Di FA ada sebuah topik baru yg (tidak) menarik:
Hitler dan Katolik Roma
Mengapa saya mengatakan bahwa itu (tidak) menarik?
Mari kita mencoba membahas, walaupun mungkin tidak terlalu detail.
Sengaja saya tidak mau di FA karena memang saya mau membahasnya di Forum ini berdasarkan Ajaran, Iman dan Sejarah Gereja Katolik:
Tidak ada yg namanya The Secret History of The Jesuits!
Seandanya tulisan tersebut benar, pastilah para Jesuits sudah dihukum oleh pengadilan internasional!
Tidak ada yg namanya dokumentasi "the Secret History of The Jesuits"
SEorang Jesuit atau Ex Jesuit akan mengatakan: "Inilah Jesuit, ditakuti karena benar! sehingga banyak yg berusaha mendiskreditkan Jesuit! Sayang, usaha tersebut tidaklah berhasil"
Seorang Judas pun kagum kepada Gurunya, Yesus!
Penulis sudah mulai mengarahkan tuduhan palsu atas Para Paus.
Mari kita lihat yg dilakukan Paus, terutama Paus Pius XII yg pada saat terjadi holocaust menjadi Paus:
Rabbi Yahudi Israel Zoller (Zolli), seorang Rabbi Kepala kota Roma saat perang dunia II, berhasil menyelamatkan diri bersama umat Yahudi lainnya dari deportasi kaum Yahudi oleh Gestapo Jerman pada 1943. Beliau kala itu disembunyikan di Vatikan bersama yang lainnya. Dia bertemu dengan Paus Pius XII pada 25 Juni 1944. Pada 23 Juli beliau memberi sambutan kepada segenap umat Yahudi di Synagoga dan secara publik menyatakan terima kasih kaum Yahudi Roma kepada Paus Pius XII dan Gereja Katolik. Pada 13 February 1945, Rabbi Zolli bertobat dan dibaptis menjadi umat Katolik atas inisiatifnya sendiri. Sang baptisan baru mengambil nama Baptis "Eugenio" seturut orang yang dia kagumi, Paus Pius XII alias Eugenio Pacelli. Kata-kata sang Rabbi saat dia berada dalam lindungan Vatikan patut dikenang: "Tidak ada pahlawan yang lebih militan dan lebih dilawan [oleh yang jahat], tidak ada yang lebih heroik daripada Pius XII dalam mengerjakan karya kasih sejati!"
Pada 2005, Rabbi Yahudi David G. Dallin meluncurkan buku The Myth of Hitler's Pope: How Pope Pius XII Rescued Jews from the Nazis. Di buku ini Rabbi Dallin menyajikan secara ekstensif dokumen-dokumen dari berbagai negara dan dari arsip Gereja sendiri yang menunjukkan peran heroik Pius XII dalam menyelamatkan kaum Yahudi. Rabbi Dallin bahkan mengatakan bahwa Pius XII menyelamatkan lebih banyak kaum Yahudi daripada Oskar Schindler (tokoh film Schindler's List). Di buku itu juga disebut tokoh Yahudi lain yang mengagumi sang Paus heroik, antara lain: Rabbi Kepala Isaac Herzog dari Israel, Perdana Menteri Israel Golda Meir dan Moshe Sharett, dan Presiden pertama Israel Chaim Weizmann.
Berikut adalah sebuah artikel PonRen oleh Shirley Hadisandjaja
ORANG SAMARIA YANG BAIK: PENGHARGAAN BANGSA YAHUDI UNTUK PAUS PIUS XII
PONDOK RENUNGAN
VATIKAN
Inside the Vatican telah memberikan banyak tempat dalam halaman-halamannya untuk meliput debat-debat keras atas peranan Paus Pius XII pada masa perang dan tuduhan terhadap dirinya yang "diam" saat berhadapan dengan penganiayaan Nazi terhadap kaum Yahudi. Membaca karya Cavalli, sungguh mengejutkan mengetahui betapa berbeda opini kaum Yahudi pada umumnya terhadap Paus Pius XII dalam tahun-tahun peperangan dan setelahnya, daripada apa yang sering kita dengar saat ini.
Selama Perang Dunia II, banyak kaum Yahudi di dunia memiliki kesempatan menilai tindakan Paus Pius XII. Mereka mendengar perkataannya dan mengikuti setiap langkah-langkahnya. Bukannya melihat sebagai "Paus Hitler", kebanyakan kaum Yahudi justru menilai bahwa pernyataan-pernyata an publik Paus Pius XII secara langsung diarahkan menentang Nazi, dan bahwa ia dan pembantu-pembantuny a yang ada di wilayah kependudukan Nazi dan negara-negara Axis berusaha untuk menyelamatkan nyawa orang-orang Yahudi. Pujian-pujian yang luar biasa banyaknya yang pernah diterima oleh Paus Pius XII oleh kaum Yahudi menunjukkan bahwa tuduhan-tuduhan bahwa ia adalah seorang partner Nazi dan bahwa ia tidak peduli terhadap pembasmian kaum Yahudi merupakan hal yang tidak benar dan tidak adil bagi mereka yang secara dekat mengikuti karirnya.
Semua tuduhan-tuduhan yang mengatakan Paus Pius XII waktu itu Pro-Nazi sering kali didukung oleh keberadaannya di Jerman dari tahun 1917 s/d 1929 sebagai Papal Nuncio (Duta Besar Vatikan) dan peran nya langsung sebagai Sekretaris Negara dalam menegosiasikan Agreement antara Vatikan dengan Jerman tahun 1933. Fakta-fakta ini umumnya diketahui saat Kardinal Eugenio Pacelli diangkat sebagai Paus tanggal 2 Maret 1939. Bagaimana kaum Yahudi di seluruh dunia menyikapi pemilihan atas dirinya? Apakah mereka khawatir akan ikatannya sebelumnya dengan Jerman?
