• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Ingin Menonjolkan Diri

stanza

IndoForum Beginner E
No. Urut
44969
Sejak
31 Mei 2008
Pesan
441
Nilai reaksi
3
Poin
18
"Jadilah orang pintar, tetapi jangan merasa pintar". "Jadilah orang benar, tetapi jangan merasa benar". Kedua pepatah itu mengandung nasehat dan anjuran. Orang yang menghayati arti pepatah itu, kemudian menerapkannya dalam kehidupannya bermasyarakat, niscaya akan mendatangkan rasa tenteram bagi lingkungannya.
Keinginan seseorang untuk menunjukkan kemampuan dirinya adalah hal yang wajar, tetapi kadang- kadang yang muncul bukan sekadar menunjukkan kemampuannya, melainkan ingin menonjolkan dirinya kepada orang lain. Penonjolan diri dapat terwujud dalam beberapa bentuk, misalnya: merasa bahwa dirinya yang paling benar, paling pintar, paling bisa, paling dihargai, dan seterusnya. Sebagai contoh, kita dapat melihat penonjolan diri yang demikian dalam kehidupan orang- orang Farisi. Dirinya selalu ingin dipuji, merasa paling tinggi, paling saleh karena menguasai hukum Taurat, paling terhormat karena persembahan yang diberikannya. Lukas 18: 11- 12 menggambarkan dengan jelas sikap penonjolan diri orang- orang Farisi: "Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah, dan bukan seperti pemungut cukai ini, aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku".
Dengan membaca sederet kesombongan orang Farisi itu, kita diajarkan agar mawas diri dan merenungkan setiap perbuatan kita yang patut dilakukan dan diperagakan. To Show Only itulah yang kerap terjadi dalam kehiduoan setiap orang congkak. Menganggap diri memahami firman Tuhan, tetapi tingkah lakunya tidak mencerminkan firman itu. Merasa diri banyak memberi persembahan, tetapi bukan dari hatinya yang terdalam. Hal itu dilakukannya dengan suatu maksud ingin dipuji orang lain.
Kesombongan seperti yang diperankan orang Farisi itu, masih sering diperlihatkan orang Kristen pada saat ini. Nada kesombongan itu muncul dalam berbagai bentuk, dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bahkan tidak jarang di tengah- tengah pelayanan gereja. Bentuk- bentuk yang dimaksudkan misalnya, merasa paling berjasa, paling giat melakukan tugas, paling benar kalau berargumentasi, paling mampu dan menguasai segala sesuatu dan seterusnya.
Sebagai contoh, seorang murid ketika masih di SLA mendapat julukan "murid yang paling pandai" dalam kelasnya. Kepandaiannya sering dipuji- puji temannya. Tetapi, ketika dia mengikuti tes masuk perguruan tinggi negeri, ternyata nilainya hanya di bawah rata- rata, sehingga ia gagal memasuki perguruan tinggi tersebut. Apa yang diagung- agungkan, ternyata tidak berarti ketika ia harus berkopetisi dengan orang lain di luar lingkungan semula. Ternyata masih banyak orang lain yang lebih pintar dari dirinya. " Menjadi pintar adalah baik, tetapi jangan merasa diri paling pintar", kata- kata itu pantas untuk didengar dan dihayati, sehingga kesombongan akan menjadi teredam.
Satu contoh yang lain. Seorang bapak mempersalahkan istrinya atas kelalaiannya yang menyebabkan dia mengendarai mobil tanpa STNK. Bapak tersebut bermaksud mengikuti suatu pertemuan dengan mengendarai mobilnya. Tanpa memeriksa terlebih dahulu apakah STNK mobil ada di dalam dompetnya. Sepulang dari pertemuan, istrinya menyodorkan STNK mobil kepadanya. Ternyata istrinya--setelah memakainya--lupa untuk mengembalikannya ke dompet suaminya. Bapak itu segera menyalahkan istrinya atas kejadian itu, tanpa menyadari bahwa dirinya juga lalai dalam hal itu. Contoh itu memberi hikmah kepada kita bahwa apa yang kita anggap benar, ternyata belum tentu benar. Karena itu pepatah yang mengatakan, "menjadi orang benar memang baik, tetapi jangan merasa paling benar", pantas kita renungkan dan hayati.

