• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Hindu di Bali Masa Lalu, Kini dan Mendatang

Namaste,
Coba baca artikel di Media Hindu edisi Januari 2010.
Pendapat seorang pandit/yogi bule tentang Pulau Bali.
Diantaranya ditulis tentang masih kuatnya vibrasi spiritual Pulau Bali meskipun dihantam terus oleh hegemoni industri pariwisata dan menjadi 'melting point' para pendatang dengan segala atribut kehidupan dan budayanya.

AHIMSA,
menolak semua bentuk kekerasan riil dan virtuil
 
Bro jika membaca dari sumber ini, yang menyebutkan:

"Due to the strength of their tapas, the four Kumaras appear to be mere children, though they are of great age. Jaya and Vijaya, the gate keepers of the Vaikuntha interrupted Kumaras at the gate, thinking them to be children. They also tell the Kumaras that Sri Vishnu is resting and that they cannot see him now. The enraged Kumaras replied Jaya and Vijaya that Vishnu is available for his devotees any time. and cursed both the keepers Jaya and Vijaya, that they would have to give up their divinity, be born on Earth, and live like normal human beings. Vishnu appears before them and gatekeepers requested vishnu to lift the curse of the Kumaras. Vishnu says curse of Kumaras cannot be reverted. Instead, he gives Jaya and Vijaya two options. The first option is to take seven births on Earth as a devotee of Vishnu, while the second is to take three births as his enemy. After serving either of these sentences, they can re-attain their stature at Vaikuntha and be with him permanently. Jaya and Vijaya cannot bear the thought of staying away from Vishnu for seven lives. As a result, they choose to be born three times on Earth even though it would have to be as enemies of Vishnu.
In the first life they were born as Hiranyakashipu and Hiranyaksha. Vishnu takes the avatar of Varaha to kill Hiranyaksha, and the Narasimha avatar to kill Hiranyakasipu. In the second life, they were born as Ravana and Kumbhakarna, being defeated by Rama avatar as depicted in the great Hindu epic Ramayana during the Treta Yuga. Finally, in their third life, they were born as Sishupala and Dantavakra during the time of Krishna also part of the great Mahabharata epic which took place during the Dwapara Yuga."

Yang disebutkan diatas bahwa Hiranyakashipu adalah penjelmaan dari penjaga gerbang di Vaikunthala....., jadi makna-nya bagaimana ya bos????
apakah ini merupakan skenario besar Tuhan????

Apa ada makna yang bisa dipertik dari cerita ini.....:-/

Konsep Rwa Bhineda sepertinya belum menjawab skenario Tuhan secara gamblang ya bro???

Saya kurang begitu paham dengan konsep ini, mungkin bro bisa mengulasnya dan nanti saya coba kaitkan dengan cerita diatas,....:)

Suksma bro,

Konsep Rwa Bhineda sepertinya belum menjawab skenario Tuhan secara gamblang ya bro???

Saya kurang begitu paham dengan konsep ini, mungkin bro bisa mengulasnya dan nanti saya coba kaitkan dengan cerita diatas,....:)

Suksma bro,

ck, tau sendiri bukan bagaimana sederhana sekali pemikiran saya melalui tulisan2 saya?? Mengenai Rwa Bhineda, intinya adalah suatu keseimbangan. Mari berpikir secara sederhana terlebih dahulu:

1. Coba bayangkan jika di dunia ini isinya semuanya biasa2 saja. Tidak ada bahaya, penyakit, penjahat, dan lain sebagainya. Manusia akan mulai melupakan yang maha kuasa atas diri mereka. Untuk mengingatkan mereka atas kuasa Tuhan, maka diciptakankanlah berbagai warna dalam ranah kehidupan ini. Supaya manusia senantiasa ingat kepada sang pencipta :)

2. Coba bayangkan jika di dunia ini isinya semua penjahat, kekacauan, keributan, dan lain sebagainya. Maka manusia akan melupakan penciptanya dan tidak akan pernah ada rasa syukur.

