• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

IF Bali

Iri dan Dengki!

DADA Rubag sesak membaca koran dan memirsa TV beberapa hari belakangan, tentang kerusuhan berdarah yang merenggut belasan nyawa di Desa Balinuraga, Lampung Selatan. Bentrok yang menurut Kapolri berdasar laporan anak buahnya, Kapolda Lampung, berawal dari masalah sepele berkembang menjadi kerusuhan massal. Ribuan orang penduduk Balinuraga harus mengungsi ke Sekolah Polisi Negara Kemiling dan Mapolres Lampung Selatan, meninggalkan rumah dan harta benda mereka yang dilalap api karena dibakar dan dirusak para penyerang yang konon berjumlah belasan ribu orang.

''Sangat ironis! Ketika beberapa stasiun televisi swasta nasional berusaha menayangkan acara apik untuk mengingatkan warga bangsa ini hakikat Sumpah Pemuda, lewat lagu-lagu perjuangan masa lampau, puisi, serta narasi ikhwal pentingnya persatuan dan kebersamaan, di Lampung Selatan justru terjadi kerusuhan berdarah mengerikan. Menurut Kapolda Lampung, Brigjen Pol. Jodie Rooseto, bentrok diawali dua gadis Desa Agom yang mengaku diganggu beberapa pemuda Desa Balinuraga, Sabtu (27/10) malam, sehingga jatuh dari sepeda motornya. Masalah itu sempat didamaikan kedua perangkat desa, namun keluarga kedua gadis tersebut tidak terima, lalu mencari pemuda yang dianggap mengganggu itu ke Desa Balinuraga. Konon kedatangan beberapa pemuda Desa Agom itu membuat bentrokan meletus, menyebabkan tiga orang pihak yang ngelebonin tewas. Ekses dari insiden itu, keesokan dan lusanya, Desa Balinuraga diserbu belasan ribu orang bersenjata tajam, ditengarai dari beberapa desa se-Kecamatan Kalianda. Akibatnya, sembilan warga Balinuraga tewas secara mengenaskan,'' tutur Rubag.

''Ini masalah serius dan pemerintah harus menyelesaikannya secara tuntas, karena ini bisa jadi masalah SARA, sebab kasus melibatkan etnis berbeda. Itu ucapan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam pertemuan dengan 50 pengajar muda yang tergabung dalam Program Indonesia Mengajar di kantor PMI Pusat, Jakarta Selatan. Dia juga menyayangkan bangsa Indonesia akhir-akhir ini sering menyelesaikan masalah dengan hukum rimba. Mereka mengadili sesamanya dengan cara sendiri tanpa melaporkan ke pihak keamanan. Perihal kerusuhan berdarah di Desa Balinuraga, Kalla bahkan bertanya, mengapa masyarakat langsung menindak masyarakat lainnya seperti mengira telah terjadi pelecehan? Padahal yang terjadi justru sebaliknya, mereka menolong gadis yang jatuh, tetapi dilaporkan berbeda dan dipercaya semua orang. Pendapat Jusuf Kalla ini, tidak jauh berbeda dengan apa yang kupikirkan, sejak membaca pemberitaan tentang kerusuhan berdarah itu. Bahkan, kuduga, ada sentimen terpendam seperti bom waktu yang menunggu saat terbaik untuk diledakkan,'' ujar Ardita.

''Soal sentimen, sejak awal menonton berita tentang itu di TV aku punya firasat! Malah setelah membaca syarat perdamaian termuat di internet, firasatku kian menampakkan diri jadi kenyataan. Pascakejadian, Rabu (31/10), Kapolda Lampung dan Danrem Garuda Hitam memediasi pertemuan untuk perdamaian bagi pihak-pihak yang bertikai di Lampung Selatan itu. Satu hal yang membuatku terkejut adalah pernyataan Kepala Desa Cungu, Kalianda, Irwan Erwandi. Seluruh elemen masyarakat Lampung Selatan, katanya, setuju dengan perdamaian namun dengan satu syarat. Syarat yang justru membuat pemrakarsa pertemuan itu serentak berujar ''tidak masuk akal''! Irwan seakan memegang mandat seluruh masyarakat Lampung Selatan meminta agar warga Balinuraga hengkang dari wilayah itu. Bahkan, mengusulkan agar pemerintah mentransmigrasikan Balinuraga ke Kalimantan. Gubernur Lampung berkilah, mereka adalah warga negara Indonesia. Mereka datang bukan untuk nyolong, mereka beli tanah dan sudah sekian tahun hidup di sini. Kapolda Lampung mengatakan syarat itu sangat berat dan menyatakan siap untuk mengundurkan diri. Danrem Garuda Hitam berpendapat, soal transmigrasi adalah urusan Presiden, apalagi mau memindahkan kampung,'' papar Purwacita.

