baehaqi
IndoForum Senior E
- No. Urut
- 13414
- Sejak
- 29 Mar 2007
- Pesan
- 4.073
- Nilai reaksi
- 306
- Poin
- 83

Xavier Gordon-Brown bocah berusia 8 tahun mengantongi ijazah GCSE di bidang matematika dengan nilai yang sempurna A*. GCSE atau singkatan dari General Certificate of Secondary Education (GCSE) sendiri adalah ijazah akademis yang khusus menilai berdasarkan mata pelajaran tertentu. Ujian ini biasanya diambil oleh anak-anak berusia 15-16 tahun atau seusia siswa tahun terakhir SMP di negara Inggris, Wales, dan Irlandia Utara.

Untuk mendapatkan ijazah tersebut, perjuangan Xavier cukuplah berat. Xavier yang berasal dari Haywards Heath di kota Sussex, Inggris, harus menjalani jarak sejauh 140-mil atau setara dengan lebih dari 225 km setiap minggunya demi menjalani les privat kota Hertfordshire.
Namun meskipun meraih posisi kesepuluh dalam ujian tersebut, banyak ahli matematika menyebut hasil ini membuat kualitas para peserta menjadi tampak menurun. Bagaimana tidak, apa kata orang jika seorang anak berusia 8 tahun saja bisa mendapatkan nilai A*.

Bocah Sukses Kerjakan Soal Matematika SMA

INGGRIS-Bocah Inggris berumur 7 tahun lulus ujian Matematika yang seharusnya diperuntukkan bagi siswa yang umurnya dua kali lebih usianya dia atau setara SMP atau SMA.
Bocah asal inggris yang bernama Jude Ali itu mendapatkan grade D (sekitar 75-85 skala 100) dalam tes General Certificate of Secondary Education (GCSE). “Saya hanya mencoba untuk belajar, belajar, dan belajar,” ujar Ali yang kini berusia 7 tahun, seperti dilansir news.com.au,
Ibu Ali menyatakan anaknya telah memperlihatkan intelegensinya sejak usia dini. Ali sudah dapat berjalan ketika masih berusia 7 bulan dan bahkan berbicara saat usianya sekitar 1 tahun.
Bocah berotak encer lainnya adalah Xavier Gordon-Brown (8). Sama seperti Ali, ia juga memberikan hasil mengejutkan ketika mengerjakan ujian matematika yang biasa dikerjakan murid berusia 16 tahun. Xavier diperkirakan menjadi murid termuda dengan memperoleh nilai sempurna (A) dalam tes GCSE.
Xavier mengaku membaca buku matematika untuk kesenangan. Sang ibunya, Erica, menyatakan Xavier senang melakukan sesuatu yang disukainya. “Tetapi ternyata ujian tidak mengganggunya. Baginya itu hanya matematika,” ujarnya.
Meskipun hanya mendapatkan nilai D dalam ujian tersebut, dengan percaya dirinya Alli tetap menyebut matematika adalah pelajaran yang mudah. hmmm....
Di lain hal...
Yi Fan Bocah Jenius MATEMATIKA yang Sekolah Terpaksa Datangkan Dosen

Di usia sepuluh tahun, bocah lelaki ini mampu membuat banyak orang terkagum-kagum dengan bakatnya yang luar biasa dalam pelajaran matematika. Yi Fan dengan mudah lulus dalam ujian GCSE dan ujian matematika AS yang merupakan ujian tersulit dalam pelajaran matematika.
Teman-teman sekolah Yi Fan bahkan tidak mampu menandingi kecerdasannya dalam pelajaran matematika. Untuk mengajar Yi Fan, pihak sekolah juga harus mendatangkan seorang profesor universitas untuk mendidiknya.
Orangtua Yi Fan bangga dengan prestasi anaknya yang luar biasa, mereka bertanya -tanya apakah pendidikan sekolah menengah mampu menahan dirinya.
“Yi mulai berbicara tentang pecahan, ketika berusia tiga tahun. Para guru menyadari kurikulum satu tahun tidak menantang bagi Yi. Sekarang saya kebingungan untuk membuat selalu tertantang dalam pelajaran matematika. Saya tidak tahu dimana ia akan melanjutkan sekolah karena sekolah menengah hanya akan membuang-buang waktu,” ujar ayah Yi, Mizi Fan, seorang dosen senior di teknik sipil di Brunel University di London Barat.

Ibu Yi, Aihe seorang ibu rumah tangga mengatakan.”Yi selalu selalu bersemangat untuk belajar dan sangat ingin tahu. Kami tidak pernah mendorongnya,” terangnya, seperti dilansir dailymail, Selasa (01/12).
Yi mengalahkan lebih dari 100 ribu anak untuk memenangkan sebuah kompetisi nasional matematika sekolah dasar tahun lalu. Yi yang sekolah di Watford ini masuk dalam 100 anak-anak berbakat di Inggris, meskipun usia lainnya tiga tahun lebih tua daripada Yi.
Yi juga unggul dalam bahasa Inggris dan fisika, dan sekarang mempersiapkan diri untuk ujian piano grade tujuh dan baru saja mulai belajar seruling. Dengan begitu banyak kesempatan terbuka baginya, Yi tetap tidak yakin akan mendalami ilmu apa untuk masa depan.
“Saya belum benar-benar memutuskan apa yang ingin saya lakukan ketika tumbuh dewasa. Saya hanya ingin melanjutkan belajar sebanyak mungkin. Saya tidak begitu baik di sepakbola dan saya tidak dapat masuk pada tim sekolah. Anda tidak dapat baik dalam segala hal,” ujarnya.
Kevin Sullivan, wakil kepala Sekolah Knutsford di Watford, mengatakan ia belum pernah melihat seorang murid seperti Yi dalam rentang karir 35 tahun. Kebutuhan Yi dapat dipenuhi untuk sebagian besar mata pelajaran, meskipun kami harus berpikir keras mencari pekerjaan matematika untuk menantang kemampuannya.

“Kami membeli sebuah program komputer matematika yang akan menantang seorang anak, namun Yi mampu menyelesaikan program tersebut dalam dua sesi,”terangnya.
Sullivan berteman dekat dengan Alan Davies, seorang profesor matematika dari Universitas Hertfordshire yang mengkhususkan diri membantu anak-anak berbakat luar biasa. Sullivan meminta Alan memberikan bimbingan kepada Yi sesuai bakatnya.
“Saya terkesan oleh Yi, saya tidak menemukan apa pun yang membuatnya kesulitan. Sangat mudah untuk mengajarnya karena ia mampu mengikuti argumen matematika tanpa terlalu banyak kesulitan. Dia juga melihat cara yang berbeda untuk setiap pelajaran,” ujar Alan.