Tanggal 6 Maret 1939, editorial "Kepemimpinan untuk Perdamaian", surat kabar Palestina di Yerusalem berkata: "Pius XII telah menunjukkan bahwa ia hendak melanjutkan karya almarhum Paus Pius XI untuk Pembebasan dan Perdamaian.. ..kami meingatkan bahwa ia pasti telah memainkan sebuah peranan yang besar dalam perlawanan Kepausan terhadap teori-teori yang merusak ras dan aspek-aspek tertentu dari totalitarianisme. .."
Dalam memuji pengangkatan Kardinal Pacelli, Surat kabar 'the Jewish Chronicle' di London
tanggal 10 Maret mengutip sebuah pidato anti-Nazi yang ia sampaikan di Lourdes pada bulan April 1935 dan pernyataan-pernyata an yang bermusuhan tentang dirinya yang diterbitkan oleh media Nazi. "Menarik untuk mengingat... .tanggal 22 Januari 1939, surat kabar 'the Voelkischer Beobachter' menerbitkan gambar-gambar dari Kardinal Pacelli dan pejabat-pejabat Gereja lainnya dibawah sebuah judul: "Perlawanan di Vatikan terhadap Fasisme dan Sosialisme Nasional", seperti yang dikutip oleh the Jewish Chronicle.
Juga pada tanggal 10 Maret, 'the Canadian Jewish Chronicle' memohon kepada Kolega Para
Kardinal supaya menolak usaha-usaha Nazi untuk mempengaruhi pemilihan dan mencegah
Kardinal Pacelli menjadi Paus. "Rencana untuk mencuri 'Cincin Nelayan' telah sampai di asap putih," kata editorial itu.
Banyak organisasi-organisa si Yahudi juga menyatakan antusiasi mereka atas Paus yang baru. Menurut 'the Jewish Chronicle' di London (10 Maret), Vatikan menerima ucapan-ucapan Selamat dari "Komunitas Yahudi-Anglikan, Konsili Sinagoga Amerika, Kongres Yahudi Kanada dan Konsili Rabbi Polandia".
Keputusan Pius XII menunjuk Kardinal Luigi Maglione sebagai Sekretaris Negara Vatikan yang baru juga membawa reaksi-reaksi positif. Tanggal 16 Maret 1939 'Zionist Review' di London mengatakan bahwa penunjukkan Kardinal itu "menegaskan pandangan bahwa Paus yang baru bermaksud menjalankan sebuah kebijakkan anti-Nazi dan anti-Fasis."
Tentu saja, pernyataan-pernyata an demikian yang dibuat oleh surat kabar dan organisasi
Yahudi menunjukkan mereka menganggap Paus Pius XII yang baru diangkat adalah seorang teman dari demokrasi dan perdamaian, dan seorang musuh dari rasisme dan totalitarianisme. Peranan Kardinal Pacelli dalam menegosiasikan perjanjian dengan Nazi tidak menimbulkan kekhawatiran. Sebaliknya, banyak kaum Yahudi mengutip pidato-pidato anti-Nazi nya, dan peranannya sebagai Sekretaris Negara, yang membantu menerbitkan ensiklik anti-Nazi tahun 1937 'Mit brennender Sorge', dan banyaknya protes-protes yang muncul atas penganiayaan terhadap Gereja Katolik di Jerman.
Kurang dari dua bulan setelah PD II terjadi, tanggal 27 Oktober, Pius XII mengeluarkan surat ensiklik nya yang pertama, 'Summi Pontificatus' . Pada hari yang sama, Agen berita Telegraf Yahudi yang bermarkas di New York, yang sama dengan 'the Associated Press', melaporkan bahwa, "Kutukan yang tak berkualifikasi yang ditimpakan kepada Paus Pius XII atas teori-teori totalitarian, rasis dan materialistis pemerintah dalam surat esnsikliknya 'Summi Pontificatus' menimbulkan kekacauan yang mendalam...Meski telah diharapkan bahwa Paus akan menyerang ideologi-ideologi yang bertentangan dengan Gereja Katolik, sedikit pengamat yang memperkirakan betapa dokumen itu begitu lantang...."
Tanggal 26 Januari 1940, 'the Jewish Advocate' di Boston melaporkan, "Radio Vatikan pada minggu ini menayangkan sebuah pengaduan yang keras tentang kekejaman Jerman lainnya di negara Polandia di bawah penjajahan Nazi, menyatakan bahwa mereka menghina suara hati moral manusia." Mengasingkan Kardinal August Hlond dari Gnezo and Poznan asal Polandia yang telah memberikan laporan-laporan lengkap tentang penganiayaan Nazi terhadap Gereja di Polandia. Atas perintah Paus, Radio Vatikan memberitakan laporan-laporan Kardinal tersebut.
Halaman utama dari kisah itu mengutip tayangan Radio Vatikan yang mengatakan,
"Orang-orang Yahudi dan Polandia dikumpulkan ke dalam kampung konsentrasi terpisah,
dikunci dalam ruang kedap udara dan yang tidak layak untuk memenuhi jutaan jiwa yang
ditempatkan di sana." Tayangan ini juga penting karena memberikan konfirmasi tersendiri dari laporan-laporan media tentang kekejaman Nazi, yang mana sebelumnya dihentikan sebagai propaganda sekutu.
Juga pada tanggal 26 Januari, 'the Canadian Jewish Chronicle' menerbitkan sekilas berita
tentang Jacob Freedman, seorang penjahit di Boston. Tuan Freedman khawatir akan nasib saudara perempuan dan keponakannya di negara jajahan-Jerman Polandia. Ia menulis ke Menteri Negara dan Palang Merah, namun mereka tidak dapat memberikan informasi apapun. Tuan Freedman kemudian mencari pertolongan Paus Pius XII.
