ard_lee
IndoForum Newbie C
- No. Urut
- 7096
- Sejak
- 20 Sep 2006
- Pesan
- 155
- Nilai reaksi
- 6
- Poin
- 18
om/tantee admin tolong pindain ke tmpat yg lbih pas, soalnya aq gk tau dmn naruhnya, tolong yach /ok
______________________________________________
Mengingat warga Arab banyak tidak tega melihat para pengemis, hasil mengemis
di Saudi luar biasa bisa mencapai 1,7 trilyun selama setahun
Hidayatullah.com–Hampir semua gelandangan dan pengemis (gepeng) di negeri
kaya minyak itu adalah warga non pribumi. Di antara mereka banyak yang
datang pada musim umrah, terutama bulan Ramadhan dan musim haji hanya untuk
melaksanakan profesi tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian lapangan, hasil “tasawwul”, demikian sebutan
populer untuk pekerjaan mengemis di Saudi mencapai 700 juta Saudi riyal
(sekitar Rp1,7 triliun) per tahun.
Puncak panen “tasawwul” di negeri petrodolar itu, seperti dilaporkan harian
Al-Madinah, Saudi, Jum`at (3/11), berlangsung pada bulan Ramadhan, Idul
Fitri dan pada musim haji.
Pada musim-musim panen itu, warga negeri tempat dua tanah suci umat Islam
seluruh dunia itu, umumnya tidak berpikir untuk merogoh riyal memberikan
siapa saja yang mengadahkan tangan.
Apalagi yang berprofesi sebagai “mutasawwil” (pengemis) adalah orang-orang
dari luar Saudi, terutama mukimin (warga asing) illegal dan jemaah manca
negara yang takhalluf (kadaluarsa masa berlaku visa). Warga setempat
menganggap mereka sebagai musafir yang wajib dibantu.
Berdasarkan data pihak terkait negeri itu, terdapat sebanyak 150 ribu
pengemis yang beroperasi di jalan-jalan dan tempat keramaian yang sebagian
besar beroperasi di dua kota suci yakni Mekkah dan Madinah.
Dengan demikian, rata-rata penghasilan per kapita setiap pengemis setiap
tahunnya mencapai 1333 riyal (sekitar Rp3,2 juta). Tapi sebagian pengemis
dapat menghasilkan puluhan bahkan ratusan juta setiap tahun.
Contohnya, seperti dilaporkan beberapa waktu lalu, bahwa Badan Pemberantasan
Pengemis Saudi berhasil menemukan uang sebanyak 40 ribu riyal (sekitar Rp96
juta) saat menggerebek seorang pengmis tua.
Pada musim umrah terutama di bulan puasa, dan musim haji, para pengemis
tersebut bukan hanya panen dari penduduk pribumi akan tetapi dari jemaah
umrah dan haji manca negara.
Meskipun pemerintah telah berusaha mengurangi angka “tasawwul” tersebut,
namun karena hasilnya yang cukup besar itu, membuat pihak berwajib masih
tetap kerepotan menertibkannya. [ant]
______________________________________________
Mengingat warga Arab banyak tidak tega melihat para pengemis, hasil mengemis
di Saudi luar biasa bisa mencapai 1,7 trilyun selama setahun
Hidayatullah.com–Hampir semua gelandangan dan pengemis (gepeng) di negeri
kaya minyak itu adalah warga non pribumi. Di antara mereka banyak yang
datang pada musim umrah, terutama bulan Ramadhan dan musim haji hanya untuk
melaksanakan profesi tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian lapangan, hasil “tasawwul”, demikian sebutan
populer untuk pekerjaan mengemis di Saudi mencapai 700 juta Saudi riyal
(sekitar Rp1,7 triliun) per tahun.
Puncak panen “tasawwul” di negeri petrodolar itu, seperti dilaporkan harian
Al-Madinah, Saudi, Jum`at (3/11), berlangsung pada bulan Ramadhan, Idul
Fitri dan pada musim haji.
Pada musim-musim panen itu, warga negeri tempat dua tanah suci umat Islam
seluruh dunia itu, umumnya tidak berpikir untuk merogoh riyal memberikan
siapa saja yang mengadahkan tangan.
Apalagi yang berprofesi sebagai “mutasawwil” (pengemis) adalah orang-orang
dari luar Saudi, terutama mukimin (warga asing) illegal dan jemaah manca
negara yang takhalluf (kadaluarsa masa berlaku visa). Warga setempat
menganggap mereka sebagai musafir yang wajib dibantu.
Berdasarkan data pihak terkait negeri itu, terdapat sebanyak 150 ribu
pengemis yang beroperasi di jalan-jalan dan tempat keramaian yang sebagian
besar beroperasi di dua kota suci yakni Mekkah dan Madinah.
Dengan demikian, rata-rata penghasilan per kapita setiap pengemis setiap
tahunnya mencapai 1333 riyal (sekitar Rp3,2 juta). Tapi sebagian pengemis
dapat menghasilkan puluhan bahkan ratusan juta setiap tahun.
Contohnya, seperti dilaporkan beberapa waktu lalu, bahwa Badan Pemberantasan
Pengemis Saudi berhasil menemukan uang sebanyak 40 ribu riyal (sekitar Rp96
juta) saat menggerebek seorang pengmis tua.
Pada musim umrah terutama di bulan puasa, dan musim haji, para pengemis
tersebut bukan hanya panen dari penduduk pribumi akan tetapi dari jemaah
umrah dan haji manca negara.
Meskipun pemerintah telah berusaha mengurangi angka “tasawwul” tersebut,
namun karena hasilnya yang cukup besar itu, membuat pihak berwajib masih
tetap kerepotan menertibkannya. [ant]