''Kawanku Yudiarta, dulu saat jadi mahasiswa STSI kini ISI, sempat melakukan KKN bersama kawan-kawannya selama seminggu di Desa Balinuraga tahun 1995. Di sana, dia dan kawan-kawan membina tabuh dan tari Sekeha Gong Balinuraga. Meskipun singkat, namun dia tahu benar kehidupan dan aktivitas sehari-hari masyarakat, yang kebanyakan berasal dari Desa Batununggul, Nusa Penida, Bali itu. Mereka konon sangat rajin dan tekun menggarap pertanian dan perkebunan, juga tetap melaksanakan ritual sebagai umat Hindu dan melestarikan warisan kesenian para leluhurnya. Karena ulet dan punya semangat agar bisa hidup lebih baik daripada di tempat asalnya, rata-rata kondisi perekonomian masyarakat Balinuraga cukup mapan. Kita bisa lihat konstruksi rumah yang terlihat dilalap api di layar kaca, cukup permanen dan bagus kan? Aku jadi curiga bila sentimen yang kalian maksud, akibat kemapanan ekonomi itu. Sebab, tuntutan hengkang bagi orang sedesa, menurutku, adalah persyaratan tidak masuk akal dan mengada-ada. Aku sepaham dengan Gubernur Lampung itu!'' cetus Rimanta.

''Kecemburuan sosial yang tidak pada tempatnya. Seharusnya, mereka iri dan marah pada koruptor yang kaya karena mencuri uang negara dan rakyat! Jangan sirik pada orang yang sukses karena kerja keras dan memeras keringat! Memang untuk mencari alasan tepat buat pengusiran orang sekampung itu, sulit! Aku tidak menyalahkan kau curiga. Apalagi tidak ada sumber resmi yang bisa menjelaskan akar masalah secara faktual dan adil! Kalau membaca alasan Irwan Erwandi bahwa masyarakat Balinuraga telah berulang kali melakukan kesalahan, lalu siapa bisa menjamin bahwa kesalahan-kesalahan yang dimaksud bukan alasan mengada-ada, seperti sinyalemen Jusuf Kalla? Aku setuju pendapat mantan Wakil Presiden itu bahwa hukum rimba tidak sepatutnya dipakai menyelesaikan masalah! Apalagi dalam konstitusi secara jelas dinyatakan Indonesia adalah negara berdasar hukum, bukan main hakim sendiri, lalu membunuh, membakar rumah, dan mengusir orang dari tempat tinggalnya. Ada polisi, ada jaksa, dan ada pengadilan,'' pungkas Karsana.

''Kayak mengusir penjajah saja ya? Apa pun alasan mereka untuk mengusir warga Balinuraga yang sudah menetap puluhan tahun di desa itu, seharusnya pemerintah seturut bunyi pembukaan konstitusi, melakukan kewajibannya melindungi seluruh rakyatnya. Sayangnya, Presiden SBY lebih mementingkan pergi ke Inggris untuk menerima gelar ''kesatria'' daripada ke Lampung buat menenteramkan rakyatnya yang saling bunuh. Untung di Bali kita tidak memiliki rasa iri atau dengki pada para pendatang, yang jumlahnya kian banyak menyerbu pulau ini. Tidak sedikit di antara mereka yang ketika datang hanya dengan sandal jepit dan sebungkus pakaian, namun karena nasib dan hoki baik, dalam waktu singkat menjadi hartawan. Mereka mendiami lahan yang dulu sawah, ladang dan pinggiran kali, yang kini jadi perumahan elite. Seorang sulinggih yang sering tampil di TV melontarkan anekdot dalam dharma wacana-nya untuk menertawakan diri. Orang Bali jual tanah agar dapat beli sate dan bakso, tapi orang luar jual sate dan bakso agar bisa beli tanah, demikian guraunya. Meski guyonan itu membuat telinga dan hati panas, namun orang Bali tidak berusaha mencari kesalahan-kesalahan pendatang, sebab di sini ada petuah yang berbunyi, tan hana hwang swasta tinulus! Artinya, tidak ada manusia yang sempurna. Kalau mereka dianggap salah, kita pun belum tentu benar!'' kata Westa. (Aridus) *BP
 