Beberapa bulan kemudian, Kardinal Maglione menginformasikan Tuan Freedman bahwa keluarganya masih hidup dan dalam kondisi baik di Warsawa. "Saya tidak tahu kata-kata yang tepat untuk menyatakan perasaan saya, bahwa mereka memberi perhatian kepada kami sementara masih banyak hal di dunia yang pantas mereka khawatirkan, " kata Mr. Freedman. "Saya rasa itu adalah sesuatu yang amat baik dan sangat menakjubkan. " Menurut buku Pinchas Lapide tahun 1967, 'Three Popes and the Jews', Kantor berita Vatikan telah membantu puluhan ribu kaum Yahudi menemukan keberadaan keluarga-keluarga mereka yang hilang di Eropa.
Pada bulan Maret 1940, Undang-undang anti-Semit berlaku di Italia, dan banyak warga Yahudi ditiadakan dari Pusat Pemerintahan, universitas- universitas dan banyak profesi pekerjaan lainnya. Menanggapi hal itu, Pius XII menunjuk beberapa pengajar Yahudi yang dipecat, termasuk Prof. Roberto Almagia, untuk bekerja di Perpustakaan Vatikan. Tanggal 29 Maret, 'Kansas City Jewish Chronicle mengatakan bahwa tindakan-tindakan Paus menunjukkan "ketidaksetujuannya atas Undang-Undang anti-Semit yang bersifat pengecut."
Tanggal 29 April 1941, sekelompok pengungsi Yahudi di kamp konsentrasi Italia berterimakasih kepada Pius XII setelah menerima kunjungan dari Uskup Francesco Borgognini-Duca, Duta Besar Vatikan untuk Italia. Para tahanan menulis bahwa kunjungan Duta Besar memberikan kepada mereka "keberanian baru untuk bertahan hidup," dan mereka menggambarkan Paus sebagai seorang "seseorang yang dipuja-puja yang telah membela hak-hak semua orang yang dirundung duka dan tak berdaya." (Actes, VIII, pp. 178-179).
Banyaknya pujian kepada Pius XII dimulai pada bulan Juli. "Tahap demi tahap terungkapkan bahwa kaum Yahudi telah dilindungi di dalam dinding-dinding Vatikan selama penjajahan Jerman di Roma," laporan 'Jewish News' di Detroit tanggal 7 Juli. Tanggal 14 Juli editorial di Congress Weekly, jurnal resmi dari Kongres Yahudi Amerika, menambahkan bahwa Vatikan juga menyediakan para pengungsi Yahudi dengan makanan halal.
Tanggal 21 Juli, Vatikan menerima telegram dari the National Jewish Welfare Board dan the World Jewish Congress. the National Jewish Welfare Board menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada Paus atas "pertolongan dan perlindungan yang diberikan kepada banyaknya warga Yahudi Italia oleh Vatikan..." (Actes, X, pp. 358-359). The World Jewish Congress juga mengakui "karya kemanusiaan noble" Vatikan kepada warga Yahudi Hungaria (Actes, X, pp. 359).
Deportasi Yahudi Hungaria menakutkan bagi Sekutu dan negara-negara netral. Komite Yahudi Amerika dan kelompok-kelompok Yahudi lainnya mengorganisir sebuah rally di Madison Square Park di Manhattan tanggal 31 Juli untuk memobilisasikan opini publik terhadap deportasi itu. Dalam pidatonya, Hakim Joseph Proskauer, kepala Komite, menyampaikan, "Kami telah mendengar... .betapa besar peranan Bapa Suci dalam keselamatan para pengungsi di Italia, dan kami tahu dari sumber-sumber yang terpercaya bahwa Paus yang agung ini telah mengulurkan tangannya yang melindungi dan kuat untuk membantu himpitan dari Hungaria."
Dengan Roma yang bebas, Paus terus-menerus menyalami serdadu Sekutu. Selama satu pertemuan, ia memberkati seorang serdadu Yahudi berasal dari Palestina dalam bahasa Hebrew. Dalam Congress Weekly tanggal 20 Oktober 1944, Elias Gilner mengemukakan arti yang besar dalam kejadian itu. Gilner menulis bahwa berkat Paus itu "menjadi sebuah tindakan yang tak terlupakan, sebuah pesan kebaikan yang mendalam, sebuah pernyataan dari semangat Kristiani yang tertinggi." Gilner menambahkan bahwa Pius XII dengan berkatnya itu juga memulai sebuah "tahap baru" dalam hubungan Katolik-Yahudi.
Pujian-pujian kepada Paus Pius XII dari kaum Yahudi terus berlangsung setelah perang di Eropa berakhir. Tanggal 22 April 1945, Moshe Sharrett, calon Menteri Luar Negeri dan Perdana Menteri Israel mengirimkan sebuah laporan atas pertemuannya dengan Paus kepada Pemimpin dari Agen berita Yahudi. Sharrett menulis bahwa "tugas pertama saya adalah berterimakasih kepadanya, dan melalui dia, kepada Gereja Katolik, atas nama masyarakat Yahudi, untuk semua yang telah mereka lakukan di berbagai negara untuk menyelamatkan warga Yahudi, menyelamatkan anak-anak, dan masyarakat Yahudi pada umumnya." (Lapide, pp. 225-226).
