miracle
IndoForum Beginner A
- No. Urut
- 6
- Sejak
- 22 Mar 2006
- Pesan
- 1.362
- Nilai reaksi
- 50
- Poin
- 48
Jakarta - Maling kartu kredit memang tak pandang bulu. Dirut BNI Sigit Pramono pun senasib dengan Deputi Gubernur BI Maulana Ibrahim yang nyaris jadi korban kejahatan kartu kredit.
"Tidak hanya Pak Maulana, saya juga pernah (jadi korban)," cerita Sigit kepada detikcom saat ditemui usai acara pemberian penghargaan penyelenggara Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) berbasis teknologi chip di Gedung Kebon Sirih, Jakarta, Rabu (23/8/2006).
Bayangkan, saat Sigit jelas-jelas sedang berada di Jakarta, ehh...kartu kreditnya 'jalan sendiri' dan sedang 'bertransaksi' di Hong Kong. Untunglah sang merchant di Hong Kong berinisiatif menelepon Sigit Pramono yang langsung meminta kartu kreditnya diblokir.
"Jadi waktu itu merchant-nya menelepon saya karena transaksi yang dilakukan itu cukup besar. Jadi saya minta langsung diblokir saja," cerita Sigit.
Namun sayang Sigit enggan memberi detail kapan kejadian dan apa jenis kartu kreditnya. "Yang pasti kejadiannya sebelum saya masuk ke BNI," ujarnya.
Bankir senior yang pernah dipuji oleh Wapres Jusuf Kalla sebagai 'bankir putih' itu pun mengakui kepintaran penjahat kartu kredit. "Dia melakukan transaksi yang kecil-kecil saja biasanya. Jadi tidak terlalu mencurigakan saat muncul di bill," ujarnya.
Sigit mengungkapkan, kebanyakan transaksi palsu kartu kredit hasil kloningan itu biasanya dilakukan di toko-toko elektronik dan tempat-tempat barang mahal.
Dengan penjahat kartu kredit yang makin canggih, mantan Dirut BII ini mengaku sangat mendukung penggunaan teknologi chip untuk alat pembayaran kartu. Namun sayang, BI telah memutuskan untuk menunda implementasi teknologi kartu chip hingga 2009, karena belum siapnya kalangan perbankan melakukan migrasi dari kartu magnetik ke kartu chip.
"Tidak hanya Pak Maulana, saya juga pernah (jadi korban)," cerita Sigit kepada detikcom saat ditemui usai acara pemberian penghargaan penyelenggara Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) berbasis teknologi chip di Gedung Kebon Sirih, Jakarta, Rabu (23/8/2006).
Bayangkan, saat Sigit jelas-jelas sedang berada di Jakarta, ehh...kartu kreditnya 'jalan sendiri' dan sedang 'bertransaksi' di Hong Kong. Untunglah sang merchant di Hong Kong berinisiatif menelepon Sigit Pramono yang langsung meminta kartu kreditnya diblokir.
"Jadi waktu itu merchant-nya menelepon saya karena transaksi yang dilakukan itu cukup besar. Jadi saya minta langsung diblokir saja," cerita Sigit.
Namun sayang Sigit enggan memberi detail kapan kejadian dan apa jenis kartu kreditnya. "Yang pasti kejadiannya sebelum saya masuk ke BNI," ujarnya.
Bankir senior yang pernah dipuji oleh Wapres Jusuf Kalla sebagai 'bankir putih' itu pun mengakui kepintaran penjahat kartu kredit. "Dia melakukan transaksi yang kecil-kecil saja biasanya. Jadi tidak terlalu mencurigakan saat muncul di bill," ujarnya.
Sigit mengungkapkan, kebanyakan transaksi palsu kartu kredit hasil kloningan itu biasanya dilakukan di toko-toko elektronik dan tempat-tempat barang mahal.
Dengan penjahat kartu kredit yang makin canggih, mantan Dirut BII ini mengaku sangat mendukung penggunaan teknologi chip untuk alat pembayaran kartu. Namun sayang, BI telah memutuskan untuk menunda implementasi teknologi kartu chip hingga 2009, karena belum siapnya kalangan perbankan melakukan migrasi dari kartu magnetik ke kartu chip.