pun cenderung bisa menghargai kehidupan makhluk yang lebih besar. Ia akan mampu menjaga diri agar tidak menyakiti makhluk lain. Inilah manfaat memiliki sila: hidup akan menjadi bahagia karena terbebas dari kesalahan dengan tidak menyakiti mahluk lain, tidak melakukan pembunuhan, tidak melakukan penganiayaan, dan setelah meninggalpun akan menyebabkan kebahagiaan karena ia akan terlahir di alam bahagia.

Sesudah memiliki Saddhasampada, Silasampada maka kualitas diri yang ketiga yang perlu dimiliki dalam melaksanakan Buddha Dhamma adalah mempunyai Cagasampada yaitu rasa ingin berbuat baik kepada makhluk lain. Kalau Silasampada adalah perilaku yang harus dijaga: tidak membunuh, tidak mencuri, tidak melanggar kesusilaan, tidak berbohong, tidak mabuk-mabukan. Sebaliknya Cagasampada adalah perilaku yang harus dikerjakan. Kalau tidak melakukan pembunuhan, apakah yang bisa dikerjakan? Mengasihi makhluk hidup. Kalau tidak mencuri, apakah yang dapat dikerjakan? Berdana. Kalau tidak melanggar kesusilaan, apakah yang harus dilakukan? Melakukan kebajikan. Kalau tidak berbohong, apakah yang harus dilakukan? Mengembangkan kejujuran. Kalau tidak mabuk-mabukan, apakah yang harus dilakukan? Mengembangkan meditasi. Jadi bukan hanya melaksanakan lima latihan yang tidak boleh dikerjakan saja, melainkan juga harus melakukan perilaku yang positif, sesuatu yang baik dan bermanfaat untuk makhluk lain.

Apabila seseorang telah memiliki keyakinan, kemoralan dan juga keinginan untuk selalu berbuat baik, maka ia akan selalu hidup berbahagia, kenapa? Karena orang di lingkungannya akan selalu menyukainya. Ia akan selalu mengabdikan hidupnya untuk kebajikan. Ia akan menjadi orang baik, jujur, bermanfaat untuk lingkungan, sehingga ketika meninggal pun dapat terlahir di alam bahagia.

Setelah memiliki Saddhasampada, Silasampada dan Cagasampada , maka kualitas diri yang keempat adalah Pannyasampada yaitu memiliki kebijaksanaan agar dapat mengetahui hal yang penting untuk dikerjakan juga mengetahui hal yang tidak boleh dikerjakan. Kadang orang mengalami kesulitan untuk melakukan pembedaan tersebut. Misalnya sebagai seorang pelajar, walaupun sedang masa ujian, ia justru melakukan hal yang tidak berhubungan dengan bahan ujian tersebut. Ia tidak belajar, malah pergi bermain sepanjang hari. Hal ini menunjukkan bahwa ia tidak memiliki Pannyasampada . Ia tidak mengetahui hal yang penting dan harus dikerjakan, dan hal yang tidak penting serta harus dihindarkan. Ada pula ibu rumah tangga yang tidak bisa menentukan sikap karena tidak ada kebijaksanaan ini. Ia kadang berpikir bahwa mencari hiburan lebih penting daripada mengurus keluarga.

Oleh karena itu, menurut Buddha Dhamma ada empat cara untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia ini maupun setelah kehidupan ini yaitu dengan memiliki keyakinan akan kebenaran Hukum Kamma, menjaga segala bentuk perilaku dan ucapan yang dapat menimbulkan kesalahan, bersemangat memberikan kebahagiaan kepada mahluk lain serta mempunyai kebijaksanaan agar dapat mengetahui hal yang harus dikerjakan dan hal yang harus ditinggalkan. Dengan memiliki kualitas diri yang demikian sebagai landasan perilaku hidupnya, maka orang akan hidup di dunia berbahagia dan ketika meninggal pun ia akan terlahir di alam surga. Inilah empat jalan menuju ke surga.

Memiliki dan melaksanakan keempat kualitas diri tersebut dalam kehidupan inilah yang menjadi tugas sebagai seorang umat Buddha agar dapat memenuhi kewajibannya sebagai calon jenazah, sehingga pada saatnya nanti apabila ia telah menjadi jenazah yang sesungguhnya, kebahagiaan akan menjadi miliknya.

Semoga dengan kekuatan dan kebaikan yang telah dilakukan, kita semua memperoleh kebaikan dan kebahagiaan. Semoga dengan upacara yang telah dilakukan pada saat ini, Almarhum Bapak Supangat akan memperoleh kebaikan dan kebahagiaan di kelahiran yang sekarang. Kepada keluarga yang ditinggalkan semoga juga dapat memperoleh kekuatan dan kebaikan. Semoga kita semua yang hadir di sini akan memperoleh kebahagian pula.

Semoga semua makhluk baik yang tampak maupun tidak tampak akan memperoleh kebaikan dan kebahagiaan sesuai dengan kondisi karmanya masing-masing.

Sabbe satta bhavantu sukhittata
dikutip dari Ceramah Bhante Uttamo
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.