Dalam sebuah artikel untuk Commentary (Nopember 1950), pengajar Perancis dan yang selamat dari Holocaust, Leon Poliakov mendiskusikan tindakan Vatikan selama perang. Poliakov mengatakan bahwa Vatikan selama Holocaust kembali kepada "tradisi abad pertengahan" dalam melindungi warga Yahudi dari penganiayaan negara. "Tidak diragukan lagi bahwa perintah-perintah rahasia keluar dari Vatikan mendorong gereja-gereja nasional untuk terlibat dalam menolong warga Yahudi dengan segala cara yang memungkinkan, " tulis Poliakov. Kenyataannya, menurut edisi ke 6, 8, 9 dan 10 dari Actes, perintah-perintah ini dikirim kepada banyak perwakilan diplomatik Vatikan.
Paus Pius XII wafat pada tanggal 8 Oktober 1958. Banyak organisasi dan surat kabar Yahudi di seluruh dunia menangisi kepergiannya, dan mengenang usaha-usahanya selama masa perang untuk menyelamatkan warga Yahudi. Di PBB, Golda Meir, Perdana Menteri Israel, berkata, "Saat kemartiran yang menakutkan mendatangi warga kami dalam dekade teror Nazi, suara Paus diangkat untuk para korban. Hidup kita dikayakan oleh sebuah suara yang berbicara dengan lantang tentang kebenaran moral yang besar di atas keributan konflik sehari-hari. " The Zionist Record (Oktober 17) di Afrika Selatan menerbitkan pidato pujian Meir bersamaan dengan penghargaan- penghargaan dari orgasnisasi- organisasi Yahudi kepada almarhum Paus.
"Para pengikut dari segala bentuk kepercayaan dan partai-partai akan mengingat bagaimana Pius XII menghadapi tanggung-jawab dari tugasnya yang tinggi dengan keberanian dan devosi," kata the Jewish Chronicle di London tanggal 10 Oktober. "Sebelum, selama dan setelah Perang Dunia II, ia dengan tak henti menyampaikan pesan perdamaian. Berhadapan
dengan kekejaman Nazisme, Fasisme dan Komunisme, ia terus-menerus manyatakan nilai-nilai kebaikan dari kemanusiaan dan kasih."
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak surat kabar dan majalah-majalah Katolik telah dengan tekun membela reputasi Paus Pius XII. Sejarawan Holocaust Sir Martin Gilbert mengenali Vatikan sebagai salah satu pemerintah Eropa yang melindungi Yahudi. Prof. William Rubinstein mengatakan dalam bukunya The Myth of Rescue (1997), "tanggungjawab atas Holocaust terletak hanya dan seluruhnya pada Adolf Hitler, SS dan kaki tangan mereka, dan tidak pada yang lainnya," mewakilkan sebuah perjalanan kembali kepada alasan.
Semakin banyak orang saat ini mengakui bahwa Paus Pius XII bertindak sebagai orang Samaria yang baik selama Perang Dunia II. Saat Paus tidak dapat mencegah awal sebuah peperangan, dengan segera ia membaktikan diri meringankan penderitaan fisik dan rohani dari korban-korban tak berdosa yang tak terhitung jumlahnya tanpa memandang ras atau iman mereka. Seperti yang dikatakan oleh almarhum Pastor Robert Graham, S.J., "banyaknya penghargaan- penghargaan yang diterima oleh Paus dari masyarakat Yahudi di seluruh dunia adalah sebuah saksi baik atas usaha-usahanya dan karakternya. "
(diterjemahkan oleh Shirley Hadisandjaja, DARI SUMBER: Inside the Vatican (Catholic Magazine)tahun 2000 yaitu Komunikasi Urbi et Orbi bulan Oktober 2000 halaman 72-77.
Untuk mempelajari lebih jauh berikut link2 yg layak dibaca:
Bukti bahwa GK bukan dalang holocaust:
http://www.raoulwallenberg.net/?en/about/releases/815.htm
http://www.croatianhistory.net/etf/jews.html
http://www.gerejakatolik.net/forum/list.htm
http://members.aol.com/cmcginmd/PiusXII_Holocaust.htm
http://www.ratzingerfanclub.com/PiusXII/
http://www.catholic.org/featured/headline.php?ID=4047
http://www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/biography/pius.html
http://www.piusxiipope.info/papacy.htm
http://www.catholic.com/library/HOW_Pius_XII_PROTECTED_JEWS.asp
Sebenarnya ada buku bahwa Hitler terinspirasi oleh Martin Luther, sayang linknya tidak ada: Martin Luther: Hitler’s Spiritual Ancestor
Terakhir:
Mengutip Silvio Ascoli yang keluarganya selamat berkat Pius XII: "Aku bukan orang yang percaya, aku tidak ke Gereja, tapi kalau aku berhadapan dengan Pius XII, aku menemukan diriku sendiri jatuh berlutut, karena kalau aku dan anak-anakku masih ada, kami berhutang kepada Pius XII [atas hal itu]."
Semoga kita semua tidak terprovokasi sejarah yg tidak benar tentang Gereja Katolik, dan mulai mencoba melihat-lihat kembali sejarah yg banyak diputar balikkan!
Salam
Jebling
Hitler dan Katolik Roma
Mengapa saya mengatakan bahwa itu (tidak) menarik?
Mari kita mencoba membahas, walaupun mungkin tidak terlalu detail.
Sengaja saya tidak mau di FA karena memang saya mau membahasnya di Forum ini berdasarkan Ajaran, Iman dan Sejarah Gereja Katolik:
Kelihatan sekali bahwa orang ini sangat anti terhadap Ordo Jesuit.Para Jesuit telah mempersiapkan Perang Dunia II secara rahasia dan Hitler adalah mesin perang yang dibentuk dan dibiayai oleh Vatikan untuk menaklukkan dunia demi KeKatolikan Roma. Hitler, Mussolini, dan Franco merupakan pahlawan bagi iman Katolik Roma. Mereka dirancang untuk menang dan menaklukkan dunia, dan membentuk kerajaan seribu tahun bagi Paus. Di belakang layar, para Jesuit mengatur Gestapo. Semuanya ini didokumentasikan dalam ‘The Secret History of The Jesuits’.