Bali Terpilih Sebagai Pulau Terindah di Dunia

Perpaduan sawah yang berundak-undak, lembah, pesisir pantai dan gunung merupakan panorama alam yang menambah daya tarik Bali, di samping keunikan seni budaya yang diwarisi masyarakatnya secara turun temurun.
Bali adalah sebuah pulau reklatif kecil dengan luas 5.632,86 kilometer persegi atau 0,29 persen dari luas Nusantara, namun memiliki kelengkapan unsur, mulai dari empat danau, sungai, gunung dan kawasan hutan.
Keanekaragaman seni budaya serta kegiatan ritual yang kokoh dalam hidup keseharian masyarakat Pulau Dewata, selain menambah daya tarik menjadi inspirasi bagi seniman, termasuk orang asing untuk menghasilkan karya seni yang bermutu dalam bidang tabuh, tari, seni sastra, karya lukisan maupun untuk menulis buku.
Dengan demikian wisatawan mancanegara yang berulang kali menghabiskan liburan di Pulau Seribu Pura tidak pernah merasa bosan dan jenuh, karena selalu akan menemukan suasana baru serta atraksi yang unik dan menarik untuk dinikmati.
Atas kondisi Bali yang demikian itulah terpilih sebagai pulau terindah di dunia pilihan pembaca majalah Conde Nast Traveler Russia tahun 2013, mengalahkan banyak pilihan pulau-pulau cantik lainnya yang telah dikenal sebagai daerah tujuan berwisata.
“Pesona keindahan Pulau Bali tetap menjadi pilihan utama para turis asal Rusia, setelah pada 2012 juga masuk sebagai nominator pulau terbaik,” tutur Sekretaris I Pensosbud KBRI Moskow, Lailal K. Y.
Penganugerahan penghargaan pilihan pembaca Conde Nast Traveler Russia itu diterima Duta Besar RI untuk Rusia, Djauhari Oratmangun, didampingi Penangggung Jawab Fungsi Pensosbud KBRI Moskow, Yul Edison di gedung teater terkemuka di Kota Moskow, Senin (17/3).
Bali untuk meraih penghargaan paling bergengsi di tingkat dunia itu bersaing dengan sejumlah nominator pulau yang telah dikenal di dunia, yakni Phuket, Maladewa, Mauritius dan Yunani.
Dubes Djauhari Oratmangun mengatakan penghargaan yang diterima Bali kali ini tidak tidak lepas dari upaya berbagai pihak baik di Indonesia maupun di Rusia yang terus mempromosikannya kepada calon-calon turis potensial asal Rusia.
KBRI Moskow juga secara berkesinambungan melakukan promosi terhadap Pulau Bali dan objek-objek wisata lainnya di Indonesia kepada masyarakat Rusia.
“Penghargaan ini merupakan bukti bahwa Indonesia, terutama Pulau Bali, memang mampu memberikan ’5S’ kepada turis-turis Rusia yakni ‘Sun’, ‘Sea’, ‘Sand’, ‘Smile’, ‘Service’, ‘Scenery’, ditambah ‘Satisfaction’ apabila telah kembali,” ujarnya.
Hotel terbaik Bali selain menerima penghargaan sebagai Pulau terindah di dunia itu, salah satu sarana akomodasi yakni Hotel Mulia Bali, juga masuk sebagai nominator untuk hotel terbaik bagi keluarga pilihan pembaca namun sayangnya masih belum beruntung memenangkan kategori terbaik.
Majalah Conde Nast Traveler Russia rutin menyelenggarakan kegiatan “readers choice award” ini untuk mengetahui berbagai kategori wisata dan sarana pendukung yang disukai oleh masyarakat Rusia.
Conde Nast Traveler Russia sering memuat tulisan mengenai objek wisata di Indonesia, termasuk pada edisi summer 2013 yang khusus membawa Maria Sharapova berkunjung ke Yogyakarta. Laporan terkait hal itu dimuat dalam 14 halaman Conde Nast Traveler Russia, Spanyol dan China.
Guru Besar Universitas Udayana Prof Dr I Nyoman Darma Putra, M. Litt memberikan apresiasi terhadap prestasi Bali di tingkat internasional, yang selama ini juga pernah tampil sebagai pulau wisata terbaik di Asia dan di tingkat dunia.
Alumnus master University of Sydney dan jenjang doktor di University of Queensland, keduanya di Australia menyebutkan majalah pariwisata Travel and Leisure berdasarkan jajak pendapat dalam jaringan (online) di Amerika sebelumnya juga memberikan penghargaan kepada Bali secara berturut-turut.