Bukankah dalam kehidupan berjemaat kita juga perlu mendengar dan menghayati pepatah- pepatah itu? Kadang- kadang hal sepele dapat menjadi besar, soal- soal kecil dapat mengakibatkan perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat mengundang argumentasi yang pada akhirnya membuahkan perselisihan yang berkepanjangan. Kurang adanya rasa saling menghargai pendapat orang lain, mudah mengakibatkan perpecahan dalam tubuh pelayanan gereja. Merasa pendapat sendiri paling benar dan harus dijadikan hasil keputusan rapat, pada kenyataannya belum tentu benar. Masih banyak pendapat lain yang perlu didengar dan kemungkinan pendapat itu lebih baik dan benar. Seperti halnya seorang murid SLA yang kita sebut diatas merasa dirinya pintar, tetapi sebenarnya masih banyak murid lain yang lebih pintar dari dirinya.
Gaya dan penampilan orang Kristen dewasa ini masih ada yang meniru gaya hidup orang Farisi, dan rasanya tidak mudah untuk ditanggalkan. Gengsi dan prestise merupakan pangkal dan penyebab seseorang sulit menerima dan menghargai pendapat orang lain. Pada kenyataannya momok itu masih menjiwai ruang lingkup kehidupan orang Kristen. Pendapat pribadi yang belum tentu benar, tetapi karena diungkapkan oleh orang yang terpandang, akhirnya diterima sebagai suatu kebenaran. "Mengalah untuk menang", yang sering dikatakan sebagai tindakan yang bijaksana tidak pernah diterapkan.
" Manusia yang sombong akan direndahkan", demikian firman Tuhan dalam Yesaya 2: 11. Secara tidak langsung hal tersebut menunjukkan kepada jemaat Tuhan, kalau misi dan tugas gereja masih didominasi oleh orang- orang sombong, maka jemaat itu akan mengalami kemunduran. Kemunduran pelayanan berarti kegagalan gereja dalam mengemban tugas yang telah dipercayakan Tuhan kepada umat-Nya. Orang yang sombong pada hakikatnya akan mengalami kejatuhan. Dan, hal yang sama berlaku pula bagi jemaat masa kini, yang bersikap seperti orang Farisi.

Kemampuan seseorang dalam suatu bidang tertentu yang menjadi bakat dan kegemarannya, sebaiknya disalurkan pada wadah yang sesuai. Seorang pemuda yang senang mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, biarlah dia diarahkan kearena balap mobil agar tidak mengganggu di jalan raya yang dapat mengakibatkan kecelakaan bagi orang lain. Anak- anak sekolah yang gemar corat- coret dengan cat warna- warni, hendaklah disalurkan ke sebuah sanggar lukis agar mereka tidak mencoret-coret tembok orang lain. Orang yang sering berkelahi dan ingin menunjukkan kemampuannya kepada orang lain, hendaklah disalurkan di ring tinju, karate atau taekwondo. Banyak wadah yang tersedia untuk menampung bakat dan kegemaran setiap orang.
Tentunya akan muncul pergumulan kalau gereja ditemukan orang- orang yang sombong, yang menganggap dirinya paling dihargai, paling berkuasa, paling benar, dan tidak menghargai pendapat orang lain.
Bagaimana sikap kita terhadap orang- orang seperti itu? Kalau ada orang Kristen yang suka menyombongkan diri, itu menunjukkan bahwa hidup kekristenannya telah berubah arah. Ajaran Kristus untuk menghormati dan menghargai orang lain dengan penuh kasih telah diabaikan. Sikap- sikap demikian jelas tidak berkenan di hadapan Tuhan, karena Dia membenci orang yang bebal dan sombong.
Yesus sering mengecam gaya hidup orang Farisi yang penuh kesombongan. Dalam jemaat Tuhan saat ini, masih terlihat adanya salah wadah. Kesalahan yang berlarut- larut kalau dibiarkan akan menjadi kebiasaan. Kalau umat Tuhan tidak ditempatkan pada wadah yang benar, maka Ia akan mengecam umat-Nya. Untuk itu perlu adanya kesadaran akan peran kita yang benar, sesuai dengan ajaran Tuhan.
Gereja merupakan rumah Tuhan dan tempat persekutuan anak- anak Tuhan untuk bersama beribadah, mengucap syukur dan berdoa. Tuhan marah apabila gereja menjadi tempat berhimpunnya orang- orang yang masih mengandalkan keangkuhan dan kesombongan, sehingga kasih sejahtera Allah tidak tampak di dalamnya. Marilah , kita bersama- sama menempatkan gereja Tuhan sebagai tempat persekutuan umat yang setia dalam melaksanakan firman-Nya dengan penuh kerendahan hati. Injil Matius mengatakan: "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barang siapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu" ( Mat. 20: 26- 27 ).
 
sebenarnya menonjolkan diri itu ga salah...hanya kadang tidak pada tempatnya.
klo dlm kristiani...bisa di bilang sebagai kesombongan rohani..
dan hal ini sangat2 samar sekali...susah di bedakan..
malah klo kita mengetahuinya, kita malah minder2 gitu...aneh kan..??
tp bagus juga thread ini...sy salut buat sang TS..

GBU>

regards,

novert.
 
gmana caranya supaya bisa jadi rendah hati?
 
gmana caranya supaya bisa jadi rendah hati?

Milikilah kasih baik terhadap Tuhan maupun manusia :)


1 Kor 13:4 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.