Tidak ada yg namanya The Secret History of The Jesuits!
Seandanya tulisan tersebut benar, pastilah para Jesuits sudah dihukum oleh pengadilan internasional!
Tidak ada yg namanya dokumentasi "the Secret History of The Jesuits"
SEorang Jesuit atau Ex Jesuit akan mengatakan: "Inilah Jesuit, ditakuti karena benar! sehingga banyak yg berusaha mendiskreditkan Jesuit! Sayang, usaha tersebut tidaklah berhasil"
Nah benarkan, banyak yg kagum kepada Ordo Jesuit!Hitler sendiri menyatakan, ”Saya belajar banyak dari Ordo Jesuit. Sampai sekarang, tidak satupun di dunia ini yang lebih besar daripada organisasi gereja Katolik. Saya kagum dengan organisasi ini dan menerapkannya dalam kehidupan partai saya.”
Seorang Judas pun kagum kepada Gurunya, Yesus!
Nah ini dia........
Hitler adalah seorang yang setia kepada Vatikan. Dia berjanji untuk “mencekik” para anti-paus. Mereka (Pius XI, Pius XII, Hitler) mengirimkan kaum liberal dan orang Yahudi ke kamp konsentrasi. Nasib bangsa Yahudi sudah ditentukan (oleh Hitler): dibunuh atau disuruh bekerja sampai kehabisan tenaga kemudian dibinasakan.
..... dst.....
Penulis sudah mulai mengarahkan tuduhan palsu atas Para Paus.
Mari kita lihat yg dilakukan Paus, terutama Paus Pius XII yg pada saat terjadi holocaust menjadi Paus:
Rabbi Yahudi Israel Zoller (Zolli), seorang Rabbi Kepala kota Roma saat perang dunia II, berhasil menyelamatkan diri bersama umat Yahudi lainnya dari deportasi kaum Yahudi oleh Gestapo Jerman pada 1943. Beliau kala itu disembunyikan di Vatikan bersama yang lainnya. Dia bertemu dengan Paus Pius XII pada 25 Juni 1944. Pada 23 Juli beliau memberi sambutan kepada segenap umat Yahudi di Synagoga dan secara publik menyatakan terima kasih kaum Yahudi Roma kepada Paus Pius XII dan Gereja Katolik. Pada 13 February 1945, Rabbi Zolli bertobat dan dibaptis menjadi umat Katolik atas inisiatifnya sendiri. Sang baptisan baru mengambil nama Baptis "Eugenio" seturut orang yang dia kagumi, Paus Pius XII alias Eugenio Pacelli. Kata-kata sang Rabbi saat dia berada dalam lindungan Vatikan patut dikenang: "Tidak ada pahlawan yang lebih militan dan lebih dilawan [oleh yang jahat], tidak ada yang lebih heroik daripada Pius XII dalam mengerjakan karya kasih sejati!"
Pada 2005, Rabbi Yahudi David G. Dallin meluncurkan buku The Myth of Hitler's Pope: How Pope Pius XII Rescued Jews from the Nazis. Di buku ini Rabbi Dallin menyajikan secara ekstensif dokumen-dokumen dari berbagai negara dan dari arsip Gereja sendiri yang menunjukkan peran heroik Pius XII dalam menyelamatkan kaum Yahudi. Rabbi Dallin bahkan mengatakan bahwa Pius XII menyelamatkan lebih banyak kaum Yahudi daripada Oskar Schindler (tokoh film Schindler's List). Di buku itu juga disebut tokoh Yahudi lain yang mengagumi sang Paus heroik, antara lain: Rabbi Kepala Isaac Herzog dari Israel, Perdana Menteri Israel Golda Meir dan Moshe Sharett, dan Presiden pertama Israel Chaim Weizmann.
Berikut adalah sebuah artikel PonRen oleh Shirley Hadisandjaja
ORANG SAMARIA YANG BAIK: PENGHARGAAN BANGSA YAHUDI UNTUK PAUS PIUS XII
PONDOK RENUNGAN
VATIKAN
Inside the Vatican telah memberikan banyak tempat dalam halaman-halamannya untuk meliput debat-debat keras atas peranan Paus Pius XII pada masa perang dan tuduhan terhadap dirinya yang "diam" saat berhadapan dengan penganiayaan Nazi terhadap kaum Yahudi. Membaca karya Cavalli, sungguh mengejutkan mengetahui betapa berbeda opini kaum Yahudi pada umumnya terhadap Paus Pius XII dalam tahun-tahun peperangan dan setelahnya, daripada apa yang sering kita dengar saat ini.
Selama Perang Dunia II, banyak kaum Yahudi di dunia memiliki kesempatan menilai tindakan Paus Pius XII. Mereka mendengar perkataannya dan mengikuti setiap langkah-langkahnya. Bukannya melihat sebagai "Paus Hitler", kebanyakan kaum Yahudi justru menilai bahwa pernyataan-pernyata an publik Paus Pius XII secara langsung diarahkan menentang Nazi, dan bahwa ia dan pembantu-pembantuny a yang ada di wilayah kependudukan Nazi dan negara-negara Axis berusaha untuk menyelamatkan nyawa orang-orang Yahudi. Pujian-pujian yang luar biasa banyaknya yang pernah diterima oleh Paus Pius XII oleh kaum Yahudi menunjukkan bahwa tuduhan-tuduhan bahwa ia adalah seorang partner Nazi dan bahwa ia tidak peduli terhadap pembasmian kaum Yahudi merupakan hal yang tidak benar dan tidak adil bagi mereka yang secara dekat mengikuti karirnya.