Terakhir Bali mendapat prestasi sebagai “The Island Destination of the Year” dari majalah pariwisata terkemuka China, di samping masih banyak prestasi lainnya, di sela-sela berbagai berita negatif tentang Bali seperti serangan terorisme, sampah, kemacetan lalu lintas, dan pembangunan yang berlebihan di Pulau Dewata.
Penulis buku berjudul “Tourism, Development and Terorism in Bali” bersama Prof Michael Hitchcock (Inggris) menilai, semua prestasi yang diraih Bali merupakan hasil kolaborasi berbagai pihak di tingkat lokal, nasional, dan global.
Pria kelahiran Banjar Pandangsambian, Denpasar Barat, Kota Denpasar, 5 Desember 1961 itu menilai prestasi Bali dalam perkembangan pariwisata yang mencuat itu erat kaitannya dengan peran dan kolaborasi seniman (artis) dari barat, peneliti, sarjana, fotografer dan pembuat film.
Mereka datang dari berbagai negara di belahan dunia yang tinggal dan menetap di Bali untuk berkreativitas dengan kawan kreatif lokalnya. Pelukis dan seniman kelahiran Jerman, Walter Spies misalnya tidak saja melakukan riset untuk bukunya “Dance and Drama in Bali (co- authored by Berry de Zoete, edisi pertama 1938), juga secara kreatif mengembangkan tari kecak bersama seniman lokal I Wayan Limbak dari Bedulu, Gianyar.
Kecak “dance” kini banyak dipertontonkan untuk wisatawan. Hasil kolaborasi mereka itu menjadi garapan menarik bahkan menjadi ikon pariwisata budaya Bali.
Berkat orang asing Direktur Program Doktor Ilmu Agama Pascasarjana Institut Hindu Dharma Indonesia Neger (IHDN) Denpasar Dr I Ketut Sumadi menambahkan dikenalnya Bali oleh masyarakat dunia awalnya dipromosikan oleh orang asing.
Lewat tulisan, buku, karya seni, pementasan tabuh dan tari Bali ke berbagai negara di belahan dunia sejak 1930 jauh sebelum Indonesia merdeka mampu mencitrakan Bali hingga dikenal masyarakat mancanegara.
Miguel Covarrubias, seorang penulis, pelukis dan antropolog kelahiran Meksiko misalnya pada tahun 1930 atau 84 tahun yang silam sempat menetap di Bali dan menulis buku berjudul “Island of Bali”.
Walter Spies dan Miguel Covarrubias, dua warga negara asing yang “melarikan diri” dari Eropa pada perang dunia pertama bertemu di Bali yang akhirnya menemukan ketenangan dan kedamaian. Mereka lewat keahliannya masing-masing memperkenalkan pesona seni budaya dan tari Bali kepada dunia barat hingga akhirnya pariwisata Bali berkembang pesat seperti sekarang.
Oleh sebab itu orang Bali termasuk para pendatang dari luar Bali perlu memahami dengan baik tentang istilah cakra yadnya yang dalam implementasinya sejalan dengan konsep karma yoga dalam ajaran Agama Hindu yang dianut oleh warga desa adat (perkraman) di Pulau Dewata.
Karma yoga merupakan ajaran yang menuntun umat Hindu mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup melalui aktivitas kerja yang dilandasi hati suci dan tulus iklas. Oleh karena itu, aktivitas kepariwisataan yang berkembang pesat dan keagamaan sebagai suatu wujud kerja yang dilandasi dengan hati suci dan tulus ikhlas akan melahirkan kesejahteraan serta terjaganya religiusitas tanah Bali.
Sesuai konsep “Tri Hita Karana” (THK) hubungan yang harmonis dan serasi sesama manusia, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa yang melandasi kehidupan Desa Adat di Bali, maka penghasilan yang diterima dari pariwisata juga dimanfaatkan untuk kepentingan pelaksanaan ritual dan pemugaran tempat suci, sehingga makna religius tetap terjaga.
Warga desa adat di Bali kini tidak lagi dipusingkan oleh beban biaya untuk keperluan pelaksanaan ritual dan aktivitas sosial budaya yang telah ditetapkan sebagai daya tarik wisata yang mampu memperpanjang waktu tinggal wisatawan di Pulau Dewata. *Ketut Sumadi. AN-MB
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.