Sederhana bukan???

Akan tetapi, coba ingat2 kembali apa yang pernah teman kita katakan mengenai pesan2 moral para asura.....

By: Vasm

Inspirasi Positif diatas dualitas baik dan buruk

Murid yang bijak adalah murid yang menjadikan seluruh isi kitab sebagai
inspirasi rohani, inspirasi yang hidup dan nyata termasuk pesan-pesan
moralitas dari tokoh-tokok Seperti Rahwana dan Duryodana.


Ravi_Varma-Ravana_Sita_Jathayu.jpg


Ramayana dan Mahabharata mengisahkan bagaimana para raksasa atau
manusia yang berkarakter jahat, seperti Duryodhana menonjolkan satu sifat
utama yang bisa ditiru manusia, yaitu sifat totalitas. Mereka ini tidak
pernah ragu dalam memperjuangkan cita-citanya. Sebelum jiwanya melayang,
Rahwana tak berhenti untuk berusaha mempertahankan Sita, sebelum badan
remuk, Duryodhana tak pernah berhenti mengangkangi Hastinapura.


Mengapa raksasa memiliki semangat dan totalitas yang demikian tinggi dalam
memperjuangkan cita-citanya? Dan berapa manusiakah yang sanggup
memperjuangkan kebaikan-kebaikan yang diomongkannya, hingga kebaikan itu
terwujud di masyarakat?


Inilah pelajaran yang dapat kita petik dari Guru yang bernama raksasa. Untuk
memperoleh prestasi gemilang, maka sepatutnya mutlak kita berjuang secara optimal. Dibutuhkan totalitas dari hidup ini. Memegang komitmen dan siap
berjuang tanpa henti hingga cita-cita dan harapan baik itu terwujud. Para
raksasa berjuang secara total, meninggalkan sifat setengah-setengah.


Bila untuk hal-hal jahat, para raksasa rela berkorban nyawa, lalu untuk
tujuan-tujuan baik, mampukah kita menyaingi prestasi kaum raksasa itu?
Inilah inti pesan spiritual Itihasa dalam bentuk sosok raksasa. Berhentilah
belajar kitab suci dengan menghakimi apa pun di dalamnya, tetapi belajarlah
mencari inspirasi positif dari kitab itu,
entah karakter apa pun yang dimainkan
dalam cerita tersebut.


Semoga kedamaian senantiasa menyertai...

By: Vasm

Inspirasi Positif diatas dualitas baik dan buruk


Rsi_Bhisma_A_Moment_of_Time_by_angelmarthy.jpg


Bila dari Rahwana dan Duryodana kita belajar totalitas, dari
Kumbakarna,Karna dan Bhisma kita belajar loyalitas.
Loyalitas adalah bentuk bhakti atas apa yang diyakini atau dianut
seseorang.
Selain itu Ketiga tokoh ini juga terkenal akan satya
wacananya. BHISMA bersumpah tidak akan pernah menikah, KUMBAKARNA
menerima apa yang telah diucapkannya secara kesatria, KARNA terkenal akan
kesetiaanya pada janji-janjinya.

Saat loyalitas dibawa ke dalam ranah nilai, friksi dualitas muncul.
Eksistensinya dipertanyakan dan menimbulkan perdebatan yang tak
berkesudahan antara benar dan salah. Oleh karena itu saya mengajak untuk
mencari Inspirasi Positif diatas dualitas baik dan buruk, benar dan salah.
Kebenaran Mutlak hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa.

KUMBAKARNA
Atas keberhasilan tapanya, Kumbakarna berhak atas anugerah. Para Dewa
yang cemas akan tersaingi lalu memerintahkan Saraswati agar membelokkan
lidah Kumbakarna saat ia menuntut anugerah.Ketika Kumbakarna mengajukan
permintaannya, Saraswati segera membelokkan lidah itu dan keluarlah kata
“tidur, tidur, tidur!” Merasa skenarionya berjalan lancar, Dewa Tertinggi
segera mengabulkan ucapan Kumbakarna. Maka sejak itu tamatlah karier
Kumbakarna, karena akhirnya ia menjadi tukang tidur.