Semua tuduhan-tuduhan yang mengatakan Paus Pius XII waktu itu Pro-Nazi sering kali didukung oleh keberadaannya di Jerman dari tahun 1917 s/d 1929 sebagai Papal Nuncio (Duta Besar Vatikan) dan peran nya langsung sebagai Sekretaris Negara dalam menegosiasikan Agreement antara Vatikan dengan Jerman tahun 1933. Fakta-fakta ini umumnya diketahui saat Kardinal Eugenio Pacelli diangkat sebagai Paus tanggal 2 Maret 1939. Bagaimana kaum Yahudi di seluruh dunia menyikapi pemilihan atas dirinya? Apakah mereka khawatir akan ikatannya sebelumnya dengan Jerman?
Tanggal 6 Maret 1939, editorial "Kepemimpinan untuk Perdamaian", surat kabar Palestina di Yerusalem berkata: "Pius XII telah menunjukkan bahwa ia hendak melanjutkan karya almarhum Paus Pius XI untuk Pembebasan dan Perdamaian.. ..kami meingatkan bahwa ia pasti telah memainkan sebuah peranan yang besar dalam perlawanan Kepausan terhadap teori-teori yang merusak ras dan aspek-aspek tertentu dari totalitarianisme. .."
Dalam memuji pengangkatan Kardinal Pacelli, Surat kabar 'the Jewish Chronicle' di London
tanggal 10 Maret mengutip sebuah pidato anti-Nazi yang ia sampaikan di Lourdes pada bulan April 1935 dan pernyataan-pernyata an yang bermusuhan tentang dirinya yang diterbitkan oleh media Nazi. "Menarik untuk mengingat... .tanggal 22 Januari 1939, surat kabar 'the Voelkischer Beobachter' menerbitkan gambar-gambar dari Kardinal Pacelli dan pejabat-pejabat Gereja lainnya dibawah sebuah judul: "Perlawanan di Vatikan terhadap Fasisme dan Sosialisme Nasional", seperti yang dikutip oleh the Jewish Chronicle.
Juga pada tanggal 10 Maret, 'the Canadian Jewish Chronicle' memohon kepada Kolega Para
Kardinal supaya menolak usaha-usaha Nazi untuk mempengaruhi pemilihan dan mencegah
Kardinal Pacelli menjadi Paus. "Rencana untuk mencuri 'Cincin Nelayan' telah sampai di asap putih," kata editorial itu.
Banyak organisasi-organisa si Yahudi juga menyatakan antusiasi mereka atas Paus yang baru. Menurut 'the Jewish Chronicle' di London (10 Maret), Vatikan menerima ucapan-ucapan Selamat dari "Komunitas Yahudi-Anglikan, Konsili Sinagoga Amerika, Kongres Yahudi Kanada dan Konsili Rabbi Polandia".
Keputusan Pius XII menunjuk Kardinal Luigi Maglione sebagai Sekretaris Negara Vatikan yang baru juga membawa reaksi-reaksi positif. Tanggal 16 Maret 1939 'Zionist Review' di London mengatakan bahwa penunjukkan Kardinal itu "menegaskan pandangan bahwa Paus yang baru bermaksud menjalankan sebuah kebijakkan anti-Nazi dan anti-Fasis."
Tentu saja, pernyataan-pernyata an demikian yang dibuat oleh surat kabar dan organisasi
Yahudi menunjukkan mereka menganggap Paus Pius XII yang baru diangkat adalah seorang teman dari demokrasi dan perdamaian, dan seorang musuh dari rasisme dan totalitarianisme. Peranan Kardinal Pacelli dalam menegosiasikan perjanjian dengan Nazi tidak menimbulkan kekhawatiran. Sebaliknya, banyak kaum Yahudi mengutip pidato-pidato anti-Nazi nya, dan peranannya sebagai Sekretaris Negara, yang membantu menerbitkan ensiklik anti-Nazi tahun 1937 'Mit brennender Sorge', dan banyaknya protes-protes yang muncul atas penganiayaan terhadap Gereja Katolik di Jerman.
Kurang dari dua bulan setelah PD II terjadi, tanggal 27 Oktober, Pius XII mengeluarkan surat ensiklik nya yang pertama, 'Summi Pontificatus' . Pada hari yang sama, Agen berita Telegraf Yahudi yang bermarkas di New York, yang sama dengan 'the Associated Press', melaporkan bahwa, "Kutukan yang tak berkualifikasi yang ditimpakan kepada Paus Pius XII atas teori-teori totalitarian, rasis dan materialistis pemerintah dalam surat esnsikliknya 'Summi Pontificatus' menimbulkan kekacauan yang mendalam...Meski telah diharapkan bahwa Paus akan menyerang ideologi-ideologi yang bertentangan dengan Gereja Katolik, sedikit pengamat yang memperkirakan betapa dokumen itu begitu lantang...."
Tanggal 26 Januari 1940, 'the Jewish Advocate' di Boston melaporkan, "Radio Vatikan pada minggu ini menayangkan sebuah pengaduan yang keras tentang kekejaman Jerman lainnya di negara Polandia di bawah penjajahan Nazi, menyatakan bahwa mereka menghina suara hati moral manusia." Mengasingkan Kardinal August Hlond dari Gnezo and Poznan asal Polandia yang telah memberikan laporan-laporan lengkap tentang penganiayaan Nazi terhadap Gereja di Polandia. Atas perintah Paus, Radio Vatikan memberitakan laporan-laporan Kardinal tersebut.
Halaman utama dari kisah itu mengutip tayangan Radio Vatikan yang mengatakan,
"Orang-orang Yahudi dan Polandia dikumpulkan ke dalam kampung konsentrasi terpisah,
dikunci dalam ruang kedap udara dan yang tidak layak untuk memenuhi jutaan jiwa yang
ditempatkan di sana." Tayangan ini juga penting karena memberikan konfirmasi tersendiri dari laporan-laporan media tentang kekejaman Nazi, yang mana sebelumnya dihentikan sebagai propaganda sekutu.
Juga pada tanggal 26 Januari, 'the Canadian Jewish Chronicle' menerbitkan sekilas berita
tentang Jacob Freedman, seorang penjahit di Boston. Tuan Freedman khawatir akan nasib saudara perempuan dan keponakannya di negara jajahan-Jerman Polandia. Ia menulis ke Menteri Negara dan Palang Merah, namun mereka tidak dapat memberikan informasi apapun. Tuan Freedman kemudian mencari pertolongan Paus Pius XII.
Beberapa bulan kemudian, Kardinal Maglione menginformasikan Tuan Freedman bahwa keluarganya masih hidup dan dalam kondisi baik di Warsawa. "Saya tidak tahu kata-kata yang tepat untuk menyatakan perasaan saya, bahwa mereka memberi perhatian kepada kami sementara masih banyak hal di dunia yang pantas mereka khawatirkan, " kata Mr. Freedman. "Saya rasa itu adalah sesuatu yang amat baik dan sangat menakjubkan. " Menurut buku Pinchas Lapide tahun 1967, 'Three Popes and the Jews', Kantor berita Vatikan telah membantu puluhan ribu kaum Yahudi menemukan keberadaan keluarga-keluarga mereka yang hilang di Eropa.
Pada bulan Maret 1940, Undang-undang anti-Semit berlaku di Italia, dan banyak warga Yahudi ditiadakan dari Pusat Pemerintahan, universitas- universitas dan banyak profesi pekerjaan lainnya. Menanggapi hal itu, Pius XII menunjuk beberapa pengajar Yahudi yang dipecat, termasuk Prof. Roberto Almagia, untuk bekerja di Perpustakaan Vatikan. Tanggal 29 Maret, 'Kansas City Jewish Chronicle mengatakan bahwa tindakan-tindakan Paus menunjukkan "ketidaksetujuannya atas Undang-Undang anti-Semit yang bersifat pengecut."
Tanggal 29 April 1941, sekelompok pengungsi Yahudi di kamp konsentrasi Italia berterimakasih kepada Pius XII setelah menerima kunjungan dari Uskup Francesco Borgognini-Duca, Duta Besar Vatikan untuk Italia. Para tahanan menulis bahwa kunjungan Duta Besar memberikan kepada mereka "keberanian baru untuk bertahan hidup," dan mereka menggambarkan Paus sebagai seorang "seseorang yang dipuja-puja yang telah membela hak-hak semua orang yang dirundung duka dan tak berdaya." (Actes, VIII, pp. 178-179).
Banyaknya pujian kepada Pius XII dimulai pada bulan Juli. "Tahap demi tahap terungkapkan bahwa kaum Yahudi telah dilindungi di dalam dinding-dinding Vatikan selama penjajahan Jerman di Roma," laporan 'Jewish News' di Detroit tanggal 7 Juli. Tanggal 14 Juli editorial di Congress Weekly, jurnal resmi dari Kongres Yahudi Amerika, menambahkan bahwa Vatikan juga menyediakan para pengungsi Yahudi dengan makanan halal.
Tanggal 21 Juli, Vatikan menerima telegram dari the National Jewish Welfare Board dan the World Jewish Congress. the National Jewish Welfare Board menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada Paus atas "pertolongan dan perlindungan yang diberikan kepada banyaknya warga Yahudi Italia oleh Vatikan..." (Actes, X, pp. 358-359). The World Jewish Congress juga mengakui "karya kemanusiaan noble" Vatikan kepada warga Yahudi Hungaria (Actes, X, pp. 359).
Deportasi Yahudi Hungaria menakutkan bagi Sekutu dan negara-negara netral. Komite Yahudi Amerika dan kelompok-kelompok Yahudi lainnya mengorganisir sebuah rally di Madison Square Park di Manhattan tanggal 31 Juli untuk memobilisasikan opini publik terhadap deportasi itu. Dalam pidatonya, Hakim Joseph Proskauer, kepala Komite, menyampaikan, "Kami telah mendengar... .betapa besar peranan Bapa Suci dalam keselamatan para pengungsi di Italia, dan kami tahu dari sumber-sumber yang terpercaya bahwa Paus yang agung ini telah mengulurkan tangannya yang melindungi dan kuat untuk membantu himpitan dari Hungaria."
Dengan Roma yang bebas, Paus terus-menerus menyalami serdadu Sekutu. Selama satu pertemuan, ia memberkati seorang serdadu Yahudi berasal dari Palestina dalam bahasa Hebrew. Dalam Congress Weekly tanggal 20 Oktober 1944, Elias Gilner mengemukakan arti yang besar dalam kejadian itu. Gilner menulis bahwa berkat Paus itu "menjadi sebuah tindakan yang tak terlupakan, sebuah pesan kebaikan yang mendalam, sebuah pernyataan dari semangat Kristiani yang tertinggi." Gilner menambahkan bahwa Pius XII dengan berkatnya itu juga memulai sebuah "tahap baru" dalam hubungan Katolik-Yahudi.
Pujian-pujian kepada Paus Pius XII dari kaum Yahudi terus berlangsung setelah perang di Eropa berakhir. Tanggal 22 April 1945, Moshe Sharrett, calon Menteri Luar Negeri dan Perdana Menteri Israel mengirimkan sebuah laporan atas pertemuannya dengan Paus kepada Pemimpin dari Agen berita Yahudi. Sharrett menulis bahwa "tugas pertama saya adalah berterimakasih kepadanya, dan melalui dia, kepada Gereja Katolik, atas nama masyarakat Yahudi, untuk semua yang telah mereka lakukan di berbagai negara untuk menyelamatkan warga Yahudi, menyelamatkan anak-anak, dan masyarakat Yahudi pada umumnya." (Lapide, pp. 225-226).
Dalam sebuah artikel untuk Commentary (Nopember 1950), pengajar Perancis dan yang selamat dari Holocaust, Leon Poliakov mendiskusikan tindakan Vatikan selama perang. Poliakov mengatakan bahwa Vatikan selama Holocaust kembali kepada "tradisi abad pertengahan" dalam melindungi warga Yahudi dari penganiayaan negara. "Tidak diragukan lagi bahwa perintah-perintah rahasia keluar dari Vatikan mendorong gereja-gereja nasional untuk terlibat dalam menolong warga Yahudi dengan segala cara yang memungkinkan, " tulis Poliakov. Kenyataannya, menurut edisi ke 6, 8, 9 dan 10 dari Actes, perintah-perintah ini dikirim kepada banyak perwakilan diplomatik Vatikan.
Paus Pius XII wafat pada tanggal 8 Oktober 1958. Banyak organisasi dan surat kabar Yahudi di seluruh dunia menangisi kepergiannya, dan mengenang usaha-usahanya selama masa perang untuk menyelamatkan warga Yahudi. Di PBB, Golda Meir, Perdana Menteri Israel, berkata, "Saat kemartiran yang menakutkan mendatangi warga kami dalam dekade teror Nazi, suara Paus diangkat untuk para korban. Hidup kita dikayakan oleh sebuah suara yang berbicara dengan lantang tentang kebenaran moral yang besar di atas keributan konflik sehari-hari. " The Zionist Record (Oktober 17) di Afrika Selatan menerbitkan pidato pujian Meir bersamaan dengan penghargaan- penghargaan dari orgasnisasi- organisasi Yahudi kepada almarhum Paus.
"Para pengikut dari segala bentuk kepercayaan dan partai-partai akan mengingat bagaimana Pius XII menghadapi tanggung-jawab dari tugasnya yang tinggi dengan keberanian dan devosi," kata the Jewish Chronicle di London tanggal 10 Oktober. "Sebelum, selama dan setelah Perang Dunia II, ia dengan tak henti menyampaikan pesan perdamaian. Berhadapan
dengan kekejaman Nazisme, Fasisme dan Komunisme, ia terus-menerus manyatakan nilai-nilai kebaikan dari kemanusiaan dan kasih."
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak surat kabar dan majalah-majalah Katolik telah dengan tekun membela reputasi Paus Pius XII. Sejarawan Holocaust Sir Martin Gilbert mengenali Vatikan sebagai salah satu pemerintah Eropa yang melindungi Yahudi. Prof. William Rubinstein mengatakan dalam bukunya The Myth of Rescue (1997), "tanggungjawab atas Holocaust terletak hanya dan seluruhnya pada Adolf Hitler, SS dan kaki tangan mereka, dan tidak pada yang lainnya," mewakilkan sebuah perjalanan kembali kepada alasan.
Semakin banyak orang saat ini mengakui bahwa Paus Pius XII bertindak sebagai orang Samaria yang baik selama Perang Dunia II. Saat Paus tidak dapat mencegah awal sebuah peperangan, dengan segera ia membaktikan diri meringankan penderitaan fisik dan rohani dari korban-korban tak berdosa yang tak terhitung jumlahnya tanpa memandang ras atau iman mereka. Seperti yang dikatakan oleh almarhum Pastor Robert Graham, S.J., "banyaknya penghargaan- penghargaan yang diterima oleh Paus dari masyarakat Yahudi di seluruh dunia adalah sebuah saksi baik atas usaha-usahanya dan karakternya. "
(diterjemahkan oleh Shirley Hadisandjaja, DARI SUMBER: Inside the Vatican (Catholic Magazine)tahun 2000 yaitu Komunikasi Urbi et Orbi bulan Oktober 2000 halaman 72-77.
Untuk mempelajari lebih jauh berikut link2 yg layak dibaca:
Bukti bahwa GK bukan dalang holocaust:
http://www.raoulwallenberg.net/?en/about/releases/815.htm
http://www.croatianhistory.net/etf/jews.html
http://www.gerejakatolik.net/forum/list.htm
http://members.aol.com/cmcginmd/PiusXII_Holocaust.htm
http://www.ratzingerfanclub.com/PiusXII/
http://www.catholic.org/featured/headline.php?ID=4047
http://www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/biography/pius.html
http://www.piusxiipope.info/papacy.htm
http://www.catholic.com/library/HOW_Pius_XII_PROTECTED_JEWS.asp
Sebenarnya ada buku bahwa Hitler terinspirasi oleh Martin Luther, sayang linknya tidak ada: Martin Luther: Hitler’s Spiritual Ancestor
Terakhir:
Mengutip Silvio Ascoli yang keluarganya selamat berkat Pius XII: "Aku bukan orang yang percaya, aku tidak ke Gereja, tapi kalau aku berhadapan dengan Pius XII, aku menemukan diriku sendiri jatuh berlutut, karena kalau aku dan anak-anakku masih ada, kami berhutang kepada Pius XII [atas hal itu]."
Semoga kita semua tidak terprovokasi sejarah yg tidak benar tentang Gereja Katolik, dan mulai mencoba melihat-lihat kembali sejarah yg banyak diputar balikkan!
Salam
Jebling