Apa yang telah diucapkan tidak bisa diralat.Kumbakarna menerima
kejadian itu secara satria. Syukurlah ia turunan raksasa, sehingga tidak ada
penyesalan yang berlarut-larut. Karena yang memiliki sifat menyesali sesuatu
yang telah terjadi umumnya adalah bangsa soroh manusia.

KARNA

Karna merasa hanya para Korawa-lah yang selama ini menghargainya dan
mengenalkannya arti “persahabatan sejati” dan jika Karna beralih ke kubu
Pandawa berarti dirinya seorang pengkhianat.

Ketika Bharatayudha pecah, Karna diangkat sebagai panglima perang oleh
Duryodhana setelah gugurnya Bhisma, Drona, dan sekutunya yang lain. Dalam
Karnapanwa, disebutkan Karna gugur di tangan Arjuna dengan senjata
Pasupati pada hari ke-17. Meskipun sewaktu di dunia Karna hidup bersama
Para Korawa, namun ketika berada di akhirat jiwanya berkumpul dengan para
Pandawa.

Pelajaran penting dari kisah Karna adalah bahwa idealisme Karna perlu ditiru
oleh masyarakat. Karna tetap berpegang teguh pada pendiriannya dan tidak
mudah digoyahkan oleh apapun. Setiap manusia hendaknya mempunyai sifat
seperti Karna yang Setia pada janji-janjinya, setia pada sahabat-sahabatnya,
berpendirian teguh, serta jujur dan bertanggung jawab.


Bhisma
Bhisma sampai kematiannya di medan Kuruksetra tetap loyal pada
Hastinapura. Loyalitas Bhisma ini memunculkan pertanyaan. Mungkinkah
seorang Bhisma tidak kuasa melawan kekuatan jahat yang mengelilinginya
dan bahkan sampai menjadi Panglima tertinggi pasukan Korawa dalam medan
Kuruksetra? Mengapa Bhisma tetap dalam pasukan Duryodana?

Dalam Bhagavad Gita ada disebutkan bahwa kita terbelenggu oleh kerja.
Karena kita telah lahir dan memanfaatkan alam ini, maka kita tidak boleh
lepas dari kerja.Demikian juga Bhisma karena Ia lahir dan memanfaatkan
segala sesuatunya dari Hastinapura, maka ia loyal pada Astina. Kebenaran ini
eksis. Bhisma secara eksistensi tidak pernah salah, karena Ia telah melakukan
sesuatu sesuai dengan hukum yang ditentukan. Loyalitas menjadi penting
pada apapun yang telah mejadikan kita hidup, karena ini adalah kebenaran.

Semoga pengetahuan yang kita pelajari dan tuliskan menjadi "pencerah" dalam kehidupan kita.....♥☆.•´¯`••✿
 
ck, tau sendiri bukan bagaimana sederhana sekali pemikiran saya melalui tulisan2 saya?? Mengenai Rwa Bhineda, intinya adalah suatu keseimbangan. Mari berpikir secara sederhana terlebih dahulu:

1. Coba bayangkan jika di dunia ini isinya semuanya biasa2 saja. Tidak ada bahaya, penyakit, penjahat, dan lain sebagainya. Manusia akan mulai melupakan yang maha kuasa atas diri mereka. Untuk mengingatkan mereka atas kuasa Tuhan, maka diciptakankanlah berbagai warna dalam ranah kehidupan ini. Supaya manusia senantiasa ingat kepada sang pencipta :)

2. Coba bayangkan jika di dunia ini isinya semua penjahat, kekacauan, keributan, dan lain sebagainya. Maka manusia akan melupakan penciptanya dan tidak akan pernah ada rasa syukur.

Sederhana bukan???

Akan tetapi, coba ingat2 kembali apa yang pernah teman kita katakan mengenai pesan2 moral para asura.....
Okelah klo begitu